tag:blogger.com,1999:blog-37004525826337216332024-03-14T08:28:15.685-07:00"Sulaeman"BentengCisadaneBlogs"*Tempat Komunikasi dan Bertukar Informasi para Pemerhati dan Praktisi Pendidikan*
*Pusat Informasi NISN, NUPTK, NPSN, NUDN serta Sertifikasi Guru dan Dosen*Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.comBlogger47125tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-90879257540207060962014-05-07T19:53:00.001-07:002014-05-07T19:53:51.862-07:00MODEL PEMBELAJARAN YANG TERINTEGRASI PADA KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR
PENGANTAR
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain: manajemen yang kuat, pembelajaran yang efektif, dan peranserta masyarakat. Pada sesi ini akan secara khusus dibicarakan tentang konsep PAIKEM dan Contextual Teaching and Learning dalam lingkup: Apa, Mengapa, dan Bagaimana.
PAIKEM dan CTL adalah salah satu pendekatan atau model pembelajaran yang saat ini disarankan oleh pemerintah untuk diterapkan, dilaksanakan dan dikembangkan oleh sekolah-sekolah di Indonesia. Sebab PAIKEM dan CTL telah termaktub dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003, khususnya Bab 1 Ketentuan Umum pasal 1, 3, 4 dan Bab 5 tentang Peserta Didik Pasal 12.
Dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran merupakan proses untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD) yang harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, krativitas, dan kemadirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inspiratif/Interaktif /Inovatif, Kritis /Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.
Contextual Teaching and Learning adalah Konsep pembelajaran yang membantu guru Mengaitkan antara materi yang diajarkannya dg situasi dunia nyata siswa (konteks pribadi, lingkungan fisik, sosial, kultural); Mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan-nya dalam konteks kehidupan mereka sehari-hari; dan Menempatkan siswa didalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajarinya dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa.
BAHAN AJAR PEMBELAJARAN PAIKEM
A. Latar Belakang
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa proses pembelajaran di sekolah sampai saat ini cenderung berpusat kepada guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung jawab untuk menghafal semua pengetahuan. Memang pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang mereka pelajari bukan mengetahuinya, oleh karena itu para pendidik telah berjuang dengan segala cara dengan mencoba untuk membuat apa yang dipelajari siswa disekolah agar dapat dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak boleh semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan ide-ide, dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan sendiri ide-ide, dan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri dalam belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus di upayakan sendiri siswa yang memanjat tangga itu.
Tingkat pemahaman siswa menurut model Gagne (1985) dapat dikelompokan menjadi delapan tipe belajar, yaitu: (1) belajar isyarat, (2) stimulus-respon, (3) rangkaian gerak, (4) rangkaian verbal, (5) membedakan, (6) pembentukan konsep, (7) pembentukan aturan dan (8) pemecahan masalah (problem solving).
Di lihat dari urutan belajar, belajar pemecahan masalah adalah tipe belajar paling tinggi karena lebih kompleks, Dalam tipe belajar pemecahan masalah, siswa berusaha menyeleksi dan menggunakan aturan-aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi pemecahan masalah. Lebih jauh Gagne (1985) mengemukakan bahwa kata-kata seperti penemuan (discovery) dan kreatifitas (creativity) kadang-kadang diasosiasikan sebagaii pemecahan masalah.
Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning /CTL), Pembelajaran Pembelajaran Terpadu , Pembelajaran Inkuiri dengan menggunakan metode pembelajaran berbuat seperti: kerja kelompok, eksperimen, pengamatan, penelitian sederhana, pemecahan masalah, dan pembelajaran praktik dengan dikombinasikan dengan metode ekspositori seperti ceramah, tanya jawab dan demonstrasi adalah pendekatan pembelajaran yang karakteristiknya memenuhi harapan itu. Pendekatan atau model-model pembelajaran tersebut menjadi tumpuan harapan para ahli pendidikan dan pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas secara optimal. Kelas yang hidup diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar sekolah yang demikian cepat.
Setiap pendekatan memiliki ciri-ciri dasar atau karakteristik sendiri. Karakteristik ini berhubungan dengan apa yang menjadi fokus dan mendapat tekanan dalam pembelajaran. Ada pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa yang meliputi perkembangan, kemampuan berpikir, aktivitas, pengalaman siswa. Pendekatan pembelajaran berfokus pada guru yang meliputi fungsi, peran, dan aktivitas guru. Pendekatan pembelajaran berfokus pada masalah meliputi masalah personal, sosial, lingkungan, atau pendekatan pembelajaran yang berfokus pada teknologi, sistem instruksional, sistem informasi, media, sumber belajar, dll.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran tergantung pada pendekatannya. Hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran merupakan proses untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD) yang harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, krativitas, dan kemadirian sesuai denganbakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
B. Konsep Dasar Pembelajaran
1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah laku merupakan upaya yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang terjadi dapat dilihat atau diamati dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental dan fisik.
Tingkah laku yang berubah sebagai hasil proses pembelajaran mengandung pengertian luas, mencakup pengetahuan, pemahaman, sikap, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi memiliki karakteristik: (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat sinambung dan fungsional, (3) tidak bersifat sementara, (4) bersifat positif dan aktif, (5) memiliki arah dan tujuan, dan (6) mencakup seluruh aspek perubahan tingkah laku, yaitu pengetahuan, sikap, dan perbuatan.
Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal, yaitu kondisi dalam proses belajar yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Ada beberapa hal yang termasuk faktor internal, yaitu: kecerdasan, bakat (aptitude), keterampilan (kecakapan), minat, motivasi, kondisi fisik, dan mental.
Faktor eksternal, adalah kondisi di luar individu peserta didik yang mempengaruhi belajarnya. Adapun yang termasuk faktor eksternal adalah: lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (keadaan sosio-ekonomis, sosio kultural, dan keadaan masyarakat).
Pada hakikatnya belajar dilakukan oleh siapa saja, baik anak-anak maupun manusia dewasa. Pada kenyataannya ada kewajiban bagi manusia dewasa atau orang-orang yang memiliki kompetensi lebih dahulu agar menyediakan ruang, waktu, dan kondisi agar terjadi proses belajar pada anak-anak. Dalam hal ini proses belajar diharapkan terjadi secara optimal pada peserta didik melalui cara-cara yang dirancang dan difasilitasi oleh guru di sekolah. Dengan demikian diperlukan kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh guru.
Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik (Winkel, 1991).
Pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuat berhasil guna (Gagne, 1985). Oleh karena itu pembelajaran perlu dirancang, ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan pelaksanaannya (Miarso, 1993)
Proses pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik, metode, dan pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik, materi, dan sumber daya. Sehingga diperlukan strategi yang tepat dan efektif.
Strategi pembelajaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk membawa pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efesien dan efektif (T. Raka Joni, 1992). Cara-cara yang dipilih dalam menyusun strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Gerlach and Ely). Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur dan kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi pengajaran atau paket pengajarannya (Dick and Carey).
Faktor yang memengaruhi proses pembelajaran terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan pribadi guru sebagai pengelola kelas. Guru harus dapat melaksanakan proses pembelajaran, oleh sebab itu guru harus memiliki persiapan mental, kesesuaian antara tugas dan tanggung jawab, penguasaan bahan, kondisi fisik, dan motivasi kerja.
Faktor eksternal adalah kondisi yang timbul atau datang dari luar pribadi guru, antara lain keluarga dan lingkungan pergaulan di masyarakat. Faktor lingkungan, yang dimaksud adalah faktor lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan sekolah.
Berdasarkan pendekatan yang digunakan, secara umum ada dua strategi pembelajaran yaitu strategi yang berpusat pada guru (teacher centre oriented) dan strategi yang berpusat pada peserta didik (student centre oriented). Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menggunakan strategi ekspositori, sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menggunakan strategi diskoveri inkuiri (discovery inquiry).
Pemilihan strategi ekspositori atau diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan karakteristik kompetensi yang menjadi tujuan yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan keterampilan, serta karakteristik peserta didik dan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu tidak ada strategi yang tepat untuk semua kondisi dan karakteristik yang dihadapi. Guru diharapkan mampu memilah dan memilih dengan tepat strategi yang digunakan agar hasil pembelajaran efektif dan maksimal.
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
b. sumber referensi terbatas;
c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
d. alokasi waktu terbatas; dan
e. jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau bahan banyak.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori adalah sebagai berikut.
a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran
b. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran
c. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran
d. Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci kompetensi atau materi pembelajaran.
Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai;
b. sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup;
c. jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak;
d. materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan
e. alokasi waktu cukup tersedia.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah sebagai berikut.
a. Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan masalah
b. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau jawaban sementara
c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data
d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi
e. Melakukan generalisasi
Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh guru. Metode yang digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.
Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh, oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan sebagainya.
2. PAIKEM Sebagai Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inspiratif/Interaktif/Inovatif, Kritis /Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.
Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:
a. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya.
b. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan.
c. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta didiknya.
d. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi berikutnya.
e. Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga peserta didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan. Berpikir kritis adalah kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality) dan ketajaman pemahaman (insigt) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah (problem solving) adalah kemampuan tahap tinggi siswa dalam mengatasi hambatan, kesulitan maupun ancaman. Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
f. Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan multimedia sehingga memberikan pengalaman belajar beragam bagi peserta didik.
C. Tujuan PAIKEM
Pembelajaran berbasis PAIKEM membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif (critical dan creative thinking). Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (orginality), ketajaman pemahaman (insigt) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa secara individual atau kelompok diberi tugas untuk memecahkan suatu masalah. Jika memungkinkan masalah diidentifikasi dan dipilih oleh siswa sendiri, dan diidentifikasi hendaknya yang penting dan mendesak untuk diselesaikan serta sering dilihat atau diamati oleh siswa sendiri, umpamanya masalah kemiskinan, kejahatan, kemacetan lalu lintas, pembusukan makanan, wabah penyakit, kegagalan panen, pemalsuan produk, atau soal-soal dalam setiap mata pelajaran yang membutuhkan analisis dan pemahaman tingkat tinggi, Dsb.
D. Karakteristik PAIKEM
Sesuai dengan singkatan PAIKEM, maka pembelajaran yang berfokus pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks kehidupan dan lingkungan ini memiliki 4 ciri yaitu: mengalami, komunikasi, interaksi dan refleksi.
1. Mengalami (pengalaman belajar) antara lain:
• Melakukan pengamatan
• Melakukan percobaan
• Melakukan penyelidikan
• Melakukan wawancara
• Siswa belajar banyak melalui berbuat
• Pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera.
2. Komunikasi, bentuknya antara lain:
• Mengemukakan pendapat
• Presentasi laporan
• Memajangkan hasil kerja
• Ungkap gagasan
3. Interaksi, bentuknya antara lain:
• Diskusi
• Tanya jawab
• Lempar lagi pertanyaan
o Kesalahan makna berpeluang terkoreksi
o Makna yang terbangun semakin mantap
o Kualitas hasil belajar meningkat
4. Kegiatan Refleksi yaitu memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan.
• mengapa demikian?
• apakah hal itu berlaku untuk …?
• Untuk perbaikan gagasan/makna
• Untuk tidak mengulangi kesalahan
• Peluang lahirkan gagasan baru
Dari karakteristik PAIKEM tersebut, maka guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar, memang berada pada diri siswa, tetapi guru bertanggung jawab dalam memberikan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, perhatian, persepsi, retensi, dan transfer dalam belajar, sebagai bentuk tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
E. Jenis-Jenis PAIKEM
Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik PAIKEM antara lain adalah pembelajaran kotekstual (CTL), Pembelajaran Terpadu (Tematik, IPA Terpadu, IPS Terpadu), Pembelajaran berbasis TIK (ICT), Pembelajaran Pengayaan dengan menggunakan berbagai strategi antara lain dengan Lesson Study.
F. Penerapan PAIKEM
Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan PAIKEM perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP (KTSP), kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar, beban belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran tingkat SMA/SMK terdiri dari 45 menit, SMP terdiri dari 40 menit, dan untuk SD terdiri dari 35 menit tatap muka untuk Tugas Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. Dalam hal ini guru perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.
1. Kegiatan Tatap Muka
Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya jawab, atau simulasi. Tapi jika sudah ada sekolah yang menerapkan sistem SKS, maka kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi ekspositori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab, atau demonstrasi.
2. Kegiatan Tugas terstruktur
Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.
Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, atau simulasi.
2. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.
PAIKEM dapat diterapkan pada pembelajaran Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal.
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
b. sumber referensi terbatas;
c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
d. alokasi waktu terbatas; dan
e. jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau bahan banyak.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori adalah sebagai berikut.
a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran
b. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran
c. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran
d. Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci kompetensi atau materi pembelajaran.
Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai;
b. sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup;
c. jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak;
d. materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan
e. alokasi waktu cukup tersedia.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah sebagai berikut.
a. Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan masalah
b. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau jawaban sementara
c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data
d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi
e. Melakukan generalisasi
Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh guru. Metode yang digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.
Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh, oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan sebagainya.
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
A. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis
Penerapan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Amerika Serikat bermula dari pandangam ahli pendidikan klasik John Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan teori kurikulum dan metodologi pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progressivisme John Dewey. Intinya, siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat dalam proses belajar di sekolah. Pokok-pokok pandangan progressivisme antara lain:
1. Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang diajarkan oleh guru.
2. Siswa harus bebas agar dapat berkembang wajar.
3. Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.
4. Guru sebagai pembimbing dan peneliti.
5. Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat.
6. Sekolah progresif harus merupakan laboratorium untuk melakukan eksperimen.
Selain teori progressivisme John Dewey, teori kognitif melatarbelakangi pula filosofi pembelajaran kontekstual. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. siswa menunjukkan belajar dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Belajar dipendang sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk membangkit ide-ide yang masih laten melalui kegiatan introspeksi.
Sejauh ini pendidikan kita masih di dominasi oleh pandangan bahawa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri.
Berpijak pada dua pandangan itu, filosofi konstruksivisme berkembang. Dasarnya pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit. Siswa yang harus mengkontruksikan sendiri pengetahuannya.
Melalui landasan filosofi konstruksivisme, CTL dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi, siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.
Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan bersifat non-objektif, temporer, dan selalu berubah. Segala sesuatu bersifat temporer, berubah dan tidak menentu. Belajar adalah pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan pengetahuan dan mengajar diartikan sebagain kegiatan atau menggali makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar. Otak atau akal manusia berfungsi sebagai alat untuk melakukan interpretasi sehingga muncul makna yang unik.
Dengan paham kontruksivisme, siswa diharapkan dapat membangun pemahaman sendiri dari pengalaman/pengetahuan terdahulu. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalam belajar bermakna. Siswa diharapkan memapu mempraktikkan pengetahuan /pengalaman yang telah diperoleh dalam konteks kehidupan. Siswa diharapkan juga melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Dengan demikian, siswa dapat memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Pemahaman ini diperoleh siswa karena ia dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas yang merupakan unsur yang sangat esensial.
Hakikat teori kontruksivisme adalah bahwa siswa harus menjadikan informasi itu menjadi miliknya sendiri. teori kontruksivisme memandang siswa secara terus menerus memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan memperbaiki aturan-aturan yang tidak sesuai lagi. Teori konstruksivis menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran mereka sendiri. Karena penekanannya pada siswa aktif, maka strategi kontruksivis sering disebut pengajaran yang berpusat pada siswa (student-centered instruction). Di dalam kelas yang pengajarannya terpusat kepada siswa, peranan guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan di kelas.
Beberapa proposisi yang dapat dikemukakan sebagai implikasi dari teori kontruktivistik dalam praktek pembeljaran di sekolah-sekolah kita sekarang adalah sebagai berikut:
1. Belajar adalah proses pemaknaan informasi baru
2. Kebebasan merupakan unsur esensial dalam lingkungan belajar.
3. Strategi belajar yang digunakan menentukan proses dan hasil belajar.
4. Belajar pada hakikatnya memiliki aspeksosial dan budaya.
5. Kerja kelompok dianggap sangat berharga.
Dalam pandangan kontruksivistik, kebebasan dipandangan sebagai penentu keberhasilan karena kontrol belajar dipegang oleh siswa sendiri. Tujuan pembelajaran konstruktivistik menekankan pada penciptaan pemahaman yang menuntut aktivitas yang kreatif dan produktif dalam konteks nyata. Dengan demikian, paham konstruktivistik menolak pandangan behavioristik.
B. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja ber-sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesu-atu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan-nya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidu-pan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
C. Langkah-langkah CTL
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan berbagai cara.
D. Karakteristik Pembelajaran CTL
1. Kerjasama.
2. Saling menunjang.
3. Menyenangkan, tidak membosankan.
4. Belajar dengan bergairah.
5. Pembelajaran terintegrasi.
6. Menggunakan berbagai sumber.
7. Siswa aktif.
8. Sharing dengan teman.
9. Siswa kritis guru kreatif.
10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Beberapa komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut Johnson (2000: 65), yang dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam. Atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works)
Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa.
3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4. Bekerjasama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical dan creative thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual)
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dsb. Guru dalam pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan dia dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.
8. Menggunakan Penilaian yang otentik (using authentic assessment)
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian standar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.
E. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari (Nurhadi, Yasin dan Senduk, 2004: 56). Strategi yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut.
1. Belajar berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pegetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Dalam pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran. Pendekatan ini mencakup pengumpulan informasi yang berkaitan dengan pertanyaan, mensintesis, dan mempresentasikan penemuannya kepada orang lain.
2. Pembelajaran Autentik (Authentic Instruction)
Suatu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Ia mengembangkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah yang penting di dalam konteks kehidupan nyata.
3. Belajar Berbasis Inquiry (Inquiry-Based Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
4. Belajar berbasis Proyek/Tugas (Project-Based Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkonstruk pembelajarannya, dan mengkulminasikan dengan produk nyata.
5. Belajar Berbasis Kerja (Work-Based Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di tempat kerja. Jadi dalam hal ini, tempat kerja atau sejenisnya dan berbagai aktifitas dipadukan dengan materi pelajaran untuk kepentingan siswa.
6. Belajar Berbasis Jasa-Layanan (Service Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa-layanan tersebut, jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
7. Belajar Kooperatif (Cooperatif Learning)
Pendekatan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan.
F. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran Tradisional
Terlihat jelas perbedaan proses pembelajaran kontekstual yang berpijak pada pandangan kontrukstivisme dengan pembelajaran tradisional yang berpijak padangan behaviorisme-objektivis. Menurut Sanjaya (2006 : 256) ada beberapa perbedaan yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran, sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa adalah penerima informasi yang pasif.
2. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi, sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa belajar secara individual.
3. Dalam pembelajaran kontekstual, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan, sedangkan dalam pemebelajaran tradisional pembelajaran sangat abstrak.
4. Dalam pembelajaran kontekstual, perilaku dibangun atas kesadaran sendiri sedangkan dalam pembelajaran tradisional perilaku dibangun atas kebiasaan.
5. Dalam pembelajaran kontekstual, keterampilan dibangun atas kesadaran diri,, sedangkan dalam pembelajaran tradisional ketrampilan dikembangkan atas dasar latihan.
6. Dalam pembelajaran kontekstual, hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri, sedangkan dalam pembelajaran tradisional hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor.
7. Dalam pembelajaran kontekstual, seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan., sedangkan dalam pembelajaran tradisional seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman.
8. Dalam pembelajaran kontekstual, bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata, sedangkan dalam pembelajaran tradisional, bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural: rumus diterapkan sampai paham, kemudian dilatihkan (drill).
9. Dalam pembelajaran kontekstual, pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa, sedangkan dalam pembelajaran tradisional rumus itu ada di luar diri siswa, yang harus dikembangkan, diterima dan dilafalkan, dan dilatihkan.
10. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam pengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggungjawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa secara pasif menrima rumus atau kaidah (membaca, mendengarkan, mencatat, menghapal), tampa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran.
11. Dalam pembelajaran kontekstual, pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya sedangkan dalam pembelajaran tradisional pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang brada di luar diri manusia.
G. Evaluasi Otentik Sebagai Ciri Penilaian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual menuntut evaluasi yang bersifat komprehensif, menyeluruh dan terus menerus, karena dilakukan oleh guru kontekstual sepanjang proses pembelajaran. Setiap saat terjadi perubahan dan perkembangan pada para siswa. Perubahan dan perkembangan bidang atau aspek tertentu mungkin sangat banyak/tinggi, tetapi pada bidang atau aspek lainnya sedikit, sedikit sekali atau bahkan hampir tidak ada. Perubahan atau perkembangan tersebut mungkin berkenaan dengan aspek yang menjadi tujuan atau terumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Evaluasi dilakukan pada waktu para siswa merencanakan sesuatu kegiatan, melaksanakan maupun melaporkan hasil kegiatannya. Evaluasi juga dilakukan pada waktu siswa berdiskusi, mengerjakan tugas, melakukan latihan, percobaan, pengamatan, penelitian, pemecahan masalah, dan penyelesaian soal. Bagaimana siswa melakukan berbagai kegiatan tersebut serta hasil-hasil yang mereka tunjukkan, baik berupa rancangan, makalah, laporan, rangkuman, gambar, model, ataupun hasil pemecahan dan jawaban soal, merupakan wujud dari perkembangan dan kemampuan hasil belajar mereka.
Evaluasi terhadap proses pembelajaran dan hasil karya merupakan evaluasi otentik, evaluasi kenyataan, karena mengevaluasi apa yang secara nyata dilakukan dan dihasilkan oleh para siswa. Hal ini tidak berarti, bahwa evaluasi dengan menggunakan tes tidak bisa digunakan, karena evaluasi dengan menggunakan tes, mengukur hasil pembelajaran pada akhir periode, akhir semester, tengah semester atau akhir unit. Makin pendek periode waktu pembelajaran yang dievaluasi, maka makin mendekati evaluasi otentik.
Dalam evaluasi hasil pembelajaran, biasanya hanya digunakan tes, berbentuk tes obyektif atau essay, maka dalam evaluasi proses juga digunakan evaluasi perbuatan (pengamatan), lisan, hasil karya dan portfolio. Portfolio merupakan kumpulan dokumen yang disusun secara sistematik dan terarah yang menggambarkan perkembangan atau kemajuan siswa dalam bidang tertentu.
H. Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual dikelas. Ketujuh komponen itu adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling) refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment)
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi siswa harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Esensi dari teori kontruksivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransfomasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontruksi bukan menerima pengetahuan. Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan kaum objektif, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan : (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa; (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2. Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang produkstif, kegiatan bertanya berguna untuk: (1) menggali informasi baik administrasi maupun akademik; (2) mengecek pemahaman siswa; (3) membangkitkan respon pada siswa; (4) mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa; (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; (6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; (7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; (8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Pada semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas dan sebagainya.
3. Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi juga hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiry adalah (1) observasi, (2) bertanya, (3) mengajukan dugaan, (4) pengumpulan data, (5) penyimpulan. Kata kunci dari strategi inquiry adalah siswa menemukan sendiri, adapun langkah-langkah kegiatan menemukan sendiri adalah: (1) merumuskan masalah dalam mata pelajaran apapun; (2) mengamati atau melakukan observasi; (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar,laporan, bagan tabel, dan karya lainnya; dan (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman kelas, guru, atau audience lainnya.
4. Masyarakat Belajar (learning community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar didapat dari berbagi antara kawan, kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang kelas ini, di sekitar sini, juga dengan orang-orang yang diluar sana semua adalah anggota masyarakat belajar. Dalam kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual, guru disarankan dalam melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberitahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberikan usul dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di dalam kelas atasnya, atau guru mengadakan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas.
5. Permodelan (modelling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu, memberi peluang yang besar bagi guru untuk memberi contoh cara mngerjakan sesuatu, dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana belajar. Dalam pendekatan kontekstual guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberikan contoh temannya, misalnya cara melafalkan suatu kata. siswa contoh tersebut dikatakan sebagai model, siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yang harus dicapai.
6. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelummnya. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
7. Penilaian Sebenarnya (authentic assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka penilaian tidak dilakukan diakhir periode seperti akhir semester. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil, dan dengan berbagai cara. Tes hanyalah salah satunya, itulah hakekat penilaian yang sebenarnya. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. Karakteristik penilaian sebenarnya adalah (1) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; (2) bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif; (3) yang diukur keterampilan dan performasi, bukan hanya mengingat fakta; (4) berkesinambungan; (5) terintegrasi; (6) dapat dipergunakan sebagai feed back. Dengan demikian pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran.
Berikut contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis CTL pada mata pelajaran Matematika di SMP
CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VII (tujuh) / 2
Alokasi Waktu : 6 jam pelajaran ( 3 pertemuan)
A. Standar Kompetensi : 5. Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, serta menentukan ukurannya.
B. Kompetensi Dasar : 5.1 Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut.
C. Tujuan Pembelajaran:
- Pertemuan Pertama:
Peserta didik dapat menjelaskan kedudukan dua garis
- Pertemuan Kedua:
1. Peserta didik dapat menggunakan satuan sudut
2. Peserta didik dapat mengukur besar sudut dengan menggunakan busur derajat
- Pertemuan Ketiga
Peserta didik dapat membedakan jenis-jenis sudut.
D. Materi Pembelajaran:
a. Hubungan antara dua garis
b. Mengukur besar sudut
c. Jenis-jenis sudut
E. Alat dan Sumber Belajar
Buku teks, penggaris, busur derajat, model-model segitiga
F.. Model/Metode Pembelajaran :
Model : CTL .
Metode : Diskusi kelompok, demontrasi, penemuan, dan penugasan.
F. Skenario / Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Kegiatan Awal
Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi : Mengingat kembali tentang pengertian garis.
Motivasi : Apabila materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah sehari-hari.
Kegiatan Inti
a. Dengan tanya jawab, peserta didik diminta menyebutkan beberapa contoh garis yang terdapat di dalam kelas.
b. Guru dan Peserta didik mendiskusikan tentang kedudukan dua garis yang saling sejajar, berpotongan , berimpit dan bersilangan dengan mengamati bentuk garis dalam ruang kelas tersebut.
c. Peserta didik membentuk kelompok masing-masing beranggotakan 3 - 5 orang dengan tugas mendiskusikan pengertian dua garis yang sejajar, berpotongan , berimpit dan bersilangan serta sifat-sifatnya. (selama diskusi berlangsung, guru memantau kerja dari masing-masing anggota kelompok dan mengarahkan peserta didik yang mengalami kesulitan).
d. Beberapa kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain menanggapi. Guru mengarahkan ke jawaban yang benar.
e. Peserta didik mengerjakan tugas latihan soal-soal tentang kedudukan dua garis yang terdapat pada LKS. Pada saat peserta didik mengerjakan tugas, guru memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan memberikan apresiasi kepada peserta didik yang bekerja sungguh-sungguh atau peserta didik yang sudah dapat menyelesaikan soal.
Kegiatan Penutup
a. Dengan bimbingan guru, peserta didik diminta membuat rangkuman
b. Peserta didik dan guru melakukan refleksi
c. Guru memberikan tugas (PR)
d. Guru menginformasikan kepada peserta didik bahwa pertemuan yad membahas tentang besar sudut.
Pertemuan Kedua
Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi : Mengingat kembali tentang pengertian sudut
Motivasi : Banyak kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan sudut.
Kegiatan Inti
a. Peserta didik dikondisikan dalam beberapa kelompok diskusi dengan masing-masing kelompok terdiri dari 3 - 5 orang.
b. Setiap kelompok mendiskusikan:
1. beberapa contoh bangun atau benda berbentuk sudut yang terdapat di dalam atau di luar kelas.
2. menentukan satuan sudut yang sering digunakan.(selama diskusi berlangsung, guru memantau kerja dari masing-masing kelompok dan mengarahkan peserta didik yang mengalami kesulitan).
c. Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok yang lain menanggapi.Guru mengarahkan ke jawaban yang benar
d. Dengan demontrasi, guru menunjukkan cara mengukur besar sudut dengan menggunakan busur derajat.
e. Peserta didik diminta menggambar sebuah sudut, kemudian teman sebangkunya diminta mengukur besar sudut tersebut dengan menggunakan busur derajat.
f. Peserta didik mengerjakan tugas latihan soal-soal tentang sudut yang terdapat pada LKS. Pada saat peserta didik mengerjakan tugas, guru memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan memberikan apresiasi kepada peserta didik yang bekerja sungguh-sungguh atau peserta didik yang sudah dapat menyelesaikan soal.
Kegiatan Penutup
a. Dengan bimbingan guru, peserta didik diminta membuat rangkuman
b. Peserta didik dan guru melakukan refleksi
c. Guru memberikan tugas (PR)
d. Guru menginformasikan kepada peserta didik bahwa pertemuan yad membahas tentang jenis-jenis sudut.
Pertemuan Ketiga
Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi : Peserta didik diminta menyebutkan beberapa contoh sudut
Motivasi : Konsep tentang sudut banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Inti
a. Dengan teman sebangku, peserta didik berdiskusi tentang jenis-jenis sudut.
b. Beberapa peserta didik diminta menyampaikan hasil diskusinya, sedangkan peserta didik lain menanggapi.
c. Dengan bimbingan guru, peserta didik membuat kesimpulan tentang jenis-jenis sudut.
d. Peserta didik mengerjakan tugas latihan soal-soal tentang jenis-jenis sudut yang terdapat pada LKS. Pada saat peserta didik mengerjakan tugas, guru berkeliling memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan memberikan apresiasi kepada peserta didik yang bekerja sungguh-sungguh atau peserta didik yang sudah dapat menyelesaikan soal.
Kegiatan Penutup
a. Dengan bimbingan guru, peserta didik diminta membuat rangkuman
b. Peserta didik dan guru melakukan refleksi
c. Guru memberikan tugas (PR)
d. Guru menginformasikan kepada peserta didik bahwa pertemuan yad membahas tentang sifat-sifat sudut pada dua garis yang saling berpotongan .
G. Alat dan Sumber Belajar
Buku teks, penggaris, busur derajat, model-model segitiga
H. Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen
1. Menjelaskan pengertian dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan, bersilangan)
2. Menyebutkan satuan sudut yang sering digunakan.
3. Mengukur besar sudut dengan busur derajat.
4. Menjelaskan perbedaan jenis sudut (siku-siku, lancip, tumpul) Tes Tertulis Uraian 1. Dari balok ABCD.EFGH, tentukan sepasang dua garis yang saling:
a. sejajar
b. berimpit
c. berpotongan
d. bersilangan
e. Jelaskan masing-masing jawaban mengapa dua garis tersebut saling sejajar, berimpit, berpotongan dan bersilangan.
2. Sebutkan satuan sudut yang sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari
3. Gunakan busur derajat untuk mengukur besar sudut-sudut berikut ini
4. Jelaskan perbedaan antara sudut siku-siku, lancip dan tumpul dan berilah contohnya dengan gambar.
Pedoman penskoran
No Jawaban Skor
1 a. benar ...................................................................
b. benar .................................................................
c. benar ..................................................................
d. benar....................................................................
e. benar................................................................... 1
2 a.1 jawaban (jawaban pertama), benar................
b. jawaban ke-2 atau lebih, benar......................... 1
3
a. benar....................................................................
b. benar...................................................................
c. benar................................................................. 2
4 a. Menjelaskan perbedaan sudut benar...................
b. Contoh gambar benar....................................... 3
Total skor 22
Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 , sebagai berikut :
Nilai Akhir =
<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-20880650365823250842014-05-07T07:37:00.001-07:002014-05-07T07:41:17.261-07:00Contoh RPP Kelas Awal Kurikulum 2013
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan pendidikan : SD. Inp. Karuwisi 3 Makassar
Kelas : 1
Tema / topik : Diriku/ Bermain Bersama Teman Baru
Semester : I
Alokasi waktu : 1 Hari
Hari/Tanggal : Senin, 15 Juli 2013
Pelajaran ke….. : 1
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
B. KOMPETENSI DASAR
PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN
3.3 Memahami pengertian pola gerak dasar seperti gerak lokomotor, nonlokomotor , dan manipulatif
4.1 Mempraktikkan pola gerak dasar (seperti konsep : tubuh, ruang, hubungan, dan usaha) dalam berbagai bentuk permainan sederhana dan atau tradisional
MATEMATIKA
3.11 Menentukan urutan berdasarkan panjang pendeknya benda, tinggi rendahnya tinggi badan dan urutan kelompok berdasarkan jumlah anggota
BAHASA INDONESIA
4.1 Mengamati dan menirukan teks deskriptif tentang anggota tubuh dan pancaindra, wujud dan sifat benda serta peristiwa siang dan malam secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian.
, .
C. INDIKATOR
PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN
• Melakukan gerakan lokomotor sesuai dengan arahan guru
· Melakukan gerakan lokomotor berlari berpasangan
MATEMATIKA
Mengurutkan bilangan 1-5
BAHASA INDONESIA
Menebalkan angka 1-5 sesuai dengan benda
D. TUJUAN
· Setelah mendengar arahan dari guru, siswa dapat mempraktikkan gerakan lari dengan benar
· Dengan memperhatikan contoh dari guru, siswa dapat mempraktikkan lari berpasangan sambil berpegangan tangan dengan benar
· Dengan permainan kartu angka, siswa dapat mengurutkan bilangan 1-5 dengan benar
E. PENDEKATAN & METODE
Pendekatan : Scientific
Strategi : Cooperative Learning
Teknik : Example Non Example
Metode : Penugasan, Tanya Jawab, Diskusi Dan Ceramah
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Pendahuluan
1. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran)
2. Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa
3. Mengajak Semua Siswa menyanyi “satu-satu”
4. Menginformasikan Tema/tujuan yg akan dicapai yang akan dibelajarkan yaitu
Bermain dan mengurutkan bilangan bersama teman baru.
10 menit
Inti
1. Guru membagi kelompok berpasangan
2. Mengajak siswa keluar kelas. Seluruh siswa diminta berbaris dengan rapi sesuai dengan urutan tinggi badan
3. Siswa diminta melakukan pemanasan sebelum melakukan kegiatan olahraga
4. Siswa diminta berlari berkeliling lapangan
5. Siswa diminta untuk mencari pasangan yang telah ditentukan oleh guru sebelumnya
6. Siswa diminta untuk saling berpegangan tangan
7. Siswa diminta berlari mengelilingi lapangan sambil berpegangan tangan
8. Setiap pasangan tidak boleh menyenggol pasangan lainnya
9. Kegitan ditutup dengan menanyakan pengalaman siswa saat mengikuti kegiatan
150 menit
10. Siswa diajak untuk berhitung dari 1-5, lalu menghitung mundur dari 5-1
11. Siswa diminta untuk membentuk kelompok sejumlah 5 orang
12. Guru membagikan kalung angka / karton angka yang telah dibuat
13. Setiap kelompok mendapat 1 set kalung bernomor 1-5
14. Masing-masing siswa mendapat satu kalung lalu memakainya.
15. Kalung angka diberikan secara acak kepada setiap anggota kelompok
16. Siswa akan diminta berbaris berurutan di kelompoknya setelah ada aba-aba dari guru
17. Lalu guru memberi aba-aba agar setiap kelompok bersiap-siap
18. Ulangi kegiatan yang sama, tetapi sebelumnya bertukar kalung dengan nomor lainnya untuk mendapatkan pengalaman lebih banyak
19. Siswa diminta untuk mengerjakan latihan menebalkan angka dan mengurutkan bilangan pada halaman buku siswa. (LKS)
Penilaian proses:
a. Guru mengamati semangat, kekompakan dan ketaatan pada aturan main
b. Guru berkeliling mengamati anak dalam mengerjakan tugas
c. Menilai tanggung jawabnya, kedisiplinannya, keaktifannya, mendominasi atau tidak dsb)
d. Menilai dengan lembar pengamatan perilaku.
Keterangan:
Diharapkan semangat, kekompakan dan ketaatan pada aturan main akan menghasilkan tanggung jawab, disiplin, dan aktif serta keterampilan dalam menulis/ menebalkan angka
Penutup
1. Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi)
2. Guru bersama siswa menyimpulkan materi
3. Melakukan penilaian hasil belajar
4. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran)
5. Mengamati sikap siswa dalam berdo’a (sikap duduknya, cara membacanya, cara melafalkannya dsb)
Apabila ada siswa yang kurang benar dan kurang sempurna dalam berdo’a, maka setelah selesai kegiatan berdo’a, langsung diberi nasehat agar besok kalau berdoa lebih disempurnakan
15 menit
G. SUMBER DAN MEDIA
· Diri anak
· Lingkungan keluarga
· Lingkungan sekolah
· Buku Tematik Kelas I
· Buku Pengembangan Diri Anak
· Kalung/ Karton angka tempel
· Buku Pengembangan Diri Anak
H. PENILAIAN
Prosedur Penilaian
a. Penilain Proses
Menggunakan format pengamatan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir
b. Penilaian Hasil Belajar
Menggunakan instrumen penilaian hasil belajar dengan tes tulis dan lisan (terlampir)
Instrumen Penilaian
a. Penilaian Proses
· Penilaian Kinerja
b. Penilaian Hasil Belajar
· Isian singkat (menebalkan angka)
Mengetahui Guru Kelas 1
Kepala Sekolah,
Dra. Hj. Hajrah Naim ,M.Pd. Kasmawati Arsyad ,S.pd NIP .19610823 198203 2 012
Contoh RPP Kelas Tinggi Kurikulum 2013
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SD. Inp. Karuwisi 3
Kelas : IV
Tema/subtema : Indahnya Kebersamaan/ keberagaman budaya bangsaku
Semester : I (satu)
Alokasi waktu : 1 hari
Hari/tanggal :
Pelajaran ke : 1 (pertama)
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan
tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR
PPKn
3.4 Memahami arti bersatu dalam keberagaman di rumah, sekolah dan masyarakat
4.3 Bekerja sama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.
4.4 Mengelompokkan kesamaan identitas suku bangsa (pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, dan upacara adat), social ekonomi (jenis pekerjaan orang tua) di lingkungan rumah, sekolah dan
masyarakat sekitar
Bahasa Indonesia
3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan
tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah
kosakata baku
IPS
3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi
4.5 Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi
SBdP
3.3 Membedakan panjang-pendek bunyi, dan tinggi-rendah nada dengan gerak tangan
4.5 Menyanyikan lagu dengan gerak tangan dan badan sesuai dengan tinggi rendah nada
C. INDIKATOR
PPKn
• Menjelaskan keberagaman yang ada di Indonesia dalam bentuk tulisan
• Menjelaskan ciri khas suku Minang dalam bentuk peta pikiran
• Menuliskan contoh perilaku sebagai bentuk kebanggaan menjadi anak Indonesia
Bahasa Indonesia
• Mengolah informasi dari teks “Mengenal Suku Minang” dalam bentuk peta pikiran
IPS
• Menjelaskan sikap yang harus ditunjukkan untuk menghormati keberagaman dalam bentuk tulisan
SBdP
• Menyanyikan lagu “Aku Anak Indonesia “ dengan tinggi rendah nada yang sesuai
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
• Setelah mengamati gambar dan diskusi kelas, siswa mampu menjelaskan keberagaman yang ada di Indonesia dalam bentuk tulisan dengan benar.
• Setelah membaca teks “Mengenal Suku Minang”, siswa mampu mengolah informasi
dalam bentuk peta pikiran dengan benar.
• Setelah mencari informasi keragaman teman sekelasnya dan berdiskusi, siswa
mampu menjelaskan sikap yang harus ditunjukkan untuk menghormati keberagaman
dalam bentuk tulisan dengan benar.
• Setelah bernyanyi dan berdiskusi, siswa mampu menuliskan contoh perilaku sebagai
bentuk kebanggaan menjadi anak Indonesia dengan benar.
• Setelah bernyanyi dan berdiskusi, siswa mampu membedakan tinggi rendah notasi
yang sesuai
E. PENDEKATAN & METODE
Pendekatan : scientific
Strategi : cooperative Learning
Teknik : Example Non Example
Metode : penugasan, Tanya jawab, diskusi, dan ceramah
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan
1. Mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran)
2. Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa
3. Menginformasikan Tema/tujuan yang akan dicapai yang akan dibelajarkan
10 menit
Inti
1. Siswa mengamati peta budaya perbedaan pakaian adat, rumah adat, tarian adat, dan alat musik
tradisional.
2. Siswa menjawab pertanyaan yang ada pada buku siswa.
3. Siswa mendiskusikan jawaban secara berkelompok
4. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.
5. Siswa membaca teks “Mengenal Suku Minang”.
Siswa mengambil informasi penting dari teks yang
dibacanya dan menuliskannya dalam bentuk peta
pikiran.
6. Siswa mencari asal-usul daerah teman-temannya di
kelas melalui kegiatan bertanya-jawab tentang suku, agama, dan ciri khas daerah masing-masing. Ciri khas daerah dapat dilihat dari berbagai sisi (bangunan, pakaian, rumah adat, bahasa, upacara adat, dan lain-lain).
7. Siswa membuat kesimpulan dari tabel hasil wawancara.
8. Siswa menjawab pertanyaan yang ada pada buku
siswa.
9. Siswa mengisi tabel tentang sikap yang berkaitan
dengan keberagaman.
10. Siswa mendiskusikan isi dan makna lagu “Aku Anak Indonesia” dalam kelompoknya.
11. Setiap kelompok berpresentasi di depan kelas.
12. Siswa diberi penguatan tentang pentingnya memiliki kebanggaan menjadi anak Indonesia.
13. Semua siswa menceritakan alasan mengapa harus
bangga menjadi anak Indonesia.
14. Siswa juga menuliskan perilaku yang menunjukkan
rasa bangga menjadi anak Indonesia.
15. Siswa menunjukkan tulisannya kepada seorang teman.
16. Siswa menjawab pertanyaan perenungan yang ada pada buku siswa.
Penilaian Proses:
a. Guru mengamati semangat, kekompakan dan ketaatan pada aturan main
b. Guru berkeliling mengamati anak dalam mengerjakan tugas
c. Menilai tanggung jawabnya, kedisiplinannya, keaktifannya, mendominasi atai tidak dsb)
d. Menilai dengan lembar pengamatan perilaku
Keterangan:
Diharapkan semangat, kekompakan dan ketaatan pada aturan main akan menghasilkan tanggung jawab, disiplin, dan aktif
Penutup
1. Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi)
2. Guru bersama siswa menyimpulkan materi
3. Melakukan penilaian hasil belajar
4. Mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran)
5. Mengamati sikap siswa dalam berdoa (sikap duduknya, cara membacanya, cara melafalkannya dsb)
6. Apabila ada siswa yang kurang benar dan kurang sempurna dalam berdoa, maka setelah selesai kegiatan berdoa, langsung diberi nasehat agar besok kalau berdoa lebih disempuranakan
15 menit
G. SUMBER & MEDIA
· Peta budaya (ada pada buku siswa)
· Teks lagu “Aku Anak Indonesia”
H. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian
a. Penilaian Proses
Menggunakan format pengamatan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir
b. Penilaian Hasil Belajar
Menggunakan instrumen penilaian hasil belajar dengan tes tulis dan lisan (terlampir)
2. Instrumen Penilaian
a. Penilaian Proses
· Penilaian kinerja
b. Penilaian Hasil Belajar
· Essay
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Kelas IV
Dra. Hj. Hajrah Naim, M.Pd. Kasmawati Arsyad, S. Pd
Nip 19610823 198203 2 12
Langkah-Langkah Menyusun RPP
Kurikulum 2013
September 18, 2013 by ISHAK - dibaca 176 kali
Leave a Comment
Kurikulum 2013 sudah mulai diterapkan pada tahun ajaran baru 2013/2014, apakah dalam membuat atau menyususn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sama dengan kurikulum sebelumnya, yaitu RPP Berkarakter KTSP? Masih banyak guru yang belum mengetahuinya, proses pelatihan Kurikulum 2013 masih terbatas pada sekolah-sekolah yang mulai 15 Juli 2013 menerapkan Kurikulum 2013.
RPP merupakan rencana kerja yang menggambarkan prosedur, pengorganisasian, kegiatan pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang telah ditetapkan yang telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup RPP paling banyak mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu) indikator atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih.
Seorang guru harus memperhatikan langkah-langkah penyusunan RPP. Dalam RPP Kurikulum 2013 dibagi menjadi tiga langkah besar, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Sebelum menyusun RPP, ada beberapa hal yang harus diketahui :
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar.
Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
Komponen RPP Kurikulum 2013:
Identitas Mata Pelajaran
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Tujuan pembelajaran
Materi ajar
Alokasi waktu
Metode pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Penilaian hasil belajar
Sumber belajar
Menyusun Kegiatan Pembelajaran Kurikulum 2013
1. Kegiatan Pendahuluan
a.) Motivasi
Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari materi yang akan diajarkan
b.) Pemberian acuan
Berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari
Ajuan dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi pelajaran secara garis besar
Pembagian kelompok belajar
Penjelasan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesua dengan rencana langkah-langkah pembelajaran
2. Kegiatan Inti
Proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar
Dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
Menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran dengan proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dilaksanakan melalui aktifitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta.
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan guru mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman/simpulan
Pemberian tes atau tugas dan memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan diluar kelas, dirumah atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
Pada kurikulum 2013 ini, terdapat beberapa perangkat-perangkat pembelajaran telah dipersiapkan oleh Kemendikbud, seperti silabus, Komptensi Inti dan Kompetensi Dasar sedangkan penyusunan RPP masih menjadi kewajiban guru. Penerapan Kurikulum 2013 dilaksanakan secara bertahap hingga tahun 2015.
Contoh RPP:
Disusun Oleh: Teuku Alamsyah, M. Pd.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : V
Semester : 1
Waktu : 2 x 35 menit (1 x Pertemuan)
Topik : Cerita Rakyat Tanah Gayo
A. Standar Kompetensi
Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan
B. Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya.
C. Indikator
Setelah mempelajari topik ini siswa diharapkan dapat:
1. Menentukan tema cerita Putri Pukes.
2. Menentukan amanat cerita Putri Pukes.
3. Menyebutkan tokoh-tokoh cerita dalam cerita rakyat Putri Pukes.
4. Mengidentifikasi setting cerita (setting tempat dan setting waktu) dalam cerita Putri Pukes.
5. Menuliskan kembali isi cerita Putri Pukes dengan kata-kata sendiri.
D. Konsep yang perlu dikuasai siswa
· Tema cerita
· Amanat cerita
· Tokoh dan penokohan dalam cerita
· Setting cerita
· Menggunakan tanda baca yang tepat dan kalimat yang runtut ketika menulis
E. Nilai yang Diintegrasikan
1. Nilai Imtaq
· Nilai-nilai religius yang berkembang di suatu daerah sebagaimana terungkap dalam tema dan amanat cerita.
2. Keragaman Budaya dan Kebajikan Lokal
· Menghargai Keragaman Budaya di daerah lain, seperti: (1) adat perkawinan dan (2) situs budaya,
F. Pendekatan/Metode Pembelajaran:
Pendekatan : Kontekstual
Metode : Audiolingual
Integratif
Diskusi
G. Materi Pembelajaran
1) Ringkasan Cerita Putri Pukes
Tersebutlah di Tanah Gayo seorang putri yang bernama Pukes. Putri ini lazim disapa Putri Pukes. Putri Pukes sejak kecil hidup bahagia bersama kedua orang tuanya di sebuah rumah adat gayo. Ketika menginjak usia dewasa, Putri Pukes telah menjadi gadis yang cantik jelita, bertabiat santun, dan penuh pengabdian kepada kedua orang tuanya. Sebuah keluarga di kampong tetangga mendengar berita tentang Putri Pukes dan dia berniat melamar Putri Pukes untuk menjadi menantunya. Putri Pukes akan dikawinkannya dengan putranya Banta Keumari. Datanglah utusan ke rumah orang tua Putri Pukes untuk melamar sang gadis. Singkat cerita, lamaran diterima dan waktu acara pernikahan pun sudah ditetapkan.
Tibalah hari yang ditunggu-tunggu. Pesta meriah ala Tanah Gayo pun berlangsung. Tetamu datang dari berbagai penjuru desa. Tidak lupa pula ditampilkan Tari Guel, Tari Reusam Beurume, dan Tari Putroe Bungsu. Semua tamu merasa terhibur. Acara pesta berlangsung tiga hari tiga malam.
Esoknya adalah hari yang bersejarah bagi Putri Pukes. Ia harus rela berpisah dengan kedua orang tuanya, sanak saudaranya, handai tolan, dan rumahnya tercinta tempat ia mengukir kasih mesra bersama ayah bunda dan adik-adiknya. Ia harus rela pula berpisah dengan tepian air tempat ia bermandi sejak kecil hingga ia dewasa. Semua itu harus ia tinggalkan. Putri Pukes akan mengiringi suaminya hidup bersama mertua di kampung suaminya. Sulit ia bayangkan kapan ia akan dapat kembali lagi ke kampung halamannya tercinta. Memang adat negerinya sudah demikian adanya.
Ketika akan berangkat meninggalkan rumahnya, ibundanya berpesan, “Wahai anakku Putri Pukes. Kini engkau telah dewasa, engkau telah bersuami. Kami telah mendidikmu dengan segenap kemampuan yang ada. Kini tempuhlah hidupmu dan jadilah dirimu sendiri. Kemesraan yang pernah ada antara kita kini akan berganti dengan kemesraan dalam bentuk yang lain. Dengarlah kata-kata suamimu dan berbaktilah padanya sebagaimana layaknya seorang istri. Janganlah engkau pernah bermasam muka pada suamimu. Semoga engkau menemukan kebahagiaan dalam hidupmu anakku! Satu lagi pesanku, “Setelah meninggalkan rumah ini jangan sekalipun engkau menoleh ke belakang. Teruslah berjalan ke kampong suamimu.
Di tengah perjalanan batas antara kampungnya dan kampung suaminya, kerinduan Putri Pukes tak terbendung lagi. Tanpa sadar ia menoleh ke belakang. Tampak olehnya sayup-sayup atap rumahnya dan tampak pula sepintas pohon Alpukat bergoyang bersama angin. Namun, tanpa diduga tiba-tiba langit kelam, hujan turun disertai petir yang menggelegar. Putri Pukes dan suaminya terkesima. Setelah cuaca bersahabat kembali, Putri Pukes dan suaminya telah menjadi batu dan hingga kini batu tersebut dapat dijumpai di daerah perbatasan Kota Takengon menuju Bintang.
(Penulis: Teuku Alamsyah)
2) Kaidah Penggunaan Tanda Baca (tanda titik, tanda koma, tanda titik dua)
Tanda baca berupa tanda titik, tanda koma harus digunakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dalam kaidah EYD.
Contoh:
· Cerita itu sangat menarik.
· Kita harus patuh, sayang, dan berbakti kepada kedua orang tua.
3) Struktur kalimat bahasa Indonesia
Contoh:
· Putri Pukes menceritakan tentang keadaan kampung halamannya.
Kalimat tersebut tergolong sebagai kalimat yang salah strukturnya. Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.
· Putri Pukes bercerita tentang keadaan kampung halamannya.
· Putri Pukes menceritakan keadaan kampung halamannya.
I. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Memperkenalkan gambaran umum pembelajaran: Mendata Cerita Rakyat di NAD
Membentuk kelompok:
· Setiap siswa diminta memilih salah satu potongan karton manila dengan warna yang disenanginya. Potongan-potongan kertas manila diisi dalam sebuah kotak dan jumlahnya disesuaikan dengan jumlah siswa.
· Potongan karton manila yang telah dipilih tidak boleh diperlihatkan kepada teman sekelas.
· Setelah semua siswa mendapat potongan-potongan karton manila, mereka diminta mencari teman yang memilih potongan karton manila dengan warna yang sama.
· Setiap siswa diminta duduk sekelompok dengan teman yang memilih potongan karton manila dengan warna yang sama.
15 Menit
2) Kegiatan Inti
· Mendengarkan cerita Putri Pukes yang diceritakan oleh guru atau diperdengarkan mela lui tape recorder.
· Cerita diperdengarkan sebanyak dua kali
· Setiap siswa dalam kelompok mengidentifikasi tema, amanat, tokoh dan penokohan, serta setting cerita
· Setiap kelompok berdiskusi dan membuat simpulan hasil diskusi
· Setiap kelompok selama 7 menit diminta mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
· Kelompok lain diminta mengomentari
· Setiap kelompok membuat simpulan hasil diskusi.
· Membubarkan kelompok dan memberikan applus untuk kegiatan pembelajaran hari itu
· Setiap siswa menuliskan kembali isi cerita dengan memperhatikan kaidah-kaidah bahasa.
45 Menit
3) Kegiatan Penutup
· Memberikan penguatan
· Membuat simpulan
· Menentukan batas-batas tugas untuk pertemuan berikutnya.
· Membuat refleksi/menulis jurnal tentang proses pembelajaran
15 Menit
Referensi RPP:
Depdiknas. 2007. Standar Isi KTSP. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2006. Pintar Berbahasa Indonesia untuk Kelas V SD. Jakarta:
Depdiknas.
Nurgiyantoro, Burhan. 2003. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:BPFE
LK. Ara. 1989. Adat Budaya Tanah Gayo. (Tidak diterbitkan)
LEMBAR KERJA SISWA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : V
Semester : 1
Waktu : 2 x 35 menit (1 x Pertemuan)
Topik : Cerita Rakyat Tanah Gayo
I. Konsep
Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat:
· Nilai Agama
· Nilai Budaya
· Nilai Moral
II. Hasil yang Diharapkan
· Siswa dapat membuat sinopsis Cerita Rakyat NAD
· Siswa dapat menuliskan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rak-
yat yang dibacanya.
III. Prosedur
1) Setelah pulang sekolah, kunjungilah perpustakaan wilayah atau toko-toko buku.
2) Carilah buku-buku cerita rakyat NAD.
3) Bacalah cerita-cerita tersebut dengan cermat.
4) Pilihlah sebuah cerita dan buatlah sinopsis atau ringkasan cerita.
5) Identifikasikablah nilai agama, nilai budaya, dan nilai moral yang
terdapat dalam cerita rakyat yang kamu baca.
6) Tulislah masing-masing sebuah contoh kutipan nilai agama, nilai
budaya, dan nilai moral dalam cerita rakyat yang kamu baca.
IV. Nilai yang Dikembangkan
1. Nilai Kebajikan Lokal
· Dapat menerapkan nilai-nilai yang terdapat dalam cerita
rakyat dalam kehidupan
· Menumbuhkan apresiasi siswa terhadap cerita rakyat NAD.
Nilai Keragaman Budaya
Menumbuhkan kesadaran siswa bahwa di NAD terdapat
beragam cerita rakyat.
Melalui cerita rakyat, siswa mengenal keragaman budaya
di NAD.
V. Hasil Temuan
1) Cerita-cerita Rakyat NAD
Amat Rhang Manyang
Si Tanggang dari Haloban
Ompung Garagasi
Putri Pukes
Putri Bensu
Malem Diwa
Si Pikhikh dan Bekhudihe
Atu Belah
Teumaleuk
Putri Naga
Pulo Asok
Nun Parisi
2) Nilai-nilai dalam Cerita Rakyat
a) Nilai Agama
· Mendengar nasihat orang tua
· Berbakti pada orang tua
· Mendirikan shalat
· Berikhtiar dan berdoa
b) Nilai moral
· Memupuk rasa setia kawan
· Menghargai orang lain
· Menjauhkan sifat iri dan dengki
· Menjunjung tinggi sopan santun
c) Nilai Budaya
· Adat perkawinan di Tanah Gayo
· Acara peusijuek di Aceh Selatan
· Mengangkat tangan kanan ketika menyapa orang lain
· Tradisi “Rabu Abeh” pada bulan Safar
LEMBAR EVALUASI
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : V
Semester : 1
Waktu : 2 x 35 menit (1 x Pertemuan)
Topik : Cerita Rakyat Tanah Gayo
Prosedur Evaluasi
Ranah yang Diukur
Cara Penilaian
Skor
Penilai
A. Kognitif
Tes tentang:
tema,
amanat,
penokohan,
setting, dan
kemampuan
menulis.
· Akademik Promt (penilaian proses) dilakukan secara lisan
· Tes tertulis menyangkut
a. unsur intrinsik cerita
b. Kemampuan menulis cerita
10-50
10-50
Guru
B. Afektif
Apresiasi
terhadap
budaya
daerah
· Pengamatan
Tinggi
Sedang
Rendah
Guru
C. Psikomotor
--
--
--
Butir Soal
1) Tuliskan tema yang terkandung dalam cerita Putri Pukes!
2) Tuliskan amanat yang terdapat dalam cerita Putri Pukes!
3) Sebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita Putri Pukes!
4) Sebutkan setting tempat dan setting waktu dalam cerita Putri
Pukes!
5) Tulislah kembali cerita Putri Pukes dengan kata-katamu sendiri!
BAB IV
RANGKUMAN
Ada perbedaan yang mendasar antara pengertian pendekatan, metode, teknik, dan strategi. Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Jenis-jenis pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia: pendekatan Whole Language, kontekstual, komunikatif, dan integratif. Jenis-jenis metode pembelajaran bahasa Indonesia: metode audiolingual, komunikatif, produktif, langsung, partisipatori, membaca, tematik, kuantum, diskusi, dan kerja kelompok kecil (small-group work). Jenis-jenis strategi pembelajaran: langsung (direct instruction), cooperative learning, problem solving, mengulang, elaborasi, dan organisasi.
BAB V
PENILAIAN
I. Essai
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan tepat!
1. Jelaskan perbedaan antara pengertian pendekatan, metode, teknik, dan strategi!
2. Berikan alasan mengapa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD guru dapat menggunakan pendekatan Whole Language!
3. Jelaskan kelebihan dan kekurangan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bahasa Indonesia!
4. Berikan alasannya, mengapa dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru dapat menggunakan metode audiolingual !
5. Jelaskan perbedaan antara strategi cooperative learning dengan problem solving!
II. Tugas
Kerjakanlah tugas di bawah ini di lembar kerja!
1. Buatlah rancangan pembelajaran bahasa Indonesia (RPP) Kelas yang diampu berdasarkan SK dan KD yang terdapat dalam Standar Isi!
2. Berdasarkan RPP yang dibuat, susunlah Lembar Kerja Siswa dan Lembqar Evaluasi!<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-18702314524272097032014-05-05T00:57:00.000-07:002014-05-05T01:13:04.385-07:001.1 RASIONAL PENGEMBANGAN DAN ELEMEN PERUBAHAN
KURIKULUM 2013
A. Latar Belakang Perlunya Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut. Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis, bertanggung jawab.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
B. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.
1. Tantangan Internal
a. Pemenuhan 8 (delapan)Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
b. Perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. SDM usia produktif yang melimpah apabila memiliki kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya. Namun, apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi beban pembangunan.
2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka.
a. Tantangan masa depan antara lain globalisasi, kemajuan teknologi informasi.
b. Kompetensi masa depan antara lain kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, dan memiliki kesiapan untuk bekerja.
c. Persepsi masyarakat antara lain terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa terlalu berat, kurang bermuatan karakter.
d. Perkembangan pengetahuan dan pedagogi antara lain Neurologi, Psikologi, Observation based [discovery] learning dan Collaborative learning.
e. Fenomena negatif antara lain perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, dan kecurangan dalam ujian.
3. Penyempurnaan Pola Pikir
Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir dalam proses pembelajaran sebagai berikut ini.
a. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa.
b. Dari satu arah menuju interaktif.
c. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring.
d. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki.
e. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata.
f. Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim.
g. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan.
h. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru.
i. Dari alat tunggal menuju alat multimedia.
j. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif.
k. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan.
l. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.
m. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak.
n. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan.
o. Dari pemikiran faktual menuju kritis.
p. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.
4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Penyusunan kurikulum 2013 dimulai dengan menetapkan Standar Kompetensi Lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan menyusun silabus, tetapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru.
5. Pendalaman dan Perluasan Materi
Hasil studi internasional untuk reading dan literacy (PIRLS) yang ditujukan untuk kelas IV SD juga menunjukkan hasil bahwa lebih dari 95% peserta didik Indonesia di SD kelas IVhanya mampu mencapai level menengah, sementara lebih dari 50% siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advance.
Hasil analisis lebih jauh untuk studi PIRLS menunjukkan bahwa soal-soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
- low mengukur kemampuan sampai level knowing
- intermediate mengukur kemampuan sampai level applying
- high mengukur kemampuan sampai level reasoning
- advance mengukur kemampuan sampai level reasoning with incomplete information.
Dalam kaitan itu, perlu dilakukan langkah penguatan materi dengan mengevaluasi ulang ruang lingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum dengan cara meniadakan materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi peserta didik, mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan menambahkan materi yang dianggap penting dalam perbandingan internasional.
C. Karakteristik Kurikulum 2013
Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang berikut ini.
1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.
D. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intrakurikuler dan pembelajaran ekstrakurikuler.
1. Pembelajaran intrakurikuler didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini.
a. Proses pembelajaran intrakurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat.
b. Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru.
c. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted).
d. Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten kompetensi yaitu pengetahuan yang merupakan konten yang bersifat mastery dan diajarkan secara langsung (direct teaching), keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah konten yang bersifat developmental yang dapat dilatih (trainable) dan diajarkan secara langsung (direct teaching), sedangkan sikap adalah konten developmental dan dikembangkan melalui proses pendidikan yang tidak langsung (indirect teaching).
e. Pembelajaran kompetensi untuk konten yang bersifat developmentaldilaksanakan berkesinambungan antara satu pertemuan dengan pertemuan lainnyadan saling memperkuat antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
f. Proses pembelajaran tidak langsung (indirect) terjadi pada setiap kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, rumah dan masyarakat. Proses pembelajaran tidak langsung bukan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) karena sikap yang dikembangkan dalam proses pembelajaran tidak langsung harus tercantum dalam silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru.
g. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui kegiatan mengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak), menanya (lisan, tulis), menganalis (menghubungkan, menentukan keterkaitan, membangun cerita/konsep), mengkomunikasi-kan (lisan, tulis, gambar, grafik, tabel, chart, dan lain-lain).
h. Pembelajaran remedial dilaksanakan untuk membantu peserta didik menguasai kompetensi yang masih kurang. Pembelajaran remedial dirancang dan dilaksanakan berdasarkan kelemahan yang ditemukan berdasarkan analisis hasil tes, ulangan, dan tugas setiap peserta didik. Pembelajaran remedial dirancang untuk individu, kelompok atau kelas sesuai dengan hasil analisis jawaban peserta didik.
i. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan.
2. Pembelajaran Ekstrakurikuler.
Pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler wajib.Kegiatan ekstrakurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung kegiatan intrakurikuler.
E. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini.
1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.
2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun.
3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
4. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaidah kurikulum berbasis kompetensi.
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.
9. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
10. Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan proses memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.
F. Struktur Kurikulum SD/MI
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama satu semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar SD/MI adalah 35 menit. Struktur Kurikulum SD/MI adalah sebagai berikut.
Tabel 1.1 Struktur Kurikulum SD/MI
MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU BELAJAR
PER MINGGU
I II III IV V VI
Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 5 5 6 5 5 5
3. Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7
4. Matematika 5 6 6 6 6 6
5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3
6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3
Kelompok B
1. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 4 4 4
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan 4 4 4 4 4 4
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 30 32 34 36 36 36
Keterangan:
Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat memuat Bahasa Daerah.
Integrasi Kompetensi Dasar IPA dan IPS didasarkan pada keterdekatan makna dari konten Kompetensi Dasar IPA dan IPS dengan konten Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang berlaku untuk kelas I, II, dan III, sedangkan untuk kelas IV, V dan VI, Kompetensi Dasar IPA dan IPS berdiri sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam tema-tema yang ada untuk kelas IV, V dan VI.
Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi peserta didik aktif. Proses pembelajaran peserta didik aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
G. Elemen-elemen Perubahan Kurikulum 2013
Elemen-elemen perubahan kurikulum 2013 mencakup Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi (SI), Standar Proses, dan Standar Penilaian.
1. Perubahan Kurikulum 2013 pada Kompetensi Lulusan adalah: konstruksi holistik, didukung oleh semua materi atau mapel, terintegrasi secara vertikal maupun horizontal.
2. Perubahan Kurikulum 2013 pada materi pembelajaran dikembangkan berbasis kompetensi sehingga memenuhi aspek kesesuaian dan kecukupan, kemudian mengakomodasi konten lokal, nasional, dan internasional antara lain TIMMS, PISA, PIRLS.
3. Perubahan Kurikulum 2013 pada proses pembelajaran mencakup: a) berorientasi pada karakteristik kompetensi yang mencakup: 1) sikap (Krathwohl): menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan, 2) keterampilan (Dyers): mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyajikan, dan mencipta, dan 3) pengetahuan (Bloom & Anderson): mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta; b) menggunakan pendekatan saintifik, karakteristik kompetensi sesuai jenjang. Untuk SD: tematik terpadu;untuk SMP: tematik terpadu untuk IPA dan IPS, serta mapel; untuk SMA: tematik dan Mapel; c) mengutamakan Discovery Learning dan Project Based Learning.
4. Perubahan Kurikulum 2013 pada penilaian mencakup penilaian berbasis tes dan nontes (portofolio), menilai proses dan output dengan menggunakan authentic assesment, rapor memuat penilaian deskripsi kualitatif tentang sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Selanjutnya dalam Kurikulum 2013 terdapat elemen utama perbaikan kurikulum 2013 seperti terlihat dalam gambar di bawah ini.
Gambar 1.1 Elemen Utama Perbaikan Kurikulum 2013
Selanjutnya Kurikulum 2013 mengusung adanya keseimbangan antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk membangun soft skills dan hard skills seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1.2 Elemen Perubahan
Berdasarkan gambar 2 di atas, elemen perubahan jenjang SD, SMP, SMA, SMK dalam kompetensi lulusan adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Elemen perubahan kedudukan mata pelajaran (isi) adalah kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Elemen pendekatan (isi) kompetensi yang dikembangkan di SD adalah tematik terpadu dalam semua mata pelajaran dengan pendekatan saintifik, di SMP tematik terpadu pada IPA dan IPS, dan mapel, di SMA mapel, di SMK vokasional.
Adanya keseimbangan soft skills dan hard skills tersebut dapat terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1.3 Keseimbangan antara Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan
untuk Membangun Soft Skills dan Hard Skills
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa salah satu karakteristik Kurikulum 2013 adanya keseimbangan antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk membangun soft skills dan hard skills peserta didik dari mulai jenjang SD, SMP, SMA/ SMK, dan PT seperti yang diungkapkan Marzano (1985) dan Bruner (1960). Pada jenjang SD ranah attitude harus lebih banyak atau lebih dominan dikenalkan, diajarkan dan atau dicontohkan pada anak, kemudian diikuti ranah skill, dan ranah knowledge lebih sedikit diajarkan pada anak. Hal ini berbanding terbalik dengan membangun soft skills dan hard skills pada jenjang PT. Di PT ranah knowledge lebih dominan diajarkan dibandingkan ranah skills dan attitude.
Gambar 1.4 Rumusan Proses dalam Kurikulum 2013
Berdasarkan gambar 4, terdapat perluasan dan pendalaman taksonomi dalam proses pencapaian kompetensi. Dalam kurikulum 2013 untuk jenjang SD, SMP, SMA, dan PT memadukan lintasan taksonomi sikap (attitude) dari Krathwohl, keterampilan (skill) dari Dyers, dan Pengetahuan (knowledge) dari Bloom dengan revisi oleh Anderson.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa kreativitas dapat dipelajari dan dapat diterapkan dimana saja, sehingga pendidikan harus diarahkan pada penguatan keterampilan kreatif. Terdapat beberapa perkembangan pemahaman tentang kreativitas. Pemahaman lama terhadap istilah kreatif hanya berlaku untuk dunia seni, kini berkembang untuk bidang yang lain termasuk pendidikan. Menurut Dyers, 2/3 dari kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidikan, 1/3 sisanya berasal dari genetik. Hal tersebut menunjukkan bahwa kreativitas terbentuk bukan hanya karena bakat namun dapat dipelajari.
Terdapat beberapa hukum dalam kreativitas, yakni (1) kreativitas itu menular (Einstein Law), (2) kretivitas itu benda gas (Nathan Law), (3) kreativitas hanya dibatasi oleh ambisi dan imajinasi, (4) berlaku hukum universal pengetahuan (Wiener). Pada kreativitas juga tidak berlaku hukum kekekalan massa, tidak berlaku hukum kekekalan energi, tidak berlaku hukum beda potensial. Hukum tersebut menjelaskan bahwa kreativitas merupakan sesuatu aktivitas yang bisa dipelajari bersama. Kegiatan yang dilakukan secara kolaboratif akan menularkan kreativitas dalam kelompoknya. Pada pelaksanaan pembelajaran guru juga perlu menyediakan “ruang” pada anak untuk mengembangkan kreativitasnya seluas mungkin karena kreativitas memiliki hukum layaknya gas yang menempati ruangnya. Untuk itu aktivitas pembelajaran hendaknya dirancang agar peserta didik bisa bebas mengeksplorasi ide-ide dan kemampuannya dalam mengerjakan tugas. Tampunglah semua ide-ide tersebut, kemudian diskusikan bersama untuk menetapkan ide mana yang bisa diwujudkan. Dengan demikian peserta didik akan terbiasa untuk menggali potensi dan kreativitasnya dalam proses belajar.
Gambar 1.5 Ruang Lingkup Keterpaduan dan Prosesnya
Berdasarkan gambar 5 menjelaskan ruang lingkup keterpaduan dan prosesnya yang mencakup: a) keterpaduan dalam mapel (integrasi vertikal) bersifat intradisipliner, b) keterpaduan antarmapel (integrasi horizontal) yang bersifat multidisipliner dan interdisipliner, dan c) keterpaduan luar mapel (transdisipliner) yang bersifat berbasis konteks melalui observasi.
Langkah penguatan terjadi pada proses pembelajaran dan proses penilaian. Penguatan pada proses pembelajaran karakteristik penguatannya mencakup: a) menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan dengan tetap memperhatikan karakteristik siswa, b) menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran, c) menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberitahu (discovery learning), dan d) menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berpikir logis, sistematis, dan kreatif. Penguatan pada penilaian pembelajaran karakteristik penguatannya mencakup: a) mengukur tingkat berpikir mulai dari rendah sampai tinggi, b) menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam (bukan sekedar hafalan), c) mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa, dan d) menggunakan portofolio pembelajaran siswa.
Critical point implementasi Kurikulum 2013 dapat dilihat dari: a) perancangan RPP, b) pelaksanaan pembelajaran sesuai RPP, c) supervisi pendampingan, dan d) budaya mutu sekolah.
a. Perancangan RPP mencakup: Kompetensi Dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran, mengalir secara logis ke materi ajar, rancangan proses dan aktivitas belajar, sumber dan media, output/produk siswa, dan penilaian.
b. Pelaksanaan pembelajaran sesuai RPP mencakup: instrumen pengendalian, dan indeks kesesuaian RPP dengan pelaksanaan.
c. Supervisi pendampingan mencakup: pedoman pelaksanaan supervisi, pelaksanaan, eksekusi rekomendasi supervisi, dan sistem pelaporan perbaikan pasca supervisi.
d. Budaya mutu sekolah mencakup: standar mutu, kepemimpinan, atmosfir sekolah, ketaatan terhadap standar, dan proses pembudayaan (penguatan dan penghargaan).
<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-4502274357537922672012-12-11T20:26:00.000-08:002012-12-11T20:26:11.497-08:00Contoh RPP Berbasis Karakter Kelas VI Sekolah DasarRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
KELAS VI
SEMESTER 1
Disusun Oleh:
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP : 197004121998031009
SDN KAMPUNG BARU 2
UPTD.PENDIDIKAN DASAR KEC.BENDA
DINAS PENDIDIKAN KOTA TANGERANG
BANTEN
2012
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VI (Enam)
Semester : I (Satu)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit.
Standar Kompetensi**
1. Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.
Kompetensi Dasar
1.1 Mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menyebutkan macam-macam perlawanan di daerah pada masa penjajahan.
Siswa mampu menceritakan arti dan nilai Kebangkitan Nasional.
Siswa mampu menceritakan arti dan nilai yang terkandung dalam Sumpah Pemuda.
Siswa mampu mendeskripsikan nilai-nilai juang para pahlawan ( NK. Semangat kebangsaan : Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya )
Siswa mampu menjelaskan proses perjuangan meraih kemerdekaan. ( NK. Cinta tanah air : Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. )
Karakter siswa yang diharapkan :
Semangat kebangsaan,
Cinta tanah air.
Kewirausahaan/Ekonomi Kreatif :
Percaya diri, Berorientasi tugas dan hasil, Berani mengambil resiko
B. Materi Ajar
Indonesia dijajah oleh bangsa asing.
Kebangkitan Nasional.
Sumpah Pemuda.
Indonesia di Jajah Bangsa Asing
o Penjajahan Portugis
o Penjajahan Belanda
Selepas Syarikat Hindia Timur Belanda (SHTB) menjadi muflis pada akhir abad ke-18 dan selepas penguasaan United Kingdom yang singkat di bawah Thomas Stamford Raffles, pemerintah Belanda mengambil alih pemilikan SHTB pada tahun 1816. Belanda berjaya menumpaskan sebuah pemberontakan di Jawa dalam Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830. Selepas tahun 1830, sistem tanam paksa yang dikenali sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda mula diamalkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasaran dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dan sebagainya. Hasil-hasil tanaman itu kemudian dieksport ke luar negara. Sistem ini memberikan kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik orang Belanda mahupun orang Indonesia. Sistem tanam paksa ini yang merupakan monopoli pemerintah dihapuskan pada masa yang lebih bebas selepas tahun 1870.
Pada tahun 1901, pihak Belanda mengamalkan apa yang dipanggil mereka sebagai Politik Beretika (bahasa Belanda: Ethische Politiek) yang termasuk perbelanjaan yang lebih besar untuk mendidik orang-orang pribumi serta sedikit perubahan politik. Di bawah Gabenor Jeneral J.B. van Heutsz, pemerintah Hindia-Belanda memperpanjang tempoh penjajahan mereka secara langsung di seluruh Hindia-Belanda, dan dengan itu mendirikan asas untuk negara Indonesia pada saat ini.
o Pendudukan Jepun
Pada bulan Julai 1942, Sukarno menerima tawaran Jepun untuk mengadakan kempen awam supaya membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawapan kepada keperluan-keperluan tentera Jepun. Sukarno, Mohammad Hatta, dan Ki Bagus Hadikusumo dikurniakan pingat oleh maharaja Jepun pada tahun 1943. Tetapi pengalaman Indonesia daripada penguasaan Jepun amat berbeza-beza, bergantung kepada tempat duduk seseorang serta status sosialnya. Bagi mereka yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami seksaan, penganiayaan seks kanak-kanak, penahanan sembarangan dan hukuman mati, serta kejahatan-kejahatan perang yang lain. Orang Belanda dan orang kacukan Indonesia-Belanda merupakan sasaran yang utama untuk kezaliman pada zaman penguasaan Jepun di Indonesia.
Pada bulan Mac 1945, Jepun membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Dalam mesyuarat pertamanya pada bulan Mei, Soepomo mencadangkan persepaduan negara dan membantah individualisme; sementara itu, Muhammad Yamin mengusulkan bahawa negara baru tersebut juga sekaligus menuntut Sarawak, Sabah, Tanah Melayu, Portugis Timur, dan seluruh wilayah Hindia-Belanda sebelum perang.
Pada 9 Ogos 1945, Sukarno, Hatta dan Radjiman Widjodiningrat terbang ke Vietnam untuk bertemu dengan Marsyal Terauchi. Akan tetapi mereka diberitahu bahawa angkatan tentera Jepun sedang menuju ke arah kehancuran. Walaupun demikian, Jepun beringinkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Ogos.
Kebangkitan Nasional Indonesia
Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.
Tokoh-Tokoh
Tokoh-tokoh yang mempolopori Kebangkitan Nasional, antara lain yaitu :
1. Sutomo
2. Gunawan
3. Dr. Tjipto Mangunkusumo
4. Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hajar Dewantara)
5. dr. Douwes Dekker dan Lain-Lain
Asal Usul Kebangkitan Nasional
Selanjutnya pada 1912 berdirilah Partai Politik pertama Indische Partij. Pada tahun ini juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (Yogyakarta) dan Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang.Suwardi Suryaningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis Als ik eens Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda), 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi karena "boleh memilih", keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Hindia Belanda.Saat ini, Tanggal berdirinya Boedi Oetomo, 20 Mei, dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudia mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi Mengangkat Harkat dan Martabat Hidup Orang Indonesia Asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.[1]
Isi
Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Kongres Pemuda Indonesia Kedua
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu "Indonesia Raya" karya Wage Rudolf Supratman yang dimainkan dengan biola saja tanpa syair, atas saran Sugondo kepada Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.
Peserta
Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie namun sampai saat ini tidak diketahui latar belakang organisasi yang mengutus mereka. Sementara Kwee Thiam Hiong hadir sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Diprakarsai oleh AR Baswedan pemuda keturunan arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkan Sumpah Pemuda Keturunan Arab.
Museum Sumpah Pemuda
Bangunan di Jalan Kramat Raya 106, tempat dibacakannya Sumpah Pemuda, adalah sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa milik Sie Kok Liong
Gedung Kramat 106 sempat dipugar Pemda DKI Jakarta 3 April-20 Mei 1973 dan diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973 sebagai Gedung Sumpah Pemuda. Gedung ini kembali diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974. Dalam perjalanan sejarah, Gedung Sumpah Pemuda pernah dikelola Pemda DKI Jakarta, dan saat ini dikelola Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual.
Pendekatan Cooperatif Learning.
Diskusi dengan teman sebangku.
Tanya jawab.
Penugasan.
D. Langkah-langkah Kegiatan
Kegiatan Awal
Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama.
Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
Bertanya jawab tentang kegiatan selama liburan.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Menyimak teks yang dibaca oleh siswa yang ditunjuk secara bergiliran mengenai Indonesia dijajah oleh bangsa asing dengan rasa Semangat kebangsaan
Menjelaskan suasana pada masa penjajahan.
Diskusi kelas mengenai bangsa apa yang pertama kali datang dan menjajah Indonesia.
Menunjukkan foto/gambar para pahlawan daerah dan menanyakan nama dan asalnya.
Guru menjelaskan mengapa timbul perlawanan rakyat di berbagai wilayah dengan rasa Cinta tanah air
Menyimpulkan Kebangkitan Nasional.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,
Berdiskusi mengenai mengapa timbul kesadaran berbangsa.
Diskusi Kelompok tentang asal-usul Hari Kebangkitan Nasional.
Guru menugaskan siswa untuk menjelaskan isi dan maksud Sumpah Pemuda dengan rasa hormat dan perhatian ( respect ).
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:
Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui
Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan itu untuk mengetahui pencapaian Indikator Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Siswa dan guru membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari.
Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Untuk pengayaan dan mengukur ketercapaian kompetensi, siswa ditugaskan untuk mengerjakan soal-soal yang ada di dalam buku kerja/buku paket PKn
E. Sumber/Bahan Belajar
Gambar/foto para pahlawan, Buku paket , Surat Kabar, dst.
F. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
Semangat Kebangsaan : Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya
Cinta Tanah Air : Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa Menyebutkan isi Pancasila
Menceritakan arti dan nilai Sumpah Pemuda dengan rasa hormat dan perhatian ( respect ).
Menceritakanarti dan nilai Kebangkitan Nasional.
Memahami nilai tiap-tiap butir Pancasila
Mendiskripsi-kan nilai-nilai juang para pahlawan Tugas individu Penilaian sikap
Penilaian lisan
Penilaian tulis Menceritakan mengapa Indonesia dapat dijajah selama ratusan tahun oleh bangsa asing.
Menjelaskan nilai yang terkandung pada Sumpah Pemuda untuk diterapkan pada masa sekarang ini.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VI (Enam)
Semester : I (Satu)
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit (2 pertemuan).
Standar Kompetensi**
1. Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.
Kompetensi Dasar
1.2 Menceritakan secara singkat nilai kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menceritakan nilai kebersamaan dalam proses Perumusan Pancasila. ( NK. Senang membaca : Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.)
Siswa mampu menyebutkan isi perumusan Negara RI. ( NK. Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain )
Siswa mampu menyebutkan isi Piagam Jakarta.
Siswa mampu menyebutkan isi Pancasila dengan baik dan tepat.
Siswa mampu memahami nilai tiap butir Pancasila.
Karakter siswa yang diharapkan :
Senang membaca,
Demokratis,
B. Materi Ajar
Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Perumusan Dasar Negara RI.
Panitia Sembilan.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Rumusan Pancasila yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual.
Pendekatan Cooperatif Learning.
Diskusi kelas.
Tanya jawab.
Penugasan.
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pertemuan pertama dan kedua
Kegiatan Awal
Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran.
Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
Mengajak siswa bertanya jawab tentang kegiatan apa saja yang dilakukan setelah pulang dari sekolah.
Dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang isi dan makna Sumpah Pemuda yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Semua siswa diminta menyimak teks yang dibaca oleh siswa yang ditunjuk secara bergiliran mengenai ”Persiapan Kemerdekaan Indonesia”. Dengan Rasa Senang membaca
Bertanya jawab tentang gambaran keadaan bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang.
Melanjutkan membaca teks tentang BPUPKI secara bergiliran.
Bertanya jawab tetang tujuan dibentuknya BPUPKI.
Melanjutkan membaca teks tentang Perumusan Dasar Negara RI.
Guru bertanya calon rumusan siapakah yang paling mendekati dengan isi Dasar Negara Pancasila.
Melanjutkan membaca teks mengenai Panitia Sembilan secara bergiliran.
Guru menjelaskan hasil kerja Panitia Sembilan.
Membaca teks mengenai Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Dilanjutkan dengan membaca Rumusan Pancasila yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menyebutkan bersama-sama rumusan Pancasila yang disahkan.
Guru menugaskan siswa untuk menjelaskan nilai yang terkandung pada setiap butir Pancasila. Dengan rasa Demokratis
Membaca kemudian menjelaskan dengan kata-kata sendiri mengenai makna lambang Garuda Pancasila.
Menyanyikan lagu Gaaruda Pancasila dengan semangat dan sikap sempurna.
Untuk pengayaan dan untuk mengukur ketercapaian kompetensi, siswa ditugaskan untuk mengerjakan soal-soal yang ada di dalam buku kerja/buku paket PKn
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan itu untuk mengetahui pencapaian Indikator Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Siswa dan guru membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari.
Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
E. Sumber/Bahan Belajar
Gambar/foto Garuda Pancasila.
Buku paket (Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Kelas 6, terbitan narasumber umum)
Buku referensi lain.
Surat Kabar, dst.
F. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
Senang membaca : Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya
Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain Menceritakan nilai kebersamaan dalam proses Perumusan Pancasila.
Menyebutkan isi perumusan Negara RI.
Menyebutkan isi Piagam Jakarta.
Menyebutkan isi Pancasila dengan baik dan tepat.
Memahami nilai tiap butir Pancasila.
Tugas individu penilaian lisan, penilaian unjuk kerja (keberanian anak bercerita). Menjelaskan mengapa terjadi perubahan dalam rumusan Pancasila yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Format Kriteria Penilaian
Produk ( hasil diskusi )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
Performansi
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VI (Enam)
Semester : I (Satu)
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit (2 pertemuan).
Standar Kompetensi**
1. Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.
Kompetensi Dasar
1.3 Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam kehidupan sehari-hari.
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menerapkan nilai-nilai juang para tokoh perumus Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. ( NK. Semangat kebangsaan : Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya & NK. Cinta tanah air : Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,ekonomi, dan politik bangsa )
Karakter siswa yang diharapkan :
Semangat kebangsaan,
Cinta tanah air.
B. Materi Ajar
Meneladani nilai-nilai perjuangan.
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual.
Pendekatan Cooperatif Learning.
Diskusi kelas.
Tanya jawab.
Penugasan.
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pertemuan pertama
Kegiatan Awal
Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran.
Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
Mengajak siswa bertanya jawab tentang kegiatan apa saja yang dilakukan setelah pulang dari sekolah.
Dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang makna Garuda Pancasila yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
Mengajak siswa untuk menyanyikan lagu Garuda Pancasila dengan semangat dan bersungguh-sungguh.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Semua siswa diminta menyimak teks yang dibaca oleh siswa yang ditunjuk secara bergiliran mengenai ”Persiapan Kemerdekaan Indonesia”. Dengan rasa Semangat kebangsaan
Bertanya jawab tentang gambaran keadaan bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Bertanya jawab tentang agama yang diakui di Indonesia beserta tempat ibadahnya.
Guru menugaskan siswa untuk menjawab pertanyaan dengan memilih gambar yang tepat sesuai dengan nilai-nilai perjuangan.
Membahas bersama soal-soal.
Guru menugaskan siswa untuk mewarnai dengan baik jawaban soal yang tepat.
Bertanya jawab mengenai nilai yang dipesankan pada setiap kasus.
Siswa diingatkan untuk mempelajari kembali materi mengenai perjuangan meraih kemerdekaan, proses perumusan Pancasila dan meneladani nilai-nilai perjuangan. Kemudian berlatih soal-soal latihan pada ”Ayo Belajar”, untuk menghadapi ulangan harian pada pertemuan berikutnya. Dengan rasa Cinta tanah air
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan itu untuk mengetahui pencapaian Indikator Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Siswa dan guru membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari.
Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Pertemuan Kedua
Kegiatan Awal
Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran.
Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa diminta untuk menyiapkan kertas ulangan dan peralatan tulis secukupnya di atas meja karena akan diadakan ulangan harian.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Siswa diberikan lembar soal ulangan harian.
Siswa diingatkan mengenai waktu pengerjaan soal ulangan harian, serta diberi peringatan bahwa ada sanksi bila peserta didik menyontek.
Guru mengumpulkan kertas ulangan jika waktu pengerjaan soal ulangan harian telah selesai.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan itu untuk mengetahui pencapaian Indikator Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Siswa dan guru membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari.
Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
E. Sumber/Bahan Belajar
Gambar/foto para pahlawan.
Buku paket (Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Kelas 6, terbitan narasumber umum)
Buku referensi lain.
Surat Kabar, dst.
F. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
Semangat kebangsaan : Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya
Cinta tanah air: Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,ekonomi, dan politik bangsa Menerapkan nila-nilai juang para tokoh perumus Pancasila dalam kehidupan seharí-hari.
Mengerjakan soal dengan baik berkaitan dengan materi mengenai nila-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara. Tugas individu
Tugas latihan.
Ulangan harian Penilain tulisan.
Penam-pilan kap.
Pilihan ganda.
Essai. Menjelaskan mengapa terjadi perubahan dalam rumusan Pancasila yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Robert melihat temannya berkelahi. Sikap yang seharusnya diambil Robert adalah….
Arti Pancasila adalah ....
a. tiga sila
b. empat sila
c. lima sila
d. enam sila
Format Kriteria Penilaian
Produk ( hasil diskusi )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
Performansi
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VI (Enam)
Semester : I (Satu)
Alokasi Waktu : 4x 35 menit (2 pertemuan).
Standar Kompetensi**
2. Memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia.
Kompetensi Dasar
2.1 Menjelaskan proses Pemilu dan Pilkada.
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menceritakan proses pemilu di Indonesia. ( NK, Menghargai, Prestasi : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain )
Siswa mampu menyebutkan arti san asas pemilihan umum di Indonesia. ( NK, Bersahabat / Komunikatif : Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain )
Siswa mampu menyebutkan tahun-tahun pemilihan umum di Indonesia.
Siswa mampu menyebutkan tiga tahapan dalam pemilu tahun 2004.
Siswa mampu menyebutkan persyaratan calon Presiden dan Wakil Presiden.
Siswa mampu menyebutkan daftar Presiden RI.
Siswa mampu menyebutkan tugas dan wewenang KPU Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
Siswa mampu menyebutkan larangan-larangan pada pelaksanaan kampanye.
Siswa mampu menyebutkan aturan-aturan pemilihan Kepala Daerah.
Siswa mampu menyebutkan aturan Peraturan Pemerintah (PP).
Karakter siswa yang diharapkan :
Menghargai, Prestasi,
Bersahabat / Komunikatif,
B. Materi Ajar
Arti dan asas Pemilu
Pelaksanaan Pemilu
Proses Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
Pemilihan Kepala Daerah
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual.
Pendekatan Cooperatif Learning.
Diskusi dengan teman sebangku.
Tanya jawab.
Penugasan.
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pertemuan pertama dan kedua
Kegiatan Awal
Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran.
Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
Membahas tugas yang pekerjaan rumah.
Dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang pelajaran terakhir yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Semua siswa diminta menyimak teks yang dibaca oleh siswa yang ditunjuk secara bergiliran mengenai Pemilihan Umum di Indonesia. Dengan rasa Menghargai, Prestasi
Bertanya jawab mengenai arti dan asas Pemilu
Guru bertanya tentang tujuan diadakannya Pemilu.
Siswa menceritakan proses Pemilu yang pernah dilihat oleh siswa baik secara langsung ataupun melalui layar kaca. Dengan rasa Bersahabat / Komunikatif
Bertanya jawab mengenai syarat Presiden menurut masing-masing siswa.
Semua siswa mengamati lambang tiga peserta pada zaman Orde Baru.
Guru mengajak siswa menyebutkan nama-nama Presiden RI dan wakilnya.
Semua siswa mengamati gambar daftar Presiden RI.
Guru menjelaskan tujuan dan pelaksanaan kampanye
Guru bertanya tentang pengalaman para siswa mengikuti pemilihan di kelasnya, contohnya pemilihan ketua kelas atau ketua OSIS.
Bertanya jawab mengenai sikap yang seharusnya dimiliki pada saat mengikuti pemilihan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan itu untuk mengetahui pencapaian Indikator Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Siswa dan guru membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari.
Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
E. Sumber/Bahan Belajar
Gambar/foto Pemilu.
Buku paket (Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Kelas 6, terbitan narasumber umum)
Surat Kabar, dst.
F. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
Menghargai, Prestasi : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain
Bersahabat / Komunikatif : Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain Menceritakan proses Pemilu di Indonesia.
Menyebutkan arti dan asas Pemilihan Umum di Indonesia.
Menyebutkan tahun-tahun pemilihan umum di Indonesia.
Menyebutkan tiga tahapan dalam pemilu tahun 2004.
Menyebutkan persyaratan calon presiden dan wakil presiden.
Menyebutkan daftar presiden RI.
Menyebutkan tugas dan wewenang KPU Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
Mengetahui larangan-larangan pada pelaksanaan kampanye.
Menyebutkan aturan-aturan pemilihan Kepala Daerah.
Menyebutkan aturan Peraturan Pemerintah (PP). Tugas Individu
Tugas berpasangan Penilaian lisan.
Penilaian tulisan Menjelas-kan mengapa di negara kita diadakan pemilihan umum.
Mengapa pelaksanaan kampanye harus diatur sedemikian rupa?
Buatlah laporan proses pemilihan ketua kelas di sekolahmu
Format Kriteria Penilaian
Produk ( hasil diskusi )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VI (Enam)
Semester : I (Satu)
Alokasi Waktu : 2x 35 menit (1 pertemuan).
Standar Kompetensi**
2. Memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia.
Kompetensi Dasar
2.2 Mendeskripsikan lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen.
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menyebutkan lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen. ( NK. Cinta Damai : Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. )
Siswa mampu menyebutkan wewenang MPR. ( NK, Senang membaca : Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya )
Siswa mampu menyebutkan tugas, fungsi, dan hak-hak DPR.
Siswa mampu menyebutkan tugas-tugas DPD.
Siswa mampu menyebutkan tugas-tugas legislatif Presiden bersama DPR.
Siswa mampu menyebutkan tugas BPK.
Siswa mampu menyebutkan tugas-tugas Mahkamah Agung (MA).
Siswa mampu menyebutkan kewenangan MK.
Siswa mampu menyebutkan fungsi Komisi Yudisial.
Karakter siswa yang diharapkan :
Cinta Damai,
Senang membaca,
B. Materi Ajar
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Presiden.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Kekuasaan Kehakiman.
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual.
Pendekatan Cooperatif Learning.
Diskusi dengan teman sebangku.
Tanya jawab.
Penugasan.
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pertemuan pertama
Kegiatan Awal
Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran.
Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
Membahas tugas yang pekerjaan rumah.
Dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang pelajaran terakhir yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Semua siswa diminta menyimak teks yang dibaca oleh siswa yang ditunjuk Semua siswa diminta menyimak teks yang dibaca oleh siswa yang ditunjuk secara bergiliran mengenai Lembaga-lembaga Negara.
Guru bertanya tentang fungsi lembaga negara.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Berdiskusi mengenai suasana suatu negara apabila tidak memiliki pemerintah. Dengan Rasa Senang membaca
Guru menjelaskan lembaga-lembaga negara RI.
Berdiskusi mengenai sistem pemerintahan negara RI.
Siswa diminta untuk mengamati bagan hubungan lembaga negara RI. Dengan Rasa Cinta Damai
Guru menjelaskan bagan hubungan lembaga negara RI.
Guru menjelaskan asas pemerintahan Indonesia.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan itu untuk mengetahui pencapaian Indikator Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Siswa dan guru membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari.
Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
E. Sumber/Bahan Belajar
Gambar/foto lembaga-lembaga negara.
Buku paket (Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Kelas 6, terbitan narasumber umum)
Surat Kabar, dst.
F. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
Cinta Damai : Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya
Senang membaca : Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya -Menyebut-kan lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen.
Menyebutkan wewenang MPR.
Menyebutkan tugas, fungsi, dan hak-hak DPR.
Menyebutkan tugas-tugas DPD.
Menyebutkan tugas-tugas legislatif Presiden bersama DPR. Tugas Individu Penilaian tulisan. Menjelas-kan mengapa dalam suatu negara diperlukan lembaga-lembaga negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif).
Format Kriteria Penilaian
Produk ( hasil diskusi )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
Performansi
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VI (Enam)
Semester : I (Satu)
Alokasi Waktu : 4x 35 menit (2 pertemuan).
Standar Kompetensi**
2. Memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia.
Kompetensi Dasar
2.3 Mendeskripsikan tugas dan fungsi pemerintahan pusat dan daerah.
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menyebutkan tugas dan fungsi pemerintahan pusat. ( NK. Tanggung-jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa )
Siswa mampu menyebutkan tugas masing-masing antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. ( NK, Peduli lingkungan : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi )
Siswa mampu menyebutkan tugas dan fungsi pemerintah daerah.
Siswa mampu menyebutkan perangkat daerah.
Karakter siswa yang diharapkan :
Tanggung-jawab,
Peduli lingkungan,
B. Materi Ajar
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Presiden.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Kekuasaan Kehakiman.
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual.
Pendekatan Cooperatif Learning.
Diskusi dengan teman sebangku.
Tanya jawab.
Penugasan.
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pertemuan pertama
Kegiatan Awal
Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran.
Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
Membahas tugas pekerjaan rumah.
Dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang pelajaran terakhir yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Semua siswa diminta menyimak teks yang dibaca oleh siswa yang ditunjuk secara bergiliran mengenai Pemerintah Pusat.
Guru bertanya mengenai defenisi pemerintah.
Tanya jawab tentang sistem pemerintahan Indonesia.
Tanya jawab mengenai defenisi hukum.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Berdiskusi mengenai aparat penegak hukum dan fungsinya. Dengan rasa Tanggung-jawab
Guru menjelaskan sistem pemerintah pusat.
Siswa membaca teks mengenai hubungan pemerintah pusat dan daerah.
Bersama-sama menyebutkan susunan pemerintah daerah.
Guru memberi penjelasan mengenai pemerintah daerah dan fungsinya.
Berdiskusi mengenai otonomi daerah dan fungsinya
Bertanya jawab mengenai manfaaat otonomi daerah.
Guru menugaskan siswa untuk membuat bagan perbandingan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Semua siswa ditugaskan untuk mengerjakan tugas ”Ayo Bercerita”. Dengan rasa Peduli lingkungan
Siswa diingatkan untuk mempelajari kembali materi mengenai pemilihan umum di Indonesia, proses pemilu Presiden/Wakil Presiden dan pilkada, lembaga-lembaga negara, serta pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah, kemudian berlatih soal-soal latihan pada ”Ayo Belajar”, untuk menghadapi ulangan harian pada pertemuan berikutnya.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan itu untuk mengetahui pencapaian Indikator Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Siswa dan guru membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari.
Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Pertemuan Kedua
Kegiatan Awal
Mengajak semua siswa bersoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran.
Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa diminta untuk menyiapkan kertas ulangan dan peralatan tulis secukupnya di atas meja karena akan diadakan ulangan harian.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Siswa diberikan lembar soal ulangn harian.
Siswa diingatkan mengenai waktu pengerjaan soal ulangan harian, serta diberi peringatan bahwa ada sanksi bila peserta didik menyontek.
Guru mengumpulkan kertas ulangan jika waktu pengerjaan soal ulangan harian telas selesai.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
membantu menyelesaikan masalah;
memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Siswa diingatkan untuk mempelajari materi berikutnya, yaitu tentang mengenal peranan Indonesia di Asia Tenggara.
E. Sumber/Bahan Belajar
Bagan pemerintah pusat dan daerah.
Foto/gambar aparat penegak hukum.
Buku paket (Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Kelas 6, terbitan narasumber umum)
Surat Kabar, dst.
F. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
Tanggung-jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa
Peduli lingkungan : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi Menyebutkan tugas dan fungsi pemerintah pusat.
Menyebutkan tugas masing-masing antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Menyebutkan tugas dan fungsi pemerintah daerah.
Menyebutkan perangkat daerah
Mengerjakan soal dengan baik berkaitan dengan materi mengenai Pemilihan Umum di Indonesia, proses Pemilu Presiden/ Wakil Presiden dan Pilkada, lembaga-lembaga negara serta pemerintah pusat dan pemerintah daerah Tugas Kelompok
Ulangan harian. Penilaian tulisan
Pilihan ganda.
Penilaian lisan atau tertulis (uraian). Mencerita-kan pengalaman tentang kampanye pemilu atau pilkada di daerah masing-masing.
Kekuasa-an tertinggi negara berada di tangan ...
a. DPR
b. MPR
c. Presiden
d. menteri
Apa yang dimaksud dengan pemilihan umum?
Format Kriteria Penilaian
Produk ( hasil diskusi )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1
Performansi
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA
Mata Pelajaran Matematika
KELAS VI
SEMESTER 1
Disusun Oleh:
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP : 197004121998031009
SDN KAMPUNG BARU 2
UPTD.PENDIDIKAN DASAR KEC.BENDA
DINAS PENDIDIKAN KOTA TANGERANG
BANTEN
2012
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Matematika Kelas
Semester : VI/1
Pertemuan Ke- : 1-3
Alokasi Waktu : 6 x 35 menit
A. Standar Kompetensi :
1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
1.1 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung termasuk operasi campuran, FPB, dan KPK
C. Tujuan Pembelajaran**
Peserta didik dapat :
Melakukan pekerjaan hitung campuran
Mencari Faktor Prima Suatu Bilangan
Karakter siswa yang diharapkan :
Rasa ingin tahu , Mandiri, Kreatif, Kerja keras, Disiplin, Demokratis, Tanggung-jawab , Menghargai Prestasi
D. Materi Ajar
Operasi Hitung Bilangan Bulat
Sifat-Sifat Operasi Hitung
Pengerjaan Hitung Campuran
Faktorisasi Prima untuk menentukan FPB dan KPK
E. Metode Pembelajaran
games, diskusi
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke 1
Kegiatan Awal
- Melakukan permainan berhitung bilangan bulat dari 1-60 dengan cara zig zag.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Melakukan permainan (games) mengenai bilangan bulat, diskusi, memberi contoh besaran sehari-hari yang menggunakan bilangan positif dan negatif, serta menganalisis dan menyimpulkan definisi bilangan bulat.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Melakukan percobaan dan observasi dengan menggunakan garis bilangan, pengamatan, analisis data dan diskusi untuk dapat menentukan letak bilangan bulat dalam garis bilangan.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
Siswa diberi tugas mengerjakan soal-soal latihan.
Pertemuan ke 2
Kegiatan Awal
- Motivasi dan apersepsi
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Memberikan contoh besaran sehari-hari yang menggunakan bilangan positif dan negatif.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Melakukan diskusi tentang contoh-contoh yang sudah dikemukakan oleh siswa.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
Siswa diberi tugas mengerjakan soal-soal latihan.
Pertemuan ke 3
Kegiatan Awal
- Memberikan motivasi.
- Melakukan tanya jawab dan diskusi tentang materi sebelumnya.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
sifat-sifat operasi hitung termasuk operasi campuran, FPB, dan KPK
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Melakukan percobaan, diskusi dan latihan dengan fasilitas soal-soal
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Memberikan soal latihan untuk lebih memantapkan keterampilan siswa.
Merefleksi proses dan hasil belajar.
G. Alat/Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 6 .
Matematika SD untuk Kelas VI 6A Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 6
H. Penilaian
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI/1
Pertemuan Ke- : 1-3
Alokasi Waktu : 6 x 35 menit
A. Standar Kompetensi :
1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
1.2 Menentukan akar pangkat tiga suatu bilangan kubik
C. Tujuan Pembelajaran**
Peserta didik dapat :
mengenal bilangan kubik,
menentukan akar pangkat 3 pada bilangan kubik.
Karakter siswa yang diharapkan :
Rasa ingin tahu , Mandiri, Kreatif, Kerja keras, Disiplin, Demokratis, Tanggung-jawab , Menghargai Prestasi
D. Materi Ajar
Operasi Hitung Bilangan Bulat
Akar Pangkat Tiga
Arti pangkat tiga suatu bilangan
Mencari hasil pangkat tiga suatu bilangan
E. Metode Pembelajaran
ceramah, diskusi, dan latihan
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke 1-3
Kegiatan Awal
- Memberikan motivasi.
- Melakukan tanya jawab dan diskusi tentang materi sebelumnya.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Menjelaskan teori bilangan kubik dan memberikan contoh perhitungannya.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Secara berpasangan siswa membuat satu soal tentang bilangan kubik dan mengerjakannya di depan kelas.
Menyelesaikan soal-soal yang berubungan dengan bilangan kubik.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Menyimpulkan materi
Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
Memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
G. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 6 .
Matematika SD untuk Kelas VI 6A Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 6
H. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
o Kreaif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
o Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
o Tanggung-jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
o Menghargai Prestasi : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. o Menghitung hasil pangkat tiga dan akar pangkar tiga suatu bilangan
Tes
essay o 163 = ... x ... x ... = ....
o ....
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI/1
Pertemuan Ke- : 1-3
Alokasi Waktu : 6 x 35 menit
A. Standar Kompetensi :
1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
1.3 Menyelesaikan masalah yang melibatkan operasi hitung termasuk penggunaan akar dan pangkat tiga.
C. Tujuan Pembelajaran**
Peserta didik dapat :
Melakukan operasi hitung yang melibatkan bilangan berpangkat tiga
Melakukan operasi hitung yang melibatkan bilangan akar pangkat tiga
Karakter siswa yang diharapkan :
Rasa ingin tahu , Mandiri, Kreatif, Kerja keras, Disiplin, Demokratis, Tanggung-jawab , Menghargai Prestasi
D. Materi Ajar
Operasi Hitung Bilangan Bulat
Akar Pangkat Tiga
Menyelesaikan masalah yang melibatkan operasi hitung termasuk penggunaan akar dan pangkat
E. Metode Pembelajaran
percobaan, diskusi, dan latihan
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke 1-3
Kegiatan Awal
- Memberikan motivasi.
- Menjelaskan kembali akar pangkat dua yang telah dipelajari sebelumnya.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Menyelesaikan masalah yang melibatkan operasi hitung termasuk penggunaan akar dan pangkat tiga..
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Melakukan percobaan terhadap angka-angka dengan perhitungan akar pangkat tiga.
Membuat contoh soal akar pangkat tiga kemudian ditukar dengan temannya dan dibahas di depan kelas.
Melakukan kuis beradu cepat mengerjakan soal akar pangkat tiga.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Menyimpulkan materi
Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
Memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
G. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 6 .
Matematika SD untuk Kelas VI 6A Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 6
H. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
o Kreaif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
o Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
o Tanggung-jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
o Menghargai Prestasi : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. o Menghitung operasi pada bilangan berpangkat Tes
essay o 163 + 123 = ....
o 283 : 73 = ....
o
o dst.
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI/1
Pertemuan Ke- : 1-4
Alokasi Waktu : 8 x 35 menit
A. Standar Kompetensi :
2. Menggunakan pengukuran volume per waktu dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
2.1 Mengenal satuan debit
C. Tujuan Pembelajaran**
Peserta didik dapat :
Mengenal satuan debit
Menentukan hubungan antarsatuan: waktu, volum, kecepatan, dan debit
Melakukan operasi hitung yang melibatkan satuan debit.
Karakter siswa yang diharapkan :
Rasa ingin tahu , Mandiri, Kreatif, Kerja keras, Disiplin, Demokratis, Tanggung-jawab , Menghargai Prestasi
D. Materi Ajar
Pengukuran
E. Metode Pembelajaran
Percobaan, observasi, dan latihan
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke 1-4
Kegiatan Awal
- Memberikan motivasi.
- Melakukan tanya jawab dan diskusi tentang materi sebelumnya.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Mengenal satuan debit
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Melakukan percobaan dan observasi terhadap air keran yang masuk pada tabung ukur, pengamatan, analisis data dan diskusi untuk dapat mengenal dan menentukan satuan debit
Melakukan diskusi dan latihan dengan fasilitas soal-soal
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Menyimpulkan materi
Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
Memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
G. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 6 .
Matematika SD untuk Kelas VI 6A Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 6
Keran
Air
Tabung ukur
H. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
o Kreaif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
o Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
o Tanggung-jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
o Menghargai Prestasi : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. o Menghitung hubungan jam, menit dan detik Tes
performance, kinerja dan lembar soal o Jika volum sebuah tabung 3.850 m3 dapat terisi penuh oleh air selama 70 menit. Berapakah debit airnya?
o dst.
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI/1
Pertemuan Ke- : 1-3
Alokasi Waktu : 6 x 35 menit
A. Standar Kompetensi :
2. Menggunakan pengukuran volume per waktu dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
2.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan debit
C. Tujuan Pembelajaran**
Peserta didik dapat :
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan debit
Karakter siswa yang diharapkan :
Rasa ingin tahu , Mandiri, Kreatif, Kerja keras, Disiplin, Demokratis, Tanggung-jawab , Menghargai Prestasi
D. Materi Ajar
Pengukuran
E. Metode Pembelajaran
diskusi dan latihan
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke 1-3
Kegiatan Awal
- Memberikan motivasi.
- Melakukan tanya jawab dan diskusi tentang materi sebelumnya.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Peserta didik dapat Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan debit
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Melakukan diskusi dan latihan dengan fasilitas soal-soal.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Menyimpulkan materi
Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
Memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
G. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 6 .
Matematika SD untuk Kelas VI 6A Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 6
H. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
o Kreaif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
o Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
o Tanggung-jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
o Menghargai Prestasi : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. o Menghitung masalah dengan rumus debit
Tes
performance, kinerja dan lembar soal o Sebuah tangki yang berbentuk tabung memiliki jari-jari 35 m dan tinggi 10 m. Jika debit air 70 l/jam, berapakah waktu yang diperlukan untuk mengisi setengah tabung tersebut?
dst.
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI/1
Pertemuan Ke- : 1-4
Alokasi Waktu : 8 x 35 menit
A. Standar Kompetensi :
3. Menghitung luas segi banyak sederhana, luas lingkaran, dan volume prisma segitiga
B. Kompetensi Dasar
3.1 Menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari dua bangun datar sederhana.
C. Tujuan Pembelajaran**
Peserta didik dapat :
Menurunkan rumus luas berbagai bangun datar dari luas persegi panjang
Menerapkan rumus luas bangun datar dalam pemecahan masalah
Menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari dua bangun datar sederhana.
Karakter siswa yang diharapkan :
Rasa ingin tahu , Mandiri, Kreatif, Kerja keras, Disiplin, Demokratis, Tanggung-jawab , Menghargai Prestasi
D. Materi Ajar
LUAS dan VOLUME
Luas segi banyak
Menurunkan rumus luas berbagai bangun datar dari luas persegi panjang (Hlm. 50)
Luas Segi Banyak
E. Metode Pembelajaran
percobaan, observasi, diskusi, dan latihan
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke 1-4
Kegiatan Awal
- Memberikan motivasi.
- Melakukan tanya jawab dan diskusi tentang luas berbagai bangun datar.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Peserta didik dapat Melakukan percobaan dengan menggunakan media persegi dan segi tiga yang dibentuk menjadi persegi panjang.
Pengamatan, analisis data, dan diskusi untuk dapat menurunkan rumus luas berbagai bangun datar.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Melakukan diskusi dan latihan dengan fasilitas soal-soal.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Menyimpulkan materi
Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
Memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
G. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
o Kreaif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
o Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
o Tanggung-jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
o Menghargai Prestasi : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. o Menurunkan rumus luas berbagai bangun datar dari luas persegi panjang
o Menghitung luas berbagai bangun datar
Tes
performance, kinerja dan lembar soal o carilah luas bangun dibawah
o dst
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI/1
Pertemuan Ke- : 1-4
Alokasi Waktu : 8 x 35 menit
A. Standar Kompetensi :
3. Menghitung luas segi banyak sederhana, luas lingkaran, dan volume prisma segitiga
B. Kompetensi Dasar
3.2 Menghitung luas lingkaran
C. Tujuan Pembelajaran**
Peserta didik dapat :
Menghitung luas lingkaran
Menerapkan rumus luas lingkaran dalam pemecahan masalah sehari-hari
Karakter siswa yang diharapkan :
Rasa ingin tahu , Mandiri, Kreatif, Kerja keras, Disiplin, Demokratis, Tanggung-jawab , Menghargai Prestasi
D. Materi Ajar
LUAS dan VOLUME
Luas Lingkaran
Menurunkan rumus luas berbagai bangun datar dari luas persegi panjang (Hlm. 50)
Luas Segi Banyak
E. Metode Pembelajaran
diskusi dan latihan
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke 1-4
Kegiatan Awal
- Memberikan motivasi.
- Melakukan tanya jawab dan diskusi tentang luas berbagai bangun datar.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Peserta didik dapat Menghitung luas segi banyak sederhana, luas lingkaran, dan volume prisma segitiga
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Melakukan diskusi dan latihan dengan fasilitas soal-soal.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Menyimpulkan materi
Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
Memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
G. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 6 .
Matematika SD untuk Kelas VI 6A Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 6
Berbagai benda yang berbentuk lingkaran
H. Penilaian
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI/1
Pertemuan Ke- : 1-4
Alokasi Waktu : 8 x 35 menit
A. Standar Kompetensi :
3. Menghitung luas segi banyak sederhana, luas lingkaran, dan volume prisma segitiga
B. Kompetensi Dasar
3.3 Menghitung volume prisma segitiga dan tabung lingkaran
C. Tujuan Pembelajaran**
Peserta didik dapat :
Menurunkan rumus volume berbagai bangun ruang dari volume balok.
Menerapkan rumus volum dalam pemecahan masalah
Karakter siswa yang diharapkan :
Rasa ingin tahu , Mandiri, Kreatif, Kerja keras, Disiplin, Demokratis, Tanggung-jawab , Menghargai Prestasi
D. Materi Ajar
Luas dan volum
Volume Prisma Segitiga dan Tabung Lingkaran
Menerapkan Rumus Volume Tabung Lingkaran
E. Metode Pembelajaran
percobaan, observasi, dan diskusi
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke 1-2
Kegiatan Awal
- Memberikan motivasi.
- Melakukan tanya jawab dan diskusi tentang luas berbagai bangun datar.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Peserta didik dapat Melakukan percobaan dengan menggunakan media prisma segi tiga dan kubus yang dibentuk menjadi balok.
Pengamatan, analisis data dan diskusi untuk dapat menurunkan rumus volum berbagai bangun ruang.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Melakukan diskusi dan latihan dengan fasilitas soal-soal.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Menyimpulkan materi
Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
Memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan ke 3-4
Kegiatan Awal
- Memberikan motivasi.
- Apersepsi
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Peserta didik dapat Menghitung volume prisma segitiga dan tabung lingkaran
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Melakukan percobaan, diskusi dan latihan dengan fasilitas soal-soal untuk dapat mengaplikasikan rumus luas, volume, dan keliling bangun dalam pemecahan masalah sehari-hari.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Menyimpulkan materi
Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
Memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya
G. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 6 .
Matematika SD untuk Kelas VI 6A Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 6
Kubus
Balok
prisma segi tiga
H. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
o Kreaif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
o Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
o Tanggung-jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
o Menghargai Prestasi : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. o Menurunkan rumus volume bangun ruang
o Menghitung volume bangun ruang
Tes
essay dan kinerja o Buatlah laporan hasil percobaan serta kesimpulan rumus-rumus volum yang didapatkan!
o Berapakah volum prisma segi tiga yang memiliki luas alas 28 cm2 dan tinggi 12 cm?
o Sebuah tabung memiliki jari-jari alas 28 cm dan tinggi 10 cm. Hitunglah volumnya!
o dst.
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI/1
Pertemuan Ke- : 1-3
Alokasi Waktu : 6 x 35 menit
A. Standar Kompetensi :
4. Mengumpulkan dan mengolah data
B. Kompetensi Dasar
Mengumpulkan dan membaca data
C. Tujuan Pembelajaran**
Peserta didik dapat :
Membaca data yang disajikan dalam bentuk diagram garis, batang, lingkaran, meliputi nilai data dengan ukuran tertentu, data terbesar, dan terkecil.
Karakter siswa yang diharapkan :
Rasa ingin tahu , Mandiri, Kreatif, Kerja keras, Disiplin, Demokratis, Tanggung-jawab , Menghargai Prestasi
D. Materi Ajar
PENGOLAHAN DATA
Mengumpulkan dan membaca data
Menurunkan data
Membaca data dalam tabel
E. Metode Pembelajaran
observasi dan diskusi
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke 1
Kegiatan Awal
- Memberikan motivasi.
- Apersepsi
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Peserta didik dapat Melakukan kunjungan ke BPS
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Pengamatan, analisis data dan diskusi untuk dapat membaca data yang disajikan dalam berbagai bentuk diagram
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Menyimpulkan materi
Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
Memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan ke 2
Kegiatan Awal
- Memberikan motivasi.
- Melakukan tanya jawab tentang materi sebelumnya.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Peserta didik dapat Membaca data yang disajikan dalam bentuk diagram garis, batang, lingkaran, meliputi nilai data dengan ukuran tertentu, data terbesar, dan terkecil
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Melakukan diskusi dan latihan dengan fasilitas soal-soal
Melakukan observasi terhadap perolehan nilai ulangan matematika siswa SD Assalaam
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Menyimpulkan materi
Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
Memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan ke 3
Kegiatan Awal
- Memberikan motivasi.
- Melakukan tanya jawab tentang materi sebelumnya.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Peserta didik dapat Membaca data yang disajikan dalam bentuk diagram garis, batang, lingkaran, meliputi nilai data dengan ukuran tertentu, data terbesar, dan terkecil
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Melakukan diskusi dan latihan dengan fasilitas soal-soal
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Menyimpulkan materi
Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
Memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya
G. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 6 .
Matematika SD untuk Kelas VI 6A Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 6
Data dari BPS
H. Penilaian
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
o Kreaif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
o Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
o Tanggung-jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
o Menghargai Prestasi : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. o Mengumpulkan data banyak siswa, pelemparan dadu dan pelem[paran mata matauang logam
o Mengumpulkan data nilai Tugas Individu dan Kelompok
Laporan dan unjuk kerja
o Kumpulkan data banyak siswa, pelemparan dadu dan pelem[paran mata matauang logam
o Kumpulkan data nilai
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI/1
Pertemuan Ke- : 1-2
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit
A. Standar Kompetensi :
4. Mengumpulkan dan mengolah data
B. Kompetensi Dasar
4.2 Mengolah dan menyajikan data dalam bentuk tabel
C. Tujuan Pembelajaran**
Peserta didik dapat :
Menyajikan data dalam bentuk tabel, diagram batang, diagram garis, dan diagram lingkaran.
Karakter siswa yang diharapkan :
Rasa ingin tahu , Mandiri, Kreatif, Kerja keras, Disiplin, Demokratis, Tanggung-jawab , Menghargai Prestasi
D. Materi Ajar
PENGOLAHAN DATA
Mengolah dan Menyajikan Data dalam Bentuk Tabel
Mengurutkan abel Tabel (Hlm. 86)
Menyajikan Data dalam Bentuk Tabel
E. Metode Pembelajaran
survei, observasi, dan latihan
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke 1-2
Kegiatan Awal
- Memberikan motivasi.
- Membahas tugas rumah yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Peserta didik dapat Pengamatan dan analisis data hasil survei
Penyajian dalam bentuk diagram
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Melakukan diskusi dan latihan dengan fasilitas soal-soal
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Menyimpulkan materi
Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
Memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
G. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 6 .
Matematika SD untuk Kelas VI 6A Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 6
Data hasil survei dan observasi
H. Penilaian
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
o Kreaif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
o Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
o Tanggung-jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
o Menghargai Prestasi : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Mengurutkan data dan menyajikan data dalam bentuk tabel Tugas Individu
Uraian
Mengurutkanlah data dan menyajikan data dalam bentuk tabel
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI/1
Pertemuan Ke- : 1-5
Alokasi Waktu : 10 x 35 menit
A. Standar Kompetensi :
4. Mengumpulkan dan mengolah data
B. Kompetensi Dasar
4.2 Menafsirkan sajian data
C. Tujuan Pembelajaran**
Peserta didik dapat :
Menentukan rata-rata hitung dan modus dari suatu data
Karakter siswa yang diharapkan :
Rasa ingin tahu , Mandiri, Kreatif, Kerja keras, Disiplin, Demokratis, Tanggung-jawab , Menghargai Prestasi
D. Materi Ajar
PENGOLAHAN DATA
Menafsirkan sajian data
Menentukan data dengan ukuran tertentu
Menentukan data terbesar dan terkecil
Menentukan rata-rata
Modus
E. Metode Pembelajaran
latihan dan diskusi
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke 1-5
Kegiatan Awal
- Memberikan motivasi.
- Apersepsi
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Peserta didik dapat Menentukan rata-rata hitung dan modus dari suatu data
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Melakukan diskusi kelompok terhadap data yang dianalisis.
Membahas hasil kerja siswa dalam diskusi kelas.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Menyimpulkan materi
Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
Memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
G. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 6 .
Matematika SD untuk Kelas VI 6A Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 6
Data
H. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
o Kreaif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
o Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
o Tanggung-jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
o Menghargai Prestasi : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. o Menentukan data dengan ukuran tertentu, terbesar dan terkecil
o Menghitung nilai rata-rata dan data yang paling banyak keluar
Tugas Individu
essay dan kinerja Buatkan rata-rata, modus dan median dari data hasil survei dan observasi kalian!
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
BAHASA INDONESIA
KELAS VI
SEMESTER 1
Disusun Oleh:
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP : 197004121998031009
SDN KAMPUNG BARU 2
UPTD.PENDIDIKAN DASAR KEC.BENDA
DINAS PENDIDIKAN KOTA TANGERANG
BANTEN
2012
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Smester : 6/ Pertama
Standar Kompetansi : 1. Memahami tek dan cerita anak yang dibacakan
Waktu : 2 X 35 menit
MENDENGARKAN
A. Kompetensi Dasar
1.1 Menulis hal-hal penting/ pokok dari suatu Teks yang dibacakan/didengarkan
B. Tujuan Pembelajaran**
Siswa dapat Mendengarkan pembacaan teks
Siswa dapat Melengkapi pernyataan yang sesuai dengan teks
Siswa dapat Menentukan hal-hal penting dari teks yang didengarkan
Siswa dapat Meringkas teks yang didengar-kan berdasarkan hal-hal penting/ pokok
Karakter siswa yang diharapkan :
Tanggung jawab,
C. Materi Pokok
Teks Bacaan
D. Pengalaman Belajar
Kegiatan Awal :
Apersepsi dan Motivasi :
- Tanya jawab tentang Materi pelajaran yang akan dipelajari
- Mengajukan pertanyaan tentang teks bacaan yang akan didengar
Kegiatan Inti :
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Mendengarkan pembacaan teks
Melengkapi pernyatan yang sesuai dengan teks
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menentukan hal-hal penting dari teks yang didengarkan
Meringkas teks yang didengarkan
Menceritakan kembali isi teks yang didengar
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Tanya jawab,diskusi,penugasan
Membaca buku lain yang relevan dengan Materi pelajaran
E. Metode/Sumber Belajar:
Metode : Tanya jawab,diskusi,penugasan, /Multi metode
Sumber Belajar : Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas 6 A Kurikulum 2006 KTSP
F. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
• Tanggung jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. • Siswa dapat mendengarkan pembacaan teks
• Siswa dapat melengkapi pernyataan yang sesuai dengan teks
• Siswa dapat menentukan hal-hal penting dari teks yang didengarkan
• Siswa dapat meringkas teks yang didengarkan berdasar-kan hal-hal penting/ pokok
Lisan
Tertulis
Penugasan Lembar penilaian
Produk • Lengkapi-lah pernyataan yang sesuai dengan teks!
• Ringkaslah teks yang didengar-kan berdasar-kan hal-hal penting / pokok!
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Standar Kompetansi : 1.Mendengarkan
Memahami tek dan cerita anak yang dibacakan
Waktu : 2 X 35 menit
MENDENGARKAN
A. Kompetensi Dasar
1.2 Mengidentifikasi tokoh,watak,latar,tema ,amanat,dari cerita anak yang dibacakan.
B. Tujuan Pembelajaran**
Siswa dapat Mendengarkan cerita anak
Siswa dapat Menjawab pertanyaan sesua dengan cerita yang didengar
Siswa dapat Menentukan tokoh dan sifat tokoh cerita
Siswa dapat Menentukan latar cerita
Siswa dapat Menceritakan kembali cerita yang didengar
Karakter siswa yang diharapkan :
Tanggung jawab
C. Materi Pokok
Cerita anak
D. Pengalaman Belajar
Kegiatan Awal :
Apersepsi dan Motivasi :
- Tanya jawab tentang Materi pelajaran yang akan dipelajari
- Mengajukan pertanyaan tentang cerita anak yang pernah dibaca atau didengar
Kegiatan Inti :
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Mendengarkan cerita anak
Menjawab pertanyaan sesuai dengan cerita yang didengar
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menentukan tokoh dan sifat tokoh cerita
Menentukan latar cerita
Menceritakan kembali cerita yang didengar
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Tanya jawab,diskusi,penugasan
Membaca buku cerita anak
E. Metode/Sumber Belajar:
Metode : Tanya jawab,diskusi,penugasan, /Multi metode
Sumber Belajar : Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas 6 A Kurikulum 2006 KTSP
F. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
• Tanggung jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. • Siswa dapat mendengarkan cerita anak
• Siswa dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan cerita yang didengar
• Siswa dapat menentukan tokoh dan sifat tokoh cerita
• Siswa dapat menentukan latar cerita
• Siswa dapat menceritakan kembali cerita yang didengar Lisan
Tertulis
Penugasan Uraian • Jawablah pertanyaan sesuai dengan cerita yang didengar!
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Smester : 6/ Pertama
Standar Kompetansi : 2. Memberikan informasi dan tanggapan secara lisan
Waktu : 2 X 35 menit
BERBICARA
A. Kompetensi Dasar
2.1 Menyam-paikan pesan/informasi yang diperoleh dari berbagai media dengan bahasa yang runtut,baik dan benar
B. Tujuan Pembelajaran**
Siswa dapat memahami berbagai jenis iklan
Siswa dapat menyampaikan isi iklan secara lisan
Siswa dapat mencari iklan di surat kabar kemudian menyampaikan isinya
Karakter siswa yang diharapkan :
Tanggung jawab
C. Materi Pokok
Teks Iklan
D. Pengalaman Belajar
Kegiatan Awal :
Apersepsi dan Motivasi :
- Tanya jawab tentang Materi pelajaran yang akan dipelajari
- Mengajukan pertanyaan tentang iklan yang pernah dibaca atau didengar
Kegiatan Inti :
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Memahami aneka jenis iklan
Menyampaikan isi iklan secara lisan
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Mencari iklan dari surat kabar kemudian menyampaikan isinya
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Tanya jawab,diskusi,penugasan
Menyusun iklan
E. Metode/Sumber Belajar:
Metode : Tanya jawab,diskusi,penugasan, /Multi metode
Sumber Belajar : Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas 6 A Kurikulum 2006 KTSP
F. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
• Tanggung jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. • Siswa dapat memahami berbagai jenis iklan
• Siswa dapat menyampaikan isi iklan secara lisan
• Siswa dapat mencari iklan di surat kabar kemudian menyampaikan isinya
Lisan
Tertulis
Penugasan Lembar penilaian
Produk • Carilah iklan di surat kabar kemudian menyampaikan isinya!
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Smester : 6/ Pertama
Standar Kompetansi : 2. Memberikan informasi dan tanggapan secara lisan
Waktu : 2 X 35 menit
BERBICARA
A. Kompetensi Dasar
2.2 Menanggapi ( memuji, mengkritik) sesuatu hal disertai alas an yang jelas dengan menggunakan bahasa yang santun
B. Tujuan Pembelajaran**
Siswa dapat Memperagakan percakapan bersama teman
Siswa dapat Membuat kalimat pujian
Siswa dapat Membuat percakapan sederhana dengan menggunakan kalimat pujian
Siswa dapat Memperagakan percakapan yang telah dibuat
Karakter siswa yang diharapkan :
Tanggung jawab
C. Materi Pokok
Kalimat pujian
D. Pengalaman Belajar
Kegiatan Awal :
Apersepsi dan Motivasi :
- Tanya jawab tentang Materi pelajaran yang akan dipelajari
- Mengajukan pertanyaan tentang kalimat pujian yang pernah diucapkan atau didengarnya
Kegiatan Inti :
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Menyampaikan informasi penting secara lisan
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Memperagakan wawancara bersama teman
Menycatat informasi penting dalam wawancara tersebut
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Tanya jawab,diskusi,penugasan
Menyusun kalimat pujian
E. Metode/Sumber Belajar:
Metode : Tanya jawab,diskusi,penugasan, /Multi metode
Sumber Belajar : Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas 6 A Kurikulum 2006 KTSP
F. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
• Tanggung jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. • Siswa dapat memperagakan perca-kapan bersama teman
• Siswa dapat membuat kalimat pujian
• Siswa dapat membuat percakapan sederhana dengan menggunakan kalimat pujian
• Siswa dapat memperagakan percakapan yang telah dibuat
Lisan
Tertulis
Penugasan Lembar penilaian
Produk • Buatlah beberapa kalimat pujian !
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Pelajaran : VI
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Smester : 6/ Pertama
Standar Kompetansi : 3. Memahami teks dengan membaca intensif dan membaca sekilas
Waktu : 2 X 35 menit
MEMBACA
A. Kompetensi Dasar
3.1 Mendeskrifsikan isi dan teknik penyajian suatu laporan hasil pengamatan/kunjungan
B. Tujuan Pembelajaran**
Siswa dapat Membaca laporan hasil pengamatan dan memahami bagian-bagian kerangka yang terdapat dalam teks laporan tersebut
Siswa dapat Menjawab pertanyaan berdasarkan isi laporan pengamatan
Siswa dapat Menyusun laporan kegiatan sesuai kerangka
Siswa dapat Melaporkan hasil pengamatan di depan kelas
Karakter siswa yang diharapkan :
Tanggung jawab
C. Materi Pokok
Laporan hasil pengamatan
D. Pengalaman Belajar
Kegiatan Awal :
Apersepsi dan Motivasi :
- Tanya jawab tentang Materi pelajaran yang akan dipelajari
- Mengajukan pertanyaan tentang tek bacaan laporan pengamatan yang akan dibaca
Kegiatan Inti :
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Menjelaskan kembali isi laporan hasil pengamatan dengan bahasa sendiri
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Membaca laporan hasil pengamatan
Membahas isi laporan hasil pengamatan
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Tanya jawab,diskusi,penugasan
Membaca laporan hasil pengamatan yang relepan kemudian mencatat isinya
E. Metode/Sumber Belajar:
Metode : Tanya jawab,diskusi,penugasan, /Multi metode
Sumber Belajar : Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas 6 A Kurikulum 2006 KTSP
F. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
• Tanggung jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. • Siswa dapat membaca laporan hasil pengamatan dan memahami bagian-bagian kerangka yang terdapat dalam teks laporan tersebut
• Siswa dapat menjawab pertanyaan berdasarkan isi laporan pengamatan
• Siswa dapat menyusun laporan kegiatan sesuai kerangka
• Siswa dapat melaporkan hasil pengama-tan di depan kelas
Lisan
Tertulis
Penugasan Lembar penilaian
Produk • Jawablah pertanyaan berdasarkan isi laporan pengama-tan !
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
7.
8.
9.
10.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Smester : 6/ Pertama
Standar Kompetansi : 3. Memahami teks dengan membaca intensif dan membaca sekilas
Waktu : 2 X 35 menit
MEMBACA
A. .Kompetensi Dasar
3.2 Menanggapi informasi kelompok/rubric khusus ( majalahanak,Koran dll )
B. Tujuan Pembelajaran**
Siswa dapat Membaca intensif teks bacaan
Siswa dapat Menyatakan pernyataan yang sesuai dengan isi bacaan
Siswa dapat Mencatat informasi-informasi penting dari bacaan
Siswa dapat Menanggapi isi bacaan
Karakter siswa yang diharapkan :
Tanggung jawab
C. Materi Pokok
Teks Bacaan
D. Pengalaman Belajar
Kegiatan Awal :
Apersepsi dan Motivasi :
- Tanya jawab tentang Materi pelajaran yang akan dipelajari
- Mengajukan pertanyaan tentang tek bacaan yang akan dibaca atau didengar
Kegiatan Inti :
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Membaca intensif teks bacaan
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menentukan pernyataan yang sesuai dengan isi bacaan
Mencatat informasi penting dari bacaan
Menanggapi isi bacaan
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Tanya jawab,diskusi,penugasan
Membaca teks bacaan lain / buku bacaan yang relepan
E. Metode/Sumber Belajar:
Metode : Tanya jawab,diskusi,penugasan, /Multi metode
Sumber Belajar : Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas 6 A Kurikulum 2006 KTSP
F. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
• Tanggung jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. • Siswa membaca intensif teks bacaan
• Siswa menyatakan pernyataan yang sesuai dengan isi bacaan
• Siswa mencatat informasi- informasi penting dari bacaan
• Siswa menanggapi isi bacaan
Lisan
Tertulis
Penugasan Lembar penilaian
Produk • Buatlah pernyataan yang sesuai dengan isi bacaan !
• Buatlah catatan informasi- informasi penting dari bacaan!
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Smester : 6/ Pertama
Standar Kompetansi : 4. Mengungkapkan pikiran,perasaan,dan informasi secara tertulis dalam bentuk formulir,ringkasan,dialog dan parafrase
Waktu : 4 X 35 menit
MENULIS
A. Kompetensi Dasar
4.1. Mengisi formulir ( pendaftaran , kartu anggota, wesel pos,kartu pos,daftar riwayat hidup dll ) dengan benar
B. Tujuan Pembelajaran**
Siswa dapat Memahami penulisan wesel pos
Siswa dapat Mengisi wesel pos berdasarkan keterangan yang sudah ditentukan
Siswa dapat Memahami kalimat anjuran
Siswa dapat Memilih kalimat anjuran yang tepat
Siswa dapat Membuat kalimat anjuran
Karakter siswa yang diharapkan :
Tanggung jawab
C. Materi Pokok
Wesel pos
D. Pengalaman Belajar
Kegiatan Awal :
Apersepsi dan Motivasi :
- Tanya jawab tentang Materi pelajaran yang akan dipelajari
- Mengajukan pertanyaan tentang puisi yang akan dibacakan
Kegiatan Inti :
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Memahami cara penulisan wesel pos
Memahami kalimat anjuran yang tepat
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Mengisi wesel pos berdasrkan keterangan yang sudah ditentukan
Membuat kalimat anjuran
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Tanya jawab,diskusi,penugasan
Mengisi blanko wesel pos dan mengirimkannya ke alamat teman,saudara ,atau orang tua
E. Metode/Sumber Belajar:
Metode : Tanya jawab,diskusi,penugasan, /Multi metode
Sumber Belajar : Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas 6 A Kurikulum 2006 KTSP
F. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
• Tanggung jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. • Siswa dapat memahami penulisan wesel pos
• Siswa dapat mengisi wesel pos berdasar-kan keterangan yang sudah ditentukan
• Siswa dapat memahami kalimat anjuran
• Siswa dapat memilih kalimat anjuran yang tepat
• Siswa dapat membuat kalimat anjuran Lisan
Tertulis
Penugasan Lembar penilaian
Produk • Isilah wesel pos berdasar-kan keterangan yang sudah ditentukan!
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Smester : 6/ Pertama
Standar Kompetansi : 4. Mengungkapkan pikiran,perasaan,dan informasi secara tertulis dalam bentuk formulir,ringkasan,dialog dan parafrase
Waktu : 4 X 35 menit
MENULIS
A. Kompetensi Dasar
4.2. Membuat ringkasan dari teks yang dibaca atau didengar
B. Tujuan Pembelajaran**
Siswa dapat Membaca cerita pendek
Siswa dapat Menjawab pertanyaan berdasarkan cerita yang dibaca
Siswa dapat Menentukan urutan peristiwa cerita pendek
Siswa dapat Meringkas cerita yang dibaca berdasarkan urutan peristiwa
Siswa dapat Mengidentifikasi kata-kata bersinonim yang terdapat dalam teks bacaan
Siswa dapat Mencari antonym kata yang terdapat dalam bacaan
Karakter siswa yang diharapkan :
Tanggung jawab
C. Materi Pokok
Teks Cerita pendek
D. Pengalaman Belajar
Apersepsi dan Motivasi :
Kegiatan Awal :
- Tanya jawab tentang Materi pelajaran yang akan dipelajari
- Mengajukan pertanyaan tentang teks cerita pendek yang akan dibacakan
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Membaca cerita pendek
Menjawab pertanyaan berdasrkan cerita pendek yang dibaca
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menentukan urutan peristiwa cerita pendek
Meringkas cerita pendek yang dibaca
Mengidentifikasi kata-kata bersinonim yang terdapat dalam ceriota yang dibaca
Mencari antonym kata-kata yang terdapat dalam cerita yang dibaca
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Tanya jawab,diskusi,penugasan
Membaca cerita pendek yang lain dan meringkas isi ceritanya
Menentukan antonym dan sinonim kata yang ada dalam cerita pendek yang dibaca
E. Metode/Sumber Belajar:
Metode : Tanya jawab,diskusi,penugasan, /Multi metode
Sumber Belajar : Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas 6 A Kurikulum 2006 KTSP
F. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
• Tanggung jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. • Siswa dapat membaca cerita pendek
• Siswa dapat menjawab pertanyaan berdasar-kan cerita yang dibaca
• Siswa dapat menentukan urutan peristiwa cerita pendek
• Siswa dapat meringkas cerita yang dibaca berdasar-kan urutan peristiwa
• Siswa dapat mengidentifikasi kata-kata bersinonim yang terdapat dalam teks bacaan
• Siswa dapat mencari antonym kata yang terdapat dalam bacaan
Lisan
Tertulis
Penugasan Lembar penilaian
Produk • Jawablah pertanyaan berdasar-kan cerita yang di baca!
• Buatlah ringkasan cerita yang dibaca berdasar-kan urutan peristiwa!
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Smester : 6/ Pertama
Standar Kompetansi : 4. Mengungkapkan pikiran,perasaan,dan informasi secara tertulis dalam bentuk formulir,ringkasan,dialog dan parafrase
Waktu : 4 X 35 menit
MENULIS
A. Kompetensi Dasar
4.3 Menyusun percakapan tentang berbagai topic dengan memperhatikan penggunaan ejaan yang baik dan benar Tanda titik dua ( : )
B. Tujuan Pembelajaran**
Siswa dapat Memahami penggunaan tanda titik dua (:) dalam teks percakapan
Siswa dapat Memperagakan teks percakapan
Siswa dapat Mencatat informasi penting yang terdapat dalam teks percakapan
Siswa dapat Melengkapi teks percakapan yang belum selesai
Siswa dapat Memperagakan teks percakapan yang dibuat sendiri
Karakter siswa yang diharapkan :
Tanggung jawab
C. Materi Pokok
Teks Percakapan
D. Pengalaman Belajar
Kegiatan Awal :
Apersepsi dan Motivasi :
- Tanya jawab tentang Materi pelajaran yang akan dipelajari
- Mengajukan pertanyaan tentang tek percakapan yang akan dibaca atau didengarkan
Kegiatan Inti :
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Memahami penggunaan tanda titik dua ( : ) dalam teks percakapan
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Memperagakan teks percakapan
Mencatat informasi penting yang terdapat dalam teks percakapan
Melengkapi teks percakapan yang belum selesai
Memperagakan teks percakapan yang dibuat sendiri
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Tanya jawab,diskusi,penugasan
Menyusun percakapan dan memperagakannya di depan kelas
E. Metode/Sumber Belajar:
Metode : Tanya jawab,diskusi,penugasan, /Multi metode
Sumber Belajar : Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas 6 A Kurikulum 2006 KTSP
F. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
• Tanggung jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. • Siswa memahami penggunaan tanda titik dua ( : ) dalam teks percakapan
• Siswa memperagakan teks percakapan
• Siswa mencatat informasi penting yang terdapat dalam teks percakapan
• Siswa melengkapi teks percakapan yang belum selesai
• Siswa memperagakan percakapan yang dibuat sendiri
Lisan
Tertulis
Penugasan Lembar penilaian
Produk • Buatlah catatan informasi penting yang terdapat dalam teks percaka-pan!
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Smester : 6/ Pertama
Standar Kompetansi : 4. Mengungkapkan pikiran,perasaan,dan informasi secara tertulis dalam bentuk formulir,ringkasan,dialog dan parafrase
Waktu : 4 X 35 menit
MENULIS
A. Kompetensi Dasar
4.4 Mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan tetap memperhatikan makna puisi
B. Tujuan Pembelajaran**
Siswa dapat Memahami cara mengubah puisi menjadi prosa
Siswa dapat Membaca puisi dengan penghayatan yang baik
Siswa dapat Mempara frasekan puisi
Karakter siswa yang diharapkan :
Tanggung jawab
C. Materi Pokok
Puisi
D. Pengalaman Belajar
Kegiatan Awal :
Apersepsi dan Motivasi :
- Tanya jawab tentang Materi pelajaran yang akan dipelajari
- Mengajukan pertanyaan tentang puisi yang akan dibacakan
Kegiatan Inti :
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Memahami cara mengubah puisi menjadi prosa
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Membaca puisi dengan penghayatan yang baik
Memparafrasekan puisi
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Tanya jawab,diskusi,penugasan
Memparafrasekan puisi lain dan membacakan hasilnya di depan kelas
E. Metode/Sumber Belajar:
Metode : Tanya jawab,diskusi,penugasan, /Multi metode
Sumber Belajar : Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas 6 A Kurikulum 2006 KTSP
F. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
• Tanggung jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. • Siswa dapat memahami cara mengubah puisi menjadi prosa
• Siswa dapat membaca puisi dengan penghayatan yang baik
• Siswa dapat memparafrasekan puisi Lisan
Tertulis
Penugasan Lembar penilaian
Produk • Jelaskan cara mengubah puisi menjadi prosa!
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
ILMU PENGETAHUAN ALAM
( IPA )
KELAS VI
SEMESTER 1
Disusun Oleh:
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP : 197004121998031009
SDN KAMPUNG BARU 2
UPTD.PENDIDIKAN DASAR KEC.BENDA
DINAS PENDIDIKAN KOTA TANGERANG
BANTEN
2012
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Ciri-ciri khusus makhluk hidup
Waktu : 4 x 45 menit (2 X pertemuan)
Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek, Demonstrasi dan Bermain Peran
A. Standar Kompetensi :
1. Memahami hubungan antara ciri-ciri makhluk hidup dengan lingkungan tempat hidupnya
B. Kompetensi Dasar
1.1 Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cicak, bebek) dan lingkungan hidupnya
C. Tujuan Pembelajaran**:
o Siswa dapat Memahami peta konsep tentang makhluk hidup
o Siswa dapat Mempelajari ciri khusus :
- Alat pendeteksi benda pada kelelawar (ekolokasi)
- Kaki lengket pada cecak dan tokek.
- Lidah yang panjang dan lengket pada bunglon dan landak semut
- Punuk pada unta.
- Mata dan pendengaran yang tajam pada burung hantu.
- Semburan air ikan pemanah.
- Mempelajari Bentuk sederhana bunga karang (koral).
Karakter siswa yang diharapkan :
o Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Rasa ingin tahu.
D. Materi Essensial
Ciri-ciri khusus beberapa jenis hewan.
E. Media Belajar
o Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
o Buku atau majalah
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
Pertemuan ke-1
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami peta konsep tentang makhluk hidup
Mempelajari alat pendeteksi benda pada kelelawar (ekolokasi)
- Memancarkan bunyi dari mulutnya,
- bunyi tersebut akan dipantulkan oleh benda disekitarnya,
- selanjutnya kelelawar dapat memperkirakan jarak benda tersebut dari bunyi yang kembali padanya
Mempelajari Kaki lengket pada cecak dan tokek.
- Telapak kaki tokek mempunyai lapisan berupa struktur seperti rambut yang lengket
Mempelajari Lidah yang panjang dan lengket pada bunglon dan landak semut
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan
- Kelelawar mencari makan dimalam hari dengan memanfaatkan pantulan bunyi
- Cecak dan tokek merayap di dinding karena mempunyai perekat
- Bunglon dan landak semut menangkap mangsanya dengan lidah.
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah
o Tugas PR
Pertemuan ke-2
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Mengulang materi pertemuan sebelumnya
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Menagih tugas pertemuan sebelumnya
Mempelajari Punuk pada unta.
- Unta ada yang memiliki satu punuk dan ada yang dua punuk
- Punuk berisi lemakuntuk menyimpan cairan
- Unta tidak berkeringat, dan hanya sedikit mengeluarkan kotoran
Mempelajari mata dan pendengaran yang tajam pada burung hantu.
- Kedua mata burung terletak di bagian depan kepala, memiliki leher yang lentur
- Pendengaran nya sangat tajam untuk menentukan lokasi mangsanya.
Mempelajari Semburan air ikan pemanah.
- Menyemburkan air pada hewan yang sedang bergantung
Mempelajari Bentuk sederhana bunga karang (koral).
- Menempel didasar laut dan menunggu datangnya mangsa.
Sisi tubuh bunga karang mempunyai lubang halus tempat masuknya air
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan :
- Unta memiliki punuk untuk menyimpan lemak
- Burung hantu menggunakan mata dan telinga untuk mecari mangsa
- Ikan pemanah menyemburkan air untuk menangkap mangsanya.
o Bunga karang enempel di dasar laut dan menunggu datangnya mangsa
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah
o Tugas
G. Penilaian:
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar o Mencari contoh hewan yang memiliki ciri khusus untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya: kelelawar dan cicak
o Mendeskripsikan cirri khusus hewan yang ada di sekitarnya, misalnya kelelawar mempunyai alat pendeteksi benda-benda di sekitarnya (sonar) Tugas Individu
Laporan
o Sebutkanlah contoh hewan yang memiliki ciri khusus untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya: kelelawar dan cicak
o Jelaskanlah cirri khusus hewan yang ada di sekitarnya, misalnya kelelawar mempunyai alat pendeteksi benda-benda di sekitarnya (sonar)
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Ciri-Ciri Khusus Makhluk Hidup
Waktu : 4 x 45 menit (2 X pertemuan)
Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek, Demonstrasi dan Bermain Peran
A. Standar Kompetensi :
1. Memahami hubungan antara ciri-ciri makhluk hidup dengan lingkungan tempat hidupnya
B. Kompetensi Dasar
1.2 Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki tumbuhan (kaktus, tumbuhan pemakan serangga) dengan lingkungan hidupnya
C. Tujuan Pembelajaran**:
o Siswa dapat Memahami peta konsep tentang makhluk hidup
o Siswa dapat Mempelajari rongga udara pada teratai
o Siswa dapat Mempelajari kantung semar dan venus si pemakan serangga.
o Siswa dapat Mempelajari bau busuk bunga rafflesia
o Siswa dapat Mempelajari batang penyimpan air pada kaktus.
Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Rasa ingin tahu.
D. Materi Essensial
Ciri-ciri khusus beberapa tumbuhan.
E. Media Belajar
o Buku SAINS SD Relevan
o Buku atau majalah
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
Pertemuan ke-1
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami peta konsep tentang makhluk hidup
Mempelajari rongga udara pada teratai
- Hidup di air
- Tangkai daun cenderung tumbuh menjalar, helai daun terlihat mengapung
- Batang teratai terdapat rongga-rongga udara
- Rongga udara membawa oksigen ke batang dan akar
Mempelajari kantung semar dan venus si pemakan serangga.
- Tumbuh dirawa
- Mencari mangsa seperti serangga karena kandungan nitrogen tidak cukup untuk memenuhi makanannya
- Kantung semar berbetujk seperti piala yang mengel;uarkan cairan
- Cairan tersebut memikat serangga, serangga ada yang terjatuh ke dalam tubuhnya, lalu cairan tersebut juga dapat melarutkan serangga dan mengambil nitrogen
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan bahwa
- Daun teratai berbentuk lebar memudahkan air mneguap, dan melakukan fotosintesis. Akar dan batang memiliki rongga.
- Kantung semar pemakan serangga
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah
o tugas
Pertemuan ke-2
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Mengulang materi pertemuan sebelumnya
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Menagih tugas pertemuan sebelumnya
Mempelajari bau busuk bunga rafflesia
- Tidak memiliki klorofil, hidup sebagai parasit pada akar tumbuhan
- Batangnya terdiri dari benang halus
- Bunga terbesar
- Mengeluarkan bau seperti daging busuk untuk memikat serangga
- Memiliki bagian yang dapat memantulkan cahaya matahari
Mempelajari batang penyimpan air pada kaktus.
- Tumbuh di daerah padang pasir dan panas
- Saat hujan kaktus menyerap air sebanyak mungkin
- Mempunyai satu akar yang panjang dan lurus ke dalam
- Akar-akar samping menyerap air hujan sebelum menguap.
- Air disimpan dibatangnya yang gemuk
- Bantangnya dilindungi kulit yang tebal ubtuk megurangi penguapan.
- Daun kaktus sebenarnya duri.
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan
- Rafflesia tidak memiliki klorofil dan hidup sebagi parasit
- Batang kaktus memiliki kulit yang tebal utnuk mengurangi penguapan
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah Tugas
G. Penilaian:
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar o Memberi contoh tumbuhan yang mempunyai ciri khusus untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya teratai.
o Mendeskripsikan ciri khusus tumbuhan yang ada di sekitarnya.
o Mengaitkan antara ciri khusus yang dimiliki tumbuhan tersebut dengan lingkungan hidupnya.
Tugas Individu
Uraian Objektif
o Sebutkanlah contoh tumbuhan yang mempunyai ciri khusus untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya teratai.
o Jelaskanlah ciri khusus tumbuhan yang ada di sekitarnya.
o Gaitkan antara ciri khusus yang dimiliki tumbuhan tersebut dengan lingkungan hidupnya.
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Perkembangbiakan makhluk hidup
Waktu : 2 x 45 menit
Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek, Demonstrasi dan Bermain Peran dan diskusi
A. Standar Kompetensi :
2. Memahami cara perkembangbiakan makhluk hidup
B. Kompetensi Dasar
2.1 Mendeskripsikan perkembangan dan pertumbuhan manusia dari bayi sampai lanjut usia
C. Tujuan Pembelajaran**:
o Siswa dapat Memahami peta konsep tentang perkembangan tubuh manusia
o Siswa dapat Menjelaskan bahwa manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan
o Siswa dapat Menjelaskan dengan diskusi tentang perkembangan manusia mulai dari:
Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Rasa ingin tahu.
D. Materi Essensial
Perkembangan dan pertumbuhan manusia (Hlm.19)
E. Media Belajar
o Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami peta konsep tentang perkembangan tubuh manusia
Menjelaskan bahwa manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Berdiskusi tentang perkembangan manusia mulai dari
- Satu bulan : mungil dan lemah
- Delapan bulan : besar dan lincah
- Lima tahun : berjalan, berlari, dan menggerakkan tangan dengan baik
- Belasan tahun : masa pubertas
- Usia dewasa : puncak perkembangan
- Lanjut usia : penurunan fungsi tubuh
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
Memberikan kesimpulan bahwa manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi hingga dewasa
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah-
Penilaian:
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar o Mendiskusikan perkembangan dan pertumbuhan manusia dari bayi sampai lanjut usia Tugas Kelompok
Laporan dan unjuk kerja
o Jelaskanlah perkembangan dan pertumbuhan manusia dari bayi sampai lanjut usia
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Perkembangbiakan makhluk hidup
Waktu : 2 x 45 menit
Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek, Demonstrasi dan Bermain Peran dan diskusi
A. Standar Kompetensi :
2. Memahami cara perkembangbiakan makhluk hidup
B. Kompetensi Dasar
2.2 Mendeskripsikan ciri-ciri perkembangan fisik anak laki-laki dan perempuan
C. Tujuan Pembelajaran**:
o Siswa dapat Memahami peta konsep tentang perkembangan manusia.
o Siswa dapat Memahami saat remaja (16 – 20 tahun) laki-laki atau perempuan mengalami pertumbuhan yang pesat.
o Siswa dapat Mengetahui pertumbuhan primer dan sekunder pada laki-laki
o Siswa dapat Mengetahui pertumbuhan primer dan sekunder pada perempuan
o Siswa dapat Mengetahui cara menjaga kesehatan diri dan organ reproduksi.
Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Rasa ingin tahu.
D. Materi Essensial
Perubahan fisik tubuh manusia pada masa pubertas.
E. Media Belajar
o Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami peta konsep tentang perkembangan manusia.
Memahami saat remaja (16 – 20 tahun )laki-laki atau perempuan mengalami pertumbuhan yang pesat.
Mengetahui pertumbuhan primer pada laki-laki yaitu mulai diproduksinya sel sperma oleh testis
Mengetahui pertumbuhan sekunder pada laki-laki yaitu dada terlihat bidang, tumbuh kumis, janggut, dan rambut halus di sekitar alat kelamin.
Mengetahui pertumbuhan primer pada perempuan yaitu mulai diproduksinya sel telur oleh ovarium.
Mengetahui pertumbuhan sekunder pada perempuan yaitu pinggul dan dada membesar, rambut halus di sekitar alat kelamin.
Mengetahui cara menjaga kesehatan diri dan organ reproduksi.
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan bahwa pada masa pubertas, tubuh laki-laki dan perempuan mengalami perubahan-perubahan yang memungkinkan mereka untuk berkembang
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah
o Tugas
G. Penilaian:
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar o Mendiskusikan perubahan fisik tubuh laki-laki dan perempuan pada masa pubertas dan pengaruhnya.
o Menjaga kebersihan organ-organ reproduksi Tugas Individu
Uraian Objektif
o Jelaskanlah perubahan fisik tubuh laki-laki dan perempuan pada masa pubertas dan pengaruhnya.
o Jelaskan untuk Menjaga kebersihan organ-organ reproduksi
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Perkembangbiakan makhluk hidup
Waktu : 16 x 45 menit (8 X pertemuan)
Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek, Demonstrasi dan Bermain Peran dan diskusi
A. Standar Kompetensi :
2. Memahami cara perkembangbiakan makhluk hidup
B. Kompetensi Dasar
2.3 Mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan
C. Tujuan Pembelajaran**:
o Siswa dapat Mengetahui cara hewan berkembangbiak
o Siswa dapat Memahami dan menyebutkan cara hewan membelah diri dan bertunas
o Siswa dapat Memahami dan menyebutkan cara hewan bertelur (ovipar)
o Siswa dapat Memahami dan menyebutkan cara hewan berkembangbiak dengan melahirkan (vivipar)
o Siswa dapat Memahami dan menyebutkan cara hewan bertelur – melahirkan (ovovivipar)
o Siswa dapat Menjelaskan ciri hewan bertelur dan melahirkan
o Siswa dapat Menjelaskan dan memberikan contoh perkembangbiakan vegetatif
o Siswa dapat Menjelaskan dan memberikan contoh perkembangbiakan vegetatif buatan
o Siswa dapat Memahami perkembang biakan dengan stek
o Siswa dapat Memahami cara memelihara perkembangbiakan tumbuhan secara generatif melalui penyerbukan.
o Siswa dapat Menyebutkan bagian-bagian bunga
o Siswa dapat Menjelaskan proses penyebukan dan pembuahan
o Siswa dapat Menyebutkan cara-cara penyerbukan.
Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Rasa ingin tahu.
D. Materi Essensial
o Perkembangbiakan hewan.
o Perkembangbiakan tumbuhan
E. Media Belajar
o Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
Pertemuan ke 1
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Mengetahui cara hewan berkembangbiak
- Membelah diri dan bertunas
- Bertelur
- Melahirkan
- Bertelur-melahirkan
Memahami dan menyebutkan cara hewan membelah diri dan bertunas
- Membelah diri : protozoa (amoeba, paramaecium)
- Bertunas : anemon laut, hydra
Memahami dan menyebutkan cara hewan bertelur (ovipar)
- Merpati, elang, ayam, bebek.
- Ikan, serangga dan amfibi
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan bahwa hewan ada yang berkembang biak dengan membelah diri dan bertunas serta bertelur
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumaho –
Pertemuan ke-2
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami dan menyebutkan cara hewan berkembangbiak dengan melahirkan (vivipar)
- Kucing, Anjing, sapi, kijang dan harimau
- Pesut, lumba-lumba, paus
Memahami dan menyebutkan cara hewan bertelur – melahirkan (ovovivipar)
- Beberapa jenis ular
- Beberapa jenis reptil
Menjelaskan ciri hewan bertelur
- Tidak mengalami masa mengandung
- Zat makan bayi berasal dari zat dalam telur
- Tidak memiliki kelenjar susu
Menjelaskan ciri hewan melahirkan
- Mengalami masa mengandung
- Zat makan bayi berasal dari tubuh induknya
- Memiliki kelenjar susu
- Ditumbuhi rambut disekitar tubuhnya
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
Memberikan kesimpulan bahwa berbagai macam cara hewan berkembangbiak membelah diri, bertelur (ovipar), melahirkan (vivipar), dan bertelur-melahirkan (ovovivipar)
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah–
Pertemuan ke 3-4
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menagih tugas pertemuan sebelumnya
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami perkembanganbiakan tumbuhan dibagi menjadi dua
- Vegetatif (perkembangan makhluk hidup tanpa perkawinan)
- Generatif (perkembangan makhluk hidup dengan perakawinan)
Menjelaskan dan memberikan contoh perkembangbiakan vegetatif
- Mermbelah diri
- Spora
- Akar tinggal
- Umbi lapis - Umbi batang
- Umbi akar
- Geragih
- Tunas
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
Memberikan kesimpulan, perkembangbiakan vegetatif almiah terdiri dar membelah diri, spora, akar tinggal, umbi lapis , umbi batang, umbi akar, geragih, tunas
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah–
Pertemuan ke 5-6
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menagih tugas pertemuan sebelumnya
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(10 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Menjelaskan dan memberikan contoh perkembangbiakan vegetatif buatan
- Cangkok
- Stek
- Runduk
Memahami perkembang biakan dengan stek
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(100 menit)
3. Penutup
Memberikan kesimpulan, perkembangbiakan vegetatif buatan terdiri dari cangkok, setek dan runduk
(10 menit)
4. Pekerjaan Rumah
kegiatan
Pertemuan ke 7-8
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menagih tugas pertemuan sebelumnya
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(10 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami cara memelihara perkembangbiakan tumbuhan secara generatif melalui penyerbukan.
Menjelaskan proses penyebukan dan pembuahan
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menyebutkan bagian-bagian bunga
Menyebutkan cara-cara penyerbukan
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(100 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan, empat macampenyerbukan berdasarkan asal serbuk sari, yaitu penyerbukan sendiri, penyerbukan tetangga, penyerbukan silang, dan penyerbukan bastar
(10 menit)
4. Pekerjaan Rumah
o Tugas.
G. Penilaian:
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar o Mengidentifikasi berbagai cara hewan berkembang biak.
o Membedakan ciri-ciri antara hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur dan dengan cara melahirkan.
o Mengidentifikasi berbagai cara tumbuhan berkembang biak.
o Menyimpulkan bahwa tumbuhan berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif.
o Mengidentifikasi bagian-bagian bunga dan biji sebagai alat perkembangbiakan tumbuhan.
o Menjelaskan peran penyerbukan
o Mempraktekkan cara membiakkan tumbuhan, misalnya stek dan cangkok.
Tugas Individu
Dan kelompok
Uraian Objektif
Tugas
Kegiatan
o Jelaskanlah berbagai cara hewan berkembang biak.
o Bedakan ciri-ciri antara hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur dan dengan cara melahirkan.
o Jelaskanlah berbagai cara tumbuhan berkembang biak.
o Simpulkan bahwa tumbuhan berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif.
o Jelaskanlah bagian-bagian bunga dan biji sebagai alat perkembangbiakan tumbuhan.
o Jelaskanlah peran penyerbukan
o Praktekkan cara membiakkan tumbuhan, misalnya stek dan cangkok.
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Perkembangbiakan makhluk hidup
Waktu : 4 x 45 menit
Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek, Demonstrasi dan Bermain Peran dan diskusi
A. Standar Kompetensi :
2. Memahami cara perkembangbiakan makhluk hidup
B. Kompetensi Dasar
2.4 Mengidentifikasi cara perkembangbiakan manusia
C. Tujuan Pembelajaran**:
o Siswa dapat Memahami cara manusia berkembangbiak manusia
o Siswa dapat Menjelaskan proses perkembangbiak manusia
o Siswa dapat Penyatuan sel telur dan sel sperma → pembuahan → embrio → perkembangan bayi dalam rahim → bayi
o Siswa dapat Mengetahui calon bayi memperoleh
Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Rasa ingin tahu.
D. Materi Essensial
Perkembangbiakan manusia.
E. Media Belajar
o Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menagih tugas pertemuan sebelumnya
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami cara manusia berkembangbiak manusia
Menjelaskan proses perkembangbiak manusia
Penyatuan sel telur dan sel sperma → pembuahan → embrio → perkembangan bayi dalam rahim → bayi
Mengetahui calon bayi memperoleh makan
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Mengerjakan uji kompetensi dan latihan soal.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan, manusia berkembangbiak dengan melahirkan
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumaho –
G. Penilaian:
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar o Mengidentifikasi berbagai cara manusia berkembang biak.
Tugas Individu
Uraian Objektif
o Jelaskanlah berbagai cara manusia berkembang biak.
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Keseimbangan Ekosistem
Waktu : 4 x 45 menit
Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek, Demonstrasi dan Bermain Peran dan diskusi
A. Standar Kompetensi :
3. Memahami pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan
B. Kompetensi Dasar
3.1 Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem)
C. Tujuan Pembelajaran**:
o Siswa dapat Memahami peta konsep tentang keseimbangan ekosistem
o Siswa dapat Menyebutkan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem.
o Siswa dapat Menjelaskan dampak dari kegiatan manusia yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem
o Siswa berdiskusi mengenai kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem.
Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Rasa ingin tahu.
D. Materi Essensial
Berbagai kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem.
E. Media Belajar
o Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(10 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami peta konsep tentang keseimbangan ekosistem
Menjelaskan dampak dari kegiatan manusia yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem
Penyatuan sel telur dan sel sperma → pembuahan → embrio → perkembangan bayi dalam rahim → bayi
Mengetahui calon bayi memperoleh makan
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menyebutkan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem.
- Penebangan dan pembakaran hutan
- Penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan
- Perburuan liar
- Perusakan terumbu karang
- Pembangunan industri (pabrik)
Siswa berdiskusi mengenai kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(100 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem yaitu perusakan hutan, penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan, perburuan liar, perusakan terumbu karang, pembangunan industri (pabrik)
(10 menit)
4. Pekerjaan Rumah
o Tugas
G. Penilaian:
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar o Menjelaskan berbagai kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi kestabilan ekosistem, misalnya penggunaan bahan kimia dan penebangan hutan.
o Meramalkan pengaruh penggunaan bahan kimia pada lingkungan melalui pengamatan, misalnya penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan.
Tugas Kelompok
Laporan
Hasil diskusi
Uraian Objektif
o Jelaskan berbagai kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi kestabilan ekosistem, misalnya penggunaan bahan kimia dan penebangan hutan.
o Jelaskan pengaruh penggunaan bahan kimia pada lingkungan melalui pengamatan, misalnya penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan.
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Keseimbangan Ekosistem
Waktu : 2 x 45 menit
Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek, Demonstrasi dan Bermain Peran dan diskusi
A. Standar Kompetensi :
3. Memahami pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan
B. Kompetensi Dasar
3.2 Mengidentifikasi bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan manusia yang mengarah pada ketidakseimbangan lingkungan
C. Tujuan Pembelajaran**:
o Siswa dapat Memahami bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan manusia dan mengarah pada pemusnahan jenisnya,
o Siswa Berdiskusi mengenai cara manusia memanfaatkan tunbuhan dengan bijaksana.
Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Rasa ingin tahu.
D. Materi Essensial
Mencegah kepunahan hewan dan tumbuhan.
E. Media Belajar
o Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan manusia dan mengarah pada pemusnahan jenisnya,
- kayu jati (mebel, pintu, dan jendela)
- kayu cendana (bahan keranjinan, kosmetik, minyak cendana)
- batang gaharu (minyak astiri)
- batang rotan (mebel dan kerajinan tangan)
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Berdiskusi mengenai cara manusia memanfaatkan tunbuhan dengan bijaksana.
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan bahwa bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan manusia dan mengarah pada pemusnahan jenisnya, yaitu kayu jati (mebel, pintu, dan jendela), kayu cendana (bahan keranjinan, kosmetik, minyak cendana), batang gaharu (minyak astiri), batang rotan (mebel dan kerajinan tangan)
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumaho
G. Penilaian:
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar o Mencari contoh bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan dan mengarah pada pemusnahan jenisnya, misalnya kayu jati dan kayu cendana*).
o Menjelaskan berbagai cara penanggulangannya, misalnya penanaman tumbuhan kembali dan membudidayakan tumbuhan langkah.
Tugas Individu
Uraian Objektif
o Sebutkanlah contoh bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan dan mengarah pada pemusnahan jenisnya, misalnya kayu jati dan kayu cendana ?
o Jelaskan berbagai cara penanggulangannya, misalnya penanaman tumbuhan kembali dan membudidayakan tumbuhan langkah.
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Keseimbangan Ekosistem
Waktu : 6x 45 menit (3 x pertemuan )
Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek, Demonstrasi dan Bermain Peran dan diskusi
A. Standar Kompetensi :
3. Memahami pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan
B. Kompetensi Dasar
3.3 Mengidentifikasi bagian tubuh hewan yang sering dimanfaatkan manusia yang mengarah pada ketidakseimbangan lingkungan
C. Tujuan Pembelajaran**:
o Siswa dapat Memahami bagian hewan yang sering dimanfaatkan manusia dan mengarah pada pemusnahan jenisnya,
o Siswa dapat Berdiskusi mengenai cara manusia memanfaatkan tunbuhan dengan bijaksana.
o Siswa dapat Menyebutkan cara menanggulangi perburuan dan pemusnahan
o Siswa dapat Menggunakan bahan pengganti dari tumbuhan, hewan ternak atau sintesis.
Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Rasa ingin tahu.
D. Materi Essensial
o Mencegah kepunahan hewan dan tumbuhan.
o Uji kompetensi
o Soal Ulangan : Keseimbangan Ekosistem
E. Media Belajar
o Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
Pertemuan ke-1
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami bagian hewan yang sering dimanfaatkan manusia dan mengarah pada pemusnahan jenisnya,
- Macan tutul dan harimau (mantel dan permadani)
- Cenderawasih (topi)
- Badak (cula)
- Gajah (gading untuk hiasan rumah)
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menyebutkan cara menanggulangi perburuan dan pemusnahan
- Melindungi hewan dan tumbuhan langkah
- Melakukan pembudidayaan hewan dan tumbuhan langkah
- Menggunakan bahan pengganti dari tumbuhan, hewan ternak atau sintesis
Berdiskusi mengenai cara manusia memanfaatkan tunbuhan dengan bijaksana.
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
Memberikan kesimpulan bahwa cara menanggulangi perburuan dan pemusnahan hewan dan tumbuhan langkah adalah dengan melindungi hewan dan tumbuhan langkah, pembudidayaan hewan dan tumbuhan langkah, penggunaan bahan pengganti dari tumbuhan, hewan ternak atau sintesis
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah–
Pertemuan ke-2
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Mengulang materi sebelumnya
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Mengerjakan uji kompetensi sebagai tolak ukur pemahaman materi keseimbangan ekositem
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
Mmberi motivasi untuk legih giat membaca
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah
Latihan soal.
Pertemuan ke-3
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Mengulang materi sebelumnya
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Membahas soal ulanagan
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
Memberi motivasi untuk legih giat membaca
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah-
G. Penilaian:
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar o Mencari contoh bagian tubuh hewan yang sering dimanfaatkan dan mengarah pada pemusnahan jenis hewan tersebut, seperti gading gajah dan kulit ular *).
o Menjelaskan berbagai cara penanggulangannya, misalnya mengganti gading dengan gading tiruan, melarang perburuan hewan langka, membudidayakan hewan langka *).
Tugas Individu
Uraian Objektif
o Sebutkanlah contoh bagian tubuh hewan yang sering dimanfaatkan dan mengarah pada pemusnahan jenis hewan tersebut, seperti gading gajah dan kulit ular ?
o Jelaskan berbagai cara penanggulangannya, misalnya mengganti gading dengan gading tiruan, melarang perburuan hewan langka, membudidayakan hewan langka ?
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Pelestarian Makhluk Hidup
Waktu : 4 x 45 menit (2 x pertemuan )
Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek, Demonstrasi dan Bermain Peran dan diskusi
A. Standar Kompetensi :
4. Memahami pentingnya pelestarian jenis makhluk hidup untuk mencegah kepunahan
B. Kompetensi Dasar
4.1 Mengidentifikasi jenis hewan dan tumbuhan yangmendekati kepunahan
C. Tujuan Pembelajaran**:
o Siswa dapat Memahami hewan dan tumbuhan yang hampir punah disebut hewan dan tumbuhan langkah
o Siswa dapat Menyebutkan hewan yang dilindungi
o Siswa dapat Membuat daftar dengan tabel hewan dan tumbuhan yang dilindungi
o Siswa dapat Menyebutkan hewan yang dilindungi
Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Rasa ingin tahu.
D. Materi Essensial
o Hewan dan tumbuhan langkah.
o Mengumpulkan jenis hewan dan tumbuhan yang mendekati kepunahan
E. Media Belajar
o Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
Pertemuan ke-1
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami peta konsep tentang hewan dan tumbuhan langkah
Memahami hewan dan tumbuhan yang hampir punah disebut hewan dan tumbuhan langkah
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menyebutkan hewan yang dilindungi
- Burung cendrawasih
- Burung jalak
- Badak bercula satu
- Harimau sumatera
- Komodo
- Panda gorila
- Orang utan
Membuat daftar dengan tabel hewan yang dilindungi
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan bahwa berbagai jenis hewan dan tumbuhan dilindungi agar tidak langkah dan punah
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumaho –
Pertemuan ke-2
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami peta konsep tentang hewan dan tumbuhan langkah
Memahami hewan dan tumbuhan yang hampir punah disebut hewan dan tumbuhan langkah
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menyebutkan hewan yang dilindungi
• Bunga bangkai raksasa
• Bunga rafflesia
• Jamblang
• Kesemek
• Cendana
Membuat daftar dengan tabel hewan yang dilindungi
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberi motivasi untuk legih giat membaca
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumaho –
G. Penilaian:
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar o Mengumpulkan jenis hewan dan tumbuhan yangmendekati kepunahan
Tugas Individu
Tugas Kelompok
Laporan
Uraian Objektif
o Kmpulkan jenis hewan dan tumbuhan yangmendekati kepunahan ?
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Pelestarian Makhluk Hidup
Waktu : 6 x 45 menit (3 x pertemuan )
Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek, Demonstrasi dan Bermain Peran dan diskusi
A. Standar Kompetensi :
4. Memahami pentingnya pelestarian jenis makhluk hidup untuk mencegah kepunahan
B. Kompetensi Dasar
4.2 Mendeskripsikan pentingnya pelestarian jenis makhluk hidup untuk perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam dan kehidupan masyarakat
C. Tujuan Pembelajaran**:
o Siswa dapat Memahami peta konsep tentang hewan dan tumbuhan langkah
o Siswa dapat Memahami cara agar hewan dan tumbuhan tidak punah
o Siswa dapat Menyebutkan tempat lindung untuk hewan dan tumbuhan
o Siswa dapat Menyebutkan tempat khusus untuk mengembangbiakkan yaitu dengan membuat penangkaran, seperti penengkaran buaya
o Siswa dapat Mengerjakan uji kompetensi sebagai tolak ukur pemahaman materi keseimbangan ekositem
Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Rasa ingin tahu.
D. Materi Essensial
o Pentingnya pelestarian makhluk hidup.
o Uji kompetensi
o Latihan soal : Pelestarian Makhluk Hidup
E. Media Belajar
o Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
Pertemuan ke-1
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami peta konsep tentang hewan dan tumbuhan langkah
Memahami cara agar hewan dan tumbuhan tidak punah
- Melindungi tempat hidupnya
- Mengembangbiakkan
- Melarang kepemilikan satwa yang dilindungi
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menyebutkan tempat lindung untuk hewan dan tumbuhan
- Suaka margasatwa
- Cagar alam
- Taman nasional
- Taman hutan raya
- Taman wisata alam
Menyebutkan tempat khusus untuk mengembangbiakkan yaitu dengan membuat penangkaran, seperti penengkaran buaya
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan tundakan yang dilakukan manusia untuk menjaga kelestarian hewan dan tumbuhan adalah dengan melindungi tempat hidupnya, mengembangbiakkan, dan melarang kepemilikan hewan yang dilindungi
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah–
Pertemuan ke-2
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Mengulang materi sebelumnya
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Mengerjakan uji kompetensi sebagai tolak ukur pemahaman materi keseimbangan ekositem
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberi motivasi untuk legih giat membaca
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah
o Latihan soal
Pertemuan ke-3
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Mengulang materi sebelumnya
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Membahas latihan soal
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberi motivasi untuk legih giat membaca
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah–
G. Penilaian:
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar o Menjelaskan berbagai cara penanggulangannya, misalnya penanaman tumbuhan kembali dan membudidayakan tumbuhan langkah
o Menjelaskan berbagai cara penanggulangannya, misalnya mengganti gading dengan gading tiruan, melarang perburuan hewan langka, membudidayakan hewan langka *).
Tugas Individu
Uraian Objektif
o Jelaskan berbagai cara penanggulangannya, misalnya penanaman tumbuhan kembali dan membudidayakan tumbuhan langkah ?
o Jelaskan berbagai cara penanggulangannya, misalnya mengganti gading dengan gading tiruan, melarang perburuan hewan langka, membudidayakan hewan langka ?
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Konduktor Dan Isolator Panas
Waktu : 4 x 45 menit (2 x pertemuan )
Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek, Demonstrasi dan Bermain Peran dan praktik
A. Standar Kompetensi :
5. Memahami saling hubungan antara suhu, sifat hantaran dan kegunaan benda
B. Kompetensi Dasar
5.1 Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda
C. Tujuan Pembelajaran**:
o Siswa dapat Memahami peta konsep tentang benda
o Siswa dapat Memahami sifat-sifat benda yang berhubungan dengan panas yang diterima benda tersebut.
o Siswa dapat Membedakan sifat benda konduktor dan isolator panas
o Siswa dapat Menjawab soal pada lembar kegiatan
o Siswa dapat Memahami peta konsep tentang benda
o Siswa dapat Menyebutkan beberapa benda yang tergolong konduktor
o Siswa dapat Menyebutkan beberapa benda yang tergolong isolator
Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Rasa ingin tahu.
D. Materi Essensial
Benda konduktor dan isolator panas.
E. Media Belajar
o Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
o Lilin, korek api, lidi, kawat, sendok logam, sendok plastik, pensil, ranting kayu, benda-benda lain.
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
Pertemuan ke-1
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami peta konsep tentang benda
Memahami sifat-sifat benda yang berhubungan dengan panas yang diterima benda tersebut.
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Membedakan sifat benda konduktor dan isolator panas
Melakukan kegiatan
Menjawab soal pada lembar kegiatan
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan bahwa konduktor adalah benda yang dapat menghantarkan panas dan isolator adalah benda yang tidak dapat menghantarkan panas
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumaho –
Pertemuan ke-2
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
o Mengulang materi sebelumnya
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
o Memahami peta konsep tentang benda
o Menyebutkan beberapa benda yang tergolong konduktor
- Sendok
- Paku,
o Menyebutkan beberapa benda yang tergolong isolator
- Plastik Kayu
- Kertastembok
(50 menit)
3. Penutup
o Memberi contoh benda konduktor dan isolator
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumaho –
G. Penilaian:
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar o Membedakan arti konduktor dan isolator.
o Melakukan percobaan untuk menyelidiki benda yang bersifat sebagai konduktor dan isolator panas
o Menggolongkan benda yang bersifat sebagai konduktor atau isolator panas.
Tugas Individu
Tugas Kelompok
Laporan
Uraian Objektif
o Bedakan arti konduktor dan isolator.
o Jelaskanlah percobaan untuk menyelidiki benda yang bersifat sebagai konduktor dan isolator panas
o Golongkan benda yang bersifat sebagai konduktor atau isolator panas.
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Konduktor Dan Isolator Panas
Waktu : 10 x 45 menit (5 x pertemuan)
Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek, Demonstrasi dan Bermain Peran dan diskusi
A. Standar Kompetensi :
5. Memahami saling hubungan antara suhu, sifat hantaran dan kegunaan benda
B. Kompetensi Dasar
5.2 Menjelaskan alasan pemilihan benda dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan kemampuan menghantarkan panas
C. Tujuan Pembelajaran**:
o Siswa dapat Menyebutkan kegunaan dari logam dan contoh benda dalam kehidupan sehari-hari
o Siswa dapat Menyebutkan sifat dari kaca tembus pandang dan keras
o Siswa dapat Menyebutkan kegunaan dari kaca dan contoh benda dalam kehidupan sehari-hari
o Siswa dapat Mengulang materi sebelumnya
o Siswa dapat Menyebutkan sifat dari kayu dan plastik yaitu tidak menghantarkan panas
o Siswa dapat Menyebutkan kegunaan dari kayu dan plastik
o Siswa dapat Menyebutkan sifat dari kain (bahan sandang) yaitu tidak menghantarkan panas
o Siswa dapat Menyebutkan kegunaan dari kain dan contoh benda di dapur pelapis saat tangan memegang paci dan penggorengan panas
o Siswa dapat Membuat daftar peralatan dapur yang terbuat dari isolator
o Siswa dapat Menyebutkan peralatan rumah tangga yang menggunakan bahan konduktor dan isolator
Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Rasa ingin tahu.
D. Materi Essensial
Bahan untuk membuat konduktor dan isolator panas.
E. Media Belajar
o Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
Pertemuan ke-1
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Mengerjakan tugas
Menyebutkan kegunaan dari logam dan contoh benda dalam kehidupan sehari-hari
- Sendok
- Paku
- Panci
- Penggorengan
- Garpu
Menyebutkan sifat dari kaca tembus pandang dan keras
Menyebutkan kegunaan dari kaca dan contoh benda dalam kehidupan sehari-hari
- Gelas
- Peralatan masak (tutup panci, tutup oven, tutup loyang)
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan
- ifat kaca tembus pandang dan keras
- logam tidak tembus pandang tapi keras
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah–
Pertemuan ke-2
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
o Mengulang materi sebelumnya
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Mengulang materi sebelumnya
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menyebutkan sifat dari kayu dan plastik yaitu tidak menghantarkan panas
Menyebutkan kegunaan dari kayu dan plastik
- Gagang payung
- Gagagang wajan
- Tatakan gelas
Menyebutkan sifat dari kain (bahan sandang) yaitu tidak menghantarkan panas
Menyebutkan kegunaan dari kain dan contoh benda di dapur pelapis saat tangan memegang paci dan penggorengan panas
Membuat daftar peralatan dapur yang terbuat dari isolator
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberi contoh peralatan dapur dari konduktor dan isolator
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah–
Pertemuan ke-3
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
o Mengulang materi sebelumnya
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Mengulang materi sebelumnya
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menyebutkan peralatan rumah tangga yang menggunakan bahan konduktor dan isolator
- Setrika
- Alat patri
- Alat masak
- Meja
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberi contoh peralatan rumah tangga dari konduktor dan isolator
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumaho –
Pertemuan ke-4
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
o Mengulang materi sebelumnya
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Mengulang materi sebelumnya
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Mengerjakan uji kompetensi
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberi motivasi untuk giat belajar
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah
o Latihan ulangan
Pertemuan ke-5
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
o Mengulang materi sebelumnya
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Mengulang materi sebelumnya
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Membahas uji kompetensi
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberi motivasi untuk giat belajar
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumaho –
G. Penilaian:
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar o Membuat daftar nama alat-alat dapur dan alat-alat rumah tangga yang bersifat konduktor atau isolator.
o Membedakan bahan-bahan yang bersifat konduktor atau isolator melalui pengamatan.
Tugas Individu
Tugas Kelompok
Laporan
Uraian Objektif
o Buatkan daftar nama alat-alat dapur dan alat-alat rumah tangga yang bersifat konduktor atau isolator.
o Bedakan bahan-bahan yang bersifat konduktor atau isolator melalui pengamatan.
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Perubahan Pada Benda
Waktu : 6 x 45 menit (3 x pertemuan)
Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek, Demonstrasi dan Bermain Peran dan diskusi
A. Standar Kompetensi :
6. Memahami faktor penyebab perubahan benda
B. Kompetensi Dasar
6.1 Menjelaskan faktor-faktor penyebab perubahan benda (pelapukan, perkaratan, pembusukan) melalui pengamatan
C. Tujuan Pembelajaran**:
o Siswa dapat Memahami peta konsep tentang perubahan benda
o Siswa dapat Mengerjakan tugas 6.1 dan 6.2
o Siswa dapat Menyebutkan penyebab perubahan benda
o Siswa dapat Memahami proses pelapukan
o Siswa dapat Menyebutkan cara mencegah proses pelapukan
o Siswa dapat Memahami proses perkaratan
o Siswa dapat Menyebutkan cara mencegah perkaratan dengan diskusi
o Siswa dapat Memahami penyebab pembusukan pada makanan
o Siswa dapat Menyebutkan cara mencegah pembusukan
o Siswa dapat Menyebutkan bahan pengawet alami dan buatan
Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Rasa ingin tahu.
D. Materi Essensial
Faktor penyebab perubahan benda.
E. Media Belajar
o Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
Pertemuan ke-1
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami peta konsep tentang perubahan benda
Memahami faktor yang menyebabkan perubahan benda
- Pelapukan
- Perkaratan
- Pembusukan
Memahami proses pelapukan
- Pelapukan biologi : pelapukan yang disebabkan oleh pohon, lumut dan rayap
- Pelapukan fisika : penyebabnya angin dan air
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menyebutkan cara mencegah proses pelapukan
Memahami proses perkaratan
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan bahwa :
- Pelapukan biologi disebabkan oleh pohon, lumut dan rayap
- Pelapukan fisika disebabkan oleh faktor alam yaitu angin dan air
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah
Tugas 6.1. Hlm 95
Pertemuan ke-2
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
o Mengulang materi sebelumnya
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menyebutkan cara mencegah perkaratan dengan diskusi
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberi kesimpulan bahwa perkaratasn terjadi pada logam dengan air dan udara
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah
o Tugas
Pertemuan ke-3
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
o Mengulang materi sebelumnya
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami penyebab pembusukan pada makanan
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menyebutkan cara mencegah pembusukan
- Memberi bahan pengawet
- Memanaskan makanan
- Mengasinkan makanan
- Mengasapkan makanan
- Menyimpan makan di kulkas
Menyebutkan bahan pengawet alami dan buatan
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberi kesimpulan bahwa perkaratasn terjadi pada logam dengan air dan udara
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah-
G. Penilaian:
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar o Mengidentifikasi penyebab perubahan benda dengan berbagai kondisi (misalnya, pelapukan kayu, perkaratan logam, dan membusuknya makanan) dan menunjukkan cara menghambatnya
o Mendeskripsikan perubahan berbagai benda dengan kondisi yang berbeda
o Menjelaskan berdasarkan hasil pengamatan bahwa bahwa tingkat perubahan benda dipengaruhi oleh berbagai kondisi, misalnya: suhu, kelembaban, ada tidaknya kuman, dan waktu.
o Menggolongkan perubahan pada berdasarkan faktor yang mempengaruhinya, misalnya: pelapukan kayu akibat proses pembusukan, perkaratan akibat kelembaban, pembusukan akibat proses penguraian.
Tugas Individu
Tugas Kelompok
Laporan
Uraian Objektif
o Jelaskanlah penyebab perubahan benda dengan berbagai kondisi (misalnya, pelapukan kayu, perkaratan logam, dan membusuknya makanan) dan menunjukkan cara menghambatnya
o Mendeskripsikan perubahan Jelaskanlah benda dengan kondisi yang berbeda
o Jelaskanlah berdasarkan hasil pengamatan bahwa bahwa tingkat perubahan benda dipengaruhi oleh berbagai kondisi, misalnya: suhu, kelembaban, ada tidaknya kuman, dan waktu.
o Golongkanlah perubahan pada berdasarkan faktor yang mempengaruhinya, misalnya: pelapukan kayu akibat proses pembusukan, perkaratan akibat kelembaban, pembusukan akibat proses penguraian.
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Perubahan pada benda
Waktu : 8 x 45 menit (4 x pertemuan)
Metode : Ceramah, Diskusi, Praktek, Demonstrasi dan Bermain Peran dan diskusi
A. Standar Kompetensi :
6. Memahami faktor penyebab perubahan benda
B. Kompetensi Dasar
6.2 Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan pemilihan benda/bahan untuk tujuan tertentu (karet, logam, kayu, plastik) dalam kehidupan sehari-hari
C. Tujuan Pembelajaran**:
o Siswa dapat Memahami peta konsep perubahan pada benda
o Siswa dapat Menyebutkan kegunaan masing-masing benda sesuai dengan sifat-sifatnya
o Siswa dapat Mengerjakan uji kompetensi
Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Rasa ingin tahu.
D. Materi Essensial
Faktor penentu dalam memilih benda atau bahan
o Kegunaan benda atau bahan
o Uji kompetensi
o Latihan soal
o Latihan ulangan semester.
E. Media Belajar
o Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
o Ember, cangkul, pintu rumah
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
Pertemuan ke-1
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat Memahami peta konsep perubahan pada benda
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Menyebutkan kegunaan masing-masing benda sesuai dengan sifat-sifatnya
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan :
- Pemiliohan bahan untuk membuat suatu benda harus sesuai dengan sifat bahan itu dan tujuan penggunaan benda
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumaho –
Pertemuan ke-2
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
o Mengulang materi sebelumnya
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Mengulang materi sebelumnya
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Mengerjakan uji kompetensi
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberi motivasi untuk giat belajar
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah
o Latihan soal
Pertemuan ke-3
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
o Mengulang materi sebelumnya
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Mengulang materi sebelumnya
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Membahas latihan soal
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberi motivasi untuk giat belajar
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah
o Latihan ulangan umum semester
Pertemuan ke-4
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran**: dan kompetensi yang diharapkan
o Mengulang materi sebelumnya
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Mengulang materi sebelumnya
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Membahas latihan ulangan umum semester
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberi motivasi untuk giat belajar
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah
o Latihan ulangan
G. Penilaian:
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
o Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
o Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
o Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar o Mengidentifikasi sifat-sifat benda/ bahan untuk keperluan tertentu, misalnya: karet bersifat lentur, logam bersifat menghantar panas, kayu bersifat penghambat panas, plastik bersifat kedap air.
o Menentukan kegunaan bahan-bahan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Tugas Individu
Tugas Kelompok
Laporan
Uraian Objektif
o Jelaskanlah sifat-sifat benda/ bahan untuk keperluan tertentu, misalnya: karet bersifat lentur, logam bersifat menghantar panas, kayu bersifat penghambat panas, plastik bersifat kedap air.
o Tentukan kegunaan bahan-bahan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3. Pengetahuan
Praktek
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
( IPS )
KELAS VI
SEMESTER 1
Disusun Oleh:
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP : 197004121998031009
SDN KAMPUNG BARU 2
UPTD.PENDIDIKAN DASAR KEC.BENDA
DINAS PENDIDIKAN KOTA TANGERANG
BANTEN
2012
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas / Semester : VI / I
Alokasi Waktu : 18 x 35 menit
Pert. 1 – 6 (6 minggu)
I. Standar Kompetensi
1. Memahami perkembangan wilayah Indonesia kenampakan alam dan keadaan sosial Negara-negara di Asia Tenggara serta benua-benua.
II. Kompetensi Dasar
1.1 Mendeskripsikan perkembangan system administrasi wilayah Indonesia
III. Tujuan Pembelajaran**
• Siswa dapat Menjelaskan tentang perkembangan system administrasi wilayah Indonesia.
Karakter siswa yang diharapkan :
• Semangat kebangsaan, Cinta tanah air , Gemar membaca.
IV. Materi Pokok
Perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia
V. Langkah-Langkah Pembelajaran (Pertemuan 1-6)
• Kegiatan awal
Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran.
Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
• Kegiatan inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Menjelaskan tentang perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia
Tanya jawab tentang perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia
Menunjukkan perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia dalam peta / atlas, globe
Mengamati peta / atlas, globe setelah itu menunjukkan dalam peta/atlas, globe tersebut
Membandingkan perkembangan sistem administrasiwilayah Indonesia dengan negara-negara tetangga.
Mengamati dan mendiskusikan tentang perkembangan sistem admisitrasi wilayah Indonesia dengan negara-negara tetangga.
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
• Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
VI. Alat Dan Sumber Bahan
Peta
Globe
Buku yang relevan
VII. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
Semangat kebangsaan : Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Cinta tanah air : Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,ekonomi, dan politik bangsa
Gemar membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Menjelaskan perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia
Menunjukan perkembangan sistem administrasi wlayah Indonesia dalam Peta/globe
Membandingkan perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia dengan negara-negara tetangga Tertulis, uraian Jelaskan perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas / Semester : VI / I
Alokasi Waktu : 18 x 35 menit
Pert. 7 – 12 (6 minggu)
I. Standar Kompetensi
1. Memahami perkembangan wilayah Indonesia kenampakan alam dan keadaan sosial Negara-negara di Asia Tenggara serta benua-benua.
II. Kompetensi Dasar
1.2 Mendeskripsikan kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga
III. Tujuan Pembelajaran**
• Siswa dapat Menjelaskan tentang kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga.
Karakter siswa yang diharapkan :
• Cinta tanah air , Cinta damai , Bersahabat .
IV. Materi Pokok
Kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga.
V. Langkah-Langkah Pembelajaran (Pertemuan 7-12)
• Kegiatan awal
Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran.
Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
• Kegiatan inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Menjelaskan tentang kenampakan alam dan sosial negara-negara tetangga
Tanya jawab dan observasi tentang kenampakan alam dan sosial negara-negara tetangga
Membandingkan kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
• Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
VI. Alat Dan Sumber Bahan
Peta, atlas
Globedan Buku yang relevan
VII. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
Cinta tanah air : Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,ekonomi, dan politik bangsa
Cinta damai : Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya
Bersahabat : Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain Menunjukan tentang kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga
Membandingkan kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga Tertulis, uraian Jelaskan Perbanding-an kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Kampung Baru 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas / Semester : VI / I
Alokasi Waktu : 18 x 35 menit
Pert. 13 – 18 (6 minggu)
I. Standar Kompetensi
1. Memahami perkembangan wilayah Indonesia kenampakan alam dan keadaan sosial Negara-negara di Asia Tenggara serta benua-benua.
II. Kompetensi Dasar
1.3 Mengidentifikasi benua-benua
III. Tujuan Pembelajaran**
• Siswa dapat Menjelaskan tentang benua-benua.
Karakter siswa yang diharapkan :
• Cinta damai , Bersahabat .
IV. Materi Pokok
Benua-benua
V. Langkah-Langkah Pembelajaran (Pertemuan 13-18)
• Kegiatan awal
Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran.
Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
• Kegiatan inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Menunjukan benua-benua
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Dengan mengadakan pengamatan peta, atlas/globe yang dilanjutkan tanya jawab dan diskusi.
Membedakan benua-benua
Mengamati peta, atlas/globe dilanjutkan tanya jawab, diskusi, tugas
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
• Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
VI. Alat Dan Sumber Bahan
Peta,
Globe
Buku yang relevan
VII. Penilaian
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian
Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
Cinta damai : Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya
Bersahabat : Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain Menunjukkan benua-benua
Membedakan benua- benua Tertulis, Pengamatan Gambarkan atlas/globe
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah 4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2. Pengetahuan
Sikap * Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap 4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui,
Kepala SDN Kampung Baru 2
M U J I Y A N A
NIP.195303171976011001 Tangerang, ………………………2012
Guru Kelas VI
SULAEMAN, S.Pd.M.Pd
NIP. 197004121998031009
<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-22124889702821181122012-12-11T20:19:00.000-08:002012-12-11T20:19:08.145-08:00Contoh KTSP Berbasis Karakter Sekolah Dasar
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
DINAS PENDIDIKAN KOTA TANGERANG
TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (Berbasis Karakter dan Budaya Bangsa)
KTSP SDN BENDA
SEKOLAH DASAR NEGERI BENDA
JL. Husein Sastranegara
Kelurahan Benda Kecamatan Benda
KOTA TANGERANG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya, SDN Benda telah dapat menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan salah satu upaya mengimplementasikan Standar isi dan standar Kompetensi Lulusan menjadi kegiatan pembelajran yang operasional, siap dilaksanakan oleh sekolah, sesuai dengan karakteristik daerah, dan berorientasi pada kebutuhan peserta didik.
Kurikulum SDN Benda disusun dengan mengacu pada Standar isi dan Standar Kompetensi yang telah ditetapkan oleh BSNP dan model-model KTSP yang dihasilkan oleh Pusat Kurikulum. Namun demikian, kami menyadari bahwa Kurikulum ini masih belum sempurna. Penyempurnaan secara berkelanjutan akan terus dilakukan seiring dengan terbitnya standar-standar lainnya, yaitu: standar proses, standar pendiddik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan yang merupakan sumber acuan lainnya dalam menyusun KTSP.
KTSP ini mulai dilaksanakan pada tahun pelajaran 2009-2010 kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh staf sekolah yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk menyusun Kurikulum ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk terhadap segala upaya yang telah kita lakukan demi untuk peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
Tangerang, Juli 2011
Kepala SDN Benda
H. A. ISKANDAR
NIP. 19520415 197403 1 010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. iii
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………….. iv
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………….. 5
A. Latar Belakang ………………………………………………… 5
B. Tujuan Pengembangan KTSP …………………………………. 6
C. Prinsip Pengembangan KTSP …………………………………. 6
D. Pengertian Istilah ……………………………………………… 7
BAB II. TUJUAN PENDIDIKAN ………………………………………….. 9
A. Tujuan Pendidikan Dasar ……………………………………… 9
B. Visi Sekolah …………………………………………………… 9
C. Misi Sekolah …………………………………………………… 9
D. Tujuan Sekolah ………………………………………………… 9
BAB III. STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM …………………… 10
A. Struktur Kurikulum ……………………………………………. 10
B. Muatan Kurikulum …………………………………………….. 11
1. Mata Pelajaran …………………………………………….. 11
2. Muatan Lokal ……………………………………………… 11
3. Pengembangan Diri ……………………………………….. 12
4. Pengaturan Beban Belajar ………………………………… 12
5. Ketuntasan Belajar ………………………………………... 12
6. Kenaikan Kelas …………………………………………… 13
7. Kelulusan ………………………………………………….. 14
8. Penentuan Kelulusan ………………………………………. 14
9. Pendidikan Kecakapan Hidup …………………………….. 14
10. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global ………. 15
11. Pendidikan Berbasis Karakter
BAB IV. KALENDER PENDIDIKAN ……………………………………… 16
LEMBAR PENGESAHAN
Setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah, maka dengan ini Kurikulum SDN Benda disahkan untuk diberlakukan mulai tahun pelajaran 2009-2010.
Ditetapkan di Tangerang
Tanggal Juli 2011
Mengetahui,
Ketua Komite Sekolah Kepala SDN Benda
IWAN H.ARIF. S. H. A. ISKANDAR
NIP. 19520415 197403 1 010
Mengetahui,
Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang
Provinsi Banten
Drs. H. ZAENUDIN, MM. MPd.
NIP. 19580726 197803 1 002
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada sekolah untuk menyusun Kurikulumnya mengacu pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan. Juga adanya tuntutan globalisasi dalam bidang pendidikan yang memacu agar hasil pendidikan nasional dapat bersaing dengan hasil pendidikan negara-negara maju.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan. Bentuk nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada sekolah untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan Kurikulum, baik dalam penyusunannya maupun pelaksanaannya di sekolah.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pedidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk : (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Kewenangan sekolah dalam menyusun kurikulum memungkinkan sekolah menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikain, daerah dan atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan belajar mengajar.
Dalam rangka antisipasi isu-isu strategis yang dikembangkan oleh Pemerintah(Kementrian Pendidikan Nasional), maka KTSP ini mengakomodasi dan mengintegralkan pendidikan berwawasan kesetaraan gender; pendidikan berwawasan kewirausahaan dan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
B. Tujuan Pengembangan KTSP.
Tujuan pengembangan KTSP ini untuk memberikan acuan kepada kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya yang ada di sekolah dalam mengembangkan program-program yang akan dilaksanakan.
Selain itu, KTSP disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk :
1. Belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Belajar untuk memahami dan menghayati.
3. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif.
4. Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan.
5. Belajar untu membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Berdasarkan analisis kondisi sekolah dalam menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk memberi kesempatan kepada peserta didik agar:
1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memahami dan menghayati, serta mengamalkan ajaran agamanya masing-masing;
2. meningkatkan pengembangan keragaman potensi, minat dan bakat,serta kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan kinestetik secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya;
3. mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi;
4. meningkatkan potensi fisik dan membudayakan sportifitas serta kesadaran hidup sehat;
5. meningkatkan kepekaan (sensitivitas), kemampuan mengekspresikan dan mengapresiasi keindahan dan keseimbangan (harmoni), hidup bermasyarakat, berguna untuk orang lain;
6. membangun, menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
C. Prinsip Pengembangan KTSP.
1. Berpusat pada potensi, pengembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan betaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tututan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2. Beragam dan Terpadu.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragam karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak deskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi dan gender serta pendidikan dudaya dan karaker bangsa.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembangkan secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmi pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stake holders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan hidup, termasuk di dalamnya kehidupan bermasyarakat, kalangan dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan sosial, keterampilan akademik dan keterampilan vokasional adalah kebutuhan yang penting atau suatu keharusan.
5. Menyeluruh dan berkesimambungan.
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat.
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum ini mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang sejalan dengan arah pengembangan manusia seutuhnya
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasioanl dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indinesia (NKRI).
E. Tujuan Penyusunan Kurikulum
KTSP disusun sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan di SMP N.”X”Tangerang yang dikembangkan dengan ciri-ciri tujuan tingkat satuan pendidikan sesuai dengan visi, dapat diukur, dan terjangkau yaitu :
1. Menyelaraskan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
2. Memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menjunjung kelestarian keragaman budaya dan karakter bangsa.
3. Memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan karakteristik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya
4. Meningkatkan toleransi dan kerukunan umat beragama dan memperhatikan norma agama yang berlaku di lingkungan sekolah
5. Agar pembelajaran berkeadilan untuk mendorong tumbuh kembangnya kesetaran gender
D. Pengertian Istilah.
1. Kurikulum.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
3. Silabus.
silabus adalah rencana pembelajaran pada dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi poko/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber /bahan/alat belajar. Silabus merupakan pembelajaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Contoh silabus terdapat pada lampiran.
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekuarang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Contoh rencana palaksanaan pembelajaran SDN Benda terdapat lampiran.
BAB II. TUJUAN PENDIDIKAN
A. Tujuan Pendidikan Dasar.
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
B. Visi Sekolah.
Mewujudkan peserta didik yang beriman, cerdas, terampil, mandiri, berakhlakul karimah, dan berkualitas dalam disiplin ilmu.
C. Misi Sekolah.
1. Meningkatkan kualitas peserta didik.
2 Meningkatkan kemampuan profesioanlisme guru.
3. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan.
4. Menjalin kerjasama dengan masyarakat, lembaga pendidikan lain dan pemerintah.
5. Menumbuhkembangkan minat.
6. Mengembangkan 9 pilar karakter yakni nilai-nilai luhur universal, yaitu:
a. Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya (love Allah, trust, reverence,loyalty).
b. Tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian (responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness )
c. Kejujuran/Amanah dan Arif ( trustworthines, honesty, and tactful )
d. Hormat dan Santun ( respect, courtesy, obedience )
e. Dermawan, Suka menolong dan Gotongroyong/Kerjasama ( love, compassion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation )
f. Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja keras ( confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination, enthusiasm )
g. Kepemimpinan dan Keadilan ( justice, fairness, mercy, leadership )
h. Baik dan Rendah Hati ( kindness, friendliness, humility, modesty )
i. Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan ( tolerance, flexibility, peacefulness, unity )
Pilar karakter ini dilengkapi dengan K4 yaitu Kebersihan, Kerapihan, Keamanan dan Kesehatan. Setiap tema pilar diterapkan selama 2 minggu secara bergantian.
D. Tujuan Sekolah.
1. Siswa Mengamalkan ajaran agama, hasil pembelajaran dan pembiasaan beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
2. Sehat jasmani dan ronani berprestasi dalam akademik dan nonakademik.
3. Menguasai dasar-dasar Ilmu Pengetahuan, Keterampilan Dan Teknologi sebagai bekal untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
4. Menjadikan sekolah yang bermutu sehingga diminati masyarakat.
5. Menjalin kerjasama kemitraan dengan komite sekolah.
6. Menjalin kerjasama kemitraan dengan orangtua siswa.
7. Meningkatkan pemeliharaan K3 (Kebersihan, Keindahan, dan Keamanan).
BAB III
STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM
A. Struktur Kurikulum.
Struktur merupakan pola dan ssusunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran, pada setiap satuan pendidikan, di tuangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi kelulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Struktur kurikulum SD meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai dari kelas I – VI.
Struktur kurikulum SDN Benda disusun berdasarkan standar isi dan standar kompetensi lulusan yaitu sebagai berikut :
1. Kurikulum SDN Benda memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri.
2. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS merupakan “IPA terpadu” dan “IPS terpadu”.
3. Pembelajaran pada kelas I s/d Kelas III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas IV s/d kelas VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
4. Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 35 menit.
5. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 36 minggu.
STRUKTUR KURIKULUM SDN
Komponen Kelas dan Alokasi Waktu
I II III IV, V, dan VI
A. Mata Pelajaran Pendekatan Tematik
1. Pendidikan Agama 3
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
3. Bahasa Indonesia 5
4. Matematika 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 4
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3
7. Seni Budaya dan Keterampilan 4
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan 4
B. Muatan Lokal
1. B. Inggris 2
2. Budi Pekerti 2
C. Pengembangan Diri
1. Pramuka 2
2. Komputer 2
Jumlah 38
B. Muatan Kurikulum.
Muatan Kurikulum meliputi 8 mata pelajaran, 2 muatan lokal, dan 2 pengembangan diri.
1. Mata Pelajaran.
Mata pelajaran di SDN Benda terdiri dari 8 mata pelajaran yaitu :
1. Pendidikan Agama.
2. Pendidikan Kewarganaan.
3. Bahasa Indonesia.
4. Matematika.
5. Ilmu Pengetahuan Alam.
6. Ilmu Pegetahuan Sosial.
7. Seni Budaya dan Keterampilan.
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
2. Muatan Lokal.
Muatan Lokal di SDN Benda terdiri atas :
1. Bahasa Inggris.
2. Budi Pekerti.
3. Pengembangan Diri.
Pengembangan diri di SDN Benda terdiri atas :
1. Pramuka.
2. Komputer.
C. Tujuan Mata Pelajaran
Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum. Peraturan Pemeintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikkan menegaskan bahwa kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingkat dan/atau semester sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi yang dimaksudkan terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar.
1. Pendidikan Agama Islam
a. Tujuan :
1) Menumbuhkembangkan akidah melaluipemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan,penghayatan,pengamalan,pembiasan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT ;
2) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur , adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh),
menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah .
3) Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dilihat pada lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
2. Pendidikan Kewarganegaraan
a. Tujuan :
1) Berpikir secara kritis, rasional,dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan ;
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi ;
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya ;
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat dilihat pada lampiran Peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
3. Bahasa Indonesia
Tujuan :
1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis ;
2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara ;
3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan ;
4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,serta kematangan emosional dan sosial ;
5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa ;
6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia .
7) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat dilihat pada lampiran Peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 .
4. Matematika
Tujuan :
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat , dalam pemecahan masalah ;
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika ;
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh ;
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbul,tabel,diagram,atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah ;
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian ,dan minat dalam mempelajari matematika , serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah .
6) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Matematika dapat dilihat pada lampiran Peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 .
5. IPA
Tujuan :
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan- Nya ;
2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ;
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, tehnologi dan masyarakat ;
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan masalah dan membuat keputusan ;
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam ;
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan ;
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs .
8) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA dapat dilihat pada lampiran Peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 .
6. IPS
Tujuan :
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya ;
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah,dan keterampilan dalam kehidupan sosial ;
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan ;
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global .
5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS dapat dilihat pada lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 .
7. Seni Budaya dan Ketrampilan
Tujuan :
1) Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan ;
2) Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan ;
3) Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan ;
4) Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam tingkat lokal, regional, maupun global ;
5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan dapat dilihat pada lampiran Peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 .
8. Pendidikan Jasmani, olah raga dan Kesehatan
Tujuan :
1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui aktivitas jasmani dan olah raga yang terpilih ;
2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik ;
3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar ;
4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani , olah raga dan kesehatan ;
5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis ;
6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri-sendiri, orang lain dan lingkungan ;
7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olah raga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif ;
8) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olah raga, dan kesehatan dapat dilihat pada lampiran Peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 .
9. Muatan Lokal
a. Bahasa Inggris
Tujuan :
1) Mengenalkan bahasa inggris sebagai bahasa komunikasi internasional ;
2) Membekali siswa untuk menghadapi tuntutan dalam rangka menyongsong era globalisasi .
3) Memupuk tanggungjawab untuk melestarikan hasil kreasi budaya Banten sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional.
10. Teknologi Informasi dan komunikasi
Tujuan :
1) Mengenalkan Tehnologi Informasi dan Komunikasi kepada peserta didik sejak dini ;
2) Menampilkan sikap apresiasi terhadap Tehnologi dan Informasi ;
3) Membekali kepada peserta didik untuk menghadapi tuntutan dalam rangka Menyongsong Era Globalisasi ;
11. Pengembangan diri
Meliputi beragam kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minat dan bakat siswa, yang terdiri atas :
a. Kewiraan
1) Pramuka
2) Pasusbara ( Pasukan Khusus Pengibar Bendera )
b. Olah raga
1) Sepakbola
2) Tenis Meja
3) Volly
4) Renang
5) Kasti
6) Basket
7) Atletik
8) Bulu Tangkis
9) Senam Lantai
c. Seni
1) Seni Lukis
2) Seni Tari
3) Seni Musik dan Vokal/Paduan Suara
4) Ansambel
5) Kerajinan
d. Ilmiah
1) English Club
2) Kelompok Ilmiah Dasar/KID
12. Kegiatan Pembiasaan
a. Pembiasaan Rutin
Merupakan proses pembentukan akhlaq dan penanaman/pengamalan ajaran Islam .
Adapun kegiatan pembiasaan meliputi :
1) Sholat berjamaah ;
2) Pengajian ;
3) Upacara Bendera ;
4) Tadarus Al-quran ;
5) Pembinaan Tilawah Qur’an .
b. Pembiasaan Terprogram
Merupakan proses pembentukan akhlaq dan penanaman/pengamalan ajaran Islam .
Adapun kegiatan pembiasaan meliputi :
1) Pesantren Ramadhan ;
2) Pelaksanaan ‘Idul Qurban ;
3) Pelaksanaan Hari Besar Agama .
c. Kegiatan Keteladanan
1) Pembinaan Ketertiban Pakaian Seragam Anak Sekolah (PSAS) ;
2) Pembinaan Kedisiplinan ;
3) Penanaman Nilai Akhlak Mulia ;
4) Penanaman Budaya Minat Baca ;
5) Penanaman Budaya Keteladanan :
a) Penanaman Budaya Bersih Diri
b) Penanaman Budaya Bersih Lingkungan Kelas dan Sekolah
c) Penanaman Budaya Lingkungan Hijau
d) Peringatan Hari Bumi dan Lingkungan Hidup
d. Kegiatan Nasionalisme dan Patriotisme
1) Peringatan Hari Kemerdekaan RI ;
2) Peringatan Hari Pahlawan ;
3) Peringatan Hari Pendidikan Nasional
a) Seminar Pendidikan
b) Bedah Buku
4) Kunjungan Museum dsb .
e. Pekan Kreativitas Siswa
1) Lomba Kreativitas dan Karya Cipta ;
2) Ekstrakurikuler on the road/ pameran Pendidikan ;
3) Pembinaan dan Bimbingan bagi Calon Siswa berprestasi dan Siswa Peserta Olimpiade MIPA , siswa peserta lomba kompetensi dan keterampilan .
4) Outdoor Learning dan Training
5) Kunjungan Belajar/Field trip ;
6) Outbound
4. Pengaturan Beban Belajar.
Pengaturan beban belajar di SDN Benda sebagai berikut :
BEBAN BELAJAR SDN BENDA
SATUAN PENDIDIKAN KELAS SATU JAM PEMBELAJARAN TATAP MUKA (MENIT) JUMLAH PEMBELAJARAN PER MINGGU MINGGU EFEKTIF PER TAHUN PELAJARAN WAKTU PEMBELAJARAN PER TAHUN JUMLAH JAM PER TAHUN (@ 60 MENIT)
SD 1 S/D III 35 Kelas :
I. 30
II. 31
III. 32 36 Kelas :
I. 1050
II. 1085
III. 1120
Jam Pembelajaran
Kelas :
I. 37.800
Menit
II. 39.060
Menit
III. 40.320
Menit Kelas :
I. 630
II. 651
III. 672
IV s/d VI 35 36 36 1260
Jam
Pembelajaran
(45360 menit) 756
5. Ketuntasan Belajar.
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0 – 100 %.
STANDAR KETUNTASAN BELAJAR / KKM SDN BENDA
TAHUN PELAJARAN 2009-2010
NO KOMPONEN KETUNTASAN
BELAJAR
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 65 %
2. Pendidikan Kewarganegaraan dan 70 %
Kepribadian
3. Bahasa Indonesia 65 %
4. Matematika 60 %
5. Ilmu Pengetahuan Alam 60 %
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 65 %
7. Seni Budaya dan Keterampilan 65 %
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan 70 %
Kesehatan
B. Muatan Lokal
1. Bahasa Inggris 65 %
2. Muatan Lokal 70 %
C. Pengembangan Diri
1. Pramuka B
2. Olahraga
• Sepak Bola B
• Bulu Tangkis B
6. Kenaikan Kelas.
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran. Kriteria dan penentuan kenaikan kelas adalah sebagai berikut :
a. Kriteria Kenaikan Kelas.
1). Nilai rapor diambil dari nilai pengamatan, nilai harian, nilai tugas/PR, nilai tes tengah semester dan nilai tes akhir semester dijumlahkan untuk mencari nilai rata-rata setiap siswa dalam satu mata pelajaran, yang sesuai dengan standar ketuntasan belajar (SKB)/ KKM di SDN Benda.
2). Memiliki rapor di kelasnya masing-masing.
b. Penentuan Kenaikan kelas.
1). Penentuan siswa yang naik kelas dilakukan oleh sekolah dalam suatu rapat Dewan guru dengan mempertimbangkan SKB, sikap/panilaian/budi pekerti dan kehadiran siswa yang bersangkutan.
2). Siswa yang dinyatakan naik kelas, ropornya dituliskan naikke ke kelas ……
3). Siswa yang tidak naik kelas harus mengulang di kelasnya.
7. Kelulusan.
Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah :
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
b. Meemperoleh nilai minimal baik pad penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
c. Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan tekhnologi, dan
d. Lulus Ujian Nasional.
e. berbudi pekerti baik
Kriteria dan Penentuan kelulusan.
a. Kriteria kelulusan.
Hasil ujian di tuangkan ke dalam blangko daftar nilai ujian. Hasil ujian dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan sekkolah untuk penentuan kelulusan dengan kriteria sebagai berikut :
1) Memiliki rapor kelas VI.
2) Telah mengikuti ujian sekolah dan memiliki nilai untuk seluruh mata pelajaran yang di ujikan, minimal nilai masing-masing mata pelajaran 6,00.
3) kehadiran peserta didik di kelas minimal 90%.
4) memiliki nilai minimal baik untuk aspek kepribadian, kelakuan, dan kerajinan pada semester yang diikuti
b. Penentuan Kelulusan.
1). Penentuan siswa yang lulus dilakukan oleh sekolah dalam suatu rapat dewan guru dengan mempertimbangkan nilai rapor, nilai ujian sekolah, sikap/perilaku/budi pekerti siswa yang bersangkutan dan memenuhi kriteria kelulusan.
2). Siswa yang dinyatakan lulus diberi ijazah, dan rapor sampai dengan semester 2 kelas VI Sekolah Dasar.
8. Pendidikan Kecakapan Hidup.
Pendidikan kecakapan hidup di SDN Benda adalah Komputer.
Pendidikan Kecakapan Hidup meliputi kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, kecakapan vokasional.
kecakapan hidup personal meliputi
• terampil membaca dan menulis Al Quran,
• terampil menjadi pewara (MC)
• rajin beribadah
• jujur
• disiplin
• kerja keras
Kecakapan personal ini dapat dicapai dengan mata pelajaran Agama dan akhlak mulia, Bahasa Indonesia, dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Kecakapan Sosial meliputi
• Terampil memecahkan masalah di lingkungannya
• Memiliki sikap sportif
• Membiasakan hidup sehat
• Sanggup bekerjasama
• Sanggup berkomunikasi lisan dan tertulis
Kecakapan sosial ini dapat dicapai dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Indonesia, dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Teknologi Informasi dan Komunikasi, dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Kecakapan Akademik
• Terampil dalam penelitian ilmiah (merencanakan dan melakukan penelitian dengan merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, dan membuktikan variabel)
• Terampil menerapkan teknologi sederhana
• Kecakapan berpikir rasional
Kecakapan Akademik diintegrasikan denga Matematika, Bahasa Indonesia Teknologi Informasi dan Komunikasi, dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Kecakapan vokasional
• Terampil berbahasa Inggris,
• Terampil mengoperasikan komputer
• Terampil membuat pakaian khas Banten
• Terampil membawakan acara
• Terampil menulis karangan ilmiah/populer
Kecakapan vokasional diintegrasikan dengan mata pelajaran Matematika, TIK, Elektronika, dan Bahasa Indonesia
PROGRAM PEMBELAJARAN KOMPUTER
SDN BENDA
KELAS KOMPETENSI DASAR
I. 1. Mengenal bagian-bagian komputer
2. Games
II. 1. Menghidupkan dan mematikan dengan urutan yang benar.
2. Games.
III. 1. Mengetik huruf dan angka
2. Games
IV. 1. Mengetik surat pertamaku
2. Games
V. 1. Membuat dan mengetik surat
2. membuat kolom/tabel jadwal mata pelajaran
VI. 1. Membuat surat
2. Menghitung
3. Pengenalan Internet
9. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan global
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan global di SDN Benda adalah membuat kerajinan dari kayu.
PROGRAM PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DAN GLOBAL SDN BENDA
KELAS KOMPETENSI DASAR
I 1. Memperkenalkan bahan-bahan yang digunakan untuk
2. Menghaluskan kayu
3. Mengamplas kayu
II 1. Mengamplas kayu
2. Memplitur dengan bahan jadi
III 1. Mendempul kayu yang berlubang
2. Mengamplas kayu
3. Memplitur dengan bahan jadi
IV 1. Mendempul kayu yang berlubang
2. Mengamplas kayu
3. Memplitur dengan bahan jadi
V 1. Membentuk kayu menjadi benda seperti sendok nasi, sodet (sendok pipih yang dipakai untuk mengaduk gorengan)
2. Mendempul kayu
3. Mengamplas kayu
4. Memplitur dengan bahan jadi
VI Membentuk kayu menjadi benda seperti sendok nasi, sodet, dan
Hiasan diding
Mendempul kayu
Mengamplas kayu
Memplitur dengan bahan jadi
Mengemas hasil karya dari bahan kayu
10.Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai kehidupan yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika. Pelaksanaannya terintegrasi dalam perencanaan, proses, dan penilaian pembelajaran. Nilai yang dikembangkan di SDN Benda Kecamatan Benda Kota Tangerang antara lain nilai religius, percaya diri, keberagaman, berpikir logis, dll.
BAB IV. KALENDER PENDIDIKAN
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
ANALISIS HARI BELAJAR EFEKTIF
KALENDER PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
BULAN SEMESTER JUMLAH
HARI KEGIATAN
SENIN SELASA RABU KAMIS JUM'AT SABTU
Juli SEMESTER I 3 2 2 2 2 2 13 17 Juli awal belajar semester I
17, 18, 19, Juli awal belajar semester I
Agustus 3 5 5 4 4 4 25 17 Agustus HUT Kemerdekaan
21 Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW
September 3 3 3 4 5 5 23 25, 26, 27 Libur awal Ramadhan
Oktober 3 3 2 2 2 2 14 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23 Libur menjelang Idul fitri
24, 25 Hari raya Idul Fitri
26, 27, 28, 29, 30 Perkiraan libur setelah Idul Fitri
November 4 4 5 5 4 4 26
Desember 2 3 3 3 4 3 18 18, 19, 20, 21, 22, 23 Ulangan umum semester
25 Hari Raya Natal
31 Idul Adha 1430 H
28 Pentas Seni
30 Pembagian rapor semester I
Januari 2 2 3 2 2 1 12 1 Tahun Baru 2010
2 – 15 Libur Semester I
16 Hari pertama Semester II
20 1 Muharam 1430 H
JUMLAH 131
BULAN SEMESTER JUMLAH
HARI KEGIATAN
SENIN SELASA RABU KAMIS JUM'AT SABTU
Januari SEMESTER II
Februari 4 4 4 4 4 4 24
Maret 3 4 4 5 5 4 25 • 19 Hari Raya Nyepi
• 31 Maulid Nabi Muhammad SAW
April 5 4 4 4 3 4 24 • Wafat Yesus Kristus
Mei 3 4 4 3 3 3 20 • 7 - 12 Ulangan Umum SD/SDLB Kelas VI
• 17 Kenaikan Yesus Kristus
Juni 4 3 3 2 2 2 16 • 1 Hari Raya Waisak
• 7, 8, 9 UAS SD
• 19, 20, 21, 23, Ulangan Umum Semester II
• 30 Pembagian rapor semester 2
• 31 Kegiatan pramuka kelas I s/d V
Juli 2 2 3 2 2 1 12 • 2 – 14 Libur Semester
• 16 – 18 Hari pertama masuk sekolah/MDS 2010-2011
JUMLAH 121
Keterangan Tangerang, Juli 2011
- Jumlah jam belajar pertahun = 36 minggu Kepala SDN Benda
- Setiap hari jum’at
- Ceramah Agama
- Membaca Ayat suci Al-Qur’an
- English day H. A. ISKANDAR
NIP. 19520415 197403 1 010
BAB V SILABUS DAN RPP
A. Silabus (Terlampir)
B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Terlampir)
<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-59589997251548813022011-05-26T00:09:00.000-07:002011-05-26T00:14:43.689-07:00SEJARAH TANGERANGSEJARAH ASAL USUL TANGERANG<br />A. ASAL USUL NAMA TANGERANG <br />Nama Tangerang menurut sumber berita tidak tertulis berasal dari kata “Tangeran”, kata “Tangeran” dalam bahasa Sunda memiliki arti “tanda”. Tangeran di sini berupa tugu yang didirikan sebagai tanda batas wilayah kekuasaan Banten dan VOC, pada waktu itu.<br />Tangeran tersebut berlokasi dibagian barat Sungai Cisadane (Kampung Grendeng atau tepatnya di ujung jalan Otto Iskandar Dinata sekarang). Tugu tersebut dibangun oleh Pangeran Soegiri, salah satu putra Sultan Ageng Tirtayasa.<br />Pada tugu tersebut tertulis prasasti dalam huruf Arab gundul dengan dialek Banten, yang isinya sebagai berikut :<br />Bismillah peget Ingkang Gusti<br />Diningsun juput parenah kala Sabtu<br />Ping Gasal Sapar Tahun Wau<br />Rengsena Perang nelek Nangeran<br />Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian<br />Sakebeh Angraksa Sitingsung Parahyang-Titi<br />Artinya terjemahan dalam bahasa Indonesia :<br />Dengan nama Allah tetap Maha Kuasa<br />Dari kami mengambil kesempatan pada hari Sabtu<br />Tanggal 5 Sapar Tahun Wau<br />Sesudah perang kita memancangkan Tugu<br />Untuk mempertahankan batas Timur Cipamugas<br />(Cisadane) dan Barat yaitu Cidurian<br />Semua menjaga tanah kaum Parahyang<br />Kemudian kata “Tangeran” berubah menjadi “Tangerang” disebabkan pengaruh ucapan dan dialek dari tentara kompeni yang berasal dari Makasar. Orang-orang Makasar tidak mengenal huruf mati, akhirnya kata “Tangeran” berubah menjadi “Tangerang”.<br />Menurut kajian buku “Sejarah Kabupaten Tangerang” yang diterbitkan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang bekerjasama dengan LPPM Unis Tangerang, daerah Tangerang sejak dulu telah mengenal pemerintahan. Cerita pemerintahan ini telah berkembang di masyarakat.<br />Cerita itu berawal dari tiga maulana yang diangkat oleh penguasa Banten pada waktu itu. Tiga Maulana kemudian mendirikan kota Tangerang itu adalah Yudhanegara, Wangsakara dan Santika. Pangkat ketiga Maulana tersebut adalah Aria.<br />Pemerintahan kemaulanaan yang menjadi pusat perlawanan terhadap penjajah di Tigaraksa (artinya pemimpin), mendirikan benteng, disepanjang tepi Sungai Cisadane. Kata “Benteng” ini kemudian menjadi sebutan kota Tangerang. Dalam pertempuran melawan VOC, maulana ini berturut-turut gugur satu persatu. Dengan gugurnya para maulana, maka berakhirlah pemerintahan kemaulanaan di Tangerang. Masyarakat mengangap pemerintahan kemaulanaan ini sebagai cikal bakal pemerintahan di Tangerang.<br />Untuk mengungkapkan asal-usul tangerang sebagai kota “Benteng”, diperlukan catatan yang menyangkut perjuangan. Menurut sari tulisan F. de Haan yang diambil dari arsip VOC,resolusi tanggal 1 Juni 1660 dilaporkan bahwa Sultan Banten telah membuat negeri besar yang terletak di sebelah barat sungai Untung Jawa, dan untuk mengisi negeri baru tersebut Sultan Banten telah memindahkan 5 sampai 6.000 penduduk.<br />Kemudian dalam Dag Register tertanggal 20 Desember 1668 diberitakan bahwa Sultan Banten telah mengangkat “Radin Sina Patij dan Keaij Daman” sebagai penguasa di daerah baru tersebut. Karena dicurigai akan merebut kerajaan, Raden Sena Pati dan Kyai Demang dipecat Sultan. Sebagai gantinya diangkat Pangeran Dipati lainnya. Atas pemecatan tersebut Ki Demang sakit hati. Kemudian tindakan selanjutnya ia mengadu domba antara Banten dan VOC. Tetapi ia terbunuh di Kademangan.<br />Dalam arsip VOC selanjutnya, yaitu dalam Dag Register tertanggal 4 Maret 1980 menjelaskan bahwa penguasa Tangerang pada waktu itu adalah ”Keaij Dipattij Soera Dielaga”. Kyai Soeradilaga dan putranya Subraja minta perlindungan kompeni dengan diikuti 143 pengiring dan tentaranya (keterangan ini terdapat dalam Dag Register tanggal 2 Juli 1982). Ia dan pengiringnya ketika itu diberi tempat di sebelah timur sungai, berbatasan dengan pagar kompeni.<br />Ketika bertempur dengan Banten, ia beserta ahli perangnya berhasil memukul mundur pasikan Banten. Atas jasa keunggulannya itu kemudian ia diberi gelar kehormatan Raden Aria Suryamanggala, sedangkan Pangerang Subraja diberi gelar Kyai Dipati Soetadilaga. Selanjutnya Raden Aria Soetadilaga diangkat menjadi Bupati Tangerang I dengan wilayah meliputi antara sungai Angke dan Cisadane. Gelar yang digunakannya adalah Aria Soetidilaga I. Kemudian dengan perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 April 1684, Tangerang menjadi kekuasaan kompeni, Banten tidak mempunyai hak untuk campur tangan dalam mengatur tata pemerintahan di Tangerang. Salah satu pasal dari perjanjian tersebut berbunyi: ”Dan harus diketahui dengan pasti sejauh mana batas-batas daerah kekuasaan yang sejak masa lalu telah dimaklumi maka akan tetap ditentukan yaitu daerah yang dibatasi oleh sungai Untung Jawa atau Tangerang dari pantai Laut Jawa hingga pegunungan-pegunungan sejauh aliran sungai tersebut dengan kelokan-kelokannya dan kemudian menurut garis lurus dari daerah Selatan hingga utara sampai Laut Selatan. Bahwa semua tanah disepanjang Untung Jawa atau Tangerang akan menjadi milik atau ditempati kompeni”<br />Dengan adanya perjanjian tersebut daerah kekuasaan bupati bertambah luas sampai sebelah barat sungai Tangerang. Untuk mengawasi Tangerang maka dipandang perlu menambah pos-pos penjagaan di sepanjang perbatasan sungai Tangerang, karena orang-orang Banten selalu menekan penyerangan secara tiba-tiba. Menurut peta yang dibuat tahun 1962, pos yang paling tua terletak di muara sungai Mookervaart, tepatnya disebelah utara Kampung Baru. Namun kemudian ketika didirikan pos yang baru, bergeserlah letaknya ke sebelah Selatan atau tepatnya di muara sungai Tangerang.<br />Menurut arsip Gewone Resolutie Van hat Casteel Batavia tanggal 3 April 1705 ada rencana merobohkan bangunan-bangunan dalam pos karena hanya berdinding bambu. Kemudian bangunannya diusulkan diganti dengan tembok. Gubernur Jenderal Zwaardeczon sangat menyetujui usulan tersbut, bahkan diinstruksikan untuk membuat pagar tembok mengelilingi bangunan-bangunan dalam pos penjagaan. Hal ini dimaksudkan agar orang Banten tidak dapat melakukan penyerangan. Benteng baru yang akan dibangun untuk ditempati itu direncanakan punya ketebalan dinding 20 kaki atau lebih. Disana akan ditempatkan 30 orang Eropa dibawah pimpinan seorang Vandrig(Peltu) dan 28 orang Makasar yang akan tinggal diluar benteng. Bahan dasar benteng adalah batu bata yang diperoleh dari Bupati Tangerang Aria Soetadilaga I.<br />Setelah benteng selesai dibangun personilnya menjadi 60 orang Eropa dan 30 orang hitam. Yang dikatakan orang hitam adalah orang-orang Makasar yang direkrut sebagai serdadu kompeni. Benteng ini kemudian menjadi basis kompeni dalam menghadapi pemberontakan dari Banten. Kemudian pada tahun 1801, diputuskan untuk memperbaiki dan memperkuat pos atau garnisun itu, dengan letak bangunan baru 60 roeden agak ke tenggara, tepatnya terletak disebelah timur Jalan Besar pal 17. Orang-orang pribumi pada waktu itu lebih mengenal bangunan ini dengan sebutan ”Benteng”. Sejak itu, Tangerang terkenal dengan sebutan Benteng. Benteng ini sejak tahun 1812 sudah tidak terawat lagi, bahkan menurut ”Superintendant of Publik Building and Work” tanggal 6 Maret 1816 menyatakan: ”...Benteng dan barak di Tangerang sekarang tidak terurus, tak seorangpun mau melihatnya lagi. Pintu dan jendela banyak yang rusak bahkan diambil orang untuk kepentingannya”<br />Kabupaten Tangerang sejak ratusan tahun lalu sudah menjadi daerah perlintasan perniagaan, perhubungan sosial dan interaksi antardaerah lain. Hal ini, disebabkan letak daerah ini yang berada di dua poros pusat perniagaan Jakarta - Banten.<br />Berdasarkan catatan sejarah, daerah ini sarat dengan konflik kepentingan perniagaan dan kekuasaan wilayah antara Kesultanan Banten dengan Penjajah Belanda.<br />Secara tutur-tinular, masa pemerintahan pertama secara sistematis yang bisa diungkapkan di daerah dataran ini, adalah saat Kesultanan Banten yang terus terdesak agresi penjajah Belanda lalu mengutus tiga maulananya yang berpangkat aria untuk membuat perkampungan pertahanan di Tangerang.<br />Ketiga maulana itu adalah Maulana Yudanegara, Wangsakerta dan Santika. Konon, basis pertahanan merka berada di garis pertahanan ideal yang kini disebut kawasan Tigaraksa dan membentuk suatu pemerintahan. Sebab itu, di legenda rakyat cikal-bakal Kabupaten Tangerang adalah Tigaraksasa [sebutan Tigaraksasa, diambil dari sebutan kehormatan kepada tiga maulana sebagai tiga pimpinan = tiangtiga = Tigaraksa].<br />Pemerintahan ketiga maulana ini, pada akhirnya dapat ditumbangkan dan seluruh wilayah pemerintahannya dikuasai Belanda, berdasar catatan sejarah terjadi tahun 1684. Berdasar catatan pada masa ini pun, lahir sebutan kota Tangerang. Sebutan Tangerang lahir ketika Pangeran Soegri, salah seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten membangun tugu prasasti di bagian barat Sungai Cisadane [diyakini di kampung Gerendeng, kini].<br />Tugu itu disebut masyarakat waktu itu dengan Tangerang [bahasa Sunda=tanda] memuat prasasti dalam bahasa Arab Gundul Jawa Kuno, "Bismillah peget Ingkang Gusti/Diningsun juput parenah kala Sabtu/Ping Gangsal Sapar Tahun Wau/ Rengsenaperang netek Nangeran/Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian/Sakabeh Angraksa Sitingsun Parahyang"<br />Arti tulisan prasasti itu adalah: "Dengan nama Allah tetap Yang Maha Kuasa/Dari kami mengambil kesempatan pada hari Sabtu/Tanggal 5 Sapar Tahun Wau/Sesudah perang kita memancangkan tugu/Untuk mempertahankan batas timur Cipamugas [Cisadane] dan barat Cidurian/ Semua menjaga tanah kaum Parahyang"<br />Diperkirakan sebutan Tangeran, lalu lama-kelamaan berubah sebutan menjadi Tangerang.Desakan pasukan Belanda semakin menjadi-jadi di Banten sehingga memaksa dibuatnya perjanjian antar kedua belah pihak pada 17 April 1684 yang menjadikan daerah Tangerang seluruhnya masuk kekuasaan Penjajah Belanda. Sebagai wujud kekuasaannya, Belanda pun membentuk pemerintahan kabupaten yang lepas dari Banten dengan dibawah pimpinan seorang bupati.<br />Para bupati yang sempat memimpin Kabupaten Tangerang periode tahun 1682 - 1809 adalah Kyai Aria Soetadilaga I-VII. Setelah keturunan Aria Soetadilaga dinilai tak mampu lagi memerintah kabupaten Tangerang dengan baik, akhirnya penjajah Belanda menghapus pemerintahan di daerah ini dan memindahkan pusat pemerintahan ke Jakarta.<br />Lalu, dibuat kebijakan sebagian tanah di daerah itu dijual kepada orang-orang kaya di Jakarta, sebagian besarnya adalah orang-orang Cina kaya sehingga lahir masa tuan tanah di Tangerang.<br />Pada 8 Maret 1942, Pemerintahan Penjajah Belanda berakhir di gantikan Pemerintahan Penjajah Jepang. Namun terjadi serangan sekutu yang mendesak Jepang di berbagai tempat, sebab itu Pemerintahan Militer Jepang mulai memikirkan pengerahan pemuda-pemuda Indonesia guna membantu usaha pertahanan mereka sejak kekalahan armadanya di dekat Mid-way dan Kepulauan Solomon.<br />Kemudian pada tanggal 29 April 1943 dibentuklah beberapa organisasi militer, diantaranya yang terpenting ialah Keibodan [barisan bantu polisi] dan Seinendan [barisan pemuda]. Disusul pemindahan kedudukan Pemerintahan Jakarta Ken ke Tangerang dipimpin oleh Kentyo M Atik Soeardi dengan pangkat Tihoo Nito Gyoosieken atas perintah Gubernur Djawa Madoera. Adapun Tangerang pada waktu itu masih berstatus Gun atau kewedanan berstatus ken (kabupaten).<br />Berdasar Kan Po No. 34/2604 yang menyangkut pemindahan Jakarta Ken Yaskusyo ke Tangerang, maka Panitia Hari Jadi Kabupaten Tangerang menetapkan terbentuknya pemerintahan di Kabupaten Tangerang. Sebab itu , kelahiran pemerintahan daerah ini adalah pada tanggal 27 Desember 1943. Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober 1984.<br />Dalam masa-masa proklamasi, telah terjadi beberpa peristiwa besar yang melibatkan tentara dan rakyat Kabupaten Tangerang dengan pasukan Jepang dan Belanda, yaitu Pertempuran Lengkong dan Pertempuran Serpong.<br />Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tangerang sebagai daerah lintasan dan berdekatan dengan Ibukota Negara Jakarta melesat pesat. Apalagi setelah diterbitkannya Inpres No.13 Tahun 1976 tentang pengembangan Jabotabek, di mana kabupaten Tangerang menjadi daerah penyanggah DKI Jakarta.<br />Tanggal 28 Pebruari 1993 terbit UU No. 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Tangerang. Berdasarkan UU ini wilayah Kota Administratif Tangerang dibentuk menjadi daerah otonomi Kota Tangerang, yang lepas dari Kabupaten Tangerang. Berkaitan itu terbit pula Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1995 tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Dati II Tangerang dari Wilayah Kotamadya Dati II Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa.<br />Akhirnya, pada awal tahun 2000, pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang pun di pindahkan Bupati H. Agus Djunara ke Ibukota Tigaraksa. Pemindahan ini dinilai strategis dalam upaya memajukan daerah karena bertepatan dengan penerapan otonomi daerah, diberlakukannya perimbangan keuangan pusat dan daerah, adanya revisi pajak dan retribusi daerah, serta terbentuknya Propinsi Banten.<br />B. SEJARAH KABUPATEN TANGERANG<br />Kabupaten Tangerang lahir pada saat Kesultanan Banten yang terus terdesak oleh agresi penjajah Belanda sehingga mengutus tiga Maulana yang berpangkat aria untuk membuat perkampungan pertahanan di Tangerang.<br />Ketiga Maulana itu adalah Maulana Yudanegara, Wangsakerta dan Santika. Konon basis pertahanan mereka berada di garis pertahanan ideal yang kini disebut Kawasan Tigaraksa dan membentuk suatu pemerintahan. Sebab itu, dalam cerita legenda rakyat cikal bakal Kabupaten Tangerang adalah Tigaraksa (sebutan Tiga Raksa diambil dari sebutan kehormatan kepada tiga pimpinan sehingga lahirlah nama Tigaraksa).<br />Berdasarkan catatan sejarah, pemerintahan ketiga Maulana ini pada akhirnya dapat ditumbangkan dan seluruh wilayah pemerintahan Kesultanan Banten di wilayah ini dikuasai oleh Belanda pada tahun 1684. Diperkirakan pada tahun tersebut lahir sebutan Tangerang. Sebutan Tangerang lahir ketika Pangeran Soegri salah seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten membangun tugu prasasti di bagian Barat Sungai Cisadane (diyakini dikampung grendeng kini), Waktu itu masyarakat sekitar menyebut tugu tersebut dengan Tengeran atau dalam bahasa Sunda artinya tanda. Lalu lama kelamaan berubah menjadi Tangerang.<br />C. LAMBANG DAERAH<br /> <br />Lambang daerah kabupaten Tangerang ditetapkan dengan peraturan daerah No. 19 tahun 1984 tanggal 25 oktober 1984, yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Daerah No. 10 tahun 1987 tanggal 21 Mei 1987.<br />Motto daerah yang terkandung dalam lambang daerah adalah \"SATYA KARYA KERTA RAHARJA\", artinya \"Dengan dasar kesetiaan dan ketaatan kepada pemerintah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) disertai doa dan kerja keras, kita wujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur dari segi fisik material dan mental spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Uundang Dasar 1945.<br />Arti Gambar Lambang Daerah adalah :<br />1. Bagian atas<br />a. Pucuk perisai lima buah melambangkan pancasila yang menjadi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.<br />b. Susunan batu merupakan lambang benteng pertahanan yang mengingatkan kita kepada pahlawan rakyat Kabupaten Tangerang.<br />c. Jumlah bata melambangkan tanggal, bulan, dan tahun proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia, tanggal 17 bulan 8 tahun 1945.<br />2. Bagian Tengah<br />a. Jumlah butir padi, bunga kapas dan ruas bambu melambangkan tanggal, bulan dan tahun hari jadi Kabupaten Tangerang.<br />b. Dua puluh tujuh butir padi melambangkan tanggal dua puluh tujuh.<br />c. Dua belas bunga kapas melambangkan bulan dua belas.<br />d. Empat puluh tiga ruas bambu melambangkan tahun empat puluh tiga.<br />e. Topi bambu melambangkan hasil kerajinan dan industri dari Kabupaten Tangerang.<br />3. Bagian bawah<br />a. Garis putih berombak melambangkan bahwa Kabupaten Tangerang dilintasi oleh sungai-sungai besar.<br />b. Garis putih biru berombak melambangkan laut yang bermakna bahwa Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai.<br /><br />D. SEJARAH WALIKOTA TANGERANG<br />H. Wahidin Halim, lahir pada tanggal 14 Agustus 1954 di Kampung Pinang Tangerang. Sebuah tempat yang jauh dari hikuk pikuk keramaian Kota.Dia adalah putra ketiga dari sembilan bersaudara. Putera pasangan H. Djiran Bahjuri dan Siti Rohana ini, bersama saudara lainnya, dibesarkan di lingkungan yang terbilang sederhana. Ayahnya hanya berprofesi sebagai guru SD di Poris Plawad sedangkan ibunya tidak lebih dari ibu rumah tangga biasa.<br />Ketika duduk di bangku SD, seusai pulang sekolah, Wahidin banyak menghabiskan waktunya untuk menggembala kerbau. Rutinitas itu dilakukannya tanpa sedikitpun keluhan. Dia selalu riang gembira, sekalipun kerbau yang digembalakan cukup jauh rutenya. Mulai dari rumahnya di Pinang hingga ke sekitar Bandara Soekarno-Hatta, Selapajang, Rawalele ataupun Rawabokor. Di sela-sela mengembala kerbau, Wahidin bersama teman-temannya kerapkali bersenang-senang, mandi di Kali Angke yang kala itu airnya masih bening dan bersih. Kegiatan lain selain menggembala, Wahidin kecil turut serta membantu orang-tuanya menjual hasil pertanian seperti cabe yang baru dipanen dari sejumlah petani ke Pasar Anyar. “Sekitar tahun 65 dan 70-an, Ayah saya bersama tetangga, kalau panen cabe menjualnya ke pasar“, kenangnya.<br />Ada sebuah kenangan yang membekas di benaknya, yaitu ketika duduk di bangku SMP, dia pernah merasakan belajar sambil berdiri di ruang kelas, karena tidak ada bangku. Saking ingin mendapatkan kenyamanan dalam belajar, dia terpaksa membawa bangku milik orang-tuanya yang sudah tidak layak pakai ke sekolah. Bahkan terkadang dijumpai Wahidin terkantuk-kantuk dalam mengikuti pelajaran di sekolah, hal itu disebabkan kurang tidur, selepas dini harinya mengantar cabe ke Pasar Anyar.<br />Di lingkungan keluarga, Wahidin termasuk orang yang cukup dekat dengan keluarga. Salah satunya dengan Hasan Wirayudha, yang sekarang menjadi Menteri Luar Negeri. Semasa kecil, keduanya cukup komunikatif, baik ketika di rumah, maupun bila sedang bermain. Pernah suatu ketika, keduanya asyik memandang pesawat terbang yang melintas di atas rumahnya. Mereka berdua berlarian mengejar kemana arahnya pesawat pergi. Ada terlontar ucapan Wahidin untuk minta duit dan kue, sedangkan kakaknya minta ikut pesawat itu. Ibunya lantas bilang “Gua doain supaya kelak dapat ikut ke luar negeri gratis, dan doa itu terkabul“, kenang Wahidin.<br />H. Djiran Bahjuri, ayahnya, selalu menanamkan nilai-nilai kejujuran kepada anak-anaknya dalam bersikap. Hal semacam itu menjadi pelajaran berharga bagi Wahidin. Tidak dibenarkan mengambil sesuatu yang sebenarnya milik orang lain menjadi milik pribadi. Ayahnya terkadang kalau hendak mengajar ke sekolah, membawa palu dan paku. Kalau ada bangku yang rusak, ayahnya tidak segan-segan untuk memperbaiki. Kedua orang tuanya sempat berpesan, agar ilmu yang dituntut Wahidin besaudara, dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat luas. Jangan sampai mengambil harta negara untuk kepentingan pribadi. Mengabdi sepenuh hati dengan tulus ikhlas, sehingga mendatangkan manfaat dan barokah bagi semuanya. Demikian pesan orang tuanya yang hingga kini tetap terngiang-ngiang di telinga Wahidin.<br />Dia merasa beruntung dibesarkan dalam keluarga yang demokratis. Ibunya, meski sebatas ibu rumah tangga, namun cukup disiplin dan ulet dalam mendidik anak-anaknya. Kedisiplinan yang ditanamkan kedua orang tuanya ternyata membuahkan hasil. Sampai sekarang kedisiplinan itu menjadi prioritas bagi Wahidin.<br />Wahidin kecil memulai pendidikannya di SD Pinang, yang kala itu hanya berdinding bambu dan berlantai tanah. Wajar jika semasa itu ia tidak mengenal sepatu, layaknya anak sekolahan masa kini. Setamat SD, ia melanjutkan SMP di Ciledug. Baginya berjalan kaki setiap hari ke Ciledug merupakan keharusan, lantaran ayahnya tak juga mampu membelikan sepeda, bahkan sekedar sepatu sekalipun.<br />Selepas mengenyam pendidikan di SMU Tangerang (1972), dia melanjutkan studi ke Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI), jurusan Administrasi Negara. Sebelum ke UI, kakaknya sudah lebih dulu kuliah di sana, sehingga Wahidin ketika SMU, sering disuplai buku-buku pelajaran untuk jenjang orang kuliah.<br />Tahun 1978, di tengah perjalanan masa mudanya, ia didaulat oleh warga desanya untuk ikut pencalonan kepala desa. Tak disangka , ia kemudian terpilih sebagai kepala desa. Jadilah Wahidin muda seorang kepala desa termuda dan yang berpendidikan sarjana pertama di Tangerang; bahkan dengan status bujangan. Dari sinilah ia mulai mengenal makna “mengabdi” yang sesungguhnya.<br />Tiga tahun kemudian, menikah dengan gadis Jawa teman kuliahnya, dan hingga kini telah dikaruniai 3 orang anak. UU No. 5 tahun 1979 mengantarnya menjadi Pegawai Negeri. Dan saat itulah ia memulai karirnya sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil).Obsesi untuk mengabdi kepada masyarakat merupakan pilihannya, hingga ia tertuntut untuk berbuat lebih banyak lagi bagi masyarakatnya.<br />Menjadi Sek – Kota Administratif Tangerang, kemudian kabag di Kabupaten Tangerang, camat Tigaraksa, camat Ciputat, Kepala Dinas, asisten Pemkab Tangerang, sekda Kota Tangerang, dan kini Walikota Tangerang periode 2003 – 2008; merupakan perjalanan panjang karirnya. Itulah perjalanan panjang seorang pejabat karir yang sangat jarang dimiliki oleh orang lain. Bakat dan aktivitas sosialnya sangat kelihatan sejak kecil. Menjadi juara pidato tingkat anak – anak di desanya adalah prestasi yang mengawali keberadaannya di masyarakat.<br />Mencari rumput dan angon kerbau peliharaan sang ayah, atau mandi di kali angke menjadikannya terasah dalam menghadapi realitas kehidupan di sekitarnya, sekaligus mengajarinya banyak hal tentang arti kehidupan. Selain aktif mengkoordinir pemuda di kampungnya, saat kuliah ia juga mengkoordinir Remaja Masjid di kampusnya, menjadi pemimpin asrama mahasiswa, Ketua AMPI, pengurus KNPI. Bahkan di tengah kesibukannya sebagai Kepala Desa, ia juga masih menyempatkan diri untuk mengajar di SMP PGRI dan SMA di kampungnya. Ini ia lakukan semata untuk mengabdi kepada masyarakat.<br />Pola pendidikan demokratis yang pernah didapat dari kedua orangtuanya dulu, berlanjut kepada ketiga anaknya. “Saya bersikap demkratis di keluarga, sama halnya seperti ayah saya dulu. Saya tidak mendikte mereka harus sekolah kemana, mau ke pesantren atau mau dagang, silakan saja. Yang penting niat dan caranya dalam sekolah atau dagang dilakukan secara baik“, katanya.<br />Sebagai kepala keluarga, yang juga tokoh masyarakat, Wahidin mempunyai komitmen dengan keluarganya. Sebuah komitmen yang mengatur urusan keluarga dengan urusan publik, yang dibekali dengan sikap keterbukaan dan saling percaya. “Urusan kantor, keluarga tidak perlu tahu, begitupun kebalikannya. Perlu konsentrasi, karena saya juga milik masyarakat. Prinsipnya istri tidak perlu ikut campur dalam hal jabatan atau urusan kantor“, tegasnya.<br />Keluarga ikut mendukung sikapnya itu. Dia sendiri berupaya untuk tidak membawa persoalan kantor ke rumah. Segala sesuatunya ia pecahkan sendiri atau diselesaikan dengan ibadah. “Apa yang terbaik bagi saya, itu juga yang terbaik bagi keluarga. Sejauh ini keluarga tidak protes“, ucapnya mantap.<br />Menekuni agama melalui pengajian rutin tiap Rabu dan Jumat di rumahnya, serta mengikuti pengajian di daerahnya merupakan langkah yang ia sadari akan selalu menuntunnya ke kebenaran hakiki. Olah raga ditekuninya adalah sepak bola, badminton dan catur hingga kini. Jabatan sebagai pengurus dan manajer PERSITA, dan kini sebagai Ketua Umum PERSIKOTA adalah pengalaman organisasinya di bidang olah raga, yang mencuatkan namanya ke kancah persepakbolaan nasional. Kepedulian dirinya terhadap persoalan sosial, terutama dunia pendidikan, ia wujudkan dalam bentuk sebuah lembaga yakni Yayasan Kemanusiaan Nurani Kami pada tahun 1977. Yayasan ini sampai sekarang mampu memberikan beasiswa kepada 150 orang, mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi.<br />Kemampuan intelektual, integritas moral, serta kepiawaian berkomunikasi dengan berbagai kalangan telah menjadikannya sebagai salah seorang birokrat yang sangat “diperhitungkan” oleh berbagai elemen masyarakat di Tangerang, termasuk ormas-ormas besar. Tetapi ia tetap saja bersahaja seperti ayahnya, “tuan guru” yang ia kagumi.<br />Sumber :<br />SulaemanBentengCisadaneBlogshttp://leeisman.blogspot.com/2009/11/sejarah-asal-usul-nama-tangerang-dan.html http://alumnistisipyuppentek.blogspot.com http://bp3.blogger.com<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-32244499045243686972010-11-06T10:30:00.000-07:002010-11-06T10:37:13.710-07:00“Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu pendidikan”BAB I<br />PENDAHULUAN<br />A. Latar Belakang Masalah<br />Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu Sumber Daya Manusia. Dimana dewasa ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM). Dimana mutu Sember Daya Manusia (SDM) berkorelasi positif dengan mutu pendidikan, mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang baik, memenuhi syarat, dan segala komponen yang harus terdapat dalam pendidikan, komponen-komponen tersebut adalah masukan, proses, keluaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta biaya.<br />Mutu pendidikan tercapai apabila masukan, proses, keluaran, guru, sarana dan prasarana serta biaya apabila seluruh komponen tersebut memenuhi syarat tertentu. Namun dari beberapa komponen tersebut yang lebih banyak berperan adalah tenaga kependidikan yang bermutu yaitu yang mampu menjawab tantangan-tantangan dengan cepat dan tanggung jawab. Tenaga kependidikan pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut tenaga kependidikan untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Pendidikan yang bermutu sangat membutuhkan tenaga kependidikan yang professional.<br />Tenaga kependidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan pengetahuan, ketrampilan, dan karakter peserta didik. Oleh karena itu tenaga kependidikan yang professional akan melaksanakan tugasnya secara professional sehingga menghasilkan tamatan yang lebih bermutu. Menjadi tenaga kependidikan yang profesional tidak akan terwujud begitu saja tanpa adanya upaya untuk meningkatkannya, adapun salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan pengembangan profesionalisme ini membutuhkan dukungan dari pihak yang mempunyai peran penting dalam hal ini adalah kepala sekolah, dimana kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena kepala sekolah berhubungan langsung dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah.<br />Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan keprofesionalan kepala sekolah ini pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan mudah dilakukan karena sesuai dengan fungsinya, kepala sekolah memahami kebutuhan sekolah yang ia pimpin sehingga kompetensi guru tidak hanya mandeg pada kompetensi yang ia miliki sebelumnya, melainkan bertambah dan berkembang dengan baik sehingga profesionalisme guru akan terwujud.<br />Karena tenaga kependidikan profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, dan metode yang tepat, akan tetapi mampu memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan. Profesionalisme tenaga kependidikan juga secara konsinten menjadi salah satu faktor terpenting dari mutu pendidikan. Tenaga kependidikan yang profesional mampu membelajarkan murid secara efektif sesuai dengan kendala sumber daya dan lingkungan. Namun, untuk menghasilkan guru yang profesional juga bukanlah tugas yang mudah. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa. Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya.<br />Namun banyak faktor penghambat tercapainya kualitas keprofesionalan kepemimpinan kepala sekolah seperti proses pengangkatannya tidak trasnparan, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas, dan seringnya datang terlambat, wawasan kepala sekolah yang masih sempit , serta banyak faktor penghambat lainnya yang menghambat tumbuhnya kepala sekolah yang professional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ini mengimplikasikan rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input, proses, dan output) Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengkaji “Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu pendidikan”<br />B. Tujuan Penulisan<br />Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah dalam penelitian ini adalah:<br />1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu pendidikan<br />2. Untuk mengetahui bagaimana tugas yang dijalankan oleh kepala sekolah<br />3. Untuk memahami peran kepala sekolah<br />4. Untuk mengaetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam merealisasikan keprofesionalan kepala sekolah<br />5. Untuk mengetahui dan memahami upaya pemecahan dalam merealisasikan peningkatan profesionalisme kepala sekolah.<br />C. Manfaat Penulisan<br />1. Dapat mengetahui bagaimana gambaran Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu pendidikan<br />2. Dapat mengetahui bagaimana tugas yang dijalanka oleh kepala sekolah<br />3. Dapat memahami peran kepala sekolah<br />4. Dapat mengaetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam merealisasikan keprofesionalan kepala sekolah<br />5. Dapat mengetahui dan memahami upaya pemecahan dalam merealisasikan peningkatan profesionalisme kepala sekolah.<br />BAB II<br />PROFESIONALISME GURU DAN KEPALA SEKOLAH<br />A. Pengertian Profesionalisme<br />Profesionalisme berasal dari kata sifat yakni jabatan yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian. Jadi profesionalisme adalah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu, dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Sudjana, 1988:14). <br />Guru adalah orang yang memberikan pengetahuan kepada anak didik (Djamarah, 2000:31). <br />Jadi profesionalisme guru yang dimaksud penulis adalah guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya pada bidang keahlian yang diajarkannya yakni guru kelas di SDN Sukatani III Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang<br />B. Tuntutan Profesionalisme Guru <br />Usaha untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan tugas besar dan berjangka waktu panjang karena menyangkut pendidikan bangsa dan masa depan suatu bangsa banyak ditentukan oleh negara itu, yakni manusia berkualitas hasil produk pendidikan, oleh karena itu pendidikan pun harus berkualitas.<br />Dalam dunia pendidikan, pendidik pada umumnya diistilahkan sebagai guru, sebagai pengajar atau pendidik. Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam setiap upaya pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan.<br />Guru adalah unsur manusiawai, dalam figur manusia sumber yang menempati posisi dan peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru selalu terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Hal itu tidak dapat disangkal, karena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru.(Djamarah,2000:1)<br />Oleh sebab itu, mengacu kepada tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1983 dalam sistem pendidikan nasional, yakni :<br />1. Bahwa Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran yang diatur dengan undang-undang;<br />2. Bahwa pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri, baik berkenaan dengan aspek jasmani maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945;<br />3. Bahwa untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan, diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional.<br />Maka dari pada itu peningkatan kualitas manusia Indonesia sebagaimana yang diinginkan tersebut, tidak akan tercapai jika faktor pendukung tidak ditingkatkan. Salah satu faktor pendukung tersebut yang sangat berperan dominan adalah faktor guru.<br />Dalam menjalankan proses pendidikan dan mengajar perlu diperhatikan kualitas mengajar guru. Berbicara mengenai kualitas guru berarti berbicara pula mengenai lembaga pendidikan guru. karena pendidikan dan pembinaan guru perlu ditingkatkan. Pentingnya mengenai kualitas mengajar guru disebabkan karena eksistensi guru bagi suatu bangsa sangat esensial, apalagi bagi bangsa Indonesia di tengah-tengah situasi dan kondisi yang terus mengalami perubahan zaman dan teknologi yang kian canggih.<br />Seorang guru harus menyadari bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, selain mampu merencanakan pengajaran, juga dituntut banyak membaca, menyerap informasi dan mengembangkan ilmunya guna meningkatkan kualitas mengajarnya.<br />Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin, tercipta dan terbina kesiapan dan keandalan seseorang sebagai manusia pembangunan. Dengan kata lain potret dan wajah diri bangsa tercermin dengan potret guru di masa kini dan gerak dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus citra para guru di tengah-tengah masyarakat (Usman, 1997 : 7).<br />Sistem pendidikan guru sebagai suatu sub sistem pendidikan nasional merupakan faktor kunci dan memiliki peranan yang sangat strategis. Pada hakekatnya penyelenggaraan dan keberhasilan proses pendidikan pada semua jenjang dan semua satuan pendidikan ditentukan oleh faktor guru, di samping perlunya unsur-unsur penunjang lainnya. Kualitas kemampuan guru yang rendah akan berdampak pada rendahnya mutu pendidikan. Sedangkan derajat kemampuan guru sejak semula disiapkan pada suatu lembaga pendidikan guru, baik secara berjenjang maupun secara keseluruhan.<br />Derajat keualitas pendidikan guru ditentukan oleh tingkat kualitas semua komponen yang memberikan kontribusi terhadap sistem pendidikan guru secara keseluruhan. Komponen-komponen tersebut adalah siswa calon guru, pendidikan, pembimbing calon guru, kurikulum, strategi pembelajaran, media instruksional, sarana dan prasarana, waktu dan ketersediaan, serta masyarakat dan sosial budaya. Semuanya memberikan pengaruh dan warna terhadap proses pendidikan guru dalam upaya mencapai tujuan pendidikan guru, yang hasil atau lulusannya dapat diketahui melalui komponen evaluasi secara menyeluruh dan berkesinambungan.<br />Profesi guru banyak dibicarakan orang atau masih saja dipertnyakan orang,baik dikalangan para pakar pendidikan bahkan selama dasawarsa terakhir ini hamper setiap hari,media masa khususnya,baik media cetak harian atau mingguan memuat cerita tentang guru.<br />Kita akui bahwa profesi guru mudah tercemar dalam arti masih saja ada orang yang memaksakan diri menjadi guru walaupun sebenarnya yang bersangkutan tidak dipersiapkan untuk itu.Hal ini disebabkan karena adanya pandangan sebagian masyarakat bahwa siapapun boleh menjadi guru asalkan berpengetahuan.Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap profesi guru disebabkan oleh beberapa factor sebagai berikut:<br />1. Adanya pandangan masyarakat bahwa siapapun boleh menjadi guru asalkan dia berpengetahuan.<br />2. Kekurangan guru didaerah terpencil memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru.<br />3. Banyak guru yang belum menghargai profesinya,apalagi mengembangkan profesinya itu,perasaan rendah diri karena menjadi guru penyalahgunaan profesi dari profesinya sehingga wibawa guru suka merosot.(Sudjana,1998)<br />Faktor lain yaitu kelemahan yang terdapat pada diri guru itu sendiri diantaranya,rendahnya tingkat kompetensi profesionalnya yang disebabkan karena latar belakang pendidikan guru tidak sesuai dengan profesi yang diberikan,sehingga target pengajaran tidak tercapai secara maksimal dengan katalian apa yang diajarkan guru tersebut tidak dikuasai oleh siswa dengan baikkarena sang guru tidak menguasai secara substansial.<br />Proses intraksi belajar mengajar adalah inti dari kegiatan pendidikan,sebagai inti dari kegiatan pendidikan,proses intraksi belajar mengajar adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan,tujuan pendidikan tidak akan tercapai bila proses interaksi belajar mengajar tidak pernah berlangsung dalam pendidikan,guru dan siswa adalah dua unsure yang terlibat langsung dalam prose situ.Oleh karena itu disinilah peranan guru diperlukan sebagaimana menciptakan intrasi belajar mengajar yang kondusif.Untuk itu seorang guru perlu memahami ciri-ciri intraksi belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.<br />Masalah kompetensi guru tidak semua guru dapat menguasai dengan baik.Jangankan untuk guru yang belum pengalaman,guru yang sudah pengalaman cukup lama belum tentu dapat menguasainya dengan baik.Namun penguasaan dengan baik belum tentu dapat melaksanakannya dalam proses interaksi belajar mengajar dengan baik pula,sesuai dengan situasi dan kondisi di SDN Sukatani III UPT.Pendidikan Kecamatan Rajeg sering terjadi proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan yang diharapkan misalnya perencanaan dan pelaksanaan kurikulum dikelas harus memperhatikan komponen isi,komponen metode,komponen evaluasi.Disampina keempat komponen tersebut perlu diperhatikan pula bimbingan dan penyuluhan ,komponen administrasi pendidikan dan supervise serta sarana.Karena itulah,komponen guru bukanlah suatu masalah yang berdiri sendiri,tetapi dipengaruhi oleh factor-faktor lain,yakni latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar.<br />Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa permasalahan profesionalisme guru pada latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajarnya menjadi sangat penting karena menyangkut kemampuan guru dalam mencapai target pengajaran disekolah.<br />C. Tuntutan Profesionalisme Guru Kepala Sekolah<br />Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam hal ini, pengembangan SDM merupakan proses peningkatan kemampuan manusia agar mampu melakukan pilihan-pilahan. Proses pengembangan SDM tersebut harus menyentuh berbagai bidang kehidupan yang tercermin dalam pribadi pimpinan, termasuk pemimpin pendidikan, seperti kepala sekolah.<br />Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: “Kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pememliharaan sarana dan prasarana”.<br />Namun kenyataan dilapangan masih banyak kepala sekolah yang tidak menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin pendidikan ini disebabkan karena dalam proses pengangkatannya tidak ada trasnfaransi, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas, dan seringnya datang terlambat serta banyak faktor penghambat lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang mengimplikasikan rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input, proses, dan output)<br />Berdasarkan uraian di atas penyusun sangat tertarik untuk membahas Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu pendidikan. Untuk mempermudah dalam pemahaman pemabahasan ini, berikut penyusun sajikan kerangka teoritisnya.<br /><br />D. Pengertian Profesionalisme, Kepemimpinan, dan Kepala Sekolah<br />1. Profesionalisme<br />Kusnandar (2007:46) mengemukakan bahwa “Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian sesseorang”. Selanjutnya Profesionalisme menurut Mohamad Surya (2007:214) adalah: Sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota asuatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionlanya. Sementara Sudarwan Danin (2002:23) mendefinisikan bahwa: “Profesionalisme adalah komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengmbangkan strategi-strategi yang digunakanny dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu Kemudian Freidson (1970) dalam Syaiful Sagala (2005:199) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan profesionalisme adalah “sebagai komitmen untuk ide-ide professional dan karir”.<br />Jadi dapat disimpulkan bahwa profesionalisme adalah suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan agar kualitas keprofesionalannya dapat tercapai secara berkesinambungan.<br />2. Kepemimpinan<br />Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Pentingnya kepemimipinan seperti yang dikemukakan oleh James M. Black pada Manajemem: a Guide to Executive Command dalam Sadili Samsudin (2006:287) yang dimaksud dengan “Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.<br />Sementara R. Soekarto Indrafachrudi (2006:2) mengartikan “Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan itu”. Kemudian menurut Maman Ukas (2004:268) “Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain, agar ia mau berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud dan tujuan”. Sedangkan George R. Terry dalam Miftah Thoha (2003:5) mengartikan bahwa “Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi”.<br />Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempangaruhi orang lain untuk mau bekerja sama agar mau melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama.<br />3. Kepala Sekolah<br />Kepala sekolah bersal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelejaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana temapat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo (2002:83) mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Sementara Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan bahwa “Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah”.<br />Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.<br />Jadi Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu pendidikan berarti suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan agar kualitas keprofesionalannya dalam menjalankan dan memimpin segala sumber daya ayang ada pada suatu sekolah untuk mau bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.<br />E. Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu pendidikan<br />Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui tugas-tugas yang harus ia laksankan. Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah seperti yang dikemukakan Wahjosumidjo (2002:97) adalah:<br />1. Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain.<br />Kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di leingkungan sekolah.<br />a. Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan. Kepala sekola bertindak dan bertanggungjawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf, dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah<br />b. Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan.Dengan segala keterbatasan, seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara cepat serta dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah.<br />c. Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional. Kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang feasible. Serta harus dapat melihatsetiap tugas sebagai satu keseluruhan yang saling berkaitan.<br />d. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa menimbulkan konflik untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah dalam konflik tersebut.<br />e. Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, (2) terbentuknya aliasi atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS, BP3, dan sebagainya; (3) terciptanya kerjasama (cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan.<br />f. Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai macam pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yang dipimpinnya.<br />g. Kepala sekolah mengambil keputusan-keputusan sulit. Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa problem. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari persoalan dn kesulitan-kesulitan. Dan apabila terjadi kesulitan-kesulitan kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut.<br />Dalam menjalankan kepemimpinannya, selain harus tahu dan paham tugasnya sebagai pemimpin, yang tak kalah penting dari itu semua seyogyanya kepala sekolah memahami dan mengatahui perannya. Adapun peran-peran kepala sekolah yang menjalankan peranannya sebagai manajer seperti yang diungkapkan oleh Wahjosumidjo (2002:90) adalah: (a)Peranan hubungan antar perseorangan; (b) Peranan informasional; (c) Sebagai pengambil keputusan.<br />Dari tiga peranan kepala sekolah sebagai manajer tersebut, dapat penulis uraikan sebagai berikut:<br />a. Peranan hubungan antar perseorangan<br />1) Figurehead, figurehead berarti lambang dengan pengertian sebagai kepala sekolah sebagai lambang sekolah. <br />2) Kepemimpinan (Leadership). Kepala sekolah adalah pemimpin untuk menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah sehingga dapat melahirkan etos kerja dan peoduktivitas yang tinggi untuk mencapai tujuan.<br />3) Penghubung (liasion). Kepala sekolah menjadi penghubung antara kepentingan kepala sekolah dengan kepentingan lingkungan di luar sekolah. Sedangkan secara internal kepala sekolah menjadi perantara antara guru, staf dan siswa.<br />b. Peranan informasional<br />1) Sebagai monitor. Kepala sekolah selalu mengadakan pengamatan terhadap lingkungan karena kemungkinan adanya informasi-informasi yang berpengaruh terhadap sekolah.<br />2) Sebagai disseminator. Kepala sekolah bertanggungjawab untuk menyebarluaskan dan memabagi-bagi informasi kepada para guru, staf, dan orang tua murid.<br />3) Spokesman. Kepala sekolah menyabarkan informasi kepada lingkungan di luar yang dianggap perlu.<br />c. Sebagai pengambil keputusan<br />1) Enterpreneur. Kepala sekolah selalu berusaha memperbaiki penampilan sekolah melalui berbagai macam pemikiran program-program yang baru serta malakukan survey untuk mempelajari berbagai persoalan yang timbul di lingkungan sekolah.<br />2) Orang yang memperhatikan gangguan (Disturbance handler). Kepala sekolah harus mampu mengantisipasi gangguan yang timbul dengan memperhatikan situasi dan ketepatan keputusan yang diambil.<br />3) Orang yang menyediakan segala sumber (A Resource Allocater). Kepala sekolah bertanggungjawab untuk menentukan dan meneliti siapa yang akan memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan dan dibagikan.<br />4) A negotiator roles. Kepala sekolah harus mampu untuk mengadakan pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar dalam memnuhi kebutuhan sekolah.<br />Seperti halnya diungkapkan di muka, banyak faktor penghambat tercapainya kualitas keprofesionalan kepemimpinan kepala sekolah seperti proses pengangkatannya tidak trasnparan, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas, dan seringnya datang terlambat, wawasan kepala sekolah yang masih sempit , serta banyak faktor penghambat lainnya yang menghambat tumbuhnya kepala sekolah yang professional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ini mengimplikasikan rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input, proses, dan output)<br />Berdasarkan masalah-masalah tersebut, adapun pemecahannya adalah:<br />1. Pembinaan kemampuan profesional kepala sekolah<br />Wadah-wadah yang telah dikembangkan dalam pembinaan kemampuan profesional kepala sekolah adalah Musyawarah Kepala Sekolah (MKS) , kelompok kerja kepala sekolah (KKKS), Pusat Kegiatan Kepala Sekolah (PKKS). Disamping itu peningkatan dapat dilakukan melalui pendidikan, dengan program sarjana atau pasca sarjana bagi para kepala sekolah sesuai dengan bidang kehaliannya, sehingga tidak terlepas dari koridor disiplin ilmu masing-masing.<br />2. Revitalisasi KKG, MGMP dan MKKS di sekolah<br />Melalui MGMP dan MKKS dapat dipikirkan bagaimana menyiasati kurikulum yang padat dan mencari alternatif pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi metoda dan variasi media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.<br />Dengan mengefektifkan MGMP dan MKKS semua kesulitan dan permasalahan yang dihadapi oleh guru dan kepala sekolah dalam kegiatan pendidikan dapat dipecahkan, dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.<br /><br /><br />3. Peningkatan disiplin<br />Dalam menumbuhkan kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pandidikan di sekolah diperlukan adanya peningkatan disiplin untuk menciptakan iklim sekolah yang lebih kondusif dan dapat memotivasi kerja, serta menciptakan budaya kerja dan budaya disiplin para tenaga kependidikan dalam melakukan tugasnya di sekolah.<br />4. Pembentukan kelompok diskusi profesi<br />Kelompok diskusi profesi dapat dibentuk untuk mengatasi tenaga kependidikan yang kurang semangat dalam melakukan tugas-tugas kependidikan di sekolah yang melibatkan pengawas sekolah, komite sekolah atau orang lain yang ahli dalam memecahkan masalah yang dihadapi kepala sekolah dan tenaga kependidikan.<br />5. Peningkatan layanan perpustakaan dan penambahan koleksi<br />Salah satu sarana peningkatan profesionalisme kepala sekolah adalah tersedianya buku yang dapat menunjang kegiatan sekolah dalam mendorong visi menjadi aksi. Karena akan sangat sulit dapat mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme kepala sekolah jika tidak ditunjangkan oleh sumber belajar yang memadai.<br />Peningkatan Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu pendidikan harus dilakukan melalui suatu strategi.<br />Melalui strategi perbaikan mutu inilah diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya pendidikan mutu pendidikan yang mengoptimalkan segala sumber daya yang terdapat di sekolah.<br />Upaya peningkatan profesionalisme kepala sekolah merupakan proses keseluruhan dan organisasi sekolah serta harus dilakukan secara berkesinambungan karena peubahan yang terjadi selalu dinamis serta tidak bisa diprediksi sehingga kepala sekolah maupun tenaga kependidikan harus selalu siap dihadapkan pada kondisi perubahan. Ada istilah seorang tenaga pendidik yang tadinya professional belum tentu akan terus professional bergitupun sebaliknya, tenaga kependidikan yang tadinya tidak professional belum tentu akan selamanya tidak professional. Dari pernyataan itu jelas kalau perubahan akan selalu terjadi dan menuntut adanya penyasuaian sehingga kita dapat mengatasi perubahan tersebut dengan penuh persiapan.<br />Dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan profesionalisme kepala sekolah harus ada pihak yang berperan dalam peningkatan mutu tersebut. Dan yang berperan dalam peningkatan profesionalisme kepala sekolah adalah pengawas sekolah yang juga merupakan pemimpin pendidikan yang bersama-sama kepala sekolah memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan sekolah.<br />Selain itu kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen pendidikan secara utuh yang berorientasi kepada mutu. Strategi ini dikenal dengan manajemen mutu terpadu (MMT) atau kalau dunia bisnis dikenal dengan nama total quality management (TQM). Yang merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus-menerus memperbaiki kualitas layanan.<br />Sedikitnya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh kepala sekolah agar “pelanggan” puas; yakni layanan sesuai dengan yang dijanjikan (reliability), mampu menajmin kualitas pembelajaran (assurance), iklim sekolah yang kondusif (tangible), memberikan perhatian penuh kepada peserta didik (emphaty), dan cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik (responsiveness)<br /><br /><br /><br /><br />F. Profesionalisme Kepala Sekolah Melakukan Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru<br />1. Pengertian Supervisi Klinis<br />Supervisi klinis merupakan salah satu jenis supervisi yang paling intensif dibandingkan dengan supervisi-supervisi lain. Jenis supervisi ini dikenal sebagai supervisi yang paling akhir dikenal di Indonesia. Para ahli di bidang ini memberikan pengertian supervisi klinis dengan kalimat yang berbeda, walaupun apa yang mereka maksudkan tidak jauh berbeda. Perbedaan itu seringkali hanya disebabkan penekanan pada aspek-aspek tertentu dari supervisi sendiri. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengetian supervisi klinis dari para ahli. Waller (dalam Purwanto, 2002) mendefinisikan tentang supervisi klinis adalah :<br />“Clinical supervision may be defined as supervision focused upon the improvement of instruction by means analysis of sistimatic cycles of planning, observation and intensive intelectual anaylis of actual teaching perfomances in the interest of rational modification”. <br />Dalam definisinya di atas Waller menjelaskan bahwa supervisi klinis difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi rasional.” <br />Pengertian di atas senada dengan pengertian yang diungkapkan oleh Keith dan Moudith (dalam Azhar, 1996) yang mengemukakan batasan tentang supervisi klinis yaitu: “Proses membantu guru memperkecil jurang antara tingkah laku mengajar yang nyata dan tingkah laku mengajar yang ideal”. Dari pengertian diatas memberikan indikasi bahwa supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu mengembangkan profesional guru/calon guru yang bersangkutan dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan obyektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut. <br />Selain itu pula bahwa supervisi klinis dapat pula diartikan sebagai suatu upaya supervisor memecahkan masalah belajar mengajar yang dihadapi oleh guru. Hal itu sesuai dengan ungkapan yang dikemukakan oleh Pidarta (1999) yang menjelaskan bahwa “supervisi klinis itu merupakan satu model supervisi untuk menyelesaikan masalah tertentu yang sudah diketahui sebelumnya”. Sedangkan Sahertian (2000) memberi definisi supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara obyektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru.<br />Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulan bahwa supervisi klinis adalah suatu tehnik supervisi yang dilakukan oleh supervisor untuk membantu guru mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar melalui bimbingan yang intensif yang disusun secara sistematis guna memperbaiki perilaku mengajar sekaligus meningkatkan profesionalisme guru.<br />2. Ciri-Ciri Supervisi Klinis<br />Para ahli pada umumnya memberikan ciri-ciri yang berbeda mengenai supervisi klinis, tatapi pada prinsipnya mempunyai tujuan yang sama yaitu meningkatkan profesionalisme guru. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa ciri-ciri supervisi klinis yang dikemukakan oleh para ahli yang relevan dengan tulisan ini.<br />Salah satu ahli yang telah banyak memberikan kontribusi dalam bidang supervisi klinis adalah Pidarta (1999) yang menyebutkan beberapa ciri supervisi klinis yaitu: <br />a. Ada kesepakatan antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi tentang aspek perilaku yang akan diperbaiki. <br />b. Yang disupervisi atau diperbaiki adalah aspek- aspek perilaku guru dalam proses belajar mengajar yang spesifik, misalnya cara menertibkan kelas, teknik bertanya, teknik mengendalikan kelas dan metode keterampilan proses, teknik menangani anak membandel, dan sebagainya. <br />c. Memperbaiki aspek perilaku diawali dengan pembuatan hipotesis bersama tentang bentuk perbaikan perilaku atau cara mengajar yang baik. Hipotesis ini biasa diambil dari teori-teori dalam proses belajar mengajar. <br />d. Hipotesis di atas diuji dengan data hasil pengamatan supervisor tentang aspek perilaku guru yang akan diperbaiki ketika sedang mengajar. Hipotesis ini mungkin diterima, ditolak atau direvisi. <br />e. Ada unsur pemberian penguatan terhadap perilaku guru terutama yang sudah berhasil diperbaiki. Agar muncul kesadaran betapa pentingnya bekerja dengan baik serta dilakukan secara berkelanjutan. <br />f. Ada prinsip kerja sama antara supervisor dengan guru yang saling mempercayai dan sama-sama bertanggung jawab. <br />g. Supervisi dilakukan secara kontinyu, artinya aspek-aspek perilaku itu satu per-satu diperbaiki sampai guru itu biasa bekerja dengan baik. Atau kebaikan bekerja guru itu dipelihara agar tidak kumat jeleknya.<br />Sedangkan Suhertian (2000) menyebutkan ada delapan ciri supervisi klinis yaitu: <br />1) Dalam supervisi bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau perintah, tetapi menciptakan hubungan manusiawi, sehingga guru-guru memiliki rasa aman. Dengan timbulnya rasa aman diharapkan adanya kesediaan untuk menerima perbaikan. <br />2) Apa yang disupervisikan timbul dari harapan dan dorongan dari guru sendiri karena dia memang membutuhkan bantuan itu. <br />3) Satuan tingkah laku mengajar yang di miliki guru merupakan satuan yang terintegrasi. Harus dianalisis sehingga terlihat kemampuan apa, keterampilan apa yang spesifik yang harus diperbaiki. <br />4) Suasana dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh kehangatan, kedekatan dan keterbukaan. <br />5) Supervisi yang diberikan tidak saja pada keterampilan mengajar tapi juga mengenai aspek-aspek kepribadian guru, misalnya motivasi terhadap kegairahan mengajar. <br />6) Instrumen yang digunakan untuk diobservasi disusun atas dasar kesepakatan antar supervisor dan guru.<br />7) Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan sifat obyektif. <br />8) Dalam percakapan balikan seharusnya datang dari pihak guru lebih dahulu bukan supervisor.<br />Berbeda dengan pendapat ahli diatas Purwanto (1999) mengemukakan pendapatnya tentang ciri-ciri supervisi klinis, sebagai berikut: <br />a) Bimbingan supervisor kepada guru/calon guru bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi. <br />b) Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau calon guru yang akan disupervisi, dan disepakati melalui pengkajian bersama antara guru dan supervisor. <br />c) Meskipun guru menggunakan berbagai keterampilan mengajar secara integrasi, sasaran supervisi hanya pada beberapa keterampilan tertentu saja. <br />d) Instrumen supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara supervisor dengan guru berdasarkan kontrak atau kesepakatan bersama. <br />e) Balikan diberikan dengan segera dan secara obyektif. <br />f) Meskipun supervisor telah menganalisis dan mengintegrasi data yang direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi atau pertemuan-balikan guru diminta terlebih dahulu menganalisis penampilannya. <br />g) Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengar daripada memerintah dan mengarahkan. <br />h) Supervisi berlangsung dari suasana intim dan terbuka. <br />i) Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi dan diskusi/pertemuan balikan. <br />j) Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan atau peningkatan dan perbaikan keterampilan mengajar dipihak lain dipakai dalam konteks pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan.<br />Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan beberapa ciri utama supervisi klinis yaitu: <br />1) Suasana supervisi yang penuh keakraban, kehangatan, kedekatan, keterbukaan dan saling pengertian antara supervisor dengan guru yang disupervisi. <br />2) Supervisi yang dilakukan berorientasi pada perbaikan perilaku guru yang sangat lemah dalam proses belajar mengajar, bukan mencari kesalahan guru yang selama ini terjadi. <br />3) Perilaku diperbaiki satu persatu<br />4) Perilaku yang akan diperbaiki telah disepakati bersama antara supervisor dengan guru yang disupervisi. Hal ini dilakukan untuk menghindari agar tidak perlu dilakukan supervisi terhadap tingkah laku yang tidak perlu diperbaiki. <br />5) Didahului dengan pembuatan hipotesis<br />6) Dilakukan secara sistematis dan adanya umpan balik dari supervisor.<br />3. Langkah-Langkah Supervisi Klinis<br />Sebagaimana dikatakan diatas bahwa supervisi klinis dilakukan secara sistematis dan terencana; artinya bahwa untuk melaksanakan supervisi klinis harus dilakukan beberapa tahap pelaksanaan. Tahapan pelaksanaan atau langkah tersebut dapat dilakukan secara berurutan. Para ahli supervisi membuat tahapan yang berbeda dalam melaksanakan supervisi klinis. Ada sebagian ahli yang membuat tahapan supervisi klinis dengan singkat dan pula sebagian ahli yang menjabarkan tahapan secara rinci.<br />Sahertian (2000), misalnya, hanya menawarkan tiga langkah atau tahap dalam supervisi klinis yaitu: pertemuan awal, observasi, dan pertemuan akhir. Lebih jauh, Soetjipto dan Kosasi (1999) membuat lima tahap/langkah yaitu: pembicaraan pra observasi, melaksanakan observasi, melakukan analisis dan menentukan strategi, melakukan pembicaraan tentang hasil supervisi, dan melakukan analisis setelah pembicaraan.<br />Penjelasan yang lebih rinci tentang langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan supervisi klinis dikemukakan oleh Pidarta (1992) adalah sebagai berikut: <br />a. Pertemuan awal atau perencanaan yang terdiri dari: <br />1) Menciptakan hubungan yang baik dengan cara menjelaskan makna supervisi klinis sehingga supervisi klinis sehingga partisipasi guru meningkat. <br />2) Menemukan aspek-aspek perilaku apa dalam proses belajar mengajar yang perlu diperbaiki. <br />3) Membuat prioritas aspek-aspek perilaku yang akan diperbaiki.<br />4) Membentuk hipotesis sebagai cara atau bentuk perbaikan pada sub topik bahan pelajaran tertentu. <br />b. Persiapan, yang terdiri dari:<br />1) Bagi guru tentang cara mengajar yang baru hipotesis. <br />2) Bagi supervisor tentang cara dan alat observasi seperti tape-recorder, video- tape recorder, daftar cek, catatan anekdotal dan sebagainya.<br /><br />c. Pelaksanaan yang terdiri dari: <br />1) Guru mengajar dengan tekanan khusus pada aspek perilaku yang diperbaiki.<br />2) Supervisor mengobservasi. <br />d. Menganalisis hasil mengajar secara terpisah. <br />e. Pertemuan akhir, yang terdiri dari: <br />1) Guru memberi tanggapan / penjelasan / pengakuan. <br />2) Supervisor memberi tanggapan/ulasan.<br />3) Menyimpulkan bersama hasil yang telah dicapai: Hipotesa diterima, ditolak atau direvisi. <br />f. Menentukan rencana berikutnya, dengan cara: <br />1) Mengulangi memperbaiki aspek tadi.<br />2) Meneruskan untuk memperbaiki aspek - aspek yang lain.<br />Selanjutnya paparan tentang langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan supervisi klinis diatas dapat diuraikan sebagai berikut:<br />a. Tahap Pertemuan Awal.<br />Dalam tahap pertemuan awal ini yang terpenting dibahas oleh supervisor dan guru yang akan disupervisi adalah rencana keterampilan yang akan diobservasi dan dicatat. Tahap pertemuan awal ini sesungguhnya mengandung arti sebagai pendekatan yang mendasar terutama sekali jika dikaitkan dengan sifat supervisi yang harus dijalankan secara demokratis, sehingga dengan demikian secara bersama-sama supervisor dan guru dapat mengidentifikasikan fokus perhatian yang utama yang menjadi sasaran. <br />Untuk terlaksananya tahap awal sebagai pendahuluan pertemuan yang baik, Bolla (1984) menjelaskan ada lima (5) langkah yang diperlukan dalam pertemuan pendahuluan yaitu:<br />1) Menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru sebelum langkah-langkah selanjutnya dibicarakan.<br />2) Me-review rencana pelajaran dan tujuan pelajaran<br />3) Me-review komponen keterampilan yang akan dilatih dan diamati.<br />4) Memilih atau mengembangkan suatu instrumen observasi yang akan dipakai untuk merekam tingkah laku guru yang menjadi perhatian utamanya.<br />5) Instrumen observasi yang dipilih atau yang dikembangkan, dibicarakan bersama antara guru dan supervisor. Kesepakatan-kesepakatan tentang perhatian utama serta cara perekamannya merupakan semacam kontrak yang berbentuk rambu-rambu yang mengatur perwujudan peranan kedua belah pihak di dalam pelaksanaan supervisi klinis yang bersangkutan.<br />b. Tahap Pengamatan Mengajar<br />Dalam tahapan ini, guru merealisasikan tingkah laku mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang telah disepakati dalam pertemuan awal. Di lain pihak, supervisor mengamati dan mencatat secara objektif tingkah laku guru ketika melangsungkan kegiatan belajar mengajar berdasarkan komponen yang disepakati guru untuk diamati. Dalam kesempatan itu pula supervisor sekaligus mangadakan observasi dan mencatat tingkah laku siswa yang sedang berinteraksi dengan gurunya. Disamping menciptakan situasi belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya interaksi optimal, beberapa aspek yang tidak boleh dilupakan oleh guru maupun supervisor yang bertugas membuat catatan, adalah sebagai berikut:<br />a. Pengelolaan dan Pengendalian kelas oleh guru.<br />b. Jenis informasi, keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, skill, dan sebagainya yang akan disampaikan oleh guru.<br />c. Penggunaan tingkah laku verbal seperti keterampilan bertanya, penggunaan model, peraga, demonstrasi, dan lain sebagainya.<br />d. Penggunaan tingkah laku non formal seperti gerak pindah, isarat guru dan lain-lain.<br />e. Mempertimbangkan prinsip-prinsip psikologis, antara lain yang menyangkut motivasi, pengulangan, pemberian, penguat, balikan kognitif, mata rantai kognitif dan lain-lain.<br />f. Penyajian kegiatan bagi siswa sehubungan dengan perbedaan individual.<br />c. Tahap Pertemuan Balikan <br />Permasalahan yang akan digarap dalam tahap pertemuan adalah membahas hasil observasi dan catatan-catatan yang dibuat supervisor sesuai dengan yang telah dijadikan kesepakatan dalam pertemuan pendahuluan tadi. Karena itu, sebelum melakukan analisis terhadap rekamannya, hasil analisis dan inteprasi data yang dibahas dalam pertemuan balikan tentu pula yang bersifat objektif.<br />Langkah-langkah pokok tahap pertemuan balikan adalah sebagai berikut:<br />1) Menanyakan perasaan/kesan umum guru ketika berlangsungnya kegiatan belajar mengajar<br />2) Reviu tujuan pelajaran<br />3) Mereviu tingkat keterampilan dan perhatian utama yang telah disepakati dalam tahap pertemuan awal<br />4) Menanyakan perasaan guru tentang jalannya pengajaran berdasarkan target dan perhatian utamanya.<br />5) Menunjukan data hasil pencatatan/perekaman dan pemberi kesempatan kepada guru menafsirkan hasil/data tersebut.<br />6) Menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang sebenarnya merupakan keinginan atau yang ditargetkan guru dibandingkan dengan apa yang telah dicapai.<br />7) Menentukan bersama dan memberi dorongan kepada guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu dilatih, diperhatikan dan disempurnakan pada kesempatan yang akan datang.<br />Langkah-langkah pokok pertemuan balikan yang dikemukakan diatas merupakan langkah yang ditempuh supervisor dalam pertemuan yang bersifat individual dengan guru yang baru selesai disupervisinya. selain itu, dalam proses komunikasi dengan para siswa didepan kelas agar melaksanakan perilaku-perilaku sebagai berikut:<br />1) Agar guru berupaya menyampaikan informasi baik verbal maupun non verbal.<br />2) Agar guru mampu membuat berbagai variasi tugas.<br />3) Bersifat hangat dan antusias dalam berkomunikasi dengan siswa-siswanya.<br />4) Berperilaku yang berorientasi pada tugas dan tanggung jawabnya tanpa mengecewakan dengan hal-hal yang bukan tugas dan tanggung jawabnya.<br />5) Berperilaku wajar dalam memberi kesempatan dan tugas kepada siswanya.<br />6) Korektif terhadap kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul dari berbagai gagasan siswa secara tidak langsung.<br />7) Menghindari pemberian kritik yang bersifat negatif terhadap siswa.<br />8) Mampu memberikan komentar-komentar yang berstruktur bagi kepentingan siswa dalam rangka memberikan motivasi.<br />9) Memiliki kemampuan membuat variasi keterampilan bertanya.<br />10) Mampu menentukan tingkat kesulitan belajar siswanya.<br />11) Mampu mengalokasikan waktu mengajarnya sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan dalam satuan pelajarannya.<br />G. Profesi Guru yang harus ditingkatkan oleh Kepala Sekolah<br />Profesi guru bukan sekedar merupakan pekerjaan sambilan, akan tetapi merupakan pekerjaan yang harus ditekuni untuk mewujudkan keahlian profesional secara maksimal. Sebagai tenaga profesional, guru memegang peran dan tanggung jawab yang penting dalam pelaksanaan program pengajaran di sekolah. <br />Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern. Hal itu menuntut beraneka ragam spesialisasi yang sangat diperlukan pada masyarakat yang semakin komplek pada saat ini. Masalah profesi kependidikan hingga pada saat ini masih sering diperbincangkan, baik pada dunia pendidikan maupun di luar pendidikan. Kendatipun berbagai pandangan tentang masalah tersebut telah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan, namun masyarakat pada saat ini merasakan perlunya suatu lembaga pendidikan guru yang khusus berfungsi mempersiapkan tenaga guru terdidik dan terlatih dengan baik. Implikasi dan gagasan tersebut ialah perlunya dikembangkan program pendidikan guru serasi dan memudahkan pembentukan guru yang berkualifikasi profesional, serta dapat dilaksanakan secara efisien dalam kondisi budaya masyarakat Indonesia.<br />Menjadi guru adalah sebuah profesi karena pekerjaan ini tidak semua orang dapat melakukannya. Oleh karena itu, orang yang dapat menjadi guru adalah orang-orang pilihan dimana guru tersebut memiliki ilmu, pengetahuan, dan keterampilan khusus yang bersifat dinamis. Lebih jauh (Sikun Pribadi dalam Hamalik, 2002) berpendapat bahwa Profesi itu pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat profesi adalah: (1) suatu pernyataan terbuka atau suatu janji yang terbuka, dimana pernyataannya itu merupakan ekspresi kepribadiannya dan tampak pada tingkah lakunya sehari-hari. (2) Profesi mengandung unsur pengabdian. Suatu profesi bukan bermaksud untuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, baik dalam arti ekonomis maupun arti psikis, tetapi untuk pengabdian pada masyarakat. Selain itu, profesi itu harus berusaha menimbulkan kebaikan, keberuntungan, dan kesempurnaan serta kesejahteraan bagi masyarakat. (3) Profesi adalah suatu jabatan bukan pekerjaan. Suatu profesi erat kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan tertentu yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan, dan keterampilan tertentu pula.<br />Berkenaan dengan rumusan profesi yang dijabarkan diatas, ciri-cirinya adalah: pilihan terhadap jabatan itu didasari oleh motivasi yang kuat sebagai panggilan hidup orang yang bersangkutan; telah memiliki ilmu, pengetahuan, dan keterampilan khusus yang bersifat dinamis dan terus berkembang; ilmu, pengetahuan, dan keterampilan khusus di atas diperoleh melaui studi dalam waktu yang lama di perguruan tinggi; memiliki otonomi dalam bertindak ketika melayani klien; menjadi anggota organisasi profesi yang menentukan persyaratan penerimaan para anggota, membina profesi anggota, mengawasi perilaku anggota, memberi sangsi, dan memperjuangkan kesejahteraan anggota; memiliki kode etika profesi; memiliki kekuatan dan status yang tinggi sebagai ahli yang diakui oleh masyarakat; dan berhak mendapatkan imbalan yang layak (Pidarta, 1999). Dan karena profesi guru memerlukan keahlian khusus, maka sewajarnya profesi guru tersebut dikatakan sebagai pekerjaan profesional. <br />Darling-Harmond dan Goodwin (dalam Wardani, 1999) mengemukakan bahwa ciri-ciri pekerjaan profesional adalah: <br />1) Penerapan ilmu dalam pelaksanaan pekerjaan didasarkan dalam kepentingan individu dalam setiap kasus,<br />2) Pekerjaan profesional memiliki mekanisme internal yang terstruktur yang mengatur rekrutmen, pelatihan, pemberian lisensi (ijin kerja) dan ukuran standar untuk praktek yang etis dan memadai, <br />3) Kaum profesional memiliki tanggung jawab utama terhadap kebutuhan kliennya.<br />Sedangkan menurut Wahjosumidjo (2002), bahwa ciri khas seorang pekerja profesional adalah: memiliki unsur-unsur sebagai berikut: <br />1) Ilmu pengetahuan (knowledge),<br />2) Keahlian (competent application),<br />3) Tanggung jawab social (social responsibility)<br />4) Organisasi atau asosiasi profesi, <br />5) Etika profesi (self control), <br />6) Dukungan masyarakat (social sanction).<br />Menyebutkan ciri-ciri pekerjaan profesional tidak akan habis, tetapi ciri-ciri di atas cukup memberikan gambaran kepada kita bahwa sesungguhnya daftar ciri-ciri di atas telah melekat dalam profesi guru. Adapun tugas guru sebagai tenaga profesional diantaranya adalah mengajar. Menurut Sardiman (2001), mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi dan mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Kondisi ini diciptakan sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. <br />Untuk mencapai tujuan mengajar secara maksimal, maka guru harus menggunakan strategi dan tehnik mengajar yang tepat pula. Gerlach dan Ely (1980) mendefinisikan strategi adalah: “strategy is the teacher approach to using information, selecting resources and defining the role of the students”. Hal itu termasuk praktek khusus yang di gunakan untuk mencapai tujuan pengajaran.<br />Sedangkan tehnik adalah: “the procedurs and the practices used to accomplish teaching objective, regardless of approach”. Tehnik berarti prosedur dan praktek untuk menyelesaikan tujuan pengajaran. Contoh dari tehnik adalah ceramah, diskusi, audio visual, dan laporan tertulis dan lisan yang dibuat oleh siswa.<br />Dari definisi strategi dan tehnik di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi dan tehnik mengajar terdiri dari sekumpulan kemampuan guru yang berhubungan dengan pengajaran antara lain kompetensi menggunakan metode yang cocok, memillih alat-alat belajar yang tepat, pemberian tugas siswa, pengelolaan kelas dan kompetensi melakukan evaluasi terhadap hasil belajar mengajar. Kelima kompetensi mengajar di atas akan dibahas dan dijabarkan secara terpisah sebagai berikut: <br />1. Metode<br />Para ahli membagi metode proses belajar mengajar kedalam bentuk yang beragam. Moedjiono dan Hasibuan (1999), misalnya, membagi metode belajar kedalam enam bentuk yaitu: <br />a. metode ceramah yaitu merupakan cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. <br />b. metode tanya jawab, dimana metode ini akan meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar serta akan membangkitkan minat rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan <br />c. metode diskusi, yaitu suatu penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan suatu masalah. <br />d. metode kerja kelompok,<br />e. simulasi yaitu tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja atau berbuat seolah-olah yang bertujuan untuk melatih keterampilan tertentu, baik sifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari serta untuk latihan memecahkan masalah.<br />f. metode demonstrasi yaitu metode yang efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, dan dalam metode ini perhatian siswa dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh pengajar sehingga siswa dapat menangkap hal-hal yang penting. Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar, dan tidak tertuju pada hal yang lain.<br />Sedangkan, Zain dan Djamarah, (2002) membagi metode ini menjadi sebelas metode yaitu:<br />a. Metode proyek atau unit yaitu cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan bermakna. <br />b. metode eksperimen (percobaan) yaitu cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktian sendiri sesuatu yang dipelajari. <br />c. metode tugas dan resitasi yaitu metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas agar siswa melakukan kegiatan belajar. <br />d. metode diskusi yaitu cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa peryataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.<br />e. metode sosiodrama (role playing) yaitu mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. <br />f. metode demonstrasi yaitu cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau menunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. <br />g. Metode pemecahan masalah (problem solving) dimana bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving ini dapat menggunakan metode-metode lainnya yang mulai dengan mencari data samapai kepada menarik kesimpulan. <br />h. metode karyawisata. Kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek lain. Hal ini bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. <br />i. metode tanya jawab yaitu metode dengan cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus di jawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. <br />j. metode latihan atau motode training yaitu merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik. <br />k. metode ceramah yaitu dan cara ini dapat dikatakan juga sebagai tehnik kuliah, yang merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.<br />Dalam mengajar, guru dituntut untuk menggunakan metode yang bervariasi sesuai dengan materi pelajaran dan situasi kelas. Dengan metode yang bervariasi, diharapkan siswa cepat dan mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Disamping itu, metode yang bervariasi untuk menghindari rasa bosan siswa dengan materi yang diajarkan guru.<br />2. Alat-alat belajar<br />Walaupun profesi guru pada dasarnya sebagai pengajar, tetapi pada kenyataanya guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Siswa dapat juga belajar dari sumber lain, misalnya melalui alat atau media bantu pengajaran. Sering terjadi salah tafsir bahwa penggunaan alat bantu pengajaran menjadikan pekerjaan guru lebih efisien sehingga para guru atau calon guru diwajibkan mempelajari alat-alat atau media pengajaran. Padahal, menurut Hamalik (2002), alat bantu pengajaran lebih banyak berguna membantu siswa belajar ketimbang membantu guru mengajar. Dengan kata lain, penggunaan alat bantu pengajaran terpusat pada siswa, sebab berfungsi membantu siswa belajar agar lebih berhasil.<br />Pendapat Hamalik di atas ada benarnya kalau ditinjau dari hakekat alat atau media bantu pengajaran itu sendiri. Alat atau media bantu pengajaran menurut Sadiman dkk. (2002) diartikan sebagai segala sesuatu menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Pendapat yang sama juga dikemukan oleh Romiszowski (dalam Harjanto, 1997) yang merumuskan media pengajaran sebagai berikut: “...as the carries of messages, from transmitting source (which may be a human being or an intimate object), to the receiver of the message (which is our case is the learner)”. Media pengajaran adalah penyampaian pesan dari sumber tertentu misalnya manusia atau benda mati kepada penerima pesan dalam hal ini para siswa.<br />Dalam dunia pendidikan, alat-lat bantu pendidikan sangat banyak ragamnya. Masing-masing ahli membagi alat-alat bantu pengajaran tersebut ke dalam kelompok yang berbeda. Tetapi ada juga sebagian diantara pendapat ini yang memiliki kesamaan. Gerlach (1971) mengklasifikasikan alat-alat belajar ke dalam lima kategori umum, menurut sifat benda, yaitu:<br />a. benda-benda asli dan manusia (real materials and people),<br />b. gambar-gambar dan gambar uang di sorotkan (visual and projection), <br />c. benda-benda yang didengar (audio material), <br />d. benda-benda cetakan (printed material), dan <br />e. benda-benda yang dipamerkan (display material). <br />Sedangkan Kemp (1975), juga mengklasifikasikan alat-lat belajar kedalam 7 (tujuh) jenis, yaitu:<br />1) media cetak, <br />2) media display, <br />3) overhead transparancies, <br />4) audio tape recording, <br />5) slide and film-strips, <br />6) montipicture dan <br />7) komputer.<br />Alat-alat belajar memiliki banyak kegunaan dalam proses belajar mengajar. Sadiman dkk. (2002) menjelaskan juga sedikitnya ada empat kegunaan alat belajar, yaitu: <br />a. memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).<br />b. mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.<br />c. dapat mengatasi sikap pasif siswa <br />d. memberikan perangsangan, pengalaman, dan persepsi yang sama kepada siswa. <br />Seperti halnya metode, guru harus selektif dalam memilih alat-alat bantu pengajaran, sesuai dengan materi dan kondisi siswa. Misalnya, kalau guru ingin menjelaskan tentang komputer, maka guru harus menggunakan alat bantu berupa komputer. Tapi kalau materi pelajaran berupa pelajaran mendengarkan dalam bahasa maka yang digunakan adalah tape recording atau alat audio lainnya. Di samping itu, guru harus dipikirkan juga keragaman alatnya, untuk mencegah kebosanan para siswa dalam proses belajar mengajar.<br />3. Tugas-Tugas Siswa<br />Peranan tugas sangat penting dalam proses mengajar. Metode tugas merupakan suatu aspek dari metode-metode pengajaran, dimana tujuan pemberian tugas adalah meninjau kembali pelajaran baru untuk menghafal pelajaran yang sudah diajarkan untuk latihan-latihan, dengan tugas untuk mengumpulkan bahan, dan untuk memecahkan masalah.<br />Tugas dapat diberikan secara individual, secara kelompok, maupun seluruh kelas. Tempat mengerjakan tugas dapat dilakukan baik dalam kelas maupun di luar kelas atau di luar jam pelajaran sebagai pekerjaan rumah (PR). Dalam memberikan tugas kepada siswa, guru harus memperhatikan syarat-syarat kelayakan dari tugas tersebut. Pasaribu dan Simandjutak (1986) menyebutkan syarat pemberian tugas yang baik adalah: <br />a. Tugas harus jelas dan tegas. <br />b. Suatu tugas harus disertai penjelasan-penjelasan tentang kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi <br />c. Tugas itu harus berhubungan dengan materi yang telah dipelajari siswa <br />d. Tugas itu sebaiknya didiskusikan oleh guru dan murid. <br />e. Tugas itu hendaknya disesuaikan dengan kesanggupan dan jika mungkin disesuaikan juga dengan minat siswa <br />f. Tugas hendaknya dilakukan oleh siswa, karena mereka yakin akan nilai pelajaran itu baginya, dan bukan karena takut akan hukuman atau karena ingin mencapai nilai yang tinggi <br />g. Tugas harus disesuaikan dengan waktu yang ada pada siswa. <br />Pasaribu dan Simandjutak (1986) lebih lanjut menjelaskan bahwa tugas terdiri dari beberapa jenis antara lain: <br />1) Tugas latihan <br />2) Tugas mempelajari sejumlah halaman, <br />3) Tugas mempelajari satu bab, <br />4) Tugas mempelajari satu topik atau pokok, <br />5) Tugas unit, yaitu tugas yang telah dibicarakan dalam kelas <br />6) Tugas eksperimen<br />7) Tugas praktis <br />8) Tugas individual <br />9) Tugas kelompok <br />Tugas resitasi, yaitu tugas yang bukan hanya semata-mata menghafal, mengerjakan, tetapi berusaha merenungkan isinya, mengeloh kembali isinya dengan kata-kata sendiri, dengan pengertian dan interpretasi sendiri.<br />Keterampilan seorang guru dalam memberikan tugas kepada para siswa juga merupakan faktor yang penting dalam keefektifan proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru harus pintar-pintar memilih waktu pemberian tugas agar para siswa dapat mengerjakannya dengan maksimal, baik tugas rumah maupun tugas yang harus dikerjakan dalam kelas. Ada guru yang memberikan tugas pada permulaan pelajaran, ada yang dipertengahan, dan ada yang di akhir pelajaran. Kebanyakan guru memberikan tugas di akhir pelajaran. Tugas tersebut ada yang dikerjakan dan dikumpulkan di kelas pada akhir jam pelajaran, ada juga guru yang memberikan tugas siswa untuk di kerjakan di rumah sebagai PR (pekerjaan rumah). Pasaribu dan Simandjutak (1986), mengatakan bahwa yang penting pemberian tugas itu jangan ada kesan tergesa-gesa, harus disediakan waktu untuk membicarakannya. Bila tugas itu dalam pengajaran unit, maka diperlukan waktu yang lebih banyak untuk membicarakannya dan membagi-bagikan tugas tersebut. Tentunya hal iti sangat tergantung dari sifat tugas yang diberikan.<br />4. Mengelola kelas<br />Mengelola kelas merupakan salah satu tugas utama guru dalam mengajar. Guru harus mampu mengelola kelas dengan baik karena pengelolaan kelas yang baik merupakan syarat bagi pengajaran yang efektif. <br />Tugas pengelolaan kelas ini makin lama makin dirasakan pentinganya dalam dunia pendidikan. Sebab kemampuan memberikan pelajaran saja tanpa dibarengi dengan kemampuan mengorganisasi kelas, tidak akan memberikan prestasi belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan. Lebih-lebih prinsip pendidikan modern yang sebagian besar memberi kesempatan kepada murid untuk belajar sendiri, pengelolaan kelas memegang peranan yang menentukan. <br />Seiring dengan perkembangan jaman, pengelolaan kelas juga mengalami perubahan paradigma. Kalau dulu mungkin pemahaman mengenai pengelolaan kelas terbatas pada mempertahankan ketertiban kelas, maka sekarang menurut Pidarta (tt), pengelolaan kelas ialah proses seleksi dan menggunakan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi pengelolaan kelas. Sementara itu Jamarah dan Zain (2002) dan Hasibuan dan Mudjiono (1999) mengatakan bahwa pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Pendapat ini memberikan implikasi bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengembalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. <br />Pengelolaan kelas adalah tugas yang tidak ringan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki serangkaian kemampuan pengelolaan kelas yang baik. Menurut Toenlioe (1992) ada empat kemampuan guru dalam pengelolaan kelas:<br />a. Kemampuan untuk membedakan masalah pengelolaan kelas dengan masalah pengelolaan pengajaran.<br />b. Kemampuan untuk membedakan masalah individual dan masalah kelompok dalam pengelolaan kelas<br />c. Kemampuan untuk menggunakan teknik-teknik pengelolaan kelas.<br />d. Kemampuan untuk menata tempat belajar mengajar secara serasi.<br />Pada tataran praksis-operasional, kegiatan pengelolaan kelas dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan. Dari hasil resume serta beberapa pendapat ahli, Sudjai (1996) membagi pendekatan kegiatan pengelolaan kelas ke dalam tiga kelompok, yaitu:<br />a. Pendekatan perilaku (behaviour modification), yang meliputi:<br />1) Pemberian penguat<br />2) Pemberian hukuman<br />3) Peningkatan komunikasi efektif<br />4) Pengubahan tingkah laku <br />5) Perhatian guru.<br />b. Pendekatan sosio emosional (socio-emotional climate), yang meliputi:<br />1) Penciptaan iklim sosio emosional<br />2) Sikap Guru <br />3) Peningkatan komunikasi efektif<br />4) Pertemuan kelas dalam memecahkan masalah<br />5) Penciptaan kelas yang demokratis<br />c. Pendekatan proses kelompok meliputi:<br />1) Perhatian pada kegiatan kelompok<br />2) Kepemimpinan<br />3) Komunikasi dengan siswa<br />4) Peningkatan kerjasama kelompok<br />5) Memberi teguran<br />5. Evaluasi<br />Evaluasi merupakan rangkaian terakhir dari sebuah proses belajar mengajar evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh dan bagian mana dari tujuan yang telah dicapai serta pada bagian mana yang belum tercapai, apa penyebabnya, hal ini sesuai dengan definisi evaluasi yang dirumuskan oleh Ralph Tyler (Brinkerhoff, et al., 1986): “evaluation is the process of detrmining to what extend the eduactional objectives are actualy being realized”. menurut Tayler evaluasi merupakan sebuah proses penentuan sejauh mana tujuan-tujuan pendidikan dapat direalisasikan.<br />Evaluasi juga dipandang sebagai penggunaan informasi dalam menentukan baik buruknya sebuah program, produksi, prosedur, atau pendekatan yang digunakan utnuk mencapai tujuan. <br />Hal ini dijelaskan secara rinci oleh Worthen dan Sanders (1973) melalui definisi evaluasi yang dikemukakan oleh mereka berikut ini: <br />Evaluation is the determination of the worth of a thing. It includes of obtaining information for use in judging the worth of a program, product, procedures or objectives, or the potential utility of alternative approaces designed to attain specified objective. <br />Pendapat di atas memberikan implikasi bahwa kegiatan evaluasi bukan hanya menentukan baik buruknya sesuatu program, tetapi lebih dari itu evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data atau informasi menegenai proses, pelaksanaan, dan pencapaian tujuan suatu kegiatan atau program, secara sistematis sehingga dapat menghasilkan data yang akurat dan obyektif.<br />Dua definisi di atas merupakan definisi umum tentang evaluasi. Evaluasi dalam bidang pengajaran berbeda dengan evaluasi pada bidang lain. Walaupun secara implisit tujuan evaluasi itu sama, tetapi secara kontekstual evaluasi pengajaran memiliki kekhususan tersendiri. Harjanto (1997), merumuskan bahwa evaluasi pengajaran adalah penilaian atau penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik kearah tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum. Hasil penilaian ini dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif. <br />Dari pengertian tersebut di atas baik pengertian umum evaluasi maupun pengertian khusus evaluasi pengajaran maka dapat dirumuskan bahwa tujuan evaluasi pengajaran antara lain yaitu untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat dan objektif untuk mengukur sejauhmana tingkat kemampuan dan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan kurikuler/pengajaran. Dengan demikian evaluasi menempati posisi yang penting dalam proses belajar mengajar, karena dengan adanya evaluasi pengajaran ini, keberhasilan pengajaran dapat diketahui. Disamping itu, evaluasi pengajaran merupakan bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar.<br />Selain itu, Hamalik (2003) secara spesifik menguraikan fungsi dan tujuan evaluasi sebagai berikut:<br />a. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar para siswa, angka-angka yang diperoleh dicantumkan sebagai laporan kepada orang tua, untuk kenaikan kelas dan penentuan kelulusan para siswa. <br />b. Untuk menempatkan para siswa kedalam situasi belajar mengajar yang tepat dan serasi dengan tingkat kemampuan, minat, dan berbagai karakteristik yang dimiliki oleh setiap siswa.<br />c. Untuk mengenal latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan) yang berguna, baik yang berhubungan dengan fungsi ke dua maupun untuk menentukan sebab-sebab kesulitan belajar para siswa. Informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan pendidikan guna mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi.<br />d. Sebagai umpan balik bagi guru yang pada gilirannya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan program remedial bagi para siswa. <br />Dilihat dari kenyataan dilapangan, fungsi pertama evaluasi diatas umumnya banyak mendapat perhatian dalam pelaksanaan pengajaran sehari-hari di sekolah. Padahal fungsi-fungsi lainnya tidak kalah pentingnya, bahkan memegang peranan yang cukup menentukan terhadap keberhasilan pendidikan para siswa dalam jangka waktu yang lama. Sehubungan dengan fungsi-fungsi di atas, maka dapat ditentukan sejumlah jenis evaluasi.<br />Dalam evaluasi pengajaran guru dituntut untuk mampu melakukan evaluasi kemajuan dan perkembangan hasil belajar siswa melalui sejumlah alat evaluasi yang telah ditetapkan di dalam sekolah. Apabila sampai pada tahap evaluasi ini mampu dikerjakan dengan baik oleh guru maka predikat sebagai pekerja yang profesional, layak diterima oleh guru.<br />BAB III<br />PENUTUP<br />A. Kesimpulan<br />Kepala sekolah merupakan pemimipin formal yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas pertimbangan tertentu. Untuk itu kepal sekolah bertangggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan baik yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun dalam mencipatakan iklim sekolah yang kondusif yang menumbuhnkan semangat tenaga pendidik maupun peserta didik. Dengan kepemimpinan kepala sekolah inilah, kepala sekolah diharapakan dapat memberikan dorongan serta memberikan kemudahan untuk kemajuan serta dapat memberikan inspirasi dalam proses pencapaian tujuan.<br />Kepala sekolah diangkat melalui prosedur serta persyaratan tertentu yang bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan yang mengimplikasikan meningkatkanya prestasi belajar peserta didik. Kepala sekolah yang professional akan berfikir untuk membuat perubahan tidak lagi berfikir bagaimana suatu perubahan sebagaimana adanya sehingga tidak terlindas oleh perubahan tersebut. Untuk mewujudkan kepala sekolah yang professional tidak semudah memabalikkan telapak tangan, semua itu butuh proses yang panjang.<br />Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang diterapkan dunia pendidikan, sehingga menuntut penguasaan kepala sekolah secara professional. Untuk itu kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melasnakan pengembangan pendidikan secara terarah dan berkesinambungan.<br />Peningkatan profesionalisme kepala sekolah perlu dilaksankan secara berkeinambungan dan terncana dengan melihat permaslahan-permasalahan dan keterbatasan yang ada. Sebab kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang juga bertanggung jawab dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya. Kepala sekolah yang professional akan mengetahui kabutuhan dunia pendidikan, dengan begitu kepala sekolah akan melakukan penyesuian-penyesuian agar pendidikan berkembang dan maju sesuai dengan kebutuhan pembangunan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.<br />B. Saran-saran<br />Upaya peningkatan keprofesionalan kepala sekolah tidak akan terwujud begitu tanpa adanya motivasi dan adanya kesadaran dalam diri kepala sekolah tersebut serta semangat mengabdi yang akan melahirkan visi kelembagaan maupun kemampuan konsepsional yang jelas. Dan ini merupakan faktor yang paling penting sebab tanapa adanya kesadaran dan motivasi semangat mengabdi inilah semua usaha yang dilakukan untuk meningkatkan keprofesionalannya hasilnya tidak akan maksimal dan perealisasiannyapun tidak akan optimal. Berdasarkan hal itu kepala sekolah harus memiliki<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br />Hamalik, Oemar. 2002. perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem. Jakarta: Bumi Aksara.<br />Kusnandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo<br />Mulyasa. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya<br />Maman Ukas. 2004. Manajemen. Bandung: Agini<br />Muhammad Surya. Organisasi profesi, kode etik dan Dewan Kehormatan Guru.<br />Miftah Toha, 2003. Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: PT Raja Grafindo.<br />Rahman (at all). 2006. Peran Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor: Alqaprint.<br />Sadili Samsudin.2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Pustaka Setia<br />Soekarto Indarafachrudi. 2006. Bagaimana Memimpin Sekolah yang efektif. Bogor: Ghalia Indonesia<br />Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kepandidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.<br />Syaiful Sagala. 2002. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung : Alfabeta CV<br />Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-25206207459729266892010-08-20T11:04:00.000-07:002010-08-20T11:06:57.633-07:00CONTOH MAKALAH INTERNASIONAL OLEH PROF.DR.HANSISWANY KAMARGA, M.PdTHE FORMING OF ATTITUDE AND BEHAVIOR BASED ON INFORMATION TECHNOLOGY THROUGH CURRICULUM OF INFORMATION SYSTEM WITHIN EDUCATION<br />A Case Study in the Subject of Curriculum Development at Master's Degree, Indonesia University of Education.<br />Dr. Hansiswany Kamarga, M.Pd.,<br />School of Postgraduate, Indonesia University of Education<br /> <br />Abstract :<br />This research is concerned with the use of blended & e-learning to develop of attitude and behaviour based on information technology at Master Program in Curriculum Development. On one hand, the curriculum of Master Program in Curriculum Development requires the achievement of mastering the information technology, but on the other hand majority of students feel unfamiliar with information technology itself and they don't feel the urge to learn since at where they come from internet technology hasn't been improved thus doesn't have an ideal infrastructure yet. The basic of this research is the usage of blended & e-learning, combining knowledge of information technology, skill in seeking for learning source and in developing learning based on information technology, enable this research to be qualitatively measured whether attitude and behavior based on information technology is forming within students.<br />The purpose of this study was to observe the forming of attitude and behavior based on information technology after doing the learning using blended and e-learning model.<br />In order to achieve our goal, this research is done by using qualitative case study approach. The type of learning used in this research is blended & e-learning, combining face to face model (conventional), internet usage in class (synchronous), and distance learning (asynchronous). The proportion in learning activity is 40% knowledge and 60% skill. The knowledge learning is focused on direct knowledge which connected with information technology usage, while skill learning is focused on source finding and developing information technology based learning model. The research’s design use naturalistic inquiry approach, where aspects of students’ behavior toward learning by using information technology, students’ behavior toward information technology usage, students’ skill in seeking information sources in the internet (browsing), student’s skill in developing learning based on information technology, measured by the implementation of blended and e-learning model. The subjects for this research are 18 students who register Information System within Education subject. The instruments used are observation sheets, test, and structured tasks. Data is collected during research and analyzed through qualitative approach.<br /> The achieved result through this research is the forming of students' attitude and behavior which based on information technology. This can be proven by students' need toward internet, whether to find learning source, communicate, or developing various learning model. The forming of this attitude changes students’ mindset from depending on transfer of knowledge (one way from lecturer to students) to transaction of knowledge, where when students feel necessary they will seek to the source themselves. It describes the constructive learning pattern.<br />In summary, students' attitude and behavior toward information technology will change along with knowledge and experience they get through blended & e-learning. With the changes of their attitude and behavior toward information technology, the spread of information technology will be easier and meaningful since learning pattern will happen in two ways. The result of this research recommends us in considering the usage of blended & e-learning model within a school subject as an alternative if we want to transform learning pattern into transaction pattern.<br /><br />Keyword:<br />Attitude and behavior, experience, information technology, blended and e-learning<br />Introduction<br />The economic progress phenomenon in East Asia basically reconciles toward achievement factors in doing product diversification based on market demand, skill of mastering fast technology through reverse engineering (e.g. computer clone), the amount of people’s saving, good education, and work ethos (Ade Cahyana, 1998). People, company, or countries who own education, skill, creation, and efficiently spread education will gain first chance within global competition nowadays (Cisco, 2001). This shows that education oriented in mastering technology is a must.<br />Along with development of innovation in information technology area, education and learning sources have become very accessible. This innovation has changed the paradigm of education from constant gain of knowledge and skill after education stage toward the paradigm of fast changing knowledge and skill. The progress of instructional technology supported by development in information technology and communication accelerates education to develop faster according to the need of education in achieving knowledge base society.<br />In globalization era, the chance of a country to own high and continuity growth will get higher if supported by human resources who own knowledge and basic skill to adapt themselves with demands in progress, higher education, background skill in knowledge and technology, and the ability to produce products which are capable to compete in global scale, both in quality and price.<br />Indonesian will have difficulties to use the chance as explain above if they don’t give better attention in education. Education crisis in Indonesia, seen from the quality, spreading, or other efficiency in handling, has been going on for too long. Objectively, education system in Indonesia has been through quality crisis since mid 1970, when pattern in education development were done in bureaucracy and centralize, which endanger the human resources (Ace Suryadi, 1998). One visible example is the student’s achievement that far behind international standard. One of the factors causes low education level is the lack of development in education facilities. This has caused student’s lack of experience. Beside limitation in facilities, teachers’ urge to develop innovation within education is still low (Hansiswany Kamarga, 2007). Based on the condition mentioned, it is necessary to fix the education in Indonesia, and one aspect has potential to be developed is through information technology base education.<br />There are several reasons why it necessary to develop information technology base education in Indonesia. First, the fact that education is a media to develop human resources is fully aware, nevertheless without the availability of ideal facilities the statement above will be nothing but just a statement on paper. Physical education facilities in Indonesia are very limited, while the number of human resources who need education development is increasing which makes information technology base education development (e.g. the development in long distance education) has become a highly necessity. Second, industrial development needs fixing in human resources, which causes the demand of more variation in education facilities. The limitation in physical conventional education facilities and the lack of possibility to achieve a more variation in education according to market’s need has caused Indonesian education quality left behind. Third, the development of information technology base education system will accelerate the chance to gain education beside the fixing of education quality itself. Forth, Indonesia’s various geographic condition, ranging from cities to deserted area divided by many straits and seas, seriously needs to consider development in education base on information technology, since that kind of education system’s development will be very helpful in spreading and fixing education in Indonesia.<br />Although it has been identified that information technology base education development is needed in Indonesia, in real life it’s on the contrary. In majority, master students come from many areas in Indonesia, and most of them are still lack in knowledge and skill of information technology, some are even still unfamiliar in using computer. In one hand, curriculum in magisterial program Curriculum Development demands students’ skill to use information technology and develop learning that base on information technology, but in reality there are still many students who know nothing about technology itself. This has been seen as an obstacle, which delivers a problem of how to shape attitude and behavior base on information technology through learning in order to achieve students’ need in information technology skill.<br />Problem and Purpose<br /> To overcome the identified problem mentioned in background, it is necessary to digest on how to design a learning that capable to guide students in mastering information technology. Going deeper, mastering the information technology is more than simply mastering the skill, but must based on the changing of mind set in information base thinking. That kind of mind set can be observed through the forming of behavior and attitude which based on information technology. Based on description above, this research is focused on How implementation of curriculum Information System in Education is designed to achieve behavior and attitude of information technology students? The research’s focus is developed in research questions as followed.<br />Is learning through blended & e-learning can form information technology base behavior and attitude?<br />a. What kind of blended & e-learning learning model used in this research?<br />b. How is the achieved result?<br />c. How is the identified forming of information technology base behavior and attitude through out this research?<br />In general, the research aims to answer problem which integrated with the forming of information technology base behavior and attitude. Specifically, the research aims to:<br />a. Describing the model of blended & e-learning learning used in this research<br />b. Getting the achieved learning result<br />c. Getting the overall view of information technology base behavior and attitude that has been formed through this research.<br />Research Method<br /> To achieve the objective, the research is being done by using an approach of qualitative study case.<br />Learning model used in this research is blended & e-learning model, integrated between:<br />• face to face model in class (conventional)<br />• using internet in class (synchronous), and<br />• using distance learning (asynchronous).<br /> Learning proportion are 40% knowledge and 60% skill. Knowledge learning is focused on direct knowledge connected to information technology usage, while skill learning is focused on finding sources and developing information technology base learning model.<br />The design of this research is using inquiry naturalistic approach where aspects of students’ attitude toward learning by using information technology, students’ behavior toward information technology usage, students’ skill in finding information resources in the internet (browsing), and students’ skill in developing technology base learning are measured through implementing blended & e-learning model. The subject of this research (respondent) is a class of 17 students who are taking Information System within Education curriculum.<br />In this research, the instruments being used are observation sheets, structured tasks, result test, and data are being collected throughout research and analyzed by using qualitative approach, meaning incoming data are straightly being analyzed. Describing the result of class observation and students’ tasks are being done through continuous qualitative analysis enable us to see the happening changes. Data of learning result are generated by using profile technique which enable us to describe overall result from students’ learning.<br />Research Outcomes<br />1. Blended & e-learning that is being used<br /> The design of blended & e-learning model that is being used is the combination of 40% theory and 60% practice. Students take classes in computer lab, where each student face computer with internet access. The first five times is used by lecture to give theory.<br /> The way the lecture is designed is the following activity would be a presentation where the topic is about understanding computer as learning tool, multimedia, distance education, and online learning. These four topics are given in order to make the students think and find their own understanding toward information technology base thinking concepts. Although main elements of these topics are taken from resource book (Heinich, et al, Instruction Technology and Media for Learning, 2005), students are still being asked to complete the rest of the elements by looking for the sources through the internet. The strategy used in this part of learning is by using the internet in class (synchronous).<br /> After mid semester, lecture is designed by students’ paper presentation which, discussing about various learning model that can be improved through information technology base learning such as webpage, chatting, newsgroup, learning by using e-book, e-news, e-dictionary, e-laboratory. In this part students are asked to develop their ability to design an information technology base learning form.<br /> From three forms of approached used for one semester lecture, we can see a form that describe these learning steps (a) the transfer of information technology knowledge in a face to face conventional way done in class, (b) inquiry learning by giving the students task to search for a broader information about concepts that are necessary to be understood in information technology by internet browsing, and transaction learning with the pattern of students’ presentation which shows their capability to develop information technology base education.<br />Learning Process<br /> For theory introduction, a lecture method is given in class with following topics: The Basic Concept of Information, The Basic Concept of System and Information System, The Development of Internet Technology and Problems found in scientific writing in the internet, E-education and electronic education system.<br /> For practice introduction about things are used when accessing the internet, by using practice method of internet access the students are requested to make email account, develop mailing list whose members are the whole students in class so they can communicate at the same time.<br /> Skills being developed during internet usage in class are (a) communicating through email, (b) communicating through mailing list, (c) internet browsing in order to find articles related to the task of making annotated bibliography, task of making presentation about information base technology thinking concepts, (d) developing a model or an information technology base learning approach.<br />• The achieved learning result <br />The achieved result throughout one semester lecture is showing an increasing graphic for students’ learning result. (a) Annotated bibliography is the achieved result on the beginning of class where students are asked to do browsing in searching articles related to their annotated bibliography elements. (b) Presentation is the result gained through students achievement toward understanding topic to information technology base thinking concepts. (c) Storyboard is the result of students’ development toward information base technology learning model. (d) Final Semester Exam is final exam achieved by students. Overall the result is shown in the following table.<br />Table 1. Output Learning Result<br /> (a) Annotated bibliography (b) Presentation<br />range frequencies % range frequencies %<br /> 61 - 70 12 70.59 61 - 70 10 58.83<br />71 - 80 4 23.53 71 - 80 5 29.42<br />81 - 90 1 5.88 81 - 90 2 11.75<br />S 17 100 S 17 100<br /> <br /> (c) Storyboard model of learning (d) Examination<br />range frequencies % range Frequencies %<br />61 - 70 6 35.29 61 - 70 2 11.75<br />71 - 80 5 29.42 71 - 80 6 35.29<br />81 - 90 6 35.29 81 - 90 9 52.96<br />S 17 100 S 17 100<br />If is described the entire acquirement, we can see the existence of improvement as show in the following tables<br />Table 2. The Whole Output Learning Result<br /><br />range A P S E<br /> 61 - 70 12 10 6 2<br />71 - 80 4 5 5 6<br />81 - 90 1 2 6 9<br />S 17 17 17 17<br />A = annotated bibliography<br />P = presentation<br />S = storyboard<br />E = Examination<br />Judging from the timing of marking where the aspects of annotated bibliography, presentation, storyboard, and final exam are tasks given in chronological orders since beginning until end of semester, we can see the decreasing of mark within the score range of 61-70 and the increasing of mark within score range 81-90.<br />• The forming of attitude and behavior based on information technology <br />Attitude and behavior based on Information technology is being judged from observation during the lecture. Assuming that on the beginning there are very few students have the ability to use information technology, after one semester lecture period the following result shows.<br />o The aspects of students’ behavior toward learning by using information technology<br />o Every student uses laptop during lectures outside the lecture of information system within education<br />o Every time they find concept/ phrase that is not understood after finding for themselves through wikipedia.com or internet <br />o They access lecture materials through lecturer’s website<br />o Communication is built through mailing list<br />o The students’ behavior toward the usage of information technology<br />• Distribution of tasks are done by using mailing list instead of photo copying<br />• Communication with lecturer is built through email<br />• Students that are out of town is sending their test answers through email<br />o The students’ skill in finding information resources in the internet (browsing)<br />• Completing annotated bibliography through sources in the internet<br />• More than 50% of the reference used for task came from the sources in the internet<br />o The students’ skill in developing internet technology base learning<br />• Using webquest.com (interactive)<br />• Developing virtual magazine<br />• Developing learning site using pbwiki.com<br />• Developing dictionary for local language<br />Discussion<br />Introducing the Information Technology to student is not only to train them in using Information Technology, but the first and main are to change their mind set to make them want to use Information Technology in academic life. It is easy to train the student in using computer and internet, but to form attitude and behavior (alter mind set) that base on Information Technology is not easy. For example, in training student for opening mail box, writing and delivering email is not difficult, but form attitude and student behavior in order to open their mail box everyday, conducted communication through email, is not easy.<br />Ari Wibowo (2006 : 1) explain that the result of a study is Information Transfer, Skill Acquisition, Change of mental model, whereas in designing a lesson or curriculum require correspondence between target learn and instruction model. Study model can be classified into Instructor Centered, Learner Centered, Learning Team Centered. Furthermore it is described the relation between target learn and model as follows<br />Base on the picture above, mental change (in this case mind set) can be conducted if study far from models teacher centered and more develop learner centered or learning team. This Idea is based on the philosophy of constructivist that have a notion that learners are not empty vessels waiting to be filled, but rather as active organisms seeking meaning (Driscoll, 1994 in Chang Chew Hungs, 2007). In this case Sherry (1996) give emphasis at study strategy that guided practice, media based challenges, inquiry learning, and teamwork, that make proper developed to reach target the student makes sense and constructs new knowledge from the information which is presented. That is can be told that study that its centre on acquirement, the student is not only transfer knowledge but more than that, they can alter mental or mind set study.<br />Model blended & e-learning is designed to fulfill the need of mastering Information Technology and form attitude and behavior base on Information Technology. In general, the term blended learning is used to describe a solution that combines several different delivery methods. These can be a mix of various even-based activities such as face to face classrooms, live e-learning and sharing software, and self-paced learning. Some people consider blended e-learning to be the use of a variety of online delivery methods to present content and activities to learners. Thus with this approach, the entire course still remains online, but uses a blend of materials to present the content. (Nicholson, 2003). Because of this model gathers various of methods, so it give a chance to student to expand more optimal, either through structured study or through the study with inquiry approach.<br />Research Result shows that with structured steps and continual, beginning from recognition in theoretic then continued with recognition in practice, and accustomed use Information Technology, then will be formed attitude and student behavior that base on Information Technology. This research Result shows compatibility between what Ari Wibowo said with the theory of constructivist, it means that study which is designed with student centre on and developed through inquiry approach will give affects to attitude forming and behavior.<br />This attitude Forming is change the student way of thinking from that initially expect transfer of knowledge (from lecturer to student in one way) become transaction knowledge, that is if student feel that it is important for them to search its source, as the same manner as that told Chang Chew Hung (2007 : 8), constructivism resides the fundamental premise that learners actively construct their knowledge. Besides that, by study model blended & e-learning, student not only have a skill to use Information Technology but more than that, they can think, behave, and have the behavior that base on Information Technology, as expressed by Chang Chew Hung (2007 : 8), learners develop critical insight into how they think, and what they know about the world develops, as their understanding increases in depth and detail. <br />Conclusions<br />That can be concluded that attitude and student behavior toward Information Technology will be change along with knowledge and experience that the they have through blended & e-learning study. With the change of attitude and student behavior toward Information Technology, the Information Technology dissemination will be easier and have a meaning because study pattern that happening is two directions pattern. This research Result recommends that if we want to change/alter study pattern into transaction pattern, the usage of model blended & e-learning through one of course becomes justifiable alternative.<br />References<br />Ace Suryadi, (1998). Manajemen Pendidikan Nasional Menuju Kemandirian Bangsa : Gagasan Awal. Available at http://www.pdk.go.id/Kajian/Kajian14/ace14.htm<br />Ade Cahyana (1998). Tujuan Pendidikan untuk Pembangunan : Mencari Alternatif Reformasi Pembangunan Pendidikan. Available at http://www.pdk.go.id/Kajian/ Kajian14/ade14.htm<br />Hansiswany Kamarga (2007). Developing Distance Learning with Dual Mode at School of Postgraduate Indonesia University of Education , Paper.<br />Heinich, R. et al. (2005). Instructional Technology and Media for Learning. Eighth Edition. New Jersey : Pearson Merrill Prentice Hall.<br />Chang Chew Hung. (2007). Engaging Learning Through the Internet : WebQuests in the Humanities Classroom. Singapore : Pearson Prentice Hall.<br />FX Ari Wibowo (2006). Distributed Learning : Sebuah Konsep Teleeducation. Available at http://www.gematel.com/qanews/qanewsonline/edisi%20VI/Distributed%20-Learning.html<br />Orton, S. (2003). Blending e-learning with curriculum design. Available at http://www.swap.ac.uk/elearning/using3.asp<br />Nicholson, M.J. (2003). Models of Blended eLearning. Available at http://iit.bloomu.edu /etraining/Models/models.htm<br />English to Indonesian translation<br />Pembentukan SIKAP DAN PERILAKU BERDASARKAN KURIKULUM TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SISTEM INFORMASI DALAM PENDIDIKAN <br />Sebuah Studi Kasus di Subjek Pengembangan Kurikulum di gelar Magister, Universitas Pendidikan Indonesia. <br /><br />Dr Hansiswany Kamarga, M.Pd., <br />Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia <br /><br />Abstrak: <br />Penelitian ini berkaitan dengan penggunaan dicampur & e-learning untuk mengembangkan sikap dan perilaku berbasis teknologi informasi pada Program Magister Pengembangan Kurikulum. Di satu sisi, kurikulum Program Magister Pengembangan Kurikulum memerlukan pencapaian penguasaan teknologi informasi, namun di sisi lain mayoritas siswa merasa asing dengan teknologi informasi itu sendiri dan mereka tidak merasakan dorongan untuk belajar karena di mana mereka datang dari teknologi internet belum diperbaiki sehingga tidak memiliki infrastruktur yang ideal belum. Dasar dari penelitian ini adalah penggunaan dicampur & e-learning, menggabungkan pengetahuan tentang teknologi informasi, keterampilan dalam mencari sumber belajar dan mengembangkan pembelajaran berbasis teknologi informasi, memungkinkan penelitian ini secara kualitatif diukur apakah sikap dan perilaku berdasarkan informasi teknologi dalam membentuk siswa. <br />Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati pembentukan sikap dan perilaku berbasis teknologi informasi setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model dicampur dan e-learning. <br />Dalam rangka mencapai tujuan kami, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. Jenis pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dicampur & e-learning, menggabungkan model tatap muka (konvensional), penggunaan internet di kelas (sinkron), dan pembelajaran jarak jauh (asynchronous). Proporsi dalam kegiatan pembelajaran adalah pengetahuan 40% dan 60% keterampilan. Pengetahuan pembelajaran difokuskan pada pengetahuan langsung yang terhubung dengan penggunaan teknologi informasi, sedangkan keterampilan pembelajaran difokuskan pada sumber mencari dan mengembangkan teknologi informasi berbasis model pembelajaran. Penelitian's disain yang menggunakan penyelidikan pendekatan naturalistik, di mana aspek perilaku siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi, siswa perilaku terhadap penggunaan teknologi informasi, siswa keterampilan dalam mencari sumber informasi di internet (browsing), siswa keterampilan dalam mengembangkan pembelajaran berdasarkan teknologi informasi, diukur oleh pelaksanaan dicampur dan e-model pembelajaran. Subyek dalam penelitian ini adalah 18 mahasiswa yang mendaftar dalam subjek Sistem Informasi Pendidikan. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, tes, dan tugas terstruktur. Data yang dikumpulkan selama penelitian dan dianalisis melalui pendekatan kualitatif. <br /> Hasil yang dicapai melalui penelitian ini adalah membentuk sikap siswa dan perilaku yang berbasis pada teknologi informasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan kebutuhan mahasiswa terhadap internet, baik untuk menemukan sumber belajar, berkomunikasi, atau mengembangkan berbagai model pembelajaran. Pembentukan sikap ini perubahan pola pikir siswa dari tergantung pada transfer pengetahuan (salah satu cara dari dosen untuk siswa) untuk transaksi pengetahuan, di mana ketika siswa merasa perlu mereka akan mencari ke sumber sendiri. Ini menjelaskan pola belajar konstruktif. <br />Singkatnya, sikap siswa dan perilaku terhadap teknologi informasi akan berubah seiring dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka dapatkan melalui dicampur & e-learning. Dengan perubahan sikap dan perilaku terhadap teknologi informasi, penyebaran teknologi informasi akan lebih mudah dan bermakna karena pola belajar akan terjadi dalam dua cara. Hasil penelitian ini merekomendasikan kami dalam mempertimbangkan penggunaan dicampur & e-model pembelajaran dalam mata pelajaran sekolah sebagai alternatif jika kita ingin mengubah pola pembelajaran ke dalam pola transaksi. <br /><br />Kata Kunci: <br />Sikap dan perilaku, pengalaman, teknologi informasi, dicampur dan e-learning <br /><br />Pengenalan <br />Fenomena kemajuan ekonomi di Asia Timur pada dasarnya menyatukan terhadap faktor prestasi dalam melakukan diversifikasi produk berbasis pada permintaan pasar, kemampuan penguasaan teknologi cepat melalui reverse engineering (misalnya clone komputer), jumlah tabungan masyarakat, pendidikan yang baik, dan etos kerja (Ade Cahyana , 1998). Orang-orang, perusahaan, atau negara-negara yang memiliki pendidikan, keahlian, penciptaan, dan efisien menyebar pendidikan akan mendapatkan kesempatan pertama dalam kompetisi global dewasa ini (Cisco, 2001). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berorientasi pada penguasaan teknologi adalah suatu keharusan. <br />Seiring dengan perkembangan inovasi di bidang teknologi informasi, pendidikan dan sumber belajar menjadi sangat mudah. Inovasi ini telah mengubah paradigma pendidikan dari keuntungan konstan pengetahuan dan keterampilan setelah tahap pendidikan terhadap paradigma cepat berubah pengetahuan dan keterampilan. Kemajuan teknologi pembelajaran yang didukung oleh perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi mempercepat pendidikan untuk mengembangkan lebih cepat sesuai dengan kebutuhan pendidikan dalam mencapai masyarakat basis pengetahuan. <br />Di era globalisasi, kesempatan suatu negara untuk memiliki dan kesinambungan pertumbuhan yang tinggi akan mendapatkan lebih tinggi jika didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan kemajuan, pendidikan tinggi, keterampilan latar belakang pengetahuan dan teknologi, dan kemampuan untuk menghasilkan produk yang mampu bersaing dalam skala global, baik dalam kualitas dan harga. <br />Indonesia akan mengalami kesulitan untuk menggunakan kesempatan sebagai menjelaskan di atas jika mereka tidak memberikan perhatian yang lebih baik di bidang pendidikan. Pendidikan krisis di Indonesia, dilihat dari kualitas, menyebarkan, atau efisiensi lain dalam penanganan, telah berlangsung terlalu lama. Objektif, sistem pendidikan Indonesia telah melalui krisis kualitas sejak pertengahan 1970, ketika pola dalam pengembangan pendidikan dilakukan dalam birokrasi dan sentralisasi, yang membahayakan sumber daya manusia (Ace Suryadi, 1998). Satu contoh nyata adalah prestasi siswa yang jauh di belakang standar internasional. Salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan adalah kurangnya pembangunan di fasilitas pendidikan. Hal ini menyebabkan siswa kurang pengalaman. Selain keterbatasan fasilitas, dorongan guru untuk mengembangkan inovasi dalam pendidikan masih rendah (Hansiswany Kamarga, 2007). Berdasarkan kondisi tersebut, perlu untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia, dan satu aspek memiliki potensi untuk dikembangkan adalah melalui pendidikan berbasis teknologi informasi. <br />Ada beberapa alasan mengapa perlu untuk mengembangkan teknologi informasi pendidikan dasar di Indonesia. Pertama, kenyataan bahwa pendidikan merupakan media untuk mengembangkan sumber daya manusia menyadari sepenuhnya, namun tanpa ketersediaan fasilitas yang sangat ideal pernyataan di atas akan apa-apa selain hanya pernyataan di atas kertas. fasilitas fisik pendidikan di Indonesia sangat terbatas, sementara jumlah sumber daya manusia yang membutuhkan pembangunan pendidikan meningkat yang membuat teknologi informasi dasar pengembangan pendidikan (misalnya pengembangan pendidikan jarak jauh) telah menjadi kebutuhan yang sangat. Kedua, pembangunan industri perlu memperbaiki sumber daya manusia, yang menyebabkan permintaan variasi lebih dalam fasilitas pendidikan. Keterbatasan dalam sarana fisik pendidikan konvensional dan kurangnya kemungkinan untuk mencapai variasi yang lebih dalam pendidikan sesuai dengan kebutuhan pasar telah menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia tertinggal. Ketiga, pengembangan sistem pendidikan berbasis teknologi informasi akan mempercepat kesempatan memperoleh pendidikan di samping memperbaiki kualitas pendidikan itu sendiri. Keempat, berbagai kondisi geografis Indonesia, mulai dari kota ke daerah sepi dibagi dengan selat banyak dan laut, serius perlu mempertimbangkan pembangunan di basis pendidikan teknologi informasi, karena seperti pembangunan pendidikan sistem akan sangat membantu dalam penyebaran dan memperbaiki pendidikan di Indonesia . <br />Meskipun telah teridentifikasi bahwa teknologi informasi pembangunan pendidikan dasar diperlukan di Indonesia, dalam kehidupan nyata itu sebaliknya. Mayoritas, mahasiswa master berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, dan sebagian besar dari mereka masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan teknologi informasi, beberapa bahkan masih asing dalam menggunakan komputer. Di satu sisi, kurikulum dalam program Pengembangan Kurikulum magisterial tuntutan keterampilan siswa untuk menggunakan teknologi informasi dan mengembangkan pembelajaran yang berbasis teknologi informasi, namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang tidak tahu tentang teknologi itu sendiri. Ini telah dilihat sebagai hambatan, yang memberikan masalah tentang bagaimana untuk membentuk sikap dan perilaku berbasis pada teknologi informasi melalui pembelajaran dalam rangka mencapai kebutuhan mahasiswa dalam keterampilan teknologi informasi. <br /><br />Masalah dan Tujuan <br /> Untuk mengatasi masalah diidentifikasi disebutkan di latar belakang, perlu untuk mencerna mengenai bagaimana merancang suatu pembelajaran yang mampu membimbing siswa dalam penguasaan teknologi informasi. Masuk lebih dalam, menguasai teknologi informasi lebih dari sekedar menguasai keterampilan, tetapi harus didasarkan pada perubahan pola pikir dalam pemikiran dasar informasi. Semacam itu menetapkan pikiran dapat diamati melalui pembentukan perilaku dan sikap yang berbasis pada teknologi informasi. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini difokuskan pada Bagaimana pelaksanaan kurikulum Sistem Informasi Pendidikan dirancang untuk mencapai perilaku dan sikap siswa teknologi informasi? Fokus penelitian adalah dikembangkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut. <br />Apakah pembelajaran melalui dicampur & e-learning dapat membentuk perilaku dasar teknologi informasi dan sikap? <br /><br /> 1. <br /> Macam apa dicampur & e-learning model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini? <br /> 2. <br /> Bagaimana hasil yang dicapai? <br /> 3. <br /> Bagaimana mengidentifikasi pembentukan perilaku dasar teknologi informasi dan sikap melalui penelitian ini? <br /><br />Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang terintegrasi dengan pembentukan perilaku dasar teknologi informasi dan sikap. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: <br /><br /> 1. Menggambarkan model dicampur & e-learning pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini <br /> 2. Mendapatkan hasil belajar dicapai <br /> 3. Mendapatkan tampilan keseluruhan perilaku dasar teknologi informasi dan sikap yang telah dibentuk melalui penelitian ini. <br /><br />Metode Penelitian <br /> Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian sedang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. <br />Belajar model yang digunakan dalam penelitian ini dicampur & e-model pembelajaran, terintegrasi antara: <br /><br /> * muka dengan muka model di kelas (konvensional) <br /> * Menggunakan internet di kelas (sinkron), dan <br /> * Menggunakan pembelajaran jarak jauh (asynchronous). <br /><br /> Belajar adalah pengetahuan proporsi 40% dan 60% keterampilan. Pengetahuan pembelajaran difokuskan pada pengetahuan langsung terhubung ke penggunaan teknologi informasi, sedangkan keterampilan pembelajaran difokuskan untuk menemukan sumber informasi dan mengembangkan model pembelajaran berbasis teknologi. <br />Desain penelitian ini menggunakan pendekatan naturalistik penyelidikan di mana aspek sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi, siswa perilaku terhadap penggunaan teknologi informasi, siswa keterampilan dalam menemukan sumber informasi di internet (browsing), dan keterampilan siswa dalam mengembangkan dasar teknologi belajar diukur melalui penerapan model dicampur & e-learning. Subjek penelitian ini (responden) adalah kelas dari 17 siswa yang mengambil Sistem Informasi dalam kurikulum Pendidikan. <br />Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, tugas terstruktur, hasil pengujian, dan data sedang dikumpulkan di seluruh penelitian dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yang berarti incoming data dianalisis secara lugas. Menjelaskan hasil observasi kelas dan tugas mahasiswa sedang dilakukan melalui analisis kualitatif terus menerus memungkinkan kita untuk melihat perubahan yang terjadi. Data hasil belajar yang dihasilkan dengan menggunakan teknik profil yang memungkinkan kita untuk menggambarkan keseluruhan dari hasil belajar siswa. <br /><br />Hasil Penelitian <br />1. Blended & e-learning yang sedang digunakan <br /> Rancangan model dicampur & e-learning yang sedang digunakan adalah kombinasi dari teori 40% dan 60% praktek. Mahasiswa mengambil kelas di lab komputer, di mana setiap wajah siswa komputer dengan akses internet. Yang pertama lima kali digunakan oleh dosen untuk memberikan teori. <br /> Cara kuliah dirancang adalah kegiatan berikut akan presentasi di mana topik tentang pemahaman komputer sebagai alat pembelajaran, multimedia, pendidikan jarak jauh, dan belajar secara online. Keempat topik diberikan untuk membuat siswa berpikir dan menemukan sendiri pemahaman mereka terhadap teknologi informasi dasar berpikir konsep. Meskipun unsur-unsur utama dari topik ini diambil dari buku sumber daya (Heinich, et al, Instruksi Teknologi dan Media untuk Belajar, 2005), siswa masih diminta untuk menyelesaikan sisa unsur-unsur dengan mencari sumber-sumber melalui internet. Strategi yang digunakan dalam ini bagian dari pembelajaran adalah dengan menggunakan internet di kelas (sinkron). <br /> Setelah mid semester, kuliah ini dirancang dengan presentasi kertas siswa yang membahas tentang berbagai model pembelajaran yang dapat ditingkatkan melalui pembelajaran berbasis teknologi informasi seperti halaman web, chatting, newsgroup, belajar dengan menggunakan e-book, e-news, e-kamus , e-laboratorium. Pada bagian ini mahasiswa diminta untuk mengembangkan kemampuan mereka untuk merancang basis teknologi informasi bentuk pembelajaran. <br /> Dari tiga bentuk mendekati digunakan untuk satu semester kuliah, kita dapat melihat sebuah bentuk yang menjelaskan langkah-langkah belajar (a) transfer pengetahuan teknologi informasi di muka dengan muka dilakukan dengan cara konvensional di kelas, (b) belajar dengan memberikan pertanyaan siswa tugas untuk mencari informasi lebih luas mengenai konsep yang perlu dipahami dalam teknologi informasi dengan browsing internet, dan transaksi belajar dengan pola presentasi siswa yang menunjukkan kemampuan mereka untuk mengembangkan teknologi informasi pendidikan dasar. <br />Proses Belajar <br /> Untuk pengenalan teori, sebuah metode ceramah diberikan di kelas dengan topik sebagai berikut: Konsep Dasar Informasi, Konsep Dasar Sistem dan Sistem Informasi, Pengembangan Teknologi Internet dan Masalah ditemukan dalam penulisan ilmiah di internet, E-pendidikan dan elektronik sistem pendidikan. <br /> Untuk pengenalan praktek tentang hal-hal yang digunakan ketika mengakses internet, dengan menggunakan metode praktek akses internet siswa diminta untuk membuat account email, mengembangkan milis yang anggotanya adalah seluruh siswa di kelas sehingga mereka dapat berkomunikasi pada waktu yang sama. <br /> Keterampilan yang dikembangkan selama penggunaan internet di kelas adalah (a) berkomunikasi melalui email, (b) berkomunikasi melalui mailing list, (c) browsing internet untuk menemukan artikel yang berhubungan dengan tugas pembuatan bibliografi beranotasi, tugas untuk membuat presentasi mengenai informasi dasar teknologi konsep berpikir, (d) mengembangkan model atau teknologi informasi dasar pendekatan pembelajaran. <br /><br /> * Mencapai hasil pembelajaran <br /><br />Hasil yang dicapai selama satu kuliah semester ini yang menunjukkan grafik meningkat hasil belajar siswa. (Suatu bibliografi) Annotated adalah hasil dicapai pada awal kelas di mana siswa diminta untuk melakukan browsing dalam mencari artikel yang terkait dengan unsur-unsur bibliografi beranotasi mereka. (B) Presentasi hasil prestasi belajar siswa yang diperoleh melalui pemahaman terhadap topik ke basis teknologi informasi berpikir konsep. (C) storyboard adalah hasil dari pengembangan siswa terhadap teknologi informasi dasar model pembelajaran. (D) Ujian Akhir Semester adalah ujian akhir dicapai oleh mahasiswa. Secara keseluruhan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut. <br />Tabel 1. Output Hasil Belajar <br /> (Suatu bibliografi) Annotated (b) Presentasi <br /> <br /> (C) storyboard model pembelajaran (d) Pemeriksaan <br /><br />Jika digambarkan seluruh perolehan, kita dapat melihat adanya peningkatan sebagai menunjukkan pada tabel berikut <br />Tabel 2. Output Whole Hasil Belajar <br />A = bibliografi beranotasi <br />P = presentasi <br />S = storyboard <br />E = Ujian <br />Dilihat dari waktu menandai dimana aspek bibliografi beranotasi, presentasi, storyboard, dan ujian akhir ini adalah tugas yang diberikan dalam urutan kronologis sejak awal sampai akhir semester, kita dapat melihat penurunan tanda dalam rentang skor 61-70 dan peningkatan dalam jangkauan menandai skor 81-90. <br /><br /> * Pembentukan sikap dan perilaku berbasis teknologi informasi <br /><br />Sikap dan perilaku berbasis teknologi informasi ini yang dinilai dari pengamatan selama kuliah. Dengan asumsi bahwa pada awalnya ada sedikit siswa memiliki kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi, setelah satu periode kuliah semester menunjukkan hasil sebagai berikut. <br /><br /> o aspek perilaku siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi <br /> o Setiap siswa menggunakan laptop selama kuliah di luar kuliah sistem informasi dalam pendidikan <br /> o Setiap kali mereka menemukan konsep / frase yang tidak dipahami setelah menemukan bagi diri mereka sendiri melalui wikipedia.com atau internet <br /> o Mereka mengakses materi kuliah melalui website dosen's <br /> o Komunikasi yang dibangun melalui mailing list <br /> o perilaku siswa terhadap penggunaan teknologi informasi <br /> * Pembagian tugas yang dilakukan dengan menggunakan milis bukan foto copy <br /> * Komunikasi dengan dosen dibangun melalui email <br /> * Siswa yang luar kota sedang mengirim jawaban ujian mereka melalui email <br /> o keterampilan siswa dalam mencari sumber informasi di internet (browsing) <br /> * Melengkapi bibliografi beranotasi melalui sumber-sumber di internet <br /> * Lebih dari 50% dari referensi yang digunakan untuk tugas berasal dari sumber-sumber di internet <br /> o keterampilan siswa dalam mengembangkan dasar teknologi internet belajar <br /> * Menggunakan webquest.com (interaktif) <br /> * Majalah Mengembangkan virtual <br /> * Mengembangkan situs belajar menggunakan pbwiki.com <br /> * Mengembangkan kamus untuk bahasa lokal <br /><br />Diskusi <br />Memperkenalkan Teknologi Informasi untuk siswa bukan hanya untuk melatih mereka dalam menggunakan Teknologi Informasi, tetapi yang pertama dan utama adalah untuk mengubah pikiran mereka ditetapkan untuk membuat mereka ingin menggunakan Teknologi Informasi dalam kehidupan akademik. Sangat mudah untuk melatih siswa dalam menggunakan komputer dan internet, tetapi untuk membentuk sikap dan perilaku (mengubah pola pikir) yang berbasis Teknologi Informasi tidak mudah. Misalnya, dalam pelatihan siswa untuk membuka kotak surat, menulis dan mengirimkan email tidak sulit, tetapi bentuk sikap dan perilaku siswa dalam untuk membuka kotak surat sehari-hari mereka, komunikasi dilakukan melalui email, tidak mudah. <br />Ari Wibowo (2006: 1) menjelaskan bahwa hasil penelitian adalah Informasi Transfer, Skill Akuisisi, Perubahan model mental, sedangkan dalam merancang pelajaran atau kurikulum memerlukan korespondensi antara sasaran belajar dan model pembelajaran. Studi model dapat diklasifikasikan menjadi Instruktur Centered, Learner Centered, Belajar Tim Centered. Selanjutnya dijelaskan hubungan antara sasaran belajar dan model sebagai berikut <br /><br />Berdasarkan gambar di atas, perubahan mental (dalam kasus ini menetapkan pikiran) dapat dilakukan jika studi jauh dari model yang berpusat pada guru dan lebih mengembangkan peserta didik belajar terpusat atau tim. Ide ini didasarkan pada filosofi konstruktivis yang mempunyai gagasan bahwa peserta didik tidak kosong kapal menunggu untuk diisi, melainkan sebagai organisme aktif mencari makna (Driscoll, 1994 di Hungs Chew Chang, 2007). Dalam hal ini Sherry (1996) memberikan penekanan pada strategi belajar bahwa praktek dipandu, media berbasis tantangan, belajar penyelidikan, dan kerja sama tim, yang membuat layak dikembangkan untuk mencapai target mahasiswa masuk akal dan konstruksi pengetahuan baru dari informasi yang disajikan. Itu bisa dikatakan bahwa pusat studi pada perolehan, siswa tidak hanya mentransfer pengetahuan tetapi lebih dari itu, mereka bisa mengubah mental atau belajar pola pikir. <br />Model dicampur & e-learning ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan menguasai Teknologi Informasi dan sikap dasar bentuk dan perilaku pada Teknologi Informasi. Secara umum, blended learning istilah yang digunakan untuk menggambarkan solusi yang mengkombinasikan beberapa metode penyampaian yang berbeda. Ini bisa menjadi campuran bahkan kegiatan berbasis berbagai seperti tatap muka kelas, hidup e-learning dan berbagi perangkat lunak, dan pembelajaran swa-mondar-mandir. Beberapa orang menganggap blended e-learning untuk penggunaan berbagai metode penyampaian online untuk menyajikan konten dan aktivitas untuk pelajar. Jadi dengan pendekatan ini, seluruh kursus masih tetap online, tetapi menggunakan campuran bahan untuk menyajikan konten. (Nicholson, 2003). Karena model ini mengumpulkan berbagai metode, sehingga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas lebih optimal, baik melalui studi terstruktur atau melalui studi dengan pendekatan inkuiri. <br />Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan langkah-langkah terstruktur dan berkesinambungan, dimulai dari pengakuan dalam sikap teoritis kemudian dilanjutkan dengan pengakuan dalam praktek, dan terbiasa menggunakan Teknologi Informasi, maka akan terbentuk dan perilaku siswa yang berbasis Teknologi Informasi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kesesuaian antara apa yang Ari Wibowo mengatakan dengan teori konstruktivis, itu berarti bahwa penelitian yang dirancang dengan pusat mahasiswa dan dikembangkan melalui pendekatan inkuiri akan memberikan mempengaruhi pembentukan sikap dan perilaku. <br />Pembentukan sikap ini adalah perubahan cara berpikir mahasiswa dari yang awalnya diharapkan transfer pengetahuan (dari dosen ke mahasiswa dalam satu arah) pengetahuan transaksi menjadi, yaitu jika mahasiswa merasa bahwa penting bagi mereka untuk mencari sumbernya, sebagai cara yang sama sebagai yang mengatakan Chew Chang Hung (2007: 8), konstruktivisme berada premis mendasar bahwa peserta didik secara aktif membangun pengetahuan mereka. Selain itu mahasiswa,, dengan model studi dicampur & e-learning tidak hanya memiliki keterampilan untuk menggunakan Teknologi Informasi, tetapi lebih dari itu, mereka bisa berpikir, berperilaku, dan perilaku yang berbasis Teknologi Informasi, seperti yang diungkapkan oleh Chew Chang Hung ( 2007: 8), pelajar mengembangkan wawasan kritis tentang bagaimana mereka berpikir, dan apa yang mereka ketahui tentang dunia berkembang, sebagaimana pemahaman mereka meningkat secara mendalam dan detail. <br /><br />Kesimpulan <br />Itu dapat disimpulkan bahwa sikap dan perilaku mahasiswa terhadap Teknologi Informasi akan berubah seiring dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki melalui dicampur & e-learning belajar. Dengan perubahan sikap dan perilaku mahasiswa terhadap Teknologi Informasi, Teknologi Informasi penyebaran akan lebih mudah dan memiliki arti karena studi pola yang terjadi adalah pola dua arah. Hasil penelitian ini merekomendasikan bahwa jika kita ingin merubah / mengubah pola studi ke dalam pola transaksi, penggunaan model dicampur & e-learning melalui salah satu tentu saja menjadi alternatif dibenarkan. <br /><br />Referensi <br /><br />Ace Suryadi, (1998). Bangsa Manajemen Pendidikan Nasional Menuju Kemandirian: Gagasan Awal. Tersedia di http://www.pdk.go.id/Kajian/Kajian14/ace14.htm <br />Ade Cahyana (1998). Tujuan Pembangunan Pendidikan untuk Artikel: Mencari Alternatif Reformasi Pembangunan Pendidikan. Tersedia di http://www.pdk.go.id/Kajian/ Kajian14/ade14.htm <br />Hansiswany Kamarga (2007). Pengembangan Belajar Jarak Jauh dengan Dual Mode di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Kertas. <br />Heinich, R. et al. (2005). Instructional Technology dan Media untuk Belajar. Edisi Kedelapan. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall. <br />Chew Chang Hung. (2007). Melibatkan Belajar Melalui Internet: WebQuests di Kelas Humaniora. Singapura: Pearson Prentice Hall. <br />FX Ari Wibowo (2006). Didistribusikan Belajar: Konsep Teleeducation berlangganan My. Tersedia di% http://www.gematel.com/qanews/qanewsonline/edisi% 20VI/Distributed 20-Learning.html <br />Orton, S. (2003). Memadukan e-learning dengan rancangan kurikulum. Tersedia di http://www.swap.ac.uk/elearning/using3.asp <br />Nicholson, M.J. (2003). Blended eLearning model. Tersedia di http://iit.bloomu.edu / etraining / Model / models.htm<br />Makalah disampaikan dalam AISHL International Conference, Bangkok, April 2008<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-36785376345573747342010-08-18T10:52:00.001-07:002010-08-18T10:54:31.156-07:00ANALISIS MATERI AL-QUR’AN HADIS MADRASAH IBTIDAIYAHANALISIS MATERI AL-QUR’AN HADIS MADRASAH IBTIDAIYAH<br />Abstrak<br /><br />Didaktika Islamika - Learning of the Quran in Madrasah Ibtidaiyah has very complex problem, because in addition to learning the Quran Hadiths must also be supporting sciences such as reading and writing Arabic letters (letters of the quran), Arabic calligraphy (khath and imlak), tajwid, Hadith Sciences and Sciences of the Qur'an, Tafsir, tahfîzh and others. With this variety of learning requires the teacher leads the students managed to achieve the goal. Teachers must be good at learning presents an interesting and enjoyable active learning. Teachers should be able to use appropriate approaches and methods varied so as not to dull or boring. Teachers also became a central figure to follow and emulate students, both from the attitude, behavior, words and deeds. Understanding and application of materials of the Qur'an hadith should be helped with a good modeling environment.<br /><br />Kata Kunci: al-Qur’an Hadis, esensi materi, Madrasah Ibtidaiyah.<br /><br /><br />Pengantar<br /><br />Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di madrasah adalah Pendidikan Agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.<br />Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah terdiri atas empat mata pelajaran, yaitu: Al-Qur'an-Hadis, Akidah-Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi. Al-Qur'an-hadis merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti ia merupakan sumber akidah-akhlak, syari’ah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut.<br /><br />Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Ibtidaiyah yang terdiri atas empat mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Al-Qur’an-hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi Akidah Akhlak terfokus pada pembahasan penanaman keimanan dan akidah yang benar serta sifat-sifat terpuji yang garus dimiliki oleh anak didik. Fikih membahas praktik ibadah sehari-hari dan sejarah membahas tentang perjalanan umat Islam dari masa kemasa dari segi politik, budaya dan peradaban (Permenag No.2/2008).<br /><br />Mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis di Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis al-Qur'an dan hadis dengan benar, serta hapalan terhadap surat-surat pendek dalam al-Qur'an, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan hadis-hadis tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan. Hal ini sejalan dengan misi pendidikan dasar adalah untuk:<br /><br />1. Pengembangan potensi dan kapasitas belajar peserta didik, yang men¬yangkut: rasa ingin tahu, percaya diri, keterampilan berkomunikasi dan kesadaran diri;<br />2. Pengembangan kemampuan baca-tulis-hitung dan bernalar, keterampilan hidup, dasar-dasar keimanan dan ketakwaan terhadan Tuhan YME; serta<br />3. Fondasi bagi pendidikan berikutnya.<br /><br />Di samping itu, juga mempertimbangkan perkembangan psikologis anak, bahwa tahap perkembangan intelektual anak usia 6-11 tahun adalah operasional konkret (Piaget). Peserta didik pada jenjang pendidikan dasar juga termasuk:<br /><br />1. Anak usia 6-9 tahun, masa social imitation atau masa mencontoh, sehingga diperlukan figur yang dapat memberi contoh dan teladan yang baik dari orang-orang sekitarnya (keluarga, guru, dan teman-teman sepermainan),<br />2. Usia 9–12 tahun, masa second star of individualisation atau masa individualisasi, dan<br />3. Usia 12-15 tahun merupakan masa social adjustment atau penyesuaian diri secara sosial.<br /><br />Secara substansial mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mencintai kitab sucinya, mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur'an-Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Materi Al-Quran-Hadis juga mendorong tumbuhnya kajian pengembangan bahasa Arab.<br /><br />Ruang Lingkup Materi Esensial<br /><br />Ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:<br /><br />a. Pengetahuan dasar membaca dan menulis al-Qur'an yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.<br />b. Hapalan surat-surat pendek dalam al-Qur'an dan pemahaman sederhana tentang arti dan makna kandungannya serta pengamalannya melalui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.<br />c. Pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan mengenai hadis-hadis yang berkaitan dengan kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahmi, takwa, menyayangi anak yatim, salat berjamaah, ciri-ciri orang munafik, dan amal salih.<br /><br />Materi al-Qur’an Hadis semula terdiri dari dua bidang mata pelajaran yaitu bidang al-Qur’an dan bidang Hadis, kemudian diintegrasikan menjadi satu bidang mata pelajaran al-Qur’an Hadis. Sekalipun demikian di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari dua bidang tersebut. Jika dijumlah materi al-Qur’an sebanyak 21 Surah yakni dari surah al-Fatihah sampai dengan al-Dhuha. Secara rinci dapat disebutkan satu persatu yaitu surah al-Fâtihah, al-Nâs, al-Falaq, al-Ikhlâsh, al-Lahab, al-Nashr, al-Kâfirûn, al-Kawtsar, al-Mâ’ûn, al-Quraysy, al-Fîl, al-Humazah, al-‘Ashr, al-Takâtsur, al-Qâri’ah, al-‘Âdiyât, al-Zalzalah, al-Bayyinah, al-Qadr, al-‘Alaq, al-Tîn, al-Insyirah dan al-Dhuhâ.<br /><br />Sedangkan materi Hadis terdiri dari minimal 10 Hadis secara tematik yaitu tentang kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahim, takwa, menyayangi anak yatim, salat berjamaah, ciri-ciri orang munafik, dan amal salih.<br /><br />Sebagai materi pendukung adalah sebagai berikut:<br /><br />1. Keterampilan baca tulis huruf Hijaiyah dengan benar (makhraj).<br />2. Kaedah Tajwid, meliputi:<br />a. Waqaf (berhenti bacaannya) dan washal (berlanjut).<br />b. Al-Qamariyah dan Al-Syamsiyah.<br />c. Madd thabi’i, mad wajib muttashil dan mad jaiz munfashil.<br />d. Bacaan nun sukun dan tanwin (Izhar, ikhfa, idgham bighunnah dan idgham bila ghunnah dan iqlâb).<br /><br />Materi pendukung bagi guru untuk memperkaya wawasan adalah:<br /><br />1. Ilmu al-Qur’an;<br />2. Ilmu Hadis.<br /><br />Dengan demikian materi al-Qur’an Hadis di MI terdiri dari dua materi, yakni: pokok atau esensial dan materi pendukung. Materi pokok adalah materi al-Qur’an dan Hadis sedang materi pendukung adalah materi pengantar dari segi pengenalan baca tulis huruf Arab atau huruf al-Qur’an Hadis serta latar belakang masing-masing materi.<br /><br />Tujuan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD)<br /><br />Mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk:<br /><br />1. Memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam membaca, menulis, membiasakan, dan menggemari membaca al-Qur'an dan hadis;<br />2. Memberikan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat-ayat al-Qur’an-Hadis melalui keteladanan dan pembiasaan;<br />3. Membina dan membimbing perilaku peserta didik dengan berpedoman pada isi kandungan ayat al-Qur'an dan Hadis (Permenag No.2 /2008).<br /><br />Standar Kompentensi yang ingin dicapai sebagai berikut:<br /><br />1. Membaca dan menulis huruf al-Qur’an;<br />2. Membaca surah-surah pendek dan hadis-hadis dengan fashih;<br />3. Menghapal surah-surah dan hadis-hadis pendek;<br />4. Menterjemahkan surah-surah dan hadis-hadis pendek;<br />5. Menjelaskan kandungan surah-surah dan hadis-hadis pendek;<br />6. Menerapkan kandungan surah-surah dan hadis-hadis pendek dalam kehidupan.<br /><br />Kompetensi Dasar yang ingin dicapai sebagai berikut:<br /><br />1. Mengidentifikasi huruf-huruf hijaiyah dan tanda baca;<br />2. Membaca huruf-huruf hijaiyah dengan benar (sesuai dengan makhraj);<br />3. Memahami dan menerapkan kaidah-kaidah Ilmu Tajwid seperti waqaf, washal, al-Qamariyah dan Al-Syamsiyah, mad thabi’i, mad wajib muttashil dan madd jaiz munfashil, bacaan nun sukun dan tanwin (Izhar, ikhfa, idgham bighunnah dan idgham bila ghunnah dan iqlâb).<br />4. Melafalkan atau membaca dengan benar dan hapal surah-surah pendek dari al-Fatihah sd al-Dhuha;<br />5. Mengartikan, menerjemahkan, menjelaskan kandungan dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari ayat-ayat atau surah-surah pendek pilihan dari al-Fatihah sd al-Dhuha;<br />6. Membaca, mengartikan, menerjemahkan, menjelaskan kandungan dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari hadis-hadis pendek pilihan yang bertema; kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahmi, takwa, menyayangi anak yatim, salat berjamaah, ciri-ciri orang munafik, dan amal salih.<br /><br />Analisis Materi<br /><br />1. Materi al-Qur’an Hadis dan Pendekatannya<br /><br />Materi al-Qur’an sebanyak 21 surah yakni dari surah al-Fatihah sampai dengan surah al-Dhuha ditambah beberapa kaedah Ilmu Tajwid. Sedang materi Hadis hanya sekitar 10 Hadis. Metode penyajian al-Qur’an yang ada sekarang ini menggunakan metode tahlîlî (terurai sesuai dengan urutan ayat demi ayat atau urutan surah demi surah) sedangkan penyajian Hadis menggunakan metode maudhu’î (tematik).<br /><br />Kedua pendekatan metode ini memang yang paling popular di kalangan para pakar Tafsir. Metode tahlîlî atau yang dinamai oleh Baqir al-Shadr sebagaimana yang dikutip oleh M Quraysh Shihab sebagai metode tajziî adalah satu metode tafsir yang mufassirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat al-Qur’an sebagaimana yang tercantum dalam mushaf. Sedangkan tafsir Maudhu’î adalah mufassirnya berupaya menghimpun ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai surah dan ayat yang berkaitan dengan persoalan atau topik yang ditentukan sebelumnya. Kemudian mufassir membahas dan menganalisis kandungan ayat-ayat tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh (Shihab, 1996: 86-7).<br /><br />Dua metode yang bertolak belakang di atas diterapkan dalam sebuah buku mata pelajaran al-Qur’an Hadis MI. Tentunya hal ini membuat tidak adanya integritas antara Hadis dengan al-Qur’an, seolah-olah kandungan makna Hadis berbeda dengan kandungan al-Qur’an, padahal di antara fungsi Hadis yang terpenting adalah menjelaskan al-Qur’an secara integrated. Lihat saja tema-tema yang ada dalam hadis sebanyak 10 tema, sedangkan pada materi al-Qur’an tidak menggunakan tema kecuali nama-mana surah belaka sesuai dengan urutan dalam al-Qur’an. Memang nama-nama surah itu tema yang menunjukkan isi kandungan Surah tetapi bukan tema materi pembelajaran yang dimaksud secara maudhû’î sebagaimana dalam hadis (Shihab, 1996: 86-7).<br /><br />Seharusnya pendekatan integritas deskreptif juga digunakan untuk menjelaskan pemahaman makna al-Qur’an Hadis, terutama teks-teks yang dianggap sulit dipahami atau tidak sesuai dengan zaman dan situasi sekarang. Karena Sunah yang salah satu fungsinya sebagai penjelas dan interpretator al-Qur’an memiliki universalitas makna seperti al-Qur’an. Ia juga sebagai sumber ilmu pengetahuan dan kemajuan. Oleh karena itu, diperlukan interpretasi yang dinamis sesuai dengan perkembangan zaman (Qardlawi, 1994: 16).<br /><br />Bahkan menurut Ahmad Tafsir (Tafsir, 2008: 85) sebaiknya pengintegrasian pada empat hal:<br /><br />1. Pengintegrasian pada materi pelajaran;<br />2. Pengintegrsaian proses;<br />3. Pengintegrsaian dalam memilih bahan ajar;<br />4. Pengintegrsaian dalam memilih media pengajaran.<br /><br />Jika demikian kajian Hadis lebih terfokus dari pada kajian al-Qur’an. Mungkin dianggap belum saatnya mengkaji al-Qur’an tetapi sayangnya sudah saatnya mengkaji Hadis. Pola pikir ini saya kira kurang tepat, karena tidak ada alasan untuk tidak memberi penyajian materi yang lebih strategis dan sistematis tidak amburadul dalam rangka mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan. Pemahaman makna kandungan ayat dan hadis layaknya memang disederhanakan dan lebih kepada ketauladanan serta pembentukan lingkungan, tetapi tidak berarti menghilangkan penyajian yang lebih strategis dan sistematis tersebut.<br /><br />Pemikir al-Jazair kontemporer, Malik bin Nabi, menilai bahwa upaya para ulama menafsirkan al-Qur’an dengan metode tahlîlî itu, tidak lain kecuali dalam rangka upaya mereka dalam meletakkan dasar-dasar rasional bagi pemahamn akan kemu’jizatan al-Qur’an. Terlepas dari benar atau tidaknya pemikiran ini tentunya kemu’jizatan al-Qur’an tidak ditujukan kepada umat Islam. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan rumusan definisi mu’jizat dimana terkandung di dalamnya unsur tahaddî (tantangan), seorang muslim tidak perlu ditantang karena dengan keislamannya ia telah menerima.<br /><br />Terlepas dari keberhasilan metode tahlîlî atau tidak, yang jelas untuk masyarakat muslim sekarang ini belum merupakan persoalan yang mendesak. Penafsir yang menggunakan metode ini tidak jarang hanya berusaha menemukan dalil atau lebih tepat dalih pembenaran pendapatnya dengan ayat-ayat al-Qur’an. Selain itu terasa sekali bahwa metode ini tidak mampu memberi jawaban tuntas terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi sekaligus tidak banyak memberi pagar-pagar metodologis yang dapat mengurangi subyektifitas mufassirnya. Kelemahan lain metode Tafsir tahlîlî adalah sifat penafsirannya terlalu teoritis tidak sepenuhnya mengacu kepada penafsiran persoalan-persoalan khusus yang mereka alami dalam masyarakat.<br /><br />Beberapa keistimewaan metode maudhu’î, antara lain adalah sebagai berikut:<br /><br />a. Menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan Hadis Nabi adalah satu cara yang terbaik dalam menafsirkan al-Qur’an<br />b. Kesimpulan yang dihasilkan mudah dipahami<br />c. Dapat dibuktikan bahwa persoalan yang disentuh al-Qur’an bukan bersifat teoritis semata-mata dan atau tidak dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat (Shihab, 1996: 117).<br /><br />Seyogyanya bentuk penyajian al-Qur’an seirama dengan Hadis yakni secara tematik (maudhû’î) dalam hal pemahaman arti atau kandungannya serta penerapannya akan lebih baik, lebih memudahkan dan lebih menggairahkan siswa. Pemahaman al-Qur’an layaknya diambil dari ayat-ayat pendek yang berkaitan dengan tema Hadis dan layaknya ayat-ayat yang ada di sekitar surah-surah pendek atau ayat-ayat pendek yang ada dalam al-Qur’an. Atau sebaliknya adanya tema-tema tertentu yang ditetapkan kemudian disesuaikan ayat-ayat dan hadis-hadisnya untuk dikaji. Hal ini bukannya tidak mungkin, Fazlur Rahman (1996) sendiri menulis buku yang berjudul Major Themes of the Qur’an yang mengungkap delapan tema besar dalam al-Qur’an. Delapan tema tersebut adalah Tuhan, manusia sebagai individu, manusia sebagai anggota masyarakat, alam semesta, kenabian dan wahyu, eskatologi, setan dan kejahatan dan lahirnya masyarakat muslim.<br /><br />Guru juga bisa mengungkap tema-tema kscil dalam surah-surah pendek tersebut. Misalnya dalam salah satu tema Hadis tentang kebersihan dihubungkan dengan ayat pendek tentang kebersihan atau sebaliknya ada tema tentang berbuat baik kepada orang tua disebutkan ayat dan Hadisnya, demikian juga tema-tema lain. Guru harap dapat menyesuaikan bahan ajar al-Qur’an dan Hadis yang satu arah dan satu fokus dalam satu tema seperti tersebut sehingga memudahkan bagi siswa dalam menghayati kandungan al-Qur’an dan Hadis yakni dengan menggunakan metode maudhu’i tersebut. Materi al-Qur’an yang diberikan di MI sekarang ini lebih tepat dikatakan sebagai materi hapalan yang menekankan kepada hapalan anak, bukan pemahaman arti kandungnnya sebagaimana Hadis.<br /><br />Dari segi surah dan ayat yang dijadikan materi pembelajaran di MI, memang surah-surahnya pendek, demikian juga ayat-ayatnya. Hal itu sesuai dengan kesanggupan siswa MI yang baru belajar al-Qur’an. Namun, jika dilihat dari segi isi kandungannya surah-surah pendek ini tergolong surah Makiyah, isi kandungannya membahas tentang akidah dan keimanan. Sesuai dengan analisa Fazlur Rahman (1997: 37), bahwa sesungguhnya kesan paling kuat yang ditinggalkan al-Qur’an bukanlah berupa Tuhan yanag selalu mengawasi, merengut, dan menghukum—sebagaimana yang dibuat oleh orang-orang Kristen. Bukan pula gambaran seorang hakim utama sebagaimana ulama Fikih Islam. Tetapi suatu kehendak yang bertujuan dan terpadu, yang menciptakan tata tertib di alam semesta, sifat-sifat kekuasaan, kagungan, kewaspadaan, keadilan, dan kebijaksanaan adalah kesimpulan yang tepat dan dapat diambil dari keteraturan kosmos yang kreatif.<br /><br />Jika boleh dirumuskan, surah-surah pendek itu membahas akidah atau keimanan sedang Hadis-Hadisnya membahas tentang akhlak. Akidah sebagai dasar pertama dan utama bagi seseorang dalam beramal saleh atau berakhlak. Hal ini ditunjukkan dalam al-Qur’an di berbagai ayat disebutkan âmanû wa ‘amilû al-shâlihât, artinya beriman terlebih dahulu baru beramal saleh. Keimanan anak harus ditumbuhkan melalui bacaan al-Qur’an yang khusyu’, di samping melalui kajian isi kandungannya yang menyentuh hati siswa kemudian baru ditumbuhkan akhlaknya yang mulia.<br /><br />2. Sistematika Pembahasan<br /><br />Pemahaman ayat dan Hadis hendaknya melibatkan siswa secara bersama-sama (children centred) dengan pendekatan active learning mulai dari proses sampai kepada hasil pemahaman tidak terpaku pada buku pegangan saja. Bahkan hendaknya baik guru maupun murid melepas buku terlebih dahulu atau tutup buku terlebih dahulu setelah selesai pembelajaran baru murid diajak membuka buku bersama dan diajak memperhatikan isi buku untuk memperkuat keterangan yang telah disampaikan. Dengan demikian murid mengerti dan paham pelajaran yang disampaikan.<br /><br />Sistematika pembelajaran al-Qur’an Hadis disajikan secara aktif, misalnya sebagai berikut:<br /><br />1. Teks ayat atau Hadis;<br />2. Kosakata (mufradât) terbimbing, agar siswa mampu menerjemahkan sendiri;<br />3. Terjemahan secara mandiri;<br />4. Penjelasan kandungan;<br />5. Pelajaran yang dipetik dari kandungan (kesimpulan).<br /><br />Teks ayat atau Hadis ditulis di papan, white board atau di layar monitor. Tulisan hendaknya yang benar, berharakat, lurus garis dan indah, agar siswa terbiasa menulis yang benar dan indah. Siswa sering ditugasi menulis yang benar dan indah agar rajin berlatih, karena masih sering ditemukan seorang mahasiswa di Perguruan Tinggi Islam sekalipun masih belum bisa menulis dan membaca huruf al-Qur’an bahkan ada guru agama yang belum pandai menulis dan membaca huruf al-Qur’an.<br /><br />Kosa kata dimaksudkan arti kata yang dianggap sulit oleh siswa tidak seluruhnya dan tujuannya pembekalan kepada siswa agar mampu menerjemahkan teks tersebut secara mandiri dengan dibantu kosa kata ini. Di samping itu siswa diharapkan mampu mengartikan kata demi kata dalam teks, tidak hanya mampu menerjemahkan secara hapalan belaka. Oleh karena siswa perlu digiring bertanya andaikata masih didapatkan kosa kata yang belum dimengerti artinya.<br /><br />Terjemahan atau alih bahasa dapat dilakukan dengan mudah jika arti kosa kata dalam teks sudah dikuasai, di samping adanya kemampuan menyusun bahasa Indonesia dengan kalimat yang benar dan baik. Susunan bahasa Arab berbeda dengan susunan bahasa Indonesia, siswa harus diajak berkemampuan membedakannya. Misalnya, dalam Jumlah fi’liyah susunan kalimatnya, Prediket + Subjek + Objek (fi’il + fa’il + maf’ul), sedang dalam bahasa Indonesia susunan ini tidak populer. Susunan kalimat bahasa Indonesia yang populer adalah SPO (Subjek + Prediket + Objek/ fa’il + fi’il + maf’ul) . Misalnya dalam bahasa Arab:<br />قَرَأ مُحَمَّدٌ الْقُرْآنَ<br /><br />Susunan di atas terjemahan asalnya adalah membaca Muhammad al-Qur’an. Susunan kalimat ini dalam bahasa Indonesia sulit dipahami, sebaiknya diubah susunannya menjadi Muhammad membaca al-Qur’an dan kalimat inilah yang benar dalam bahasa Indonesia. Dalam al-Qur’an maupun Hadis banyak terdapat jumlah fi’lîyah seperti di atas. Misalnya dalam surah al-Fatihah: إِيَّاكَ نَعْبُدُ = diartikan Hanya kepada Engka kami menyembah. Asalnya Hanya kepada Engkau menyembah kami. Dasar-dasar terjemahan seperti ini mestinya sudah diberikan kepada murid-murid MI sesuai dengan tingkatan kelasnya.<br /><br />Penjelasan kandungan adalah uraian secara rinci dari matan Hadis atau dari ayat yang masih global terjemahannya. Uraian ini dimaksudkan memperjelas makna matan atau ayat dengan menghubungkan dengan kehidupan nyata yang dialami siswa atau dihubungkan dengan pengalaman, pengetahuan dunia nyata, kisah-kisah, dan perkembangan iptek dengan diberikan contoh-contoh yang kongkrit. Penjelasan hendaknya lebih luas, lebih dalam dan lebih terurai dilengkapi dengan latar belakang turunnya ayat atau surah (Asbâb al-Nuzûl) atau latar belakang datangnya Hadits (Asbâb wurûd al-hadîts) jika didapatkan dan sejarah sebagian pembawa atau periwayat Hadits jika memungkinkan.<br /><br />Pelajaran yang dipetik dengan menggali dari kandungan teks adalah teks ayat atau matan Hadis itu dapat dijadikan sebagai dalil atau dasar dalam penggalian tersebut (istinbâth). Pelajaran yang dipetik ini semacam penyimpulan induktif tetapi tendensius, karena harus didasarkan pada teks.<br />Guru profesional harus mampu mengembangkan persiapan mengajar yang baik, logis, dan sistematis, karena di samping untuk melaksanakan pembelajaran, persiapan tersebut mengemban profesional accountability, sehingga guru dapat mempertanggung jawabkan apa yang dilakukannya. Persiapan mengajar yang dikembangkan guru memiliki makna yang cukup mendalam; bukan hanya kegiatan rutinitas untuk memenuhi kelengkapan administratif, tetapi merupakan cermin dari pandangan, sikap, dan keyakinan profesional guru mengenai apa yang terbaik untuk peserta didiknya (Mulyasa, 2006: 80-82).<br /><br />3. Materi Hafalan dan Baca Tulis<br /><br />Pembelajaran al-Qur’an di MI terkesan hanya mengutamakan hapalan saja dan kurang analisis pemahaman, bahkan hafalan terjadi pada terjemahan, arti kandungan dan latihan baca tulis. Berbeda dengan Hadits yang mengutamakan pada pemahaman saja dan kurang dalam hapalan. Hal ini dapat dimaklumi karena pentingnya hafalan surah-surah pendek yang berlaku di masyarakat dan dibaca sehari-sehari baik dalam shalat maupun di luar shalat. Tetapi pemahaman ayat-ayat pendek juga lebih mudah dibanding pemahaman Hadis, sebagaimana menghafal hadis-hadis pendek bagaikan materi mahfûzhât dari kata mutiara atau kata hikmah. Keduanmya saling medukung dan saling melengkapi. Jika tidak demikian, akan sulit tercapai tujuan penghayatan dan penerapan ayat-ayat dan hadis-hadis Nabi dan akan lebih mudah menauladani dan pembiasaan dari guru tanpa materi al-Qur’an hadis. Hafalan pada surah-surah pendek memang perlu tetap dipertahankan sebagaimana yang ada tetapi tingkat pemahaman arti atau kandungan harus kreatif dan inovatif dalam meningkatkannya dengan cara baru untuk mencapai tujuan yang diinginkan.<br /><br />Hapalan surah-surah pendek memang penting, tetapi jangan membuat kelengahan dalam pembelajaran mengenal huruf, baca dan tulis. Banyak siswa yang hapal surah-surah pendek tetapi belum bisa membaca al-Qur’an. Ketika siswa disuruh memegang kalam untuk menunjuk huruf yang dibaca, kalamnya ke mana-mana tidak sesuai dengan huruf yang dibaca, padahal mereka terampil dan lancar hapalannya. Atau ketika disodorkan bacaan al-Qur’an surah-surah yang panjang seperti surah al-Baqarah tidak berbunyi. Ini suatu indikasi bahwa anak belum bisa atau belum menguasai bacaan huruf al-Qur’an. Guru bisa melatih murid-muridnya membaca tulisan yang ada di papan tulis atau white board dan atau di buku dengan cara menunjuk tulisan dengan kalam atau dengan petunjuk lain yang dapat digunakan.<br /><br />Pembelajaran awal yang paling esensial adalah pengenalan baca tulis huruf al-Qur’an. Karena bagaimanapun anak tidak bisa belajar al-Qur’an Hadis manakala tidak menguasai baca tulis huruf al-Qur’an. Oleh karena itu guru harus serius untuk memberantas buta baca tulis huruf al-Qur’an ini. Mulailah dari pengenalan yang sederhana secara sabar tetapi anak mengerti huruf, misalnya dari huruf satuan dan huruf kesatuan, mulai dari bongkar dan pasang huruf atau memisahkan dari persambungan dan menyambung dari huruf yang terpisah yang disebut metode Gestalt atau Gelobal dan lain-lain. Lakukan metode yang bervariatif seperti Iqra, Qira’ati, al-Baghdadi, al-Barqî dan lain-lain. Lakukan pula analisis metode mana yang lebih tepat dipakai untuk anak-anak tingkat dasar. Sekalipun dalam silabus al-Qur’an banyak hapalan, diharapkan hapalan yang paham bacaan bukan hapalan dari pendengaran. Akibatnya, banyak anak lulus MI tetapi masih belum bisa membaca huruf al-Qur’an. Menghapal yes, tetapi membaca no! Apalagi pemahaman arti dan mengaplikasikan dalam kehidupan akan lebih sulit dilakukan.<br /><br />4. Pembelajaran Ilmu Tajwid<br /><br />Pembelajaran Ilmu Tajwid sebaiknya menggunakan metode induktif (istiqrâ’î) lebih baik dari pada metode deduktif (istinbâthî) atau menggunakan metode campuran keduanya. Metode deduktif membuat siswa menghapal dan kurang analisis. Metode induktif akan lebih aktif karena siswa diajak ke dunia nyata apa yang dilihat, apa yang disaksikan, apa yang dirasakan dan apa yang ditemukan baru kemudian disimpulkan. Metode induktif adalah metode penyajian dari beberapa contoh kemudian dianalisis dan disimpulkan menjadi kaedah umum atau dari kasus-kasus yang khusus kemudian menjadi kaedah yang umum atau penyimpul rataan. Misalnya dalam pembelajaran Izhar dan Idgham, ajaklah membaca contoh-contoh berikut terlebih dahulu kemudian dianalisis dan disimpulkan:<br /><br />Izhar: Idgham:<br /><br />أَنْعَمْتَ مِنَ نِعْمَةٍ<br />يَنْهَى فَمَنْ يَعْمَلْ<br />وَانْحَرْ خَيْرٌمِّنْ<br />مِّنْ خَوْفٍ عَنْ رَبِّهِمْ<br />مِنْ عَلَقٍ لَهَبٍ( 3) وَامْرَأَتُهُ<br />مَنْ خَفَّتْ حَبْلُُ مِّن مَّسَدٍ<br />كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ رَسُوْلٌ مِّنَ اللهِ<br />نَارٌحَامِيَة يَوْ مَئِذٍ يَصْدُرُالنَّاسُ<br />… وَانْحَرْ خَيْرًا يَرَهُ<br />…… ……..<br /><br />Siswa diajak membaca yang benar, bagaimana perbedaannya antara bacaan kelompok kanan dan kelompok kiri, apa saja yang ditemukan. Nun sukun dan tanwin pada kelompok kiri dibaca jelas, nun sukun dibaca jelas dan tanwin juga dibaca jelas ketika bertemu dengan huruf ‘ain, ha, ha, dan kha, bacaan jelas itu disebut Izhar. Sedangkan kelompok kanan Nun sukun dan tanwin hilang bacaannya dan menyatu dengan huruf setelahnya ketika bertemu dengan huruf nun, ya, mim, ra, dan waw. Penyatuan bacaan nun sukun dan tanwin pada huruf setelahnya itulah disebut Idgham. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, apabila nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf ‘ain, ha, ha, dan kha dibaca jelas (Izhar) atau Izhar adalah apabila nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf ‘ain, ha, ha, dan kha. Apabila nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf nun, ya, mim, ra, dan waw dibaca penyatuan dengan huruf setelahnya disebut Idgham, atau Idgham adalah apabila nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf nun, ya, mim, ra, dan waw. Kesimpulan ini kemudian dijadikan suatu kaedah ilmu Tajwid atau definisi bacaan nun sukun dan tanwin.<br /><br />Sedangkan metode deduktif atau istinbathî adalah seperti yang umum dipakai mayoritas buku-buku Ilmu Tajwid di sekitar kita, yakni dari kaedah atau definisi terlebih dahulu kemudian diberikan contoh. Pemberian kaedah atau definisi ini bentuknya masih abstrak seolah masih di di dunia mimpi, maka perlu diajak ke dunia nyata dengan analisis induksi. Kelemahan metode deduktif di sini siswa cenderung hapal definisi dan contoh-contohnya tetapi kurang analisis yang tajam dan kurang dapat mengembangkannya, kecuali dengan menggunakan metode campuran.<br /><br />Tugas penelusuran atau pembedahan ilmu Tajwid bab tertentu dalam surah tertentu sangat penting dilakukan secara berulang-ulang untuk melatih kecerdasan anak mempraktikkan penerapannya ke lapangan, di samping bersifat pendalaman teori yang telah diberikan. Misalnya cari dan telusuri bacaan Ikhfa dalam surah al-Dhuha. Tugas seperti ini membuat siswa kreatif dan aktif dalam mengembangkan dan menerapkan pengetahuannya di lapangan di samping lebih efektif tidak menghabiskan jam pelajaran di kelas.<br /><br />5. Penerapan al-Qur’an Hadis dalam Kehidupan<br /><br />Penerapan ayat atau Hadis dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) akan lebih tepat karena materi pembelajaran tidak harus secara tekstual diberikan, akan tetapi melalui pemahaman sederhana dan pembiasaan serta ketauladanan seperti layaknya pendidikan agama Islam. Pendekatan CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajari, tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata (Sanjaya, 2008: 109-110).<br /><br />Tetapi dalam pembelajaran al-Qur’an Hadis diperlukan adanya tekanan tertentu yakni dengan menyertakan teks-teks ayat atau hadis dalam memberi ketauladanan sekalipun berbentuk penggalan-penggalan untuk memberikan motivasi pada saat guru memberikan ketauladan atau pembiasaan pada siswa, agar siswa dapat berinteraksi dengan al-Qur’an. Demikian ini dilakukan agar tambah kekhusyu’an membaca al-Qur’an dan untuk membedakan dengan mata pelajaran lain seperti pelajaran akidah akhlak, fikih, dan lain-lain. Sekalipun sebagian materi mata pelajaran lain seperti fikih dan akidah akhlak bersumberkan dari al-Qur’an Hadis, namun tidak seperti materi al-Qur’an Hadis yang secara langsung dikaji dan dipahami dari ayat-ayatnya atau Hadis.<br /><br />Metode pembelajaran al-Qur’an Hadis yang baik, sebagaimana metode Nabi dalam pembelajaran Sunah atau Hadis secara garis besar ada tiga kelompok, yaitu sebagai berikut:<br /><br />1. Pembelajaran secara verbal/lisan;<br />2. Pembelajaran secara tertulis (dikte/imlak);<br />3. Demontrasi secara praktis (A’zhami, 1992: 27).<br /><br />Pembelajaran secara verbal, Nabi biasanya mengulang-ulang inti masalah sampai tiga kali, agar memudahkan sahabat untuk memahami atau menghapal. Pembelajaran tertulis berupa penulisan wahyu dan Hadis bagi sahabat tertentu dan pengiriman surat kepada para raja untuk masuk Islam. Sedangkan pembelajaran demontrasi praktis adalah praktik beberapa ibadah, seperti sabda Nabi berikut ini: ikuti aku, shalatlah seperti aku shalat, dan seterusnya.<br /><br />Contoh penerapan al-Qur’an Hadis dalam kehidupan anak-anak. Misalnya guru membuang sampah pada tempatnya, diikuti siswa membuang sampah juga pada tempatnya dengan mengingat, Rasulullah SAW bersabda:<br /><br />الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ<br /><br />“Bersuci itu separuh dari iman,” (HR. Muslim).<br /><br />Atau ketika guru mengajak berwudhu bersama murid kareana akan membaca al-Qur’an atau karena akan shalat diringi membaca Hadis dan ayat al-Qur’an yang mendukung pembiasaan tersebut. Misalnya sambil membaca firman Allah:<br /><br />إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِين (البقرة : 222)<br /><br />“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang bersuci” (QS. Al-Baqarah/2 : 222).<br /><br />Ayat atau Hadis pendek tersebut adakalanya dibacakan di hadapan murid atau murid diajak membaca bersama dan mencatat ayat atau Hadis bagi yang belum hapal. Untuk memudahkan ingatan murid adakalanya Hadis dan ayat tersebut ditulis dalam bentuk kaligrafi yang menarik dan ditempel atau digantung di dinding sekitar kelas. Dengan menyebutkan ayat dan Hadis yang berkenaan dengan pekerjaan yang dilakukan murid bersama guru akan menambah keyakinan dan kekhusyu’an dalam menauladani guru dan akan berkesan untuk selamanya serta akan dapat menerapkan perbuatan yang sama baik dalam kelas maupun di luar kelas.<br /><br />Simpulan<br /><br />Pembelajaran al-Qur’an Hadis di Madrasah Ibtidaiyah memang komplek permasalahannya, karena kenyataannya tidak sekedar pembelajaran al-Qur’an Hadis saja, tetapi juga belajar baca tulis huruf Arab (huruf al-Qur’an), kaligrafi Arab (khath dan imlak), pelajaran tajwid, Ilmu Hadis dan Ilmu al-Qur’an, Tafsir, tahfîzh dan lain-lain. Dengan ragam pembelajaran ini guru dituntut berhasil mengantar siswa mencapai tujuan yang ingin dicapai. Guru harus pandai menyajikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan active learning dengan pendekatan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Guru hendaknya mampu menggunakan metode yang tepat dan variatif sehingga tidak menjemukan atau tidak membosankan.<br /><br />Dalam pembelajaran terhadap siswa MI guru menjadi figur sentral yang diikuti dan ditauladani murid, baik dari sikap, tingkah laku, perkataan dan perbuatan. Sesuai dengan perkembangan anak, masa social imitation atau masa menyontoh, ketauladanan guru selalu diikuti anak. Artinya, guru harus banyak bacaan agar mempunyai wawasan keilmuan, sehingga siswa terbentuk dengan baik dan tercapai tujuan yang ingin dicapai. Guru harus lebih dahulu hapal surah-surah atau hadis-hadis pendek ketika murid-muridnya ditugasi menghapal surah-surah tersebut. Guru juga harus mampu menterjemahkan atau mengartikan ayat-ayat Quran dan Hadis terlebih dahulu sebelum anak murid diberi tugas hal tersebut. Guru harus fasih bacaannya bermakhraj dan bertajwid sehingga dapat diikuti anak-anak muridnya dengan benar dan seterusnya. Guru MI adalah pembentuk lidah Qur’an pertama, sebagaimana pembentuk pribadi dan karakter awal.<br /><br />Daftar Pustaka<br /><br />A’zhamy, Al-, M.M. (1992). Metodologi Kritik Hadis. Terjemahan A. Yamin. Jakarta: Pustaka Hidayah.<br />Humam, A. (2000). Buku Iqra; Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an. Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional. Edisi Revisi.<br />Mulyasa, E. (2006). Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. 4.<br />Munadi, Y. dan Hamid, F. (2009). Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Jakarta: FITK UIN Jakarta.<br />Nawawy, Al-. (t.th). Shahîh Muslim bi Syarh al-Nawawy. Indonesia: Maktabah Dakhlan.<br />Nicholl, C.R. dan Malcom J. (2002). Accelereted Learning for The 21S Century. Terjemahan Dedy Ahimsa. Bandung: Nuansa.<br />Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20. Jakarta: 11 Juni 2003.<br />Qardlâwî, Al-. Y. (1994). Kayf Nata’âmal Ma`a al-Sunnah al-Nabawîyah. Mesir: Dâr al-Wafâ. Cet. Ke-7.<br />Rahman, F. (1996). Tema Pokok al-Qur’an. Terjemahan Anas Mahyudin. Bandung: Pustaka. Cet. 2.<br />Rahman, F. (1997). Islam. Terjemahan Ahsin Muhammad. Bandung: Pustaka. Cet. 3.<br />Sanjaya, W. (2008). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cet. 3.<br />Shihab, M.Q. (1996). Membumikan al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.<br />Tafsir, A. (2008). Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam. Bandung: Maestro.<br />Umam, K. (2008). al-Qur’an Hadits, kelas 1–6. Semarang: Thaha Putra.<br /><br />Abdul Majid Khon, dosen Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta. E-mail: majid_khon@yahoo.co.id.<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-55318560552912272672010-08-18T10:28:00.000-07:002010-08-18T10:30:45.963-07:00Qur'an dan Ilmu PengetahuanQur'an dan Ilmu Pengetahuan<br /><><><><><><><><><><> <> <br />________________________________________<br />A. Pengertian Al-Qur'an <br />________________________________________<br />Al-Qur'an adalah kitab suci yang diturunkan Allah Swt, Tuhan alam semesta, kepada Rasul dan NabiNya yang terakhir, Muhammad Saw melalui malaikat Jibril as untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia sampai akhir jaman. <br />Al-Qur'an berarti bacaan, nama-nama lain dari kitab suci ini adalah Al-Furqaan (Pembeda), Adz Dzikir (Pengingat) dan lain-lain, tetapi yang paling terkenal adalah Al-Qur'an. <br />Sebagai kitab suci terakhir, Al-Qur'an bagaikan miniatur alam raya yang memuat segala disiplin ilmu, Al-Qur'an merupakan karya Allah Swt yang Agung dan Bacaan mulia serta dapat dituntut kebenarannya oleh siapa saja, sekalipun akan menghadapai tantangan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin canggih (sophisticated). <br />Kata pertama dalam wahyu pertama (The First Revelation) bahkan menyuruh manusia membaca dan menalari ilmu pengetahuan, yaitu Iqra'. <br />Adalah merupakan hal yang sangat mengagumkan bagi para sarjana dan ilmuwan yang bertahun-tahun melaksanakan penelitian di laboratorium mereka, menemukan keserasian ilmu pengetahuan hasil penyelidikan mereka dengan pernyataan -pernyataan Al-Qur'an dalam ayat-ayatnya. <br />Setiap ilmuwan yang melakukan penemuan pembuktian ilmiah tentang hubungan Al -Qur'an dengan ilmu pengetahuan akan menyuburkan perasaan yang melahirkan keimanan kepada Allah Swt, dorongan untuk tunduk dan patuh kepada Kehendak-Nya dan pengakuan terhadap Kemaha Kuasaan-Nya. <br />Tidak pada tempatnya lagi orang-orang memisahkan ilmu-ilmu keduniawian yang dianggap sekuler, seperti ilmu-ilmu sosial dengan segala cabangnya, dengan ilmu -ilmu Al-Qur'an. Para ilmuwan dapat sekuler, tetapi ilmu tidak sekuler. <br />Bila penyelidikan tentang alam raya ini adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta Alam Raya ini tidak ilmiah. Bila percampuran dan persenyawaan unsur-unsur adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta setiap unsur itu tidak ilmiah. <br />Begitu pula pembicaraan hal-hal kenegaraan adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta perbedaan watak individu yang menjadikan beraneka ragam ideologi tidak ilmiah. <br />Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, sehingga bahasa Arab menjadi bahasa kesatuan umat Islam sedunia. Peribadatan dilakukan dalam bahasa Arab sehingga menimbulkan persatuan yang dapat dilihat diwaktu 'shalat-shalat massal' dan ibadah haji. <br />Selain daripada itu, bahasa Arab tidak berubah, sangat mudah diketahui bila Al -Qur'an hendak ditambah atau dikurangi, banyak orang yang buta huruf terhadap bahasa nasionalnya, tetapi mahir membaca Al-Qur'an bahkan sanggup menghafal Al -Qur'an keseluruhan. <br />Al-Qur'an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat (QS. 68:52), sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah peringatan bagi seluruh umat (QS. 38:87), petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. 2:2), korektor dari semua kitab sebelumnya yang telah terdistorsi (QS. 5:48). <br />Al-Qur'an dalam bahasa Arab mempunyai gaya tarik dan keindahan yang deduktif.<br />Didapatkan dalam gaya yang singkat dan cemerlang, bertenaga ekspresif, berenergi eksplosif dan bermakna kata demi kata. (Dr. John Maish MA, The Wisdom Of The Koran. Oxford 1937) <br />________________________________________<br />B. Pengertian Ilmu <br />________________________________________<br />Bila seseorang memiliki pengertian (understanding) atau sikap (attitude) tertentu, yang diperolehnya melalui pendidikan dan pengalaman sendiri, maka oleh banyak orang dianggap yang bersangkutan tahu atau berpengetahuan. <br />Begitu juga bila seseorang memiliki ketrampilan atau ketangkasan (aptitude) yang diperolehnya melalui latihan dan praktek, maka kemampuan tersebut disebut kebiasaan atau keahlian. <br />Namun keahlian atau kebiasaan ini, sekalipun karena keterbiasaan melakukan sesuatu, juga karena yang bersangkutan sebelumnya tahu itu adalah tahu mengerjakan (know to do), tahu bagaimana (know how) dan tahu mengapa (know why) sesuatu itu. <br />Jadi sekalipun menurut Peter Drucker (The Effective Executive), kebiasaan yang berurat berakar yang tanpa dipikirkan (in thinking habit) telah menjadi kondisi tak sadar (reflex condition), tetap sebelumnya harus merupakan pengetahuan yang dipelajari dan dibiasakan. <br />Tetapi E.J. Gladden dalam bukunya "The Essentials of Public Administration" menganggap ilmu sama dengan ketrampilan, hanya ketrampilan diperoleh melalui latihan dan belajar. <br />Sekarang sebenarnya dimana letaknya ilmu ?<br />Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, sebaliknya, setiap pengetahuan belum tentu ilmu.<br />Untuk itu ada syarat-syarat yang membedakan ilmu (Science) dengan pengetahuan (knowledge), yaitu sbb: <br />Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudirdjo, Administrasi dan Management Umum 1982, Ilmu harus ada obyeknya, terminologinya, metodologinya, filosofinya dan teorinya yang khas. <br />Menurut Prof. Dr. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985, Ilmu juga harus memiliki obyek, metode, sistimatika dan mesti bersifat universal. <br />Menurut Prof. Dr. Sondang Siagian, Filsafat Administrasi 1985 : <br />Ilmu pengetahuan dapat didefenisikan sebagai suatu obyek ilmiah yang memiliki sekelompok prinsip, dalil, rumus yang melalui percobaan yang sistimatis dilakukan berulang kali telah teruji kebenarannya, prinsip-prinsip, dalil-dalil dan rumus-rumus mana dapat diajarkan dan dipelajari. <br />Menurut Prof. Drs. Sutrisno Hadi, Metodologi Reserach 1 1969 : <br />Ilmu pengetahuan sebenarnya tidak lain adalah kumpulan dari pengalaman -pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangunan yang teratur. <br />Dari pendapat2 diatas terlihat bahwa ilmu pengetahuan itu kongkrit sehingga dapat diamati, dipelajari dan diajarkan secara teratur, teruji, bersifat khas atau khusus, dalam arti mempunyai metodologi, obyek, sistimatika dan teori sendiri. <br />Disamping itu dalam pengajian ilmu-ilmu agama Islam, sementara ini meliputi antara lain yaitu berbagai ilmu Nahwu (seperti persoalan Fi'il dan Ijim), berbagai ilmu Tafsir (seperti tafsir Hadits dan Al-Qur'an dengan persoalan Nasikh, Mansukh, Mutasyabih, Tanzil dan Ta'wil), berbagai ilmu Tajwid (pronunciation), Qira'ah dan Balaghah (seperti Bayan, Ma'ani dan Badii), berbagai ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih, berbagai ilmu Hadits (seperti kandungan dan perawi Hadits), berbagai ilmu tasawuf (seperti pengetahuan tentang Sufi, Tarekat, Mistisme dalam Islam, Filsafat Islam), berbagai ilmu Qalam (bentuk huruf Al -Qur'an), berbagai ilmu Arudh (poets) atau syair-syair Al-Qur'an dan berbagai ilmu Sharf (grammar, kata-kata dan morfologinya). <br />Pembagian fakultas dan jurusan yang ada pada perguruan tinggi Islam seperti IAIN, kita temui Fakultas Syariah (meliputi Tafsir baik Al-Qur'an sendiri maupun Al -Hadits, Perbandingan Mahzab, Bahasa Arab), Tarbiyah (meliputi Pendidikan Agama Islam, Bahasa Arab dan lain-lain), Ushuluddin meliputi Perbandingan Agama (muqdranatul addien), bahasa Arab dan lain-lain, Fakultas Adab dan Fakultas Da'wah. <br />Hal ini adalah karena pengetahuan keIslaman itu sendiri digolongkan atas Ibadah (yaitu tata cara peribadatan kepada Allah, dalam arti hubungan manusia dengan Allah atau Hablum Minallah, Muamalah (tata cara pergaulan sesama manusia, dalam arti hubungan antar manusia atau Hablum Minannas), persoalan Munakahaat dan persoalan Jinayaat. <br />Dalam Al-Qur'an ada lebih dari 854 ayat-ayat yang menanyakan mengapa manusia tidak mempergunakan akal(afala ta'kilun), yang menyuruh manusia bertafakur/memikirkan (tafakurun) terhadap Al-Qur'an dan alam semesta serta menyuruh manusia mencari ilmu pengetahuan. <br />Jadi kata yang identik dengan akal dalam Al-Qur'an tersebut 49 kali seperti kala Yatadabbarun dan Yatazakkarun, kata yang menganjurkan manusia menjadi ahli pikir, para sarjana, para ilmuwan dan para intelektual Islam (ulul albab) dalam Al -Qur'an disebut 16 kali, sehingga jumlah keseluruhan diatas adalah lebih kurang 854 kali. <br />Beberapa diantaranya adalah sbb : <br />"...Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui" (QS. 16:43) <br />"Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al-Qur'an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami.." (QS. 7:52) <br />"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang yang berilmu." (QS. 29:43) <br />"Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. 58:11) <br />"Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan." (QS. 16:44) <br />"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang -bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (memikirkannya)." (QS. 16:12) <br />"Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (QS. 39:9) <br />"...Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:"Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal." (QS. 3:7) <br />"Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal."<br />(QS. 39:18) <br />"...Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (QS. 2:197) <br />"...Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka<br />berfikir." (QS. 59:21) <br />________________________________________<br />C. Al-Qur'an dan penelitian Ilmiah <br />________________________________________<br />Penelitian dapat dilakukan dalam segala disiplin ilmu, jadi tempat penelitian/laboratorium bukan hanya milik ilmu kedokteran yang meneliti dan mengamati kegiatan bakteri, dan bukan juga hanya milik ilmu kimia yang meneliti dan mengamati reaksi zat-zat yang dicampur di tabung reaksi. <br />Tetapi juga milik ilmu-ilmu lain, sehingga dikenal sekarang adanya laboratorium bahasa, laboratorium pemerintahan, laboratorium politik dsb. <br />Istilah yang menyebutkan 'Lain teori lain pula prakteknya' tidak tepat lagi karena teori dan pendapat ilmiah dari seorang ahli itu muncul setelah ybs melakukan penelitian, dengan demikian selalu didukung oleh kenyataan empiris. Meskipun kadang-kadang teori itu spekulatif namun demikian teori itu dekat dengan kenyataan. <br />Tujuan teori yaitu secara umum mempersoalkan pengetahuan dan menjelaskan hubungan antara gejala-gejala sosial dengan observasi yang dilakukan. <br />Teori juga bertujuan untuk meramalkan fungsi dari pada gejala-gejala sosial yang diamati itu berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang secara umum telah dipersoalkan oleh teori. <br />Dalam berbagai model penelitian untuk menemukan kebenaran ilmiah, ada yang memakai hipotesa, yaitu untuk penelitian yang uji hipotesa atau disebut juga penelitian analisis verifikatif, namun ada pula yang non hipotesis, seperti penelitian deskriptif, yang terdiri dari deskriptif developmental dan deskriptif eksploratif dan lain-lain. <br /><br /> Teori<br /> Konsep <-------------------------------------> Konsep<br /> | |<br /> | |<br />Operasionalisasi Operasionalisasi <br /> | |<br /> V V<br />Variabel <-------------------------------------> Variabel<br /> Hipotesis<br /><br />(Sumber: Dr. Talizidulu Ndraha, Disain Riset dan Teknik Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, 1987, yang menerangkan kedudukan Hipotesis terhadap Teori) <br />Hipotesa harus dibuktikan, tidak dapat menjadi praduga dan persangkaan belaka. <br />Bila tidak dibuktikan dan diuji, sipeneliti sudah barang tentu tidak mengetahui sejauh mana kebenaran ilmiahnya. <br />Hal ini bersesuaian dengan apa yang di Firmankan Allah dalam Al-Qur'an sbb: <br />"Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran." (QS. 53:28) <br />"...dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja."<br />(QS. 45:24) <br />Kata "persangkaan" dan "Duga-duga" dalam ayat diatas berarti hipotesa yang harus diuji dan dibuktikan kebenaran ilmiahnya. <br />Pada gambar yang telah saya cantumkan, menunjukkan hubungan antara variabel dengan hipotesa. Dari dua atau lebih variabel dapat dibuat hipotesa untuk penelitian analisis verifikatip. <br />Penelitian analisis verifikatip ditandai dengan penempatan kata "Pengaruh" atau "Peranan" didepan variabel bebas, selanjutnya memerlukan perhitungan statistik untuk menentukan ramalan (prediction) perubahan variabel tergantung, atas tindakan yang sudah dilakukan variabel bebas. <br />Sehingga antara variabel dengan variabel tergantung diletakkan kata "Terhadap" dan "Dalam" sebagai penghubung, misalnya : <br />1. Pengaruh Promosi ASI terhadap berkurangnya penderita diare pada anak. <br />2. Peranan Administrasi Pemerintahan Desa dalam Pembangunan Desa. <br />Lebih rendah gradiasinya dari pemakaian kata "Pengaruh" dan "Peranan" dipakai kata "Hubungan" dengan meletakkan kata "Dengan" sebagai penghubung, misalnya : <br />1. Hubungan disiplin Islam secara mendasar dengan berkurangnya tindak kejahatan. <br />2. Hubungan pengarsipan dengan pengambilan keputusan. <br />Variabel dibagi menjadi sub-sub variabel, untuk masing-masing dapat diuji sebagai hipotesa minor. <br />Penelitian2 seperti apa yang diuraikan diatas, baik analisis verifikatip maupun deskriptif (developmental atau eksploratif) dan lain-lain, sangat diperlukan oleh setiap cendikiawan dan intelektual Muslim, sebagai<br />realisasi Firman Allah sbb : <br />"Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfa'at tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman"." (QS. 10:101) <br />Kata "Perhatikanlah" dapat ditafsirkan sebagai "Lakukanlah Penelitian" karena merupakan perintah untuk para ilmuwan untuk lebih mendalami dan melakukan penelitian dibidang disiplin ilmunya masing-masing.<br />Dengan demikian ayat tersebut dapat lebih jauh ditafsirkan sbb : <br />Lakukanlah penelitian dilaboratorium2 berbagai disiplin ilmu pengetahuan, terhadap apa yang ada dan terjadi dari alam raya sampai pada dasar bumi. <br />Jika tidak, maka tidak akan bermanfaat bagi manusia tanda-tanda kebesaran Allah Rabbul 'Alamin, dan Rasul-rasulNya yang memberi peringatan, yaitu bagi orang -orang yang tidak mempergunakan akal pikirannya dan memiliki keyakinan akan kebesaran agama Islam. <br />Nabi Muhammad Saw sendiri juga memerintahkan agar umat Islam melakukan penelitian dan beliau juga menyebut-nyebut tentang ilmu pengetahuan sebagaimana diriwayatkan hadits-hadist berikut ini : <br />"Mencari ilmu pengetahuan itu wajib bagi setiap Muslimin dan Muslimat" <br />"Tuntutlah ilmu pengetahuan sejak dari buaian sampai keliang lahad." <br />"Bahwasanya ilmu itu menambah mulia bagi orang yang sudah mulia dan meninggikan seorang budak sampai ketingkat raja-raja." <br />"Apabila wafat seorang anak Adam, putuslah amal perbuatannya, kecuali tiga perkara, yaitu Ilmu yang membawa manfaat, sedekah Jariyah dan doa anak yang saleh." <br />"Tidak wajar bagi orang yang bodoh berdiri atas kebodohannya, dan tidak wajar bagi orang yang berilmu berdiam diri atas ilmunya." <br />"Yang binasa dari umatku ialah, orang berilmu yang zalim dan orang beribadah yang bodoh. Kejahatan yang paling jahat ialah kejahatan orang yang berilmu dan kebaikan yang paling baik ialah kebaikan orang yang berilmu." <br />"Jadilah kamu orang yang mengajar dan belajar atau pendengar atau pencinta ilmu, dan janganlah engkau jadi orang yang kelima (tidak mengajar, tidak belajar, tidak suka mendengar pelajaran dan tidak mencintai ilmu), nanti kamu akan binasa" <br />"Barang siapa menghendaki dunia, maka dia harus mencapainya dengan ilmu. Barang siapa menghendaki akhirat, maka dia harus mencapainya dengan ilmu. Dan barang siapa menghendaki keduanya, maka dia harus mencapainya dengan ilmu." <br />"Ma'rifat adalah modalku, akal pikiran adalah sumber agamaku, cinta adalah dasar hidupku, rindu adalah kendaraanku, berdzikir adalah kawan dekatku, keteguhan adalah perbendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu adalah senjataku, ketabahan adalah pakaianku, kerelaan adalah sasaranku, faqr adalah kebanggaanku, menahan diri adalah pekerjaanku, keyakinan adalah makananku, kejujuran adalah perantaraku, ketaatan adalah ukuranku, berjihad adalah perangaiku, hiburanku adalah dalam bersembahyang." <br />________________________________________<br />Al-Qur'an sebagai dasar Ilmu <br />________________________________________<br />Al-Qur'an dengan ilmu-ilmu Eksakta <br />1. Ilmu kesehatan Anak. <br />Dalam pidato pengukuhan gelar Guru Besar mata pelajaran ilmu kesehatan dan anak pada fakultas Kedokteran Universitas Airlangga di Surabaya, Prof. dr. Haroen Noerasid menyampaikan bahwa dalam keadaan diare sekalipun seorang bayi tetap boleh minum air susu ibu (ASI). Karena air susu ibu merupakan susu alamiah yang paling baik terutama untuk bayi yang baru lahir, lebih-lebih bila bayi tersebut prematur. <br />Dengan menyusu pada ibunya, bayi yang baru lahir mendapat air susu ibu yang mengandung colostrum, yang mengakibatkan bayi tersebut jarang terserang infeksi, terutama infeksi pada usus. <br />Pengamatan membuktikan bahwa air susu ibu yang diterima bayi akan melindungi bayi tersebut dari infeksi usus dan anggota badan lainnya. <br />Selanjutnya dr. Haroen Noerasid yang mengepalai Laboratorium/UPF Ilmu Kesehatan anak dan kepala seksi gastroenterologi anak RSUD dr. Soetomo Surabaya tersebut menjelaskan bahwa air susu ibu tidak perlu diragukan baik harganya maupun faedahnya. <br />Air susu ibu adalah susu yang paling gampang diperoleh, kapan saja dan dimana saja. Lebih instant dari susu yang manapun juga serta dapat diberikan secara hangat dengan suhu yang optimal dan bebas kontaminasi. <br />Statistik menunjukkan bahwa morbiditas (angka keadaan sakit pada suatu tempat) karena infeksi pada saluran pernafasan dan pencernaan bayi yang diberi susu ibu, lebih jarang dan sedikit terjadi dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula, oleh karena sering tercemar atau tidak memenuhi kebutuhan. <br />Di Philipina, sejak digalakkannya promosi air susu ibu, yang dilaporkan CLAVANO pada tahun 1981 dengan rawat gawat dan larangan kampanye susu formula, dirumah -rumah sakit dijumpai penurunan yang dramatis kejadian infeksi (terutama diare) dari 15% menjadi 1.5%. <br />Dari segi lain, pemberian air susu ibu juga menguntungkan bagi ibu-ibu, oleh karena berfungsi untuk merenggangkan kelahiran anak. (Prof. Dr. Haroen Noerasid. Penanggulangan Diare pada anak dalam rangka pelaksanaan sistem kesehatan nasional, Unair Surabaya 1986 hal. 11 s/d 12). <br />Segala apa yang diuraikan oleh dr. Haroen tersebut diatas bersesuaian dengan pernyataan Al-Qur'an yang telah diturunkan empat belas abad yang lalu. <br />Kendati Nabi Muhammad Saw tidak pernah kuliah pada satu fakultas kedokteranpun atau melakukan penelitian di laboratorium kesehatan, bahkan sebagaimana diketahui beliau dikenal sebagai seorang yang ummi sama sekali. <br />Selain dari itu, Al-Qur'an juga menentukan lamanya seorang bayi menyusu dengan air susu ibu, dan kemungkinan bagi bayi untuk disusukan kepada ibu-ibu lain sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut : <br />"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang itu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. <br />Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. 2:233) <br />Agama Islam memberikan penghormatan besar kepada para ibu-ibu susuan ini, bahkan bila telah sama-sama dewasa, anak kandung dari ibu yang pernah menyusukan seseorang, maka tidak boleh menikah dengan sianak yang pernah disusukan tersebut. <br />Sejarah Islam mencatat bagaimana Nabi Muhammad Saw menghargai saudara-saudaranya sesusuan, dan menganggap mereka sebagai saudara kandung (Hamzah, Singa Gurun Pasir adalah salah satunya). <br />Hubungan2 Al-Qur'an dengan ilmu pengetahuan ini yang menjadikan salah satu bukti bahwa Al-Qur'an bukan berasal dari karangan Nabi Muhammad Saw tetapi berasal dari Allah Swt, Tuhan semesta alam sebagai sumber segala ilmu. Lebih jauh hak tersebut memperbanyak pemikir Islam semakin yakin dan semakin mempertebal keimanan dan keislaman. <br />Ayat-ayat lain selain ayat 233 Surah Al-Baqarah tersebut tentang ASI dan penyapihan adalah sbb : <br />"Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui (nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?" (QS. 28:12) <br />"...kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu), dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya." (QS. 65:6) <br />"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan..." (QS. 46:15) <br />"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS. 31:14) <br />Nabi Muhammad Saw didalam menjalankan misi kenabiannya, telah diberi oleh Allah beberapa mukjizat. Sebab mukjizat itu perlu dimiliki oleh setiap nabi untuk menunjukkan kekuasaan Allah kepada orang-orang kafir yang menentangnya. <br />Namun semua mukjizat itu atas izin Allah, bukan buatan nabi itu sendiri, bahkan mukjizat yang telah diberikan kepada nabi Muhammad Saw adalah paling unggul dibanding mukjizat para nabi sebelumnya. <br />Tetapi, bagaimana juga, Islam melarang melebihkan atau mengkultuskan nabi Muhammad Saw dari nabi-nabi sebelum beliau. <br />Mukjizat itu ada dua macam : <br />1. Mukjizat Hissiyah<br />Mukjizat ini mudah ditangkap oleh indera manusia.<br />Mukjizat semacam ini diberikan oleh Allah kepada semua nabiNya. Nabi Muhammad Saw juga menerima mukjizat jenis ini. <br />Seperti tongkat Musa bisa berubah menjadi ular raksasa dan bisa membelah laut. Nabi Ibrahim tidak hangus ketika dibakar oleh kaumnya, Nabi Isa putra Maryam dapat memberi makan banyak orang yang kelaparan hanya dengan beberapa potong roti dan seekor ikan. <br />Nabi Muhammad Saw dapat memberi minum ratusan kaum Muslimin yang sedang kehausan, dengan memancarkan air dari tangannya yang mulia itu, membuat makanan tidak pernah habis ketika dimakan oleh banyak sahabatnya didalam beberapa kali pertemuan, dsb. <br />Mukjizat seperti ini mudah dilihat oleh mata kepala tanpa ilmu apapun. <br />2. Mukjizat Maknawiyah atau Aqliyah<br />Mukjizat ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang berilmu atau intelektual, yang ini hanya diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. <br />Dan yang mampu menilai keagungan mukjizat ini hanyalah orang-orang yang memiliki disiplin ilmu pengetahuan atau orang yang mau mencari sosok kebenaran itu dengan menggunakan akal pikirannya untuk berpikir. <br />Beberapa tahun yang lalu, pernah diselenggarakan pameran Islam di London Inggris.<br />Salah satu benda yang dipamerkan adalah sebuah kaligrafi Al-Qur'an surah Az -Zumar : <br />God created you in the wombs of your mothers,<br />creation after creation,<br />in a threefold gloom. <br />Arti bahasa Indonesianya : <br />Allah menciptakan kamu didalam perut ibumu<br />Tahap kejadian demi tahap kejadian<br />Didalam gelap yang tiga <br />Lalu masuklah seorang ahli bedah kandungan bangsa Inggris non-Muslim.<br />Setelah melihat benda-benda yang dipajang, akhirnya ia melihat kaligrafi tersebut.<br />Ia tidak mengerti huruf kaligrafi itu, tetapi setelah membaca terjemahannya, dia merasa heran dan sangat mengaguminya. <br />Sebagai ahli kandungan, dia mengetahui bahwa bayi yang terdapat dalam rahim ibu dilindungi oleh tiga selaput halus tetapi kuat. <br />Selaput itu adalah Amnion Membrane, Decidua Membrane dan Chorion Membrane. <br />Dokter ini terpesona karena mengetahui bahwa ayat yang dilihat itu diturunkan oleh Allah sekitar 1.400 tahun yang lalu, disaat Eropa dan Amerika masih tenggelam dalam kebodohan. <br />Sedangkan Muhammad yang buta huruf, berkat adanya wahyu itu, bisa menerangkan keadaan bayi dalam kandungan, sebagaimana hasil penemuan para ahli kedokteran dimasa sekarang. <br />"Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang berbuat demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan." (QS. 39:6) <br />"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa."<br />(QS. 2:2) <br />"(Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa." <br />(QS. 3:138) <br />"Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mu'min, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (al-Qur'an)"<br />(QS. 4:162) <br />"...keterangan-keterangan (mu'jizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan"<br />(QS. 16:44) <br />________________________________________<br />Ilmu Falak <br />________________________________________<br />Sesuatu ayat Al-Qur'an diturunkan selain untuk meng-Esakan Allah, juga untuk memberikan peraturan (syari'at) dan untuk lain-lain, diantaranya juga untuk memperkenalkan isi alam raya ini kepada manusia, jauh sebelum para ilmuwan menemukan rahasianya. <br />Hal ini sesuai dengan fungsi penurunan Al-Qur'an & diutusnya nabi Muhammad Saw sendiri yang membawa rahmat kepada seluruh alam : <br />"Dan kamu (wahai Muhammad) sekali-kali tidak meminta upah kepada mereka (terhadap seruanmu ini), itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam." (QS. 12:104) <br />"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. 21:107) <br />"Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam." (QS. 38:87) <br />Dr. Maurice Bucaille, dalam bukunya Bibel, Qur'an dan Sains Modern menyayangkan penterjemahan Al-Qur'an yang kurang memperhatikan segi ilmiahnya. Penterjemahan Al-Qur'an selama ini biasanya hanya cenderung memperhatikan sisi sastranya saja. <br />Sebagai contoh ayat berikut ini : <br />"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. 39:5) <br />Kata menutupkan dalam surah Az-Zumar diatas, berasal dari kata 'Kawwiru'.<br />Oleh para penterjemah Al-Qur'an di Indonesia kata 'Kawwiru' ini diterjemahkan dengan berbagai arti yang beraneka ragam. <br />Berikut menurut masing-masing penterjemah yang berusaha mengartikan kata 'Kawwiru' : <br />Menurut Bachtiar Surin dalam 'Terjemahan Al-Qur'an' mengartikan 'Kawwiru' dengan kata 'Menyungkupkan'. <br />Departemen Agama RI didalam Al-Qur'an terjemahannya mengartikan 'Kawwiru' dengan kata 'Menutupkan'. <br />Menurut H. Oemar Bakry dalam 'Tafsir Rahmat' mengartikan 'Kawwiru' dengan kata 'Mengganti'. <br />Menurut A. Hassan dalam 'Tafsir Al Furqan' mengartikan kata 'Kawwiru' dengan kata 'Putarkan'. <br />Menurut H.B. Jassin dalam 'Bacaan Mulia' mengartikan 'Kawwiru' sebagai 'Mengalihkan'. <br />Menurut K.H. Ramli dalam 'Al Kitabul Mubin Tafsir AlQur'an Bahasa Sunda' mengartikan 'Kawwiru' dengan 'Muterkeun' atau 'Ngagulungkeun' (Dalam bahasa Indonesia berarti memutarkan atau menggulungkan). <br />Menurut Prof. Dr. Hamka dalam 'Tafsir Al Azhar' mengartikan kata 'Kawwiru' dengan kata 'Menutupkan' (sama seperti Depag). <br />Menurut H. Fachruddin HS dan H. Zainuddin Hamidy dalam 'Al-Quran dan Terjemahan Bahasa Indonesia' mengartikan kata 'Kawwiru' dengan kata 'Dijadikan-Nya'. <br />Menurut hal-hal tersebut diatas menunjukkan keutamaan Al-Qur'an, yaitu andaikata dalam setiap terjemahan Al-Qur'an tidak ditemukan lagi teks aslinya dalam bahasa Arab, penterjemahan akan semakin menjauh. <br />Tetapi Al-Qur'an walaupun terjemahan disesuaikan dengan cerita, situasi dan kondisi cerita secara fleksibel, orang-orang masih dapat memeriksa masing-masing kata tersebut dengan melihat aslinya, Kitab Suci Al-Qur'an dalam bahasa Arab tersebut, dan menguraikannya secara harfiah. <br />Bucaille menganggap bahwa hanya R. Blachere yang paling tepat menterjemahkan kata 'Kawwiru' kedalam bahasa Prancis, yaitu kata 'Enrouler' (Menggulung). <br />Memang arti lain daripada kata ini ada, namun arti yang sebenarnya adalah serban bulat yang biasanya dipakai oleh orang-orang Arab dengan menggulungkan kain tersebut berputar-putar kekepala mereka. <br />Jadi sebagaimana kita ketahui bahwa 'Malam' disebabkan oleh keadaan bumi membelakangi matahari sehingga gelap, sedangkan 'siang' disebabkan oleh keadaan bumi menghadapkan tanah tempat kita berpijak kepada matahari sehingga terang benderang. <br />Pergantian2 siang dan malam berputar-putar ini diibaratkan serban orang Arab yang berputar-putar dikepala, ini tampak terlihat bila kita berada pada pesawat ruang angkasa yang sedang meninggalkan ataupun sedang kembali kebumi. <br />Dengan begitu, melalui potongan ayat 5 Surah Az-Zumar yang berbunyi : <br />'.... Dia menggulungkan malam atas siang dan menggulungkan siang atas malam...." <br />Seakan-akan Allah Swt menjelaskan kepada umat manusia bahwa :<br />1. Bumi berotasi (berputar) pada sumbunya <br />2. Bumi bulat adanya <br />Sebab apabila saja terjadi misalnya kejadian bumi tidak bulat ataupun bumi tidak berotasi pada sumbunya, maka salah satu hal tersebut terjadi, maka sebagai tempat dipermukaan bumi yang berada di Khatulistiwa sekalipun akan mengalami keadaan malam berkepanjangan, sebaliknya lokasi yang tegak lurus dengan tempat tersebut akan mengalami keadaan siang berkepanjangan. <br />Lebih jauh mengenai rotasi bumi pada sumbunya ini dijelaskan dalam Surah An-Naml 88: <br />"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan...." (QS. 27:88) <br />Terjadinya malam berkepanjangan atau siang berkepanjangan seperti yang telah kita uraikan, adalah karena apabila terjadi tidak adanya rotasi salah satu planet pada sumbunya, sehingga dapat terus menerus melihat matahari, atau terus menerus membelakangi matahari, atau juga terus menerus menyamping terhadap matahari, tergantung posisinya dalam membuat gerakan melingkar (edar) pada matahari. <br />Hal ini tentu membuat sisi yang menghadap matahari terus menerus akan kering kerontang dengan suhu asngat tinggi, sebaliknya sisi yang membelakangi matahari terus menerus akan dingin membeku dengan suhu rendah (Menurut penelitian planet Venus mengalami keadaan seperti ini). <br />Semua peristiwa diatas dengan terperinci sudah diceritakan dalam Al-Qur'an surah 28 ayat 71 sampai dengan 73 sbb : <br />71. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu maka apakah kamu tidak mendengar?" <br />72. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya, Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" <br />73. Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. <br />(QS. Al-Qashash 71-73) <br />________________________________________<br />Bumi <br />________________________________________<br />Berbicara mengenai bumi, maka sama seperti pokok-pokok yang dibicarakan mengenai penciptaan benda-benda lainnya, ayat yang mengenai bumi ini adalah tersebar diseluruh Qur'an. Untuk mengelompokkannya tidaklah mudah. <br />Untuk terangnya pembahasan ini, pertama kita dapat memisahkan ayat-ayat yang biasanya membicarakan bermacam-macam persoalan akan tetapi ayat-ayat tersebut mempunyai ciri umum, yaitu mengajak manusia untuk memikirkan nikmat-nikmat Tuhan dengan memakai contoh-contoh. <br />Ada lagi kelompok ayat-ayat yang dapat dipisahkan, yaitu ayat-ayat yang membicarakan soal-soal khusus seperti : <br />* Siklus (peredaran) air dan lautan<br />* Dataran Bumi<br />* Atmosfir bumi <br />________________________________________<br />A. Ayat-ayat yang bersifat umum <br />________________________________________<br />Ayat-ayat yang mengajak manusia untuk memikirkan nikmat-nikmat Tuhan kepada ciptaan-Nya, mengandung disana sini pernyataan-pernyataan yang baik sekali untuk dihadapkan dengan Sains Modern. <br />Dari segi pandangan ini ayat-ayat tersebut malah lebih penting karena tidak menyebutkan kepercayaan-kepercayaan yang bermacam-macam mengenai fenomena alamiah, yaitu kepercayaan yang digemari oleh manusia pada jaman turunnya wahyu yang sekarang ini terbukti salah oleh Ilmu Pengetahuan dan Tekonologi. <br />Disatu pihak, ayat-ayat itu memajukan ide sederhana yang dapat dimengerti dengan mudah oleh mereka yang diajak bicara oleh Qur'an berhubung dengan kedudukan geografis mereka, yaitu penduduk Mekkah dan Madinah, serta orang-orang Badui di Jazirah Arabia. <br />Dilain pihak ayat-ayat itu menyajikan pemikiran-pemikiran umum yang dapat dimanfaatkan masyarakat luas yang terpelajar disegala tempat dan disegala waktu. Hal ini salah satu hal yang menunjukkan bahwa Qur'an itu suatu buku universil (untuk segala manusia sepanjang jaman). <br />Oleh karena tak ada pengelompokan ayat-ayat tersebut dalam Al-Qur'an, maka ayat -ayat itu kita sajikan menurut urut-urutan Surah. <br />"Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (QS. 2:22) <br />"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan."<br />(QS. 2:164) <br />"Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang -pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan."<br />(QS. 13:3) <br />"Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk -makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya. Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu." (QS. 15:19-21) <br />"Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal." (QS. 20:53-54) <br />"Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui." (QS. 27:61) <br />Disini terdapat isyarat kepada stabilitas umum dari pada muka bumi. Kita sudah dapat mengetahui bahwa pada periode-periode permulaan dari pada bumi, maka bumi sebelum dingin tidak stabil. <br />Stabilitas muka bumi tidak mutlak, karena terdapat zone (daerah) dimana gempa bumi sering terjadi. Adapun pemisah antara dua lautan, hal ini merupakan gambaran (image) tentang tidak tercampurnya air sungai dan air laut pada muara -muara yang besar seperti yang akan kita lihat nanti. <br />(Wow... Maha Suci Allah, jauh sebelum manusia sadar bahwa diantara dua lautan itu ada suatu pemisah, Nabi Muhammad Saw yang bahkan tidak pernah berlayar sama sekali berkat petunjuk Allah, dapat menjabarkan sedemikian baiknya mengenai masalah ini). <br />Ada lagi ayat yang menjelaskan hal serupa : <br />"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing." (QS. 55:19-20) <br />Muhammad tidak pernah sekolah, meskipun dia orang jenius tetapi apabila tidak pernah mengadakan penelitian atau pengamatan, dia pasti mengetahui apa-apa, kecuali mendapat petunjuk dari Allah Swt. <br />Air laut (Asin) bertemu dengan air tawar, namun keduanya tidak bisa bercampur aduk menjadi satu macam air.<br />Kebenaran ayat ini terbukti dengan menggunakan ilmu pengetahuan modern.<br />Bisakah Muhammad mengetahui hal tersebut tanpa petunjuk dari Allah yang Maha Menciptakan ? <br />Mari kita teruskan pembahasan ilmiah kita terhadap ayat-ayat Qur'an ini... <br />"Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezkinya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." (QS. 67:15) <br />"Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu." (QS. 79:30-33) <br />Dalam beberapa ayat diatas, pentingnya air serta akibat praktis dari adanya air terhadap tanah dan kesuburan tanah, digaris bawahi. Dalam negeri-negeri bersahara, air adalah unsur nomor satu yang<br />mempengaruhi kehidupan manusia. <br />Tetapi disebutkannya hal ini dalam Qur'an melampau keadaan geografis yang khusus. Keadaan planet yang kaya akan air, keadaan yang unik dalam sistem matahari seperti yang dibuktikan oleh Sains Modern, disini ditonjolkan. Tanpa air, bumi akan menjadi planet mati seperti bulan. Al-Qur'an memberi kepada air tempat yang pertama dalam menyebutkan fenomena alamiah daripada bumi. Siklus air telah mendapatkan gambaran yang sangat tepat didalam kitab suci ini. <br /><br />________________________________________<br />Siklus Air dan Lautan <br />________________________________________<br />Jika pada waktu ini kita membaca ayat-ayat Qur'an yang mengenai air dan kehidupan manusia, ayat demi ayat, semuanya akan nampak kepada kita sebagai ayat-ayat yang menunjukkan hal yang sudah jelas.<br />Sebabnya adalah sederhana; pada jaman kita sekarang ini, kita semua mengetahui siklus air dalam alam, meskipun pengetahuan kita itu tidak tepat keseluruhannya. <br />Tetapi jika kita memikirkan konsep-konsep lama yang bermacam-macam mengenai hal ini, kita akan mengetahui bahwa ayat-ayat Qur'an tidak menyebutkan hal-hal yang ada hubungannya dengan konsep mistik yang tersiar dan mempengaruhi pemikiran filsafat secara lebih besar daripada hasil-hasil pengamatan. <br />Jika orang-orang jaman dulu telah dapat memperoleh pengetahuan praktis yang bermanfaat, untuk memperbaiki pengairan air, walaupun pengetahuan itu terbatas. <br />Dengan cara pemikiran orang dahulu itu, mudahlah bagi seseorang untuk menggambarkan bahwa air dibawah tanah itu dapat diperoleh karena terjadinya gugusan dalam tanah. <br />Orang menyebutkan konsep Vitruvius Polio Marcus yang pada abad 1 SM mempertahankan ide tersebut di Roma. Dengan begitu, selama beberapa abad, dan juga setelah Qur'an diwahyukan banyak orang yang mengikuti ide yang salah tentang regime air. <br />Konsepsi tentang siklus air yang jelas untuk pertama kali diutarakan oleh Bernard Palissy pada tahun 1580. Konsepsi ini mengatakan bahwa air dibawah tanah asalnya dari infiltrasi air hujan dalam tanah. Teori ini kemudian dibenarkan oleh E. Mariotte dan P. Perrault pada abad XVII M. <br />Dalam ayat-ayat Qur'an tidak terdapat konsepsi yang salah, malah semakin ilmiah saja. <br />"Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfa'atnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan." (QS. 50:9-11) <br />"Dan kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkan. Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan."<br />(QS. 23:18-19) <br />"Dan Kami telah mengirimkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turnkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali -kali bukanlah kamu yang menyimpannya." (QS. 15:22) <br />Ada dua cara untuk menafsirkan ayat yang terakhir ini, angin yang menyuburkan dapat dianggap sebagai penyubur tanam-tanaman dengan jalan membawa Pollen (benih buah dari tumbuh-tumbuhan lain). <br />Tetapi dapat juga ditafsirkan sebagai ekspresi kiasan yang menggambarkan peranan angin yang membawa awan yang tidak mendatangkan hujan atau awan yang membawa hujan. <br />Peranan ini sering disebut dalam ayat, seperti berikut : <br />"Dan Allah, Dialah yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati lalu kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianklah kebangkitan itu." (QS. 35:9) <br />"Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira." (QS. 30:48) <br />"Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab angin itu pelbagai macam buah -buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah -mudahan kamu mengambil pelajaran." (QS. 7:57) <br />"Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, Binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak." <br />(QS. 25:48-49) <br />"Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkanNya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal." <br />(QS. 45:5) <br />"Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah -lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang." (QS. 13:17) <br />"Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?". (QS. 67:30) <br />"Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan -Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal." (QS. 39:21) <br />"Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air." (QS. 36:34) <br />Pentingnya sumber-sumber dan diisinya dengan air hujan yang digiring kearah sumber itu digaris bawahi dengan tiga ayat terakhir. Kita perlu memperhatikan hal ini, untuk mengingat konsepsi yang tersiar pada abad pertengahan seperti konsepsi Aristotelis yang mengatakan bahwa sumber-sumber itu mendapat air dari danau-danau dibawah bumi. <br />Dalam artikel 'Hidrologie' dalam Encyclopedia Universalis, M.R. Remenieras, Guru Besar pada Ecolenationale du Genie rural, des Eaux et Forets (sekolah nasional untuk pertahanan desa, pertahanan air dan hutan), menerangkan tahap-tahap pokok dari pada hidrologi dan menyebutkan proyek-proyek irigasi Kun0, khususnYa di Timur TEngah. <br />Ia mengatakan bahwa empirisme telah mendahului ide pada waktu itu dan konsepsi -konsepsi yang salah. Kemudian ia meneruskan : Perlu manusia menunggu jaman Renaissance (antara tahun 1400 - 1600) untuk melihat konsep-konsep filsafat mundur dan memberikan tempatnya kepada penyelidikan-penyelidikan fenomena hidrologi yang didasarkan atas pengamatan (observasi). <br />Leonardo da vinci (1452-1519) menentang pernyataan Aristoteles.<br />bernard PalisSy dalam bukuNya 'PenyelidIkan yang menGagumkan tentAng watak air dan air mancUr, yang alamIah dan yang Buatan), membErikan interpRestasi yang Benar tentang siklus air dAn khususnya Pengisian sumBer-sumber aiR daripada aiR hujan. <br />Surah Az-Zumar ayat 21 yang menyebutkan bahwa air hujan itu mengarah kepada sumber-sumber air, bukankah ini tepat sekali seperti apa yang ditulis oleh Palissy tahun 1570. <br />Kemudian Al-Qur'an membicarakan butiran-butiran es dalam surah An-Nuur ayat 43: <br />"Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran -butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung -gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkaN penglihatan." (QS. 24:43) <br />________________________________________<br />Lautan <br />________________________________________<br />Sebagaimana ayat-ayat Qur'an telah memberikan bahan perbandingan dengan ilmu pengetahuan modern mengenai siklus air dalam alam pada umumnya, hal tersebutakan kita rasakan juga mengenai lautan. <br />Tidak ada ayat AL-Qur'an yang mengisahkan mengenai kelautan yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Begitu juga perlu digaris bawahi bahwa tidak ada ayat Qur'an yang membicarakan tentang lautan menunjukkan hubungan dengan kepercayaan -kepercayaan atau mitos atau takhayul yang Terdapat pada jaman Qur'an diwahyukan. <br />Beberapa ayat yang mengenai lautan dan pelayaran mengemukakan tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang nampak dalam pengamatan sehari-hari, dimana semua itu untuk dipikirkan. <br />Ayat-ayat tersebut adalah : <br />"Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah Menundukkan (Pula) bagimu Sungai-sungai." (QS. 14:32) <br />"Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya Kamu bersyukuR." (QS. 16:14) <br />"Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda -tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi Banyak bersyuKur." (QS. 31:31) <br />"Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan, kecuali karena Rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai pada waktu tertentu." (QS. 36:41-44) <br />Pada dini hari para nelayan bertolak kelaut mencari ikan, mereka mengembangkan layar perahunya karena mengharapkan angin darat meniup perahu mereka kelaut. <br />Begitu pula sebaliknya bila mereka hendak pulang, mereka mengembangkan layar perahunya mengharapkan angin laut menghantarkan mereka kedarat. <br />Begitulah pertolongan Allahus Shamad (Allah tempat bergantung segala sesuatu), karena Allah juga Rabbul Mustadh'afin. <br />Peristiwa diatas ini telah dimuat dalam Al-Qur'an dengan manis : <br />"...bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia..." (QS. 2:164) <br />Hal ini terjadi karena memang udara didarat pada siang hari terasa panas, menjadikan udara tersebut memuai (mengembang) sehingga karena kepadatannya udara tersebut bergerak ketempat yang relatif lebih renggang dilaut. Sedangkan panasnya laut pada malam hari membuat udara memuai (mengembang) Sehingga kareNa kepadatannYa pula udara tersebut berGerak ketempaT yang relatiF lebih renggAng didarat, Sesuai sifatnYa. <br />Udara yang bergerak disebut angin, membawa serta awan yang mengundang air atau butir-butir es (bila membatu). Hal ini menjadi keterangan AL-Qur'an pada potongan ayat selanjutnya, sebagai berikut : <br />"...dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi (atmosfir).." (QS. 2:164) <br />Secara lengkap penulis cantumkan keseluruhan Surah Al-Baqarah ayat 164<br />Tersebut sbb : <br />"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala Jenis hewan, Dan pengisaraN angin dan aWan yang dikeNdalikan antaRa langit dan bumi (atm0sfIr); sungguh (terdapat) taNda-tanda (keEsaan dan kebEsaran allah) bagi kaum yaNg memikirkan." (QS. 2:164) <br />Perjalanan awan tersebut dalam ayat diatas adalah merupakan salah satu dari proses siklus air, air yang berasal dari manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan maupun dari alam sekitarnya seperti sungai, danau, kolom, got, selokan, parit, WC dam kamar mandi bergerak dari tempat yang tinggi ketempat yang Relatif lebih rendah, sehiNgga pada akhIrnya sebagiaN bisa sampai kelaut. <br />Dilautlah udara (disamping penguapan pada tempat-tempat lain), uap air diudara berkumpul membentuk awan. <br />Bersama angin gumpalan-gumpalan awan tersebut terbawa, dan oleh kelembaban tertentu (misalnya oleh gunung atau hutan) berubah kembali menjadi bintik-bintik hujan. <br />Peristiwa perjalanan awan lebih lengkap difirmankan oleh Allah dalam Surah An -Nuur 24 ayat 43 berikut ini: <br />"Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran -butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung -gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS. 24:43) <br />Ada lagi fakta mengenai lautan untuk diamati, fakta tersebut dapat diambil dari ayat-ayat Qur'an tentang lautan dan fakta tersebut menunjukkan suatu aspek yang khusus. <br />Tiga ayat membicarakan sifat-sifat sungai yang besar jika sungai itu menuang kedalam lautan. <br />Suatu fenomena yang sering kita dapatkan adalah bahwa air lautan yang asin, dengan air sungai-sungai besar yang tawar tidak bercampur seketika. <br />Orang mengira bahwa Qur'an membicarakan sungai Euphrat dan Tigris yang setelah bertemu dalam muara, kedua sungai itu membentuk semacam lautan yang panjangnya lebih dari dari 150 Km, dan dinamakan Syath al Arab. <br />Didalam teluk pengaruh pasang surutnya air menimbulkan suatu fenomena yang bermanfaat yaitu masuknya air tawar kedalam tanah sehingga menjamin irigasi yang memuaskan. <br />Untuk memahami teks ayat, kita harus ingat bahwa lautan adalah terjemahan kata bahasa Arab 'Bahr' yang berarti sekelompok air yang besar, sehingga kata itu dapat dipakai untuk menunjukkan lautan atau sungai yang besar seperti Nil, Tigris dan Euphrat. <br />Tiga ayat yang memuat fenomena tersebut adalah sbb : <br />"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi." (QS. 25:53) <br />"Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit.Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar Membelah laut supaya kamu Dapat mencari karunia-Nya Dan supaya kaMu bersyukur." (QS. 35:12) <br />"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan." (QS. 55:19, 20 & 22) <br />Selain menunjukkan fakta yang pokok, ayat-ayat tersebut menyebutkan kekayaan -kekayaan yang dikeluarkan dari air tawar dan air asin yaitu ikan-ikan dan hiasan badan : Batu-batu perhiasan dan mutiara. Mengenai fenomena tidak campurnya air sungai dengan air laut dimuara-muara hal tersebut tidak khusus untuk Tigris dan Euphrat yang memang tidak disebutkan namanya dalam ayat walaupun ahli-ahli tafsir mengira bahwa dua sungai besar itulah yang dimaksudkan. <br />Sungai-sungai besar yang menuang kelaut seperti Missisipi dan Yang Tse menunjukkan keistimewaan yang sama; campurnya kedua macam air itu tidak terlaksa seketika tetapi memerlukan waktu. <br />________________________________________<br />Atmosfir Bumi <br />________________________________________<br />Dalam beberapa aspek yang mengenai langit secara khusus dan yang telah kita bicarakan dalam posting-posting yang lalu, Qur'an memuat beberapa paragraf yang ada hubunnnya dengan fenomena-fenomena yang terjadi dalam atmosfir. <br />Mengenai hubungannya paragraf-paragraf Qur'an tersebut dengan hasil-hasil Sains Modern, kita dapatkan seperti yang sudah-sudah dilain persoalan tidak adanya kontradiksi dengan pengetahuan ilmiah yang sudah dikuasai manusia sekarang tentang fenomena-fenomena yang disebutkan. <br />________________________________________<br />Ketinggian (Altitude) <br />________________________________________<br />Sesungguhnya ini adalah pemikiran sederhana terhadap rasa, 'tidak enak' yang dirasakan orang ditempat yang tinggi, dan yang akan bertambah-tambah jika orang itu berada dalam tempat yang lebih tinggi lagi, hal ini dijelaskan dalam Surah Al-An'aam ayat 125: <br />"...niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki kelangit...." (QS. 6:125) <br />Bila Muhammad bukan utusan Allah, pasti ia tidak mengetahui bahwa kalau diluar angkasa tidak ada udara yang mengandung oksigen. <br />Benda apapun yang dilemparkan tinggi-tinggi akan jatuh kembali kebumi, begitu juga bila seorang peloncat tinggi meloncar, ia akan jatuh kembali kebumi. <br />Burung dapat terbang karena dengan susah payah harus menggerakkan sayapnya untuk mendorong udara, sekalipun berat badannya cukup ringan. <br />Semua ini karena adanya gaya tarik bumi yang disebut gravitasi.<br />besar atau keCilnya gaya tArik bumi dipEngaruhi 0leh besar kecilnYa berat jeniS suatu benda. Dengan demiKian semakin Ringan suatu Benda, maka sEmakin kecil Gaya tarik buMi pada benda tersebut, kaRena berat riNgan suatu beNda yang sama v0lumenya diTentukan 0leh besar kecil Berat jenisnyA. <br />"Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. sesungguhnya pada yang demikian itu benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman." (QS. 16:79) <br />"Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu." (QS. 6:38) <br />Air yang verat jenisnya lebih besar daripada minyak tanah, selalu berada dibagian bawah bila dicampurkan, karena gaya tarik bumi terhadap air lebih besar dibandingkan minyak tanah. <br />Helium yang ringan mempunyai gaya tarik bumi kecil sekali, sehingga bila dimasukkan kedalam balon mainan anak-anak, balon akan terbang tinggi karena masih banyak udara lain yang berebutan ingin lebih kebumi ditarik bumi. <br />Batu yang dilemparkan keatas akan mengalami perlambatan sampai mencapai puncaknya dengan kecepatan sama dengan 0 (nol). <br />Selanjutnya jatuh kembali kebumi mengalami percepatan.<br />kecepatan benDa terbesar aDalah pada saAt pertama seWaktu benda jAtuh kebumi aPabila tepat Jatuh dan temPat melempar Sama tinggi dAn tanpa pengAruh lain. <br />Semakin kuat tenaga yang dimiliki untuk melemparkan benda semakin tinggi pula titik puncak yang dicapai. Dan kekuatan yang diperlukan tersebut adalah kekuatan untuk melawan<br />Gravitasi bumI. <br />Dapat dibayangkan betapa banyaknya tenaga dan kekuatan yang diperlukan untuk melepaskan pesawat luar angkasa meninggalkan atmosfir. <br />Bahkan Challenger yang meledak pada percobaan penerbangan angkasa luar Amerika Serikat, tenaganya melebihi ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada waktu perang Dunia kedua. <br />Pesawat luar angkasa pertama milik Amerika Serikat yang mencapai bulan, yaitu Apollo 11, memerlukan kekuatan sedemikian besarnya untuk dapat mencapai bulan, sehingga tidak cukup hanya kekuatan ledakan pertama di Cape Kenedy, tetapi beberapa kali harus melepaskan alasnya untuk kekuatan baru. begitu juga LUnix dan S0yuZ miliki Uni S0viet (Rusia). <br />Sejak nuklir ditemukan manusia, para pembuat pesawat luar angkasa semakin bergairah karena kekuatannya dapat dipergunakan lebih maksimal. <br />Benda biasa yang dibakar umumnya menjadi abu, menguap keudara dan sisanya menjadi energi, tetapi nuklir dapat habis seluruhnya untuk menciptakan energi (tenaga) ataupun kekuatan. <br />Begitu besarnya perhatian dan keinginan para ahli luar angkasa, untuk memperoleh kekuatan agar dapat mengimbangi gaya tarik bumi (gravitas), lepas landas keluar angkasa menembus penjuru langit. <br />Ini semua sudah dibicarakan dalam Al-Qur'an : <br />"Hai jama'ah jin dan manusia,jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan". (QS. 55:33) <br />"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang ?. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang ?" (QS. 67:3) <br />________________________________________<br />Listrik di Atmosfir <br />________________________________________<br />Listrik yang ada diatmosfir dan akibat-akibatnya seperti guntur dan butir-butir es disebutkan dalam beberapa ayat sbb : <br />"Dia-lah yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia Kehendaki, daN mereka berbAntah-bantahaN tentang AllAh, dan dia-lAh Tuhan Yang Maha keras sIksa-Nya." (QS. 13:12-13) <br />Surah An-nur ayat 43. <br />"Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran -butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung -gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkaN penglihatan." (QS. 24:43) <br />Dalam dua ayat tersebut digambarkan hubungan yang erat antara terbentuknya awan -awan berat yang mengandung hujan atau butiran-butiran es dan terbentuknya guntur. <br />Yang pertama sangat dicari orang karena manfaatnya dan yang kedua ditolak orang. Turunnya guntur adalah keputusan Allah. Hubungan antara kedua fenomena atmosfir sesuai dengan pengetahuan tentang listrik atmosfir yang sudah dimiliki oleh manusia sekarang. <br />________________________________________<br />Bayangan <br />________________________________________<br />Fenomena yang sangat luar biasa dijaman kita, yaitu bayangan dan pergeserannya disebutkan dalam ayat-ayat berikut : <br />"Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu." (QS. 25:45) <br />"Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang dilangit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya diwaktu pagi dan petang hari." (QS. 13:15) <br />"Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri." (QS. 16:48) <br />Diluar hal-hal yang menunjukkan tunduknya segala ciptaan Tuhan termasuk bayangan, kepada penciptanya Yang Maha Kuasa, dan disamping Tuhan memperlihatkan kekuasaanNya, ayat-ayat Qur'an juga menyebutkan hubungan antara bayangan dan matahari. <br />The End. <br />Taken From : <br />1. Al-Qur'an Sumber Segala Disiplin Ilmu Drs. Inu Kencana Syafiie<br />Gema Insani Press Jakarta Indonesia 1996 <br />2. Bibel, Qur'an dan Sains Modern dr. Maurice Bucaille<br />bulan Bintang - Indonesia 1984 <br />3. Dari Sains ke Stand AlQur'an Dr. Imaduddin Khalil Arista - Indonesia 1993<br />4. Asal usul manusia menurut Bibel, Al-Qur'an dan Sains Modern Dr. Maurice Bucaille Penerbit Mizan - Indonesia 1996 <br />________________________________________<br />Copyright(c) Armansyah 1998-1999<br />Sumber : http://geociti.es/Pentagon/quarters/1246/qursains.html<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-48888832906868498672010-08-18T10:24:00.000-07:002010-08-18T10:26:50.019-07:00Qur'an dan Ilmu PengetahuanQur'an dan Ilmu Pengetahuan<br /><><><><><><><><><><> <> <br />________________________________________<br />A. Pengertian Al-Qur'an <br />________________________________________<br />Al-Qur'an adalah kitab suci yang diturunkan Allah Swt, Tuhan alam semesta, kepada Rasul dan NabiNya yang terakhir, Muhammad Saw melalui malaikat Jibril as untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia sampai akhir jaman. <br />Al-Qur'an berarti bacaan, nama-nama lain dari kitab suci ini adalah Al-Furqaan (Pembeda), Adz Dzikir (Pengingat) dan lain-lain, tetapi yang paling terkenal adalah Al-Qur'an. <br />Sebagai kitab suci terakhir, Al-Qur'an bagaikan miniatur alam raya yang memuat segala disiplin ilmu, Al-Qur'an merupakan karya Allah Swt yang Agung dan Bacaan mulia serta dapat dituntut kebenarannya oleh siapa saja, sekalipun akan menghadapai tantangan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin canggih (sophisticated). <br />Kata pertama dalam wahyu pertama (The First Revelation) bahkan menyuruh manusia membaca dan menalari ilmu pengetahuan, yaitu Iqra'. <br />Adalah merupakan hal yang sangat mengagumkan bagi para sarjana dan ilmuwan yang bertahun-tahun melaksanakan penelitian di laboratorium mereka, menemukan keserasian ilmu pengetahuan hasil penyelidikan mereka dengan pernyataan -pernyataan Al-Qur'an dalam ayat-ayatnya. <br />Setiap ilmuwan yang melakukan penemuan pembuktian ilmiah tentang hubungan Al -Qur'an dengan ilmu pengetahuan akan menyuburkan perasaan yang melahirkan keimanan kepada Allah Swt, dorongan untuk tunduk dan patuh kepada Kehendak-Nya dan pengakuan terhadap Kemaha Kuasaan-Nya. <br />Tidak pada tempatnya lagi orang-orang memisahkan ilmu-ilmu keduniawian yang dianggap sekuler, seperti ilmu-ilmu sosial dengan segala cabangnya, dengan ilmu -ilmu Al-Qur'an. Para ilmuwan dapat sekuler, tetapi ilmu tidak sekuler. <br />Bila penyelidikan tentang alam raya ini adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta Alam Raya ini tidak ilmiah. Bila percampuran dan persenyawaan unsur-unsur adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta setiap unsur itu tidak ilmiah. <br />Begitu pula pembicaraan hal-hal kenegaraan adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta perbedaan watak individu yang menjadikan beraneka ragam ideologi tidak ilmiah. <br />Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, sehingga bahasa Arab menjadi bahasa kesatuan umat Islam sedunia. Peribadatan dilakukan dalam bahasa Arab sehingga menimbulkan persatuan yang dapat dilihat diwaktu 'shalat-shalat massal' dan ibadah haji. <br />Selain daripada itu, bahasa Arab tidak berubah, sangat mudah diketahui bila Al -Qur'an hendak ditambah atau dikurangi, banyak orang yang buta huruf terhadap bahasa nasionalnya, tetapi mahir membaca Al-Qur'an bahkan sanggup menghafal Al -Qur'an keseluruhan. <br />Al-Qur'an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat (QS. 68:52), sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah peringatan bagi seluruh umat (QS. 38:87), petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. 2:2), korektor dari semua kitab sebelumnya yang telah terdistorsi (QS. 5:48). <br />Al-Qur'an dalam bahasa Arab mempunyai gaya tarik dan keindahan yang deduktif.<br />Didapatkan dalam gaya yang singkat dan cemerlang, bertenaga ekspresif, berenergi eksplosif dan bermakna kata demi kata. (Dr. John Maish MA, The Wisdom Of The Koran. Oxford 1937) <br />________________________________________<br />B. Pengertian Ilmu <br />________________________________________<br />Bila seseorang memiliki pengertian (understanding) atau sikap (attitude) tertentu, yang diperolehnya melalui pendidikan dan pengalaman sendiri, maka oleh banyak orang dianggap yang bersangkutan tahu atau berpengetahuan. <br />Begitu juga bila seseorang memiliki ketrampilan atau ketangkasan (aptitude) yang diperolehnya melalui latihan dan praktek, maka kemampuan tersebut disebut kebiasaan atau keahlian. <br />Namun keahlian atau kebiasaan ini, sekalipun karena keterbiasaan melakukan sesuatu, juga karena yang bersangkutan sebelumnya tahu itu adalah tahu mengerjakan (know to do), tahu bagaimana (know how) dan tahu mengapa (know why) sesuatu itu. <br />Jadi sekalipun menurut Peter Drucker (The Effective Executive), kebiasaan yang berurat berakar yang tanpa dipikirkan (in thinking habit) telah menjadi kondisi tak sadar (reflex condition), tetap sebelumnya harus merupakan pengetahuan yang dipelajari dan dibiasakan. <br />Tetapi E.J. Gladden dalam bukunya "The Essentials of Public Administration" menganggap ilmu sama dengan ketrampilan, hanya ketrampilan diperoleh melalui latihan dan belajar. <br />Sekarang sebenarnya dimana letaknya ilmu ?<br />Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, sebaliknya, setiap pengetahuan belum tentu ilmu.<br />Untuk itu ada syarat-syarat yang membedakan ilmu (Science) dengan pengetahuan (knowledge), yaitu sbb: <br />Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudirdjo, Administrasi dan Management Umum 1982, Ilmu harus ada obyeknya, terminologinya, metodologinya, filosofinya dan teorinya yang khas. <br />Menurut Prof. Dr. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985, Ilmu juga harus memiliki obyek, metode, sistimatika dan mesti bersifat universal. <br />Menurut Prof. Dr. Sondang Siagian, Filsafat Administrasi 1985 : <br />Ilmu pengetahuan dapat didefenisikan sebagai suatu obyek ilmiah yang memiliki sekelompok prinsip, dalil, rumus yang melalui percobaan yang sistimatis dilakukan berulang kali telah teruji kebenarannya, prinsip-prinsip, dalil-dalil dan rumus-rumus mana dapat diajarkan dan dipelajari. <br />Menurut Prof. Drs. Sutrisno Hadi, Metodologi Reserach 1 1969 : <br />Ilmu pengetahuan sebenarnya tidak lain adalah kumpulan dari pengalaman -pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangunan yang teratur. <br />Dari pendapat2 diatas terlihat bahwa ilmu pengetahuan itu kongkrit sehingga dapat diamati, dipelajari dan diajarkan secara teratur, teruji, bersifat khas atau khusus, dalam arti mempunyai metodologi, obyek, sistimatika dan teori sendiri. <br />Disamping itu dalam pengajian ilmu-ilmu agama Islam, sementara ini meliputi antara lain yaitu berbagai ilmu Nahwu (seperti persoalan Fi'il dan Ijim), berbagai ilmu Tafsir (seperti tafsir Hadits dan Al-Qur'an dengan persoalan Nasikh, Mansukh, Mutasyabih, Tanzil dan Ta'wil), berbagai ilmu Tajwid (pronunciation), Qira'ah dan Balaghah (seperti Bayan, Ma'ani dan Badii), berbagai ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih, berbagai ilmu Hadits (seperti kandungan dan perawi Hadits), berbagai ilmu tasawuf (seperti pengetahuan tentang Sufi, Tarekat, Mistisme dalam Islam, Filsafat Islam), berbagai ilmu Qalam (bentuk huruf Al -Qur'an), berbagai ilmu Arudh (poets) atau syair-syair Al-Qur'an dan berbagai ilmu Sharf (grammar, kata-kata dan morfologinya). <br />Pembagian fakultas dan jurusan yang ada pada perguruan tinggi Islam seperti IAIN, kita temui Fakultas Syariah (meliputi Tafsir baik Al-Qur'an sendiri maupun Al -Hadits, Perbandingan Mahzab, Bahasa Arab), Tarbiyah (meliputi Pendidikan Agama Islam, Bahasa Arab dan lain-lain), Ushuluddin meliputi Perbandingan Agama (muqdranatul addien), bahasa Arab dan lain-lain, Fakultas Adab dan Fakultas Da'wah. <br />Hal ini adalah karena pengetahuan keIslaman itu sendiri digolongkan atas Ibadah (yaitu tata cara peribadatan kepada Allah, dalam arti hubungan manusia dengan Allah atau Hablum Minallah, Muamalah (tata cara pergaulan sesama manusia, dalam arti hubungan antar manusia atau Hablum Minannas), persoalan Munakahaat dan persoalan Jinayaat. <br />Dalam Al-Qur'an ada lebih dari 854 ayat-ayat yang menanyakan mengapa manusia tidak mempergunakan akal(afala ta'kilun), yang menyuruh manusia bertafakur/memikirkan (tafakurun) terhadap Al-Qur'an dan alam semesta serta menyuruh manusia mencari ilmu pengetahuan. <br />Jadi kata yang identik dengan akal dalam Al-Qur'an tersebut 49 kali seperti kala Yatadabbarun dan Yatazakkarun, kata yang menganjurkan manusia menjadi ahli pikir, para sarjana, para ilmuwan dan para intelektual Islam (ulul albab) dalam Al -Qur'an disebut 16 kali, sehingga jumlah keseluruhan diatas adalah lebih kurang 854 kali. <br />Beberapa diantaranya adalah sbb : <br />"...Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui" (QS. 16:43) <br />"Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al-Qur'an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami.." (QS. 7:52) <br />"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang yang berilmu." (QS. 29:43) <br />"Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. 58:11) <br />"Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan." (QS. 16:44) <br />"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang -bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (memikirkannya)." (QS. 16:12) <br />"Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (QS. 39:9) <br />"...Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:"Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal." (QS. 3:7) <br />"Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal."<br />(QS. 39:18) <br />"...Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (QS. 2:197) <br />"...Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka<br />berfikir." (QS. 59:21) <br />________________________________________<br />C. Al-Qur'an dan penelitian Ilmiah <br />________________________________________<br />Penelitian dapat dilakukan dalam segala disiplin ilmu, jadi tempat penelitian/laboratorium bukan hanya milik ilmu kedokteran yang meneliti dan mengamati kegiatan bakteri, dan bukan juga hanya milik ilmu kimia yang meneliti dan mengamati reaksi zat-zat yang dicampur di tabung reaksi. <br />Tetapi juga milik ilmu-ilmu lain, sehingga dikenal sekarang adanya laboratorium bahasa, laboratorium pemerintahan, laboratorium politik dsb. <br />Istilah yang menyebutkan 'Lain teori lain pula prakteknya' tidak tepat lagi karena teori dan pendapat ilmiah dari seorang ahli itu muncul setelah ybs melakukan penelitian, dengan demikian selalu didukung oleh kenyataan empiris. Meskipun kadang-kadang teori itu spekulatif namun demikian teori itu dekat dengan kenyataan. <br />Tujuan teori yaitu secara umum mempersoalkan pengetahuan dan menjelaskan hubungan antara gejala-gejala sosial dengan observasi yang dilakukan. <br />Teori juga bertujuan untuk meramalkan fungsi dari pada gejala-gejala sosial yang diamati itu berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang secara umum telah dipersoalkan oleh teori. <br />Dalam berbagai model penelitian untuk menemukan kebenaran ilmiah, ada yang memakai hipotesa, yaitu untuk penelitian yang uji hipotesa atau disebut juga penelitian analisis verifikatif, namun ada pula yang non hipotesis, seperti penelitian deskriptif, yang terdiri dari deskriptif developmental dan deskriptif eksploratif dan lain-lain. <br /><br /> Teori<br /> Konsep <-------------------------------------> Konsep<br /> | |<br /> | |<br />Operasionalisasi Operasionalisasi <br /> | |<br /> V V<br />Variabel <-------------------------------------> Variabel<br /> Hipotesis<br /><br />(Sumber: Dr. Talizidulu Ndraha, Disain Riset dan Teknik Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, 1987, yang menerangkan kedudukan Hipotesis terhadap Teori) <br />Hipotesa harus dibuktikan, tidak dapat menjadi praduga dan persangkaan belaka. <br />Bila tidak dibuktikan dan diuji, sipeneliti sudah barang tentu tidak mengetahui sejauh mana kebenaran ilmiahnya. <br />Hal ini bersesuaian dengan apa yang di Firmankan Allah dalam Al-Qur'an sbb: <br />"Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran." (QS. 53:28) <br />"...dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja."<br />(QS. 45:24) <br />Kata "persangkaan" dan "Duga-duga" dalam ayat diatas berarti hipotesa yang harus diuji dan dibuktikan kebenaran ilmiahnya. <br />Pada gambar yang telah saya cantumkan, menunjukkan hubungan antara variabel dengan hipotesa. Dari dua atau lebih variabel dapat dibuat hipotesa untuk penelitian analisis verifikatip. <br />Penelitian analisis verifikatip ditandai dengan penempatan kata "Pengaruh" atau "Peranan" didepan variabel bebas, selanjutnya memerlukan perhitungan statistik untuk menentukan ramalan (prediction) perubahan variabel tergantung, atas tindakan yang sudah dilakukan variabel bebas. <br />Sehingga antara variabel dengan variabel tergantung diletakkan kata "Terhadap" dan "Dalam" sebagai penghubung, misalnya : <br />1. Pengaruh Promosi ASI terhadap berkurangnya penderita diare pada anak. <br />2. Peranan Administrasi Pemerintahan Desa dalam Pembangunan Desa. <br />Lebih rendah gradiasinya dari pemakaian kata "Pengaruh" dan "Peranan" dipakai kata "Hubungan" dengan meletakkan kata "Dengan" sebagai penghubung, misalnya : <br />1. Hubungan disiplin Islam secara mendasar dengan berkurangnya tindak kejahatan. <br />2. Hubungan pengarsipan dengan pengambilan keputusan. <br />Variabel dibagi menjadi sub-sub variabel, untuk masing-masing dapat diuji sebagai hipotesa minor. <br />Penelitian2 seperti apa yang diuraikan diatas, baik analisis verifikatip maupun deskriptif (developmental atau eksploratif) dan lain-lain, sangat diperlukan oleh setiap cendikiawan dan intelektual Muslim, sebagai<br />realisasi Firman Allah sbb : <br />"Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfa'at tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman"." (QS. 10:101) <br />Kata "Perhatikanlah" dapat ditafsirkan sebagai "Lakukanlah Penelitian" karena merupakan perintah untuk para ilmuwan untuk lebih mendalami dan melakukan penelitian dibidang disiplin ilmunya masing-masing.<br />Dengan demikian ayat tersebut dapat lebih jauh ditafsirkan sbb : <br />Lakukanlah penelitian dilaboratorium2 berbagai disiplin ilmu pengetahuan, terhadap apa yang ada dan terjadi dari alam raya sampai pada dasar bumi. <br />Jika tidak, maka tidak akan bermanfaat bagi manusia tanda-tanda kebesaran Allah Rabbul 'Alamin, dan Rasul-rasulNya yang memberi peringatan, yaitu bagi orang -orang yang tidak mempergunakan akal pikirannya dan memiliki keyakinan akan kebesaran agama Islam. <br />Nabi Muhammad Saw sendiri juga memerintahkan agar umat Islam melakukan penelitian dan beliau juga menyebut-nyebut tentang ilmu pengetahuan sebagaimana diriwayatkan hadits-hadist berikut ini : <br />"Mencari ilmu pengetahuan itu wajib bagi setiap Muslimin dan Muslimat" <br />"Tuntutlah ilmu pengetahuan sejak dari buaian sampai keliang lahad." <br />"Bahwasanya ilmu itu menambah mulia bagi orang yang sudah mulia dan meninggikan seorang budak sampai ketingkat raja-raja." <br />"Apabila wafat seorang anak Adam, putuslah amal perbuatannya, kecuali tiga perkara, yaitu Ilmu yang membawa manfaat, sedekah Jariyah dan doa anak yang saleh." <br />"Tidak wajar bagi orang yang bodoh berdiri atas kebodohannya, dan tidak wajar bagi orang yang berilmu berdiam diri atas ilmunya." <br />"Yang binasa dari umatku ialah, orang berilmu yang zalim dan orang beribadah yang bodoh. Kejahatan yang paling jahat ialah kejahatan orang yang berilmu dan kebaikan yang paling baik ialah kebaikan orang yang berilmu." <br />"Jadilah kamu orang yang mengajar dan belajar atau pendengar atau pencinta ilmu, dan janganlah engkau jadi orang yang kelima (tidak mengajar, tidak belajar, tidak suka mendengar pelajaran dan tidak mencintai ilmu), nanti kamu akan binasa" <br />"Barang siapa menghendaki dunia, maka dia harus mencapainya dengan ilmu. Barang siapa menghendaki akhirat, maka dia harus mencapainya dengan ilmu. Dan barang siapa menghendaki keduanya, maka dia harus mencapainya dengan ilmu." <br />"Ma'rifat adalah modalku, akal pikiran adalah sumber agamaku, cinta adalah dasar hidupku, rindu adalah kendaraanku, berdzikir adalah kawan dekatku, keteguhan adalah perbendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu adalah senjataku, ketabahan adalah pakaianku, kerelaan adalah sasaranku, faqr adalah kebanggaanku, menahan diri adalah pekerjaanku, keyakinan adalah makananku, kejujuran adalah perantaraku, ketaatan adalah ukuranku, berjihad adalah perangaiku, hiburanku adalah dalam bersembahyang." <br />________________________________________<br />Al-Qur'an sebagai dasar Ilmu <br />________________________________________<br />Al-Qur'an dengan ilmu-ilmu Eksakta <br />1. Ilmu kesehatan Anak. <br />Dalam pidato pengukuhan gelar Guru Besar mata pelajaran ilmu kesehatan dan anak pada fakultas Kedokteran Universitas Airlangga di Surabaya, Prof. dr. Haroen Noerasid menyampaikan bahwa dalam keadaan diare sekalipun seorang bayi tetap boleh minum air susu ibu (ASI). Karena air susu ibu merupakan susu alamiah yang paling baik terutama untuk bayi yang baru lahir, lebih-lebih bila bayi tersebut prematur. <br />Dengan menyusu pada ibunya, bayi yang baru lahir mendapat air susu ibu yang mengandung colostrum, yang mengakibatkan bayi tersebut jarang terserang infeksi, terutama infeksi pada usus. <br />Pengamatan membuktikan bahwa air susu ibu yang diterima bayi akan melindungi bayi tersebut dari infeksi usus dan anggota badan lainnya. <br />Selanjutnya dr. Haroen Noerasid yang mengepalai Laboratorium/UPF Ilmu Kesehatan anak dan kepala seksi gastroenterologi anak RSUD dr. Soetomo Surabaya tersebut menjelaskan bahwa air susu ibu tidak perlu diragukan baik harganya maupun faedahnya. <br />Air susu ibu adalah susu yang paling gampang diperoleh, kapan saja dan dimana saja. Lebih instant dari susu yang manapun juga serta dapat diberikan secara hangat dengan suhu yang optimal dan bebas kontaminasi. <br />Statistik menunjukkan bahwa morbiditas (angka keadaan sakit pada suatu tempat) karena infeksi pada saluran pernafasan dan pencernaan bayi yang diberi susu ibu, lebih jarang dan sedikit terjadi dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula, oleh karena sering tercemar atau tidak memenuhi kebutuhan. <br />Di Philipina, sejak digalakkannya promosi air susu ibu, yang dilaporkan CLAVANO pada tahun 1981 dengan rawat gawat dan larangan kampanye susu formula, dirumah -rumah sakit dijumpai penurunan yang dramatis kejadian infeksi (terutama diare) dari 15% menjadi 1.5%. <br />Dari segi lain, pemberian air susu ibu juga menguntungkan bagi ibu-ibu, oleh karena berfungsi untuk merenggangkan kelahiran anak. (Prof. Dr. Haroen Noerasid. Penanggulangan Diare pada anak dalam rangka pelaksanaan sistem kesehatan nasional, Unair Surabaya 1986 hal. 11 s/d 12). <br />Segala apa yang diuraikan oleh dr. Haroen tersebut diatas bersesuaian dengan pernyataan Al-Qur'an yang telah diturunkan empat belas abad yang lalu. <br />Kendati Nabi Muhammad Saw tidak pernah kuliah pada satu fakultas kedokteranpun atau melakukan penelitian di laboratorium kesehatan, bahkan sebagaimana diketahui beliau dikenal sebagai seorang yang ummi sama sekali. <br />Selain dari itu, Al-Qur'an juga menentukan lamanya seorang bayi menyusu dengan air susu ibu, dan kemungkinan bagi bayi untuk disusukan kepada ibu-ibu lain sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut : <br />"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang itu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. <br />Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. 2:233) <br />Agama Islam memberikan penghormatan besar kepada para ibu-ibu susuan ini, bahkan bila telah sama-sama dewasa, anak kandung dari ibu yang pernah menyusukan seseorang, maka tidak boleh menikah dengan sianak yang pernah disusukan tersebut. <br />Sejarah Islam mencatat bagaimana Nabi Muhammad Saw menghargai saudara-saudaranya sesusuan, dan menganggap mereka sebagai saudara kandung (Hamzah, Singa Gurun Pasir adalah salah satunya). <br />Hubungan2 Al-Qur'an dengan ilmu pengetahuan ini yang menjadikan salah satu bukti bahwa Al-Qur'an bukan berasal dari karangan Nabi Muhammad Saw tetapi berasal dari Allah Swt, Tuhan semesta alam sebagai sumber segala ilmu. Lebih jauh hak tersebut memperbanyak pemikir Islam semakin yakin dan semakin mempertebal keimanan dan keislaman. <br />Ayat-ayat lain selain ayat 233 Surah Al-Baqarah tersebut tentang ASI dan penyapihan adalah sbb : <br />"Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui (nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?" (QS. 28:12) <br />"...kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu), dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya." (QS. 65:6) <br />"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan..." (QS. 46:15) <br />"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS. 31:14) <br />Nabi Muhammad Saw didalam menjalankan misi kenabiannya, telah diberi oleh Allah beberapa mukjizat. Sebab mukjizat itu perlu dimiliki oleh setiap nabi untuk menunjukkan kekuasaan Allah kepada orang-orang kafir yang menentangnya. <br />Namun semua mukjizat itu atas izin Allah, bukan buatan nabi itu sendiri, bahkan mukjizat yang telah diberikan kepada nabi Muhammad Saw adalah paling unggul dibanding mukjizat para nabi sebelumnya. <br />Tetapi, bagaimana juga, Islam melarang melebihkan atau mengkultuskan nabi Muhammad Saw dari nabi-nabi sebelum beliau. <br />Mukjizat itu ada dua macam : <br />1. Mukjizat Hissiyah<br />Mukjizat ini mudah ditangkap oleh indera manusia.<br />Mukjizat semacam ini diberikan oleh Allah kepada semua nabiNya. Nabi Muhammad Saw juga menerima mukjizat jenis ini. <br />Seperti tongkat Musa bisa berubah menjadi ular raksasa dan bisa membelah laut. Nabi Ibrahim tidak hangus ketika dibakar oleh kaumnya, Nabi Isa putra Maryam dapat memberi makan banyak orang yang kelaparan hanya dengan beberapa potong roti dan seekor ikan. <br />Nabi Muhammad Saw dapat memberi minum ratusan kaum Muslimin yang sedang kehausan, dengan memancarkan air dari tangannya yang mulia itu, membuat makanan tidak pernah habis ketika dimakan oleh banyak sahabatnya didalam beberapa kali pertemuan, dsb. <br />Mukjizat seperti ini mudah dilihat oleh mata kepala tanpa ilmu apapun. <br />2. Mukjizat Maknawiyah atau Aqliyah<br />Mukjizat ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang berilmu atau intelektual, yang ini hanya diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. <br />Dan yang mampu menilai keagungan mukjizat ini hanyalah orang-orang yang memiliki disiplin ilmu pengetahuan atau orang yang mau mencari sosok kebenaran itu dengan menggunakan akal pikirannya untuk berpikir. <br />Beberapa tahun yang lalu, pernah diselenggarakan pameran Islam di London Inggris.<br />Salah satu benda yang dipamerkan adalah sebuah kaligrafi Al-Qur'an surah Az -Zumar : <br />God created you in the wombs of your mothers,<br />creation after creation,<br />in a threefold gloom. <br />Arti bahasa Indonesianya : <br />Allah menciptakan kamu didalam perut ibumu<br />Tahap kejadian demi tahap kejadian<br />Didalam gelap yang tiga <br />Lalu masuklah seorang ahli bedah kandungan bangsa Inggris non-Muslim.<br />Setelah melihat benda-benda yang dipajang, akhirnya ia melihat kaligrafi tersebut.<br />Ia tidak mengerti huruf kaligrafi itu, tetapi setelah membaca terjemahannya, dia merasa heran dan sangat mengaguminya. <br />Sebagai ahli kandungan, dia mengetahui bahwa bayi yang terdapat dalam rahim ibu dilindungi oleh tiga selaput halus tetapi kuat. <br />Selaput itu adalah Amnion Membrane, Decidua Membrane dan Chorion Membrane. <br />Dokter ini terpesona karena mengetahui bahwa ayat yang dilihat itu diturunkan oleh Allah sekitar 1.400 tahun yang lalu, disaat Eropa dan Amerika masih tenggelam dalam kebodohan. <br />Sedangkan Muhammad yang buta huruf, berkat adanya wahyu itu, bisa menerangkan keadaan bayi dalam kandungan, sebagaimana hasil penemuan para ahli kedokteran dimasa sekarang. <br />"Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang berbuat demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan." (QS. 39:6) <br />"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa."<br />(QS. 2:2) <br />"(Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa." <br />(QS. 3:138) <br />"Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mu'min, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (al-Qur'an)"<br />(QS. 4:162) <br />"...keterangan-keterangan (mu'jizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan"<br />(QS. 16:44) <br />________________________________________<br />Ilmu Falak <br />________________________________________<br />Sesuatu ayat Al-Qur'an diturunkan selain untuk meng-Esakan Allah, juga untuk memberikan peraturan (syari'at) dan untuk lain-lain, diantaranya juga untuk memperkenalkan isi alam raya ini kepada manusia, jauh sebelum para ilmuwan menemukan rahasianya. <br />Hal ini sesuai dengan fungsi penurunan Al-Qur'an & diutusnya nabi Muhammad Saw sendiri yang membawa rahmat kepada seluruh alam : <br />"Dan kamu (wahai Muhammad) sekali-kali tidak meminta upah kepada mereka (terhadap seruanmu ini), itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam." (QS. 12:104) <br />"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. 21:107) <br />"Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam." (QS. 38:87) <br />Dr. Maurice Bucaille, dalam bukunya Bibel, Qur'an dan Sains Modern menyayangkan penterjemahan Al-Qur'an yang kurang memperhatikan segi ilmiahnya. Penterjemahan Al-Qur'an selama ini biasanya hanya cenderung memperhatikan sisi sastranya saja. <br />Sebagai contoh ayat berikut ini : <br />"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. 39:5) <br />Kata menutupkan dalam surah Az-Zumar diatas, berasal dari kata 'Kawwiru'.<br />Oleh para penterjemah Al-Qur'an di Indonesia kata 'Kawwiru' ini diterjemahkan dengan berbagai arti yang beraneka ragam. <br />Berikut menurut masing-masing penterjemah yang berusaha mengartikan kata 'Kawwiru' : <br />Menurut Bachtiar Surin dalam 'Terjemahan Al-Qur'an' mengartikan 'Kawwiru' dengan kata 'Menyungkupkan'. <br />Departemen Agama RI didalam Al-Qur'an terjemahannya mengartikan 'Kawwiru' dengan kata 'Menutupkan'. <br />Menurut H. Oemar Bakry dalam 'Tafsir Rahmat' mengartikan 'Kawwiru' dengan kata 'Mengganti'. <br />Menurut A. Hassan dalam 'Tafsir Al Furqan' mengartikan kata 'Kawwiru' dengan kata 'Putarkan'. <br />Menurut H.B. Jassin dalam 'Bacaan Mulia' mengartikan 'Kawwiru' sebagai 'Mengalihkan'. <br />Menurut K.H. Ramli dalam 'Al Kitabul Mubin Tafsir AlQur'an Bahasa Sunda' mengartikan 'Kawwiru' dengan 'Muterkeun' atau 'Ngagulungkeun' (Dalam bahasa Indonesia berarti memutarkan atau menggulungkan). <br />Menurut Prof. Dr. Hamka dalam 'Tafsir Al Azhar' mengartikan kata 'Kawwiru' dengan kata 'Menutupkan' (sama seperti Depag). <br />Menurut H. Fachruddin HS dan H. Zainuddin Hamidy dalam 'Al-Quran dan Terjemahan Bahasa Indonesia' mengartikan kata 'Kawwiru' dengan kata 'Dijadikan-Nya'. <br />Menurut hal-hal tersebut diatas menunjukkan keutamaan Al-Qur'an, yaitu andaikata dalam setiap terjemahan Al-Qur'an tidak ditemukan lagi teks aslinya dalam bahasa Arab, penterjemahan akan semakin menjauh. <br />Tetapi Al-Qur'an walaupun terjemahan disesuaikan dengan cerita, situasi dan kondisi cerita secara fleksibel, orang-orang masih dapat memeriksa masing-masing kata tersebut dengan melihat aslinya, Kitab Suci Al-Qur'an dalam bahasa Arab tersebut, dan menguraikannya secara harfiah. <br />Bucaille menganggap bahwa hanya R. Blachere yang paling tepat menterjemahkan kata 'Kawwiru' kedalam bahasa Prancis, yaitu kata 'Enrouler' (Menggulung). <br />Memang arti lain daripada kata ini ada, namun arti yang sebenarnya adalah serban bulat yang biasanya dipakai oleh orang-orang Arab dengan menggulungkan kain tersebut berputar-putar kekepala mereka. <br />Jadi sebagaimana kita ketahui bahwa 'Malam' disebabkan oleh keadaan bumi membelakangi matahari sehingga gelap, sedangkan 'siang' disebabkan oleh keadaan bumi menghadapkan tanah tempat kita berpijak kepada matahari sehingga terang benderang. <br />Pergantian2 siang dan malam berputar-putar ini diibaratkan serban orang Arab yang berputar-putar dikepala, ini tampak terlihat bila kita berada pada pesawat ruang angkasa yang sedang meninggalkan ataupun sedang kembali kebumi. <br />Dengan begitu, melalui potongan ayat 5 Surah Az-Zumar yang berbunyi : <br />'.... Dia menggulungkan malam atas siang dan menggulungkan siang atas malam...." <br />Seakan-akan Allah Swt menjelaskan kepada umat manusia bahwa :<br />1. Bumi berotasi (berputar) pada sumbunya <br />2. Bumi bulat adanya <br />Sebab apabila saja terjadi misalnya kejadian bumi tidak bulat ataupun bumi tidak berotasi pada sumbunya, maka salah satu hal tersebut terjadi, maka sebagai tempat dipermukaan bumi yang berada di Khatulistiwa sekalipun akan mengalami keadaan malam berkepanjangan, sebaliknya lokasi yang tegak lurus dengan tempat tersebut akan mengalami keadaan siang berkepanjangan. <br />Lebih jauh mengenai rotasi bumi pada sumbunya ini dijelaskan dalam Surah An-Naml 88: <br />"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan...." (QS. 27:88) <br />Terjadinya malam berkepanjangan atau siang berkepanjangan seperti yang telah kita uraikan, adalah karena apabila terjadi tidak adanya rotasi salah satu planet pada sumbunya, sehingga dapat terus menerus melihat matahari, atau terus menerus membelakangi matahari, atau juga terus menerus menyamping terhadap matahari, tergantung posisinya dalam membuat gerakan melingkar (edar) pada matahari. <br />Hal ini tentu membuat sisi yang menghadap matahari terus menerus akan kering kerontang dengan suhu asngat tinggi, sebaliknya sisi yang membelakangi matahari terus menerus akan dingin membeku dengan suhu rendah (Menurut penelitian planet Venus mengalami keadaan seperti ini). <br />Semua peristiwa diatas dengan terperinci sudah diceritakan dalam Al-Qur'an surah 28 ayat 71 sampai dengan 73 sbb : <br />71. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu maka apakah kamu tidak mendengar?" <br />72. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya, Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" <br />73. Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. <br />(QS. Al-Qashash 71-73) <br />________________________________________<br />Bumi <br />________________________________________<br />Berbicara mengenai bumi, maka sama seperti pokok-pokok yang dibicarakan mengenai penciptaan benda-benda lainnya, ayat yang mengenai bumi ini adalah tersebar diseluruh Qur'an. Untuk mengelompokkannya tidaklah mudah. <br />Untuk terangnya pembahasan ini, pertama kita dapat memisahkan ayat-ayat yang biasanya membicarakan bermacam-macam persoalan akan tetapi ayat-ayat tersebut mempunyai ciri umum, yaitu mengajak manusia untuk memikirkan nikmat-nikmat Tuhan dengan memakai contoh-contoh. <br />Ada lagi kelompok ayat-ayat yang dapat dipisahkan, yaitu ayat-ayat yang membicarakan soal-soal khusus seperti : <br />* Siklus (peredaran) air dan lautan<br />* Dataran Bumi<br />* Atmosfir bumi <br />________________________________________<br />A. Ayat-ayat yang bersifat umum <br />________________________________________<br />Ayat-ayat yang mengajak manusia untuk memikirkan nikmat-nikmat Tuhan kepada ciptaan-Nya, mengandung disana sini pernyataan-pernyataan yang baik sekali untuk dihadapkan dengan Sains Modern. <br />Dari segi pandangan ini ayat-ayat tersebut malah lebih penting karena tidak menyebutkan kepercayaan-kepercayaan yang bermacam-macam mengenai fenomena alamiah, yaitu kepercayaan yang digemari oleh manusia pada jaman turunnya wahyu yang sekarang ini terbukti salah oleh Ilmu Pengetahuan dan Tekonologi. <br />Disatu pihak, ayat-ayat itu memajukan ide sederhana yang dapat dimengerti dengan mudah oleh mereka yang diajak bicara oleh Qur'an berhubung dengan kedudukan geografis mereka, yaitu penduduk Mekkah dan Madinah, serta orang-orang Badui di Jazirah Arabia. <br />Dilain pihak ayat-ayat itu menyajikan pemikiran-pemikiran umum yang dapat dimanfaatkan masyarakat luas yang terpelajar disegala tempat dan disegala waktu. Hal ini salah satu hal yang menunjukkan bahwa Qur'an itu suatu buku universil (untuk segala manusia sepanjang jaman). <br />Oleh karena tak ada pengelompokan ayat-ayat tersebut dalam Al-Qur'an, maka ayat -ayat itu kita sajikan menurut urut-urutan Surah. <br />"Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (QS. 2:22) <br />"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan."<br />(QS. 2:164) <br />"Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang -pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan."<br />(QS. 13:3) <br />"Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk -makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya. Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu." (QS. 15:19-21) <br />"Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal." (QS. 20:53-54) <br />"Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui." (QS. 27:61) <br />Disini terdapat isyarat kepada stabilitas umum dari pada muka bumi. Kita sudah dapat mengetahui bahwa pada periode-periode permulaan dari pada bumi, maka bumi sebelum dingin tidak stabil. <br />Stabilitas muka bumi tidak mutlak, karena terdapat zone (daerah) dimana gempa bumi sering terjadi. Adapun pemisah antara dua lautan, hal ini merupakan gambaran (image) tentang tidak tercampurnya air sungai dan air laut pada muara -muara yang besar seperti yang akan kita lihat nanti. <br />(Wow... Maha Suci Allah, jauh sebelum manusia sadar bahwa diantara dua lautan itu ada suatu pemisah, Nabi Muhammad Saw yang bahkan tidak pernah berlayar sama sekali berkat petunjuk Allah, dapat menjabarkan sedemikian baiknya mengenai masalah ini). <br />Ada lagi ayat yang menjelaskan hal serupa : <br />"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing." (QS. 55:19-20) <br />Muhammad tidak pernah sekolah, meskipun dia orang jenius tetapi apabila tidak pernah mengadakan penelitian atau pengamatan, dia pasti mengetahui apa-apa, kecuali mendapat petunjuk dari Allah Swt. <br />Air laut (Asin) bertemu dengan air tawar, namun keduanya tidak bisa bercampur aduk menjadi satu macam air.<br />Kebenaran ayat ini terbukti dengan menggunakan ilmu pengetahuan modern.<br />Bisakah Muhammad mengetahui hal tersebut tanpa petunjuk dari Allah yang Maha Menciptakan ? <br />Mari kita teruskan pembahasan ilmiah kita terhadap ayat-ayat Qur'an ini... <br />"Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezkinya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." (QS. 67:15) <br />"Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu." (QS. 79:30-33) <br />Dalam beberapa ayat diatas, pentingnya air serta akibat praktis dari adanya air terhadap tanah dan kesuburan tanah, digaris bawahi. Dalam negeri-negeri bersahara, air adalah unsur nomor satu yang<br />mempengaruhi kehidupan manusia. <br />Tetapi disebutkannya hal ini dalam Qur'an melampau keadaan geografis yang khusus. Keadaan planet yang kaya akan air, keadaan yang unik dalam sistem matahari seperti yang dibuktikan oleh Sains Modern, disini ditonjolkan. Tanpa air, bumi akan menjadi planet mati seperti bulan. Al-Qur'an memberi kepada air tempat yang pertama dalam menyebutkan fenomena alamiah daripada bumi. Siklus air telah mendapatkan gambaran yang sangat tepat didalam kitab suci ini. <br /><br />________________________________________<br />Siklus Air dan Lautan <br />________________________________________<br />Jika pada waktu ini kita membaca ayat-ayat Qur'an yang mengenai air dan kehidupan manusia, ayat demi ayat, semuanya akan nampak kepada kita sebagai ayat-ayat yang menunjukkan hal yang sudah jelas.<br />Sebabnya adalah sederhana; pada jaman kita sekarang ini, kita semua mengetahui siklus air dalam alam, meskipun pengetahuan kita itu tidak tepat keseluruhannya. <br />Tetapi jika kita memikirkan konsep-konsep lama yang bermacam-macam mengenai hal ini, kita akan mengetahui bahwa ayat-ayat Qur'an tidak menyebutkan hal-hal yang ada hubungannya dengan konsep mistik yang tersiar dan mempengaruhi pemikiran filsafat secara lebih besar daripada hasil-hasil pengamatan. <br />Jika orang-orang jaman dulu telah dapat memperoleh pengetahuan praktis yang bermanfaat, untuk memperbaiki pengairan air, walaupun pengetahuan itu terbatas. <br />Dengan cara pemikiran orang dahulu itu, mudahlah bagi seseorang untuk menggambarkan bahwa air dibawah tanah itu dapat diperoleh karena terjadinya gugusan dalam tanah. <br />Orang menyebutkan konsep Vitruvius Polio Marcus yang pada abad 1 SM mempertahankan ide tersebut di Roma. Dengan begitu, selama beberapa abad, dan juga setelah Qur'an diwahyukan banyak orang yang mengikuti ide yang salah tentang regime air. <br />Konsepsi tentang siklus air yang jelas untuk pertama kali diutarakan oleh Bernard Palissy pada tahun 1580. Konsepsi ini mengatakan bahwa air dibawah tanah asalnya dari infiltrasi air hujan dalam tanah. Teori ini kemudian dibenarkan oleh E. Mariotte dan P. Perrault pada abad XVII M. <br />Dalam ayat-ayat Qur'an tidak terdapat konsepsi yang salah, malah semakin ilmiah saja. <br />"Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfa'atnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan." (QS. 50:9-11) <br />"Dan kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkan. Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan."<br />(QS. 23:18-19) <br />"Dan Kami telah mengirimkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turnkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali -kali bukanlah kamu yang menyimpannya." (QS. 15:22) <br />Ada dua cara untuk menafsirkan ayat yang terakhir ini, angin yang menyuburkan dapat dianggap sebagai penyubur tanam-tanaman dengan jalan membawa Pollen (benih buah dari tumbuh-tumbuhan lain). <br />Tetapi dapat juga ditafsirkan sebagai ekspresi kiasan yang menggambarkan peranan angin yang membawa awan yang tidak mendatangkan hujan atau awan yang membawa hujan. <br />Peranan ini sering disebut dalam ayat, seperti berikut : <br />"Dan Allah, Dialah yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati lalu kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianklah kebangkitan itu." (QS. 35:9) <br />"Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira." (QS. 30:48) <br />"Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab angin itu pelbagai macam buah -buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah -mudahan kamu mengambil pelajaran." (QS. 7:57) <br />"Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, Binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak." <br />(QS. 25:48-49) <br />"Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkanNya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal." <br />(QS. 45:5) <br />"Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah -lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang." (QS. 13:17) <br />"Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?". (QS. 67:30) <br />"Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan -Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal." (QS. 39:21) <br />"Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air." (QS. 36:34) <br />Pentingnya sumber-sumber dan diisinya dengan air hujan yang digiring kearah sumber itu digaris bawahi dengan tiga ayat terakhir. Kita perlu memperhatikan hal ini, untuk mengingat konsepsi yang tersiar pada abad pertengahan seperti konsepsi Aristotelis yang mengatakan bahwa sumber-sumber itu mendapat air dari danau-danau dibawah bumi. <br />Dalam artikel 'Hidrologie' dalam Encyclopedia Universalis, M.R. Remenieras, Guru Besar pada Ecolenationale du Genie rural, des Eaux et Forets (sekolah nasional untuk pertahanan desa, pertahanan air dan hutan), menerangkan tahap-tahap pokok dari pada hidrologi dan menyebutkan proyek-proyek irigasi Kun0, khususnYa di Timur TEngah. <br />Ia mengatakan bahwa empirisme telah mendahului ide pada waktu itu dan konsepsi -konsepsi yang salah. Kemudian ia meneruskan : Perlu manusia menunggu jaman Renaissance (antara tahun 1400 - 1600) untuk melihat konsep-konsep filsafat mundur dan memberikan tempatnya kepada penyelidikan-penyelidikan fenomena hidrologi yang didasarkan atas pengamatan (observasi). <br />Leonardo da vinci (1452-1519) menentang pernyataan Aristoteles.<br />bernard PalisSy dalam bukuNya 'PenyelidIkan yang menGagumkan tentAng watak air dan air mancUr, yang alamIah dan yang Buatan), membErikan interpRestasi yang Benar tentang siklus air dAn khususnya Pengisian sumBer-sumber aiR daripada aiR hujan. <br />Surah Az-Zumar ayat 21 yang menyebutkan bahwa air hujan itu mengarah kepada sumber-sumber air, bukankah ini tepat sekali seperti apa yang ditulis oleh Palissy tahun 1570. <br />Kemudian Al-Qur'an membicarakan butiran-butiran es dalam surah An-Nuur ayat 43: <br />"Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran -butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung -gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkaN penglihatan." (QS. 24:43) <br />________________________________________<br />Lautan <br />________________________________________<br />Sebagaimana ayat-ayat Qur'an telah memberikan bahan perbandingan dengan ilmu pengetahuan modern mengenai siklus air dalam alam pada umumnya, hal tersebutakan kita rasakan juga mengenai lautan. <br />Tidak ada ayat AL-Qur'an yang mengisahkan mengenai kelautan yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Begitu juga perlu digaris bawahi bahwa tidak ada ayat Qur'an yang membicarakan tentang lautan menunjukkan hubungan dengan kepercayaan -kepercayaan atau mitos atau takhayul yang Terdapat pada jaman Qur'an diwahyukan. <br />Beberapa ayat yang mengenai lautan dan pelayaran mengemukakan tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang nampak dalam pengamatan sehari-hari, dimana semua itu untuk dipikirkan. <br />Ayat-ayat tersebut adalah : <br />"Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah Menundukkan (Pula) bagimu Sungai-sungai." (QS. 14:32) <br />"Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya Kamu bersyukuR." (QS. 16:14) <br />"Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda -tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi Banyak bersyuKur." (QS. 31:31) <br />"Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan, kecuali karena Rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai pada waktu tertentu." (QS. 36:41-44) <br />Pada dini hari para nelayan bertolak kelaut mencari ikan, mereka mengembangkan layar perahunya karena mengharapkan angin darat meniup perahu mereka kelaut. <br />Begitu pula sebaliknya bila mereka hendak pulang, mereka mengembangkan layar perahunya mengharapkan angin laut menghantarkan mereka kedarat. <br />Begitulah pertolongan Allahus Shamad (Allah tempat bergantung segala sesuatu), karena Allah juga Rabbul Mustadh'afin. <br />Peristiwa diatas ini telah dimuat dalam Al-Qur'an dengan manis : <br />"...bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia..." (QS. 2:164) <br />Hal ini terjadi karena memang udara didarat pada siang hari terasa panas, menjadikan udara tersebut memuai (mengembang) sehingga karena kepadatannya udara tersebut bergerak ketempat yang relatif lebih renggang dilaut. Sedangkan panasnya laut pada malam hari membuat udara memuai (mengembang) Sehingga kareNa kepadatannYa pula udara tersebut berGerak ketempaT yang relatiF lebih renggAng didarat, Sesuai sifatnYa. <br />Udara yang bergerak disebut angin, membawa serta awan yang mengundang air atau butir-butir es (bila membatu). Hal ini menjadi keterangan AL-Qur'an pada potongan ayat selanjutnya, sebagai berikut : <br />"...dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi (atmosfir).." (QS. 2:164) <br />Secara lengkap penulis cantumkan keseluruhan Surah Al-Baqarah ayat 164<br />Tersebut sbb : <br />"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala Jenis hewan, Dan pengisaraN angin dan aWan yang dikeNdalikan antaRa langit dan bumi (atm0sfIr); sungguh (terdapat) taNda-tanda (keEsaan dan kebEsaran allah) bagi kaum yaNg memikirkan." (QS. 2:164) <br />Perjalanan awan tersebut dalam ayat diatas adalah merupakan salah satu dari proses siklus air, air yang berasal dari manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan maupun dari alam sekitarnya seperti sungai, danau, kolom, got, selokan, parit, WC dam kamar mandi bergerak dari tempat yang tinggi ketempat yang Relatif lebih rendah, sehiNgga pada akhIrnya sebagiaN bisa sampai kelaut. <br />Dilautlah udara (disamping penguapan pada tempat-tempat lain), uap air diudara berkumpul membentuk awan. <br />Bersama angin gumpalan-gumpalan awan tersebut terbawa, dan oleh kelembaban tertentu (misalnya oleh gunung atau hutan) berubah kembali menjadi bintik-bintik hujan. <br />Peristiwa perjalanan awan lebih lengkap difirmankan oleh Allah dalam Surah An -Nuur 24 ayat 43 berikut ini: <br />"Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran -butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung -gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS. 24:43) <br />Ada lagi fakta mengenai lautan untuk diamati, fakta tersebut dapat diambil dari ayat-ayat Qur'an tentang lautan dan fakta tersebut menunjukkan suatu aspek yang khusus. <br />Tiga ayat membicarakan sifat-sifat sungai yang besar jika sungai itu menuang kedalam lautan. <br />Suatu fenomena yang sering kita dapatkan adalah bahwa air lautan yang asin, dengan air sungai-sungai besar yang tawar tidak bercampur seketika. <br />Orang mengira bahwa Qur'an membicarakan sungai Euphrat dan Tigris yang setelah bertemu dalam muara, kedua sungai itu membentuk semacam lautan yang panjangnya lebih dari dari 150 Km, dan dinamakan Syath al Arab. <br />Didalam teluk pengaruh pasang surutnya air menimbulkan suatu fenomena yang bermanfaat yaitu masuknya air tawar kedalam tanah sehingga menjamin irigasi yang memuaskan. <br />Untuk memahami teks ayat, kita harus ingat bahwa lautan adalah terjemahan kata bahasa Arab 'Bahr' yang berarti sekelompok air yang besar, sehingga kata itu dapat dipakai untuk menunjukkan lautan atau sungai yang besar seperti Nil, Tigris dan Euphrat. <br />Tiga ayat yang memuat fenomena tersebut adalah sbb : <br />"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi." (QS. 25:53) <br />"Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit.Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar Membelah laut supaya kamu Dapat mencari karunia-Nya Dan supaya kaMu bersyukur." (QS. 35:12) <br />"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan." (QS. 55:19, 20 & 22) <br />Selain menunjukkan fakta yang pokok, ayat-ayat tersebut menyebutkan kekayaan -kekayaan yang dikeluarkan dari air tawar dan air asin yaitu ikan-ikan dan hiasan badan : Batu-batu perhiasan dan mutiara. Mengenai fenomena tidak campurnya air sungai dengan air laut dimuara-muara hal tersebut tidak khusus untuk Tigris dan Euphrat yang memang tidak disebutkan namanya dalam ayat walaupun ahli-ahli tafsir mengira bahwa dua sungai besar itulah yang dimaksudkan. <br />Sungai-sungai besar yang menuang kelaut seperti Missisipi dan Yang Tse menunjukkan keistimewaan yang sama; campurnya kedua macam air itu tidak terlaksa seketika tetapi memerlukan waktu. <br />________________________________________<br />Atmosfir Bumi <br />________________________________________<br />Dalam beberapa aspek yang mengenai langit secara khusus dan yang telah kita bicarakan dalam posting-posting yang lalu, Qur'an memuat beberapa paragraf yang ada hubunnnya dengan fenomena-fenomena yang terjadi dalam atmosfir. <br />Mengenai hubungannya paragraf-paragraf Qur'an tersebut dengan hasil-hasil Sains Modern, kita dapatkan seperti yang sudah-sudah dilain persoalan tidak adanya kontradiksi dengan pengetahuan ilmiah yang sudah dikuasai manusia sekarang tentang fenomena-fenomena yang disebutkan. <br />________________________________________<br />Ketinggian (Altitude) <br />________________________________________<br />Sesungguhnya ini adalah pemikiran sederhana terhadap rasa, 'tidak enak' yang dirasakan orang ditempat yang tinggi, dan yang akan bertambah-tambah jika orang itu berada dalam tempat yang lebih tinggi lagi, hal ini dijelaskan dalam Surah Al-An'aam ayat 125: <br />"...niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki kelangit...." (QS. 6:125) <br />Bila Muhammad bukan utusan Allah, pasti ia tidak mengetahui bahwa kalau diluar angkasa tidak ada udara yang mengandung oksigen. <br />Benda apapun yang dilemparkan tinggi-tinggi akan jatuh kembali kebumi, begitu juga bila seorang peloncat tinggi meloncar, ia akan jatuh kembali kebumi. <br />Burung dapat terbang karena dengan susah payah harus menggerakkan sayapnya untuk mendorong udara, sekalipun berat badannya cukup ringan. <br />Semua ini karena adanya gaya tarik bumi yang disebut gravitasi.<br />besar atau keCilnya gaya tArik bumi dipEngaruhi 0leh besar kecilnYa berat jeniS suatu benda. Dengan demiKian semakin Ringan suatu Benda, maka sEmakin kecil Gaya tarik buMi pada benda tersebut, kaRena berat riNgan suatu beNda yang sama v0lumenya diTentukan 0leh besar kecil Berat jenisnyA. <br />"Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. sesungguhnya pada yang demikian itu benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman." (QS. 16:79) <br />"Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu." (QS. 6:38) <br />Air yang verat jenisnya lebih besar daripada minyak tanah, selalu berada dibagian bawah bila dicampurkan, karena gaya tarik bumi terhadap air lebih besar dibandingkan minyak tanah. <br />Helium yang ringan mempunyai gaya tarik bumi kecil sekali, sehingga bila dimasukkan kedalam balon mainan anak-anak, balon akan terbang tinggi karena masih banyak udara lain yang berebutan ingin lebih kebumi ditarik bumi. <br />Batu yang dilemparkan keatas akan mengalami perlambatan sampai mencapai puncaknya dengan kecepatan sama dengan 0 (nol). <br />Selanjutnya jatuh kembali kebumi mengalami percepatan.<br />kecepatan benDa terbesar aDalah pada saAt pertama seWaktu benda jAtuh kebumi aPabila tepat Jatuh dan temPat melempar Sama tinggi dAn tanpa pengAruh lain. <br />Semakin kuat tenaga yang dimiliki untuk melemparkan benda semakin tinggi pula titik puncak yang dicapai. Dan kekuatan yang diperlukan tersebut adalah kekuatan untuk melawan<br />Gravitasi bumI. <br />Dapat dibayangkan betapa banyaknya tenaga dan kekuatan yang diperlukan untuk melepaskan pesawat luar angkasa meninggalkan atmosfir. <br />Bahkan Challenger yang meledak pada percobaan penerbangan angkasa luar Amerika Serikat, tenaganya melebihi ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada waktu perang Dunia kedua. <br />Pesawat luar angkasa pertama milik Amerika Serikat yang mencapai bulan, yaitu Apollo 11, memerlukan kekuatan sedemikian besarnya untuk dapat mencapai bulan, sehingga tidak cukup hanya kekuatan ledakan pertama di Cape Kenedy, tetapi beberapa kali harus melepaskan alasnya untuk kekuatan baru. begitu juga LUnix dan S0yuZ miliki Uni S0viet (Rusia). <br />Sejak nuklir ditemukan manusia, para pembuat pesawat luar angkasa semakin bergairah karena kekuatannya dapat dipergunakan lebih maksimal. <br />Benda biasa yang dibakar umumnya menjadi abu, menguap keudara dan sisanya menjadi energi, tetapi nuklir dapat habis seluruhnya untuk menciptakan energi (tenaga) ataupun kekuatan. <br />Begitu besarnya perhatian dan keinginan para ahli luar angkasa, untuk memperoleh kekuatan agar dapat mengimbangi gaya tarik bumi (gravitas), lepas landas keluar angkasa menembus penjuru langit. <br />Ini semua sudah dibicarakan dalam Al-Qur'an : <br />"Hai jama'ah jin dan manusia,jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan". (QS. 55:33) <br />"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang ?. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang ?" (QS. 67:3) <br />________________________________________<br />Listrik di Atmosfir <br />________________________________________<br />Listrik yang ada diatmosfir dan akibat-akibatnya seperti guntur dan butir-butir es disebutkan dalam beberapa ayat sbb : <br />"Dia-lah yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia Kehendaki, daN mereka berbAntah-bantahaN tentang AllAh, dan dia-lAh Tuhan Yang Maha keras sIksa-Nya." (QS. 13:12-13) <br />Surah An-nur ayat 43. <br />"Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran -butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung -gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkaN penglihatan." (QS. 24:43) <br />Dalam dua ayat tersebut digambarkan hubungan yang erat antara terbentuknya awan -awan berat yang mengandung hujan atau butiran-butiran es dan terbentuknya guntur. <br />Yang pertama sangat dicari orang karena manfaatnya dan yang kedua ditolak orang. Turunnya guntur adalah keputusan Allah. Hubungan antara kedua fenomena atmosfir sesuai dengan pengetahuan tentang listrik atmosfir yang sudah dimiliki oleh manusia sekarang. <br />________________________________________<br />Bayangan <br />________________________________________<br />Fenomena yang sangat luar biasa dijaman kita, yaitu bayangan dan pergeserannya disebutkan dalam ayat-ayat berikut : <br />"Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu." (QS. 25:45) <br />"Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang dilangit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya diwaktu pagi dan petang hari." (QS. 13:15) <br />"Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri." (QS. 16:48) <br />Diluar hal-hal yang menunjukkan tunduknya segala ciptaan Tuhan termasuk bayangan, kepada penciptanya Yang Maha Kuasa, dan disamping Tuhan memperlihatkan kekuasaanNya, ayat-ayat Qur'an juga menyebutkan hubungan antara bayangan dan matahari. <br />The End. <br />Taken From : <br />1. Al-Qur'an Sumber Segala Disiplin Ilmu Drs. Inu Kencana Syafiie<br />Gema Insani Press Jakarta Indonesia 1996 <br />2. Bibel, Qur'an dan Sains Modern dr. Maurice Bucaille<br />bulan Bintang - Indonesia 1984 <br />3. Dari Sains ke Stand AlQur'an Dr. Imaduddin Khalil Arista - Indonesia 1993<br />4. Asal usul manusia menurut Bibel, Al-Qur'an dan Sains Modern Dr. Maurice Bucaille Penerbit Mizan - Indonesia 1996 <br />________________________________________<br />Copyright(c) Armansyah 1998-1999<br />Sumber:http://geociti.es/Pentagon/quarters/1246/qursains.html<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-17643909153497767062010-08-18T10:21:00.000-07:002010-08-18T10:23:01.098-07:00Qur'an dan Ilmu PengetahuanQur'an dan Ilmu Pengetahuan<br /><><><><><><><><><><> <> <br />________________________________________<br />A. Pengertian Al-Qur'an <br />________________________________________<br />Al-Qur'an adalah kitab suci yang diturunkan Allah Swt, Tuhan alam semesta, kepada Rasul dan NabiNya yang terakhir, Muhammad Saw melalui malaikat Jibril as untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia sampai akhir jaman. <br />Al-Qur'an berarti bacaan, nama-nama lain dari kitab suci ini adalah Al-Furqaan (Pembeda), Adz Dzikir (Pengingat) dan lain-lain, tetapi yang paling terkenal adalah Al-Qur'an. <br />Sebagai kitab suci terakhir, Al-Qur'an bagaikan miniatur alam raya yang memuat segala disiplin ilmu, Al-Qur'an merupakan karya Allah Swt yang Agung dan Bacaan mulia serta dapat dituntut kebenarannya oleh siapa saja, sekalipun akan menghadapai tantangan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin canggih (sophisticated). <br />Kata pertama dalam wahyu pertama (The First Revelation) bahkan menyuruh manusia membaca dan menalari ilmu pengetahuan, yaitu Iqra'. <br />Adalah merupakan hal yang sangat mengagumkan bagi para sarjana dan ilmuwan yang bertahun-tahun melaksanakan penelitian di laboratorium mereka, menemukan keserasian ilmu pengetahuan hasil penyelidikan mereka dengan pernyataan -pernyataan Al-Qur'an dalam ayat-ayatnya. <br />Setiap ilmuwan yang melakukan penemuan pembuktian ilmiah tentang hubungan Al -Qur'an dengan ilmu pengetahuan akan menyuburkan perasaan yang melahirkan keimanan kepada Allah Swt, dorongan untuk tunduk dan patuh kepada Kehendak-Nya dan pengakuan terhadap Kemaha Kuasaan-Nya. <br />Tidak pada tempatnya lagi orang-orang memisahkan ilmu-ilmu keduniawian yang dianggap sekuler, seperti ilmu-ilmu sosial dengan segala cabangnya, dengan ilmu -ilmu Al-Qur'an. Para ilmuwan dapat sekuler, tetapi ilmu tidak sekuler. <br />Bila penyelidikan tentang alam raya ini adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta Alam Raya ini tidak ilmiah. Bila percampuran dan persenyawaan unsur-unsur adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta setiap unsur itu tidak ilmiah. <br />Begitu pula pembicaraan hal-hal kenegaraan adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta perbedaan watak individu yang menjadikan beraneka ragam ideologi tidak ilmiah. <br />Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, sehingga bahasa Arab menjadi bahasa kesatuan umat Islam sedunia. Peribadatan dilakukan dalam bahasa Arab sehingga menimbulkan persatuan yang dapat dilihat diwaktu 'shalat-shalat massal' dan ibadah haji. <br />Selain daripada itu, bahasa Arab tidak berubah, sangat mudah diketahui bila Al -Qur'an hendak ditambah atau dikurangi, banyak orang yang buta huruf terhadap bahasa nasionalnya, tetapi mahir membaca Al-Qur'an bahkan sanggup menghafal Al -Qur'an keseluruhan. <br />Al-Qur'an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat (QS. 68:52), sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah peringatan bagi seluruh umat (QS. 38:87), petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. 2:2), korektor dari semua kitab sebelumnya yang telah terdistorsi (QS. 5:48). <br />Al-Qur'an dalam bahasa Arab mempunyai gaya tarik dan keindahan yang deduktif.<br />Didapatkan dalam gaya yang singkat dan cemerlang, bertenaga ekspresif, berenergi eksplosif dan bermakna kata demi kata. (Dr. John Maish MA, The Wisdom Of The Koran. Oxford 1937) <br />________________________________________<br />B. Pengertian Ilmu <br />________________________________________<br />Bila seseorang memiliki pengertian (understanding) atau sikap (attitude) tertentu, yang diperolehnya melalui pendidikan dan pengalaman sendiri, maka oleh banyak orang dianggap yang bersangkutan tahu atau berpengetahuan. <br />Begitu juga bila seseorang memiliki ketrampilan atau ketangkasan (aptitude) yang diperolehnya melalui latihan dan praktek, maka kemampuan tersebut disebut kebiasaan atau keahlian. <br />Namun keahlian atau kebiasaan ini, sekalipun karena keterbiasaan melakukan sesuatu, juga karena yang bersangkutan sebelumnya tahu itu adalah tahu mengerjakan (know to do), tahu bagaimana (know how) dan tahu mengapa (know why) sesuatu itu. <br />Jadi sekalipun menurut Peter Drucker (The Effective Executive), kebiasaan yang berurat berakar yang tanpa dipikirkan (in thinking habit) telah menjadi kondisi tak sadar (reflex condition), tetap sebelumnya harus merupakan pengetahuan yang dipelajari dan dibiasakan. <br />Tetapi E.J. Gladden dalam bukunya "The Essentials of Public Administration" menganggap ilmu sama dengan ketrampilan, hanya ketrampilan diperoleh melalui latihan dan belajar. <br />Sekarang sebenarnya dimana letaknya ilmu ?<br />Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, sebaliknya, setiap pengetahuan belum tentu ilmu.<br />Untuk itu ada syarat-syarat yang membedakan ilmu (Science) dengan pengetahuan (knowledge), yaitu sbb: <br />Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudirdjo, Administrasi dan Management Umum 1982, Ilmu harus ada obyeknya, terminologinya, metodologinya, filosofinya dan teorinya yang khas. <br />Menurut Prof. Dr. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985, Ilmu juga harus memiliki obyek, metode, sistimatika dan mesti bersifat universal. <br />Menurut Prof. Dr. Sondang Siagian, Filsafat Administrasi 1985 : <br />Ilmu pengetahuan dapat didefenisikan sebagai suatu obyek ilmiah yang memiliki sekelompok prinsip, dalil, rumus yang melalui percobaan yang sistimatis dilakukan berulang kali telah teruji kebenarannya, prinsip-prinsip, dalil-dalil dan rumus-rumus mana dapat diajarkan dan dipelajari. <br />Menurut Prof. Drs. Sutrisno Hadi, Metodologi Reserach 1 1969 : <br />Ilmu pengetahuan sebenarnya tidak lain adalah kumpulan dari pengalaman -pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangunan yang teratur. <br />Dari pendapat2 diatas terlihat bahwa ilmu pengetahuan itu kongkrit sehingga dapat diamati, dipelajari dan diajarkan secara teratur, teruji, bersifat khas atau khusus, dalam arti mempunyai metodologi, obyek, sistimatika dan teori sendiri. <br />Disamping itu dalam pengajian ilmu-ilmu agama Islam, sementara ini meliputi antara lain yaitu berbagai ilmu Nahwu (seperti persoalan Fi'il dan Ijim), berbagai ilmu Tafsir (seperti tafsir Hadits dan Al-Qur'an dengan persoalan Nasikh, Mansukh, Mutasyabih, Tanzil dan Ta'wil), berbagai ilmu Tajwid (pronunciation), Qira'ah dan Balaghah (seperti Bayan, Ma'ani dan Badii), berbagai ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih, berbagai ilmu Hadits (seperti kandungan dan perawi Hadits), berbagai ilmu tasawuf (seperti pengetahuan tentang Sufi, Tarekat, Mistisme dalam Islam, Filsafat Islam), berbagai ilmu Qalam (bentuk huruf Al -Qur'an), berbagai ilmu Arudh (poets) atau syair-syair Al-Qur'an dan berbagai ilmu Sharf (grammar, kata-kata dan morfologinya). <br />Pembagian fakultas dan jurusan yang ada pada perguruan tinggi Islam seperti IAIN, kita temui Fakultas Syariah (meliputi Tafsir baik Al-Qur'an sendiri maupun Al -Hadits, Perbandingan Mahzab, Bahasa Arab), Tarbiyah (meliputi Pendidikan Agama Islam, Bahasa Arab dan lain-lain), Ushuluddin meliputi Perbandingan Agama (muqdranatul addien), bahasa Arab dan lain-lain, Fakultas Adab dan Fakultas Da'wah. <br />Hal ini adalah karena pengetahuan keIslaman itu sendiri digolongkan atas Ibadah (yaitu tata cara peribadatan kepada Allah, dalam arti hubungan manusia dengan Allah atau Hablum Minallah, Muamalah (tata cara pergaulan sesama manusia, dalam arti hubungan antar manusia atau Hablum Minannas), persoalan Munakahaat dan persoalan Jinayaat. <br />Dalam Al-Qur'an ada lebih dari 854 ayat-ayat yang menanyakan mengapa manusia tidak mempergunakan akal(afala ta'kilun), yang menyuruh manusia bertafakur/memikirkan (tafakurun) terhadap Al-Qur'an dan alam semesta serta menyuruh manusia mencari ilmu pengetahuan. <br />Jadi kata yang identik dengan akal dalam Al-Qur'an tersebut 49 kali seperti kala Yatadabbarun dan Yatazakkarun, kata yang menganjurkan manusia menjadi ahli pikir, para sarjana, para ilmuwan dan para intelektual Islam (ulul albab) dalam Al -Qur'an disebut 16 kali, sehingga jumlah keseluruhan diatas adalah lebih kurang 854 kali. <br />Beberapa diantaranya adalah sbb : <br />"...Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui" (QS. 16:43) <br />"Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al-Qur'an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami.." (QS. 7:52) <br />"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang yang berilmu." (QS. 29:43) <br />"Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. 58:11) <br />"Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan." (QS. 16:44) <br />"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang -bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (memikirkannya)." (QS. 16:12) <br />"Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (QS. 39:9) <br />"...Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:"Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal." (QS. 3:7) <br />"Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal."<br />(QS. 39:18) <br />"...Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (QS. 2:197) <br />"...Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka<br />berfikir." (QS. 59:21) <br />________________________________________<br />C. Al-Qur'an dan penelitian Ilmiah <br />________________________________________<br />Penelitian dapat dilakukan dalam segala disiplin ilmu, jadi tempat penelitian/laboratorium bukan hanya milik ilmu kedokteran yang meneliti dan mengamati kegiatan bakteri, dan bukan juga hanya milik ilmu kimia yang meneliti dan mengamati reaksi zat-zat yang dicampur di tabung reaksi. <br />Tetapi juga milik ilmu-ilmu lain, sehingga dikenal sekarang adanya laboratorium bahasa, laboratorium pemerintahan, laboratorium politik dsb. <br />Istilah yang menyebutkan 'Lain teori lain pula prakteknya' tidak tepat lagi karena teori dan pendapat ilmiah dari seorang ahli itu muncul setelah ybs melakukan penelitian, dengan demikian selalu didukung oleh kenyataan empiris. Meskipun kadang-kadang teori itu spekulatif namun demikian teori itu dekat dengan kenyataan. <br />Tujuan teori yaitu secara umum mempersoalkan pengetahuan dan menjelaskan hubungan antara gejala-gejala sosial dengan observasi yang dilakukan. <br />Teori juga bertujuan untuk meramalkan fungsi dari pada gejala-gejala sosial yang diamati itu berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang secara umum telah dipersoalkan oleh teori. <br />Dalam berbagai model penelitian untuk menemukan kebenaran ilmiah, ada yang memakai hipotesa, yaitu untuk penelitian yang uji hipotesa atau disebut juga penelitian analisis verifikatif, namun ada pula yang non hipotesis, seperti penelitian deskriptif, yang terdiri dari deskriptif developmental dan deskriptif eksploratif dan lain-lain. <br /><br /> Teori<br /> Konsep <-------------------------------------> Konsep<br /> | |<br /> | |<br />Operasionalisasi Operasionalisasi <br /> | |<br /> V V<br />Variabel <-------------------------------------> Variabel<br /> Hipotesis<br /><br />(Sumber: Dr. Talizidulu Ndraha, Disain Riset dan Teknik Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, 1987, yang menerangkan kedudukan Hipotesis terhadap Teori) <br />Hipotesa harus dibuktikan, tidak dapat menjadi praduga dan persangkaan belaka. <br />Bila tidak dibuktikan dan diuji, sipeneliti sudah barang tentu tidak mengetahui sejauh mana kebenaran ilmiahnya. <br />Hal ini bersesuaian dengan apa yang di Firmankan Allah dalam Al-Qur'an sbb: <br />"Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran." (QS. 53:28) <br />"...dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja."<br />(QS. 45:24) <br />Kata "persangkaan" dan "Duga-duga" dalam ayat diatas berarti hipotesa yang harus diuji dan dibuktikan kebenaran ilmiahnya. <br />Pada gambar yang telah saya cantumkan, menunjukkan hubungan antara variabel dengan hipotesa. Dari dua atau lebih variabel dapat dibuat hipotesa untuk penelitian analisis verifikatip. <br />Penelitian analisis verifikatip ditandai dengan penempatan kata "Pengaruh" atau "Peranan" didepan variabel bebas, selanjutnya memerlukan perhitungan statistik untuk menentukan ramalan (prediction) perubahan variabel tergantung, atas tindakan yang sudah dilakukan variabel bebas. <br />Sehingga antara variabel dengan variabel tergantung diletakkan kata "Terhadap" dan "Dalam" sebagai penghubung, misalnya : <br />1. Pengaruh Promosi ASI terhadap berkurangnya penderita diare pada anak. <br />2. Peranan Administrasi Pemerintahan Desa dalam Pembangunan Desa. <br />Lebih rendah gradiasinya dari pemakaian kata "Pengaruh" dan "Peranan" dipakai kata "Hubungan" dengan meletakkan kata "Dengan" sebagai penghubung, misalnya : <br />1. Hubungan disiplin Islam secara mendasar dengan berkurangnya tindak kejahatan. <br />2. Hubungan pengarsipan dengan pengambilan keputusan. <br />Variabel dibagi menjadi sub-sub variabel, untuk masing-masing dapat diuji sebagai hipotesa minor. <br />Penelitian2 seperti apa yang diuraikan diatas, baik analisis verifikatip maupun deskriptif (developmental atau eksploratif) dan lain-lain, sangat diperlukan oleh setiap cendikiawan dan intelektual Muslim, sebagai<br />realisasi Firman Allah sbb : <br />"Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfa'at tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman"." (QS. 10:101) <br />Kata "Perhatikanlah" dapat ditafsirkan sebagai "Lakukanlah Penelitian" karena merupakan perintah untuk para ilmuwan untuk lebih mendalami dan melakukan penelitian dibidang disiplin ilmunya masing-masing.<br />Dengan demikian ayat tersebut dapat lebih jauh ditafsirkan sbb : <br />Lakukanlah penelitian dilaboratorium2 berbagai disiplin ilmu pengetahuan, terhadap apa yang ada dan terjadi dari alam raya sampai pada dasar bumi. <br />Jika tidak, maka tidak akan bermanfaat bagi manusia tanda-tanda kebesaran Allah Rabbul 'Alamin, dan Rasul-rasulNya yang memberi peringatan, yaitu bagi orang -orang yang tidak mempergunakan akal pikirannya dan memiliki keyakinan akan kebesaran agama Islam. <br />Nabi Muhammad Saw sendiri juga memerintahkan agar umat Islam melakukan penelitian dan beliau juga menyebut-nyebut tentang ilmu pengetahuan sebagaimana diriwayatkan hadits-hadist berikut ini : <br />"Mencari ilmu pengetahuan itu wajib bagi setiap Muslimin dan Muslimat" <br />"Tuntutlah ilmu pengetahuan sejak dari buaian sampai keliang lahad." <br />"Bahwasanya ilmu itu menambah mulia bagi orang yang sudah mulia dan meninggikan seorang budak sampai ketingkat raja-raja." <br />"Apabila wafat seorang anak Adam, putuslah amal perbuatannya, kecuali tiga perkara, yaitu Ilmu yang membawa manfaat, sedekah Jariyah dan doa anak yang saleh." <br />"Tidak wajar bagi orang yang bodoh berdiri atas kebodohannya, dan tidak wajar bagi orang yang berilmu berdiam diri atas ilmunya." <br />"Yang binasa dari umatku ialah, orang berilmu yang zalim dan orang beribadah yang bodoh. Kejahatan yang paling jahat ialah kejahatan orang yang berilmu dan kebaikan yang paling baik ialah kebaikan orang yang berilmu." <br />"Jadilah kamu orang yang mengajar dan belajar atau pendengar atau pencinta ilmu, dan janganlah engkau jadi orang yang kelima (tidak mengajar, tidak belajar, tidak suka mendengar pelajaran dan tidak mencintai ilmu), nanti kamu akan binasa" <br />"Barang siapa menghendaki dunia, maka dia harus mencapainya dengan ilmu. Barang siapa menghendaki akhirat, maka dia harus mencapainya dengan ilmu. Dan barang siapa menghendaki keduanya, maka dia harus mencapainya dengan ilmu." <br />"Ma'rifat adalah modalku, akal pikiran adalah sumber agamaku, cinta adalah dasar hidupku, rindu adalah kendaraanku, berdzikir adalah kawan dekatku, keteguhan adalah perbendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu adalah senjataku, ketabahan adalah pakaianku, kerelaan adalah sasaranku, faqr adalah kebanggaanku, menahan diri adalah pekerjaanku, keyakinan adalah makananku, kejujuran adalah perantaraku, ketaatan adalah ukuranku, berjihad adalah perangaiku, hiburanku adalah dalam bersembahyang." <br />________________________________________<br />Al-Qur'an sebagai dasar Ilmu <br />________________________________________<br />Al-Qur'an dengan ilmu-ilmu Eksakta <br />1. Ilmu kesehatan Anak. <br />Dalam pidato pengukuhan gelar Guru Besar mata pelajaran ilmu kesehatan dan anak pada fakultas Kedokteran Universitas Airlangga di Surabaya, Prof. dr. Haroen Noerasid menyampaikan bahwa dalam keadaan diare sekalipun seorang bayi tetap boleh minum air susu ibu (ASI). Karena air susu ibu merupakan susu alamiah yang paling baik terutama untuk bayi yang baru lahir, lebih-lebih bila bayi tersebut prematur. <br />Dengan menyusu pada ibunya, bayi yang baru lahir mendapat air susu ibu yang mengandung colostrum, yang mengakibatkan bayi tersebut jarang terserang infeksi, terutama infeksi pada usus. <br />Pengamatan membuktikan bahwa air susu ibu yang diterima bayi akan melindungi bayi tersebut dari infeksi usus dan anggota badan lainnya. <br />Selanjutnya dr. Haroen Noerasid yang mengepalai Laboratorium/UPF Ilmu Kesehatan anak dan kepala seksi gastroenterologi anak RSUD dr. Soetomo Surabaya tersebut menjelaskan bahwa air susu ibu tidak perlu diragukan baik harganya maupun faedahnya. <br />Air susu ibu adalah susu yang paling gampang diperoleh, kapan saja dan dimana saja. Lebih instant dari susu yang manapun juga serta dapat diberikan secara hangat dengan suhu yang optimal dan bebas kontaminasi. <br />Statistik menunjukkan bahwa morbiditas (angka keadaan sakit pada suatu tempat) karena infeksi pada saluran pernafasan dan pencernaan bayi yang diberi susu ibu, lebih jarang dan sedikit terjadi dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula, oleh karena sering tercemar atau tidak memenuhi kebutuhan. <br />Di Philipina, sejak digalakkannya promosi air susu ibu, yang dilaporkan CLAVANO pada tahun 1981 dengan rawat gawat dan larangan kampanye susu formula, dirumah -rumah sakit dijumpai penurunan yang dramatis kejadian infeksi (terutama diare) dari 15% menjadi 1.5%. <br />Dari segi lain, pemberian air susu ibu juga menguntungkan bagi ibu-ibu, oleh karena berfungsi untuk merenggangkan kelahiran anak. (Prof. Dr. Haroen Noerasid. Penanggulangan Diare pada anak dalam rangka pelaksanaan sistem kesehatan nasional, Unair Surabaya 1986 hal. 11 s/d 12). <br />Segala apa yang diuraikan oleh dr. Haroen tersebut diatas bersesuaian dengan pernyataan Al-Qur'an yang telah diturunkan empat belas abad yang lalu. <br />Kendati Nabi Muhammad Saw tidak pernah kuliah pada satu fakultas kedokteranpun atau melakukan penelitian di laboratorium kesehatan, bahkan sebagaimana diketahui beliau dikenal sebagai seorang yang ummi sama sekali. <br />Selain dari itu, Al-Qur'an juga menentukan lamanya seorang bayi menyusu dengan air susu ibu, dan kemungkinan bagi bayi untuk disusukan kepada ibu-ibu lain sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut : <br />"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang itu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. <br />Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. 2:233) <br />Agama Islam memberikan penghormatan besar kepada para ibu-ibu susuan ini, bahkan bila telah sama-sama dewasa, anak kandung dari ibu yang pernah menyusukan seseorang, maka tidak boleh menikah dengan sianak yang pernah disusukan tersebut. <br />Sejarah Islam mencatat bagaimana Nabi Muhammad Saw menghargai saudara-saudaranya sesusuan, dan menganggap mereka sebagai saudara kandung (Hamzah, Singa Gurun Pasir adalah salah satunya). <br />Hubungan2 Al-Qur'an dengan ilmu pengetahuan ini yang menjadikan salah satu bukti bahwa Al-Qur'an bukan berasal dari karangan Nabi Muhammad Saw tetapi berasal dari Allah Swt, Tuhan semesta alam sebagai sumber segala ilmu. Lebih jauh hak tersebut memperbanyak pemikir Islam semakin yakin dan semakin mempertebal keimanan dan keislaman. <br />Ayat-ayat lain selain ayat 233 Surah Al-Baqarah tersebut tentang ASI dan penyapihan adalah sbb : <br />"Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui (nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?" (QS. 28:12) <br />"...kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu), dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya." (QS. 65:6) <br />"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan..." (QS. 46:15) <br />"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS. 31:14) <br />Nabi Muhammad Saw didalam menjalankan misi kenabiannya, telah diberi oleh Allah beberapa mukjizat. Sebab mukjizat itu perlu dimiliki oleh setiap nabi untuk menunjukkan kekuasaan Allah kepada orang-orang kafir yang menentangnya. <br />Namun semua mukjizat itu atas izin Allah, bukan buatan nabi itu sendiri, bahkan mukjizat yang telah diberikan kepada nabi Muhammad Saw adalah paling unggul dibanding mukjizat para nabi sebelumnya. <br />Tetapi, bagaimana juga, Islam melarang melebihkan atau mengkultuskan nabi Muhammad Saw dari nabi-nabi sebelum beliau. <br />Mukjizat itu ada dua macam : <br />1. Mukjizat Hissiyah<br />Mukjizat ini mudah ditangkap oleh indera manusia.<br />Mukjizat semacam ini diberikan oleh Allah kepada semua nabiNya. Nabi Muhammad Saw juga menerima mukjizat jenis ini. <br />Seperti tongkat Musa bisa berubah menjadi ular raksasa dan bisa membelah laut. Nabi Ibrahim tidak hangus ketika dibakar oleh kaumnya, Nabi Isa putra Maryam dapat memberi makan banyak orang yang kelaparan hanya dengan beberapa potong roti dan seekor ikan. <br />Nabi Muhammad Saw dapat memberi minum ratusan kaum Muslimin yang sedang kehausan, dengan memancarkan air dari tangannya yang mulia itu, membuat makanan tidak pernah habis ketika dimakan oleh banyak sahabatnya didalam beberapa kali pertemuan, dsb. <br />Mukjizat seperti ini mudah dilihat oleh mata kepala tanpa ilmu apapun. <br />2. Mukjizat Maknawiyah atau Aqliyah<br />Mukjizat ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang berilmu atau intelektual, yang ini hanya diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. <br />Dan yang mampu menilai keagungan mukjizat ini hanyalah orang-orang yang memiliki disiplin ilmu pengetahuan atau orang yang mau mencari sosok kebenaran itu dengan menggunakan akal pikirannya untuk berpikir. <br />Beberapa tahun yang lalu, pernah diselenggarakan pameran Islam di London Inggris.<br />Salah satu benda yang dipamerkan adalah sebuah kaligrafi Al-Qur'an surah Az -Zumar : <br />God created you in the wombs of your mothers,<br />creation after creation,<br />in a threefold gloom. <br />Arti bahasa Indonesianya : <br />Allah menciptakan kamu didalam perut ibumu<br />Tahap kejadian demi tahap kejadian<br />Didalam gelap yang tiga <br />Lalu masuklah seorang ahli bedah kandungan bangsa Inggris non-Muslim.<br />Setelah melihat benda-benda yang dipajang, akhirnya ia melihat kaligrafi tersebut.<br />Ia tidak mengerti huruf kaligrafi itu, tetapi setelah membaca terjemahannya, dia merasa heran dan sangat mengaguminya. <br />Sebagai ahli kandungan, dia mengetahui bahwa bayi yang terdapat dalam rahim ibu dilindungi oleh tiga selaput halus tetapi kuat. <br />Selaput itu adalah Amnion Membrane, Decidua Membrane dan Chorion Membrane. <br />Dokter ini terpesona karena mengetahui bahwa ayat yang dilihat itu diturunkan oleh Allah sekitar 1.400 tahun yang lalu, disaat Eropa dan Amerika masih tenggelam dalam kebodohan. <br />Sedangkan Muhammad yang buta huruf, berkat adanya wahyu itu, bisa menerangkan keadaan bayi dalam kandungan, sebagaimana hasil penemuan para ahli kedokteran dimasa sekarang. <br />"Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang berbuat demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan." (QS. 39:6) <br />"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa."<br />(QS. 2:2) <br />"(Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa." <br />(QS. 3:138) <br />"Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mu'min, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (al-Qur'an)"<br />(QS. 4:162) <br />"...keterangan-keterangan (mu'jizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan"<br />(QS. 16:44) <br />________________________________________<br />Ilmu Falak <br />________________________________________<br />Sesuatu ayat Al-Qur'an diturunkan selain untuk meng-Esakan Allah, juga untuk memberikan peraturan (syari'at) dan untuk lain-lain, diantaranya juga untuk memperkenalkan isi alam raya ini kepada manusia, jauh sebelum para ilmuwan menemukan rahasianya. <br />Hal ini sesuai dengan fungsi penurunan Al-Qur'an & diutusnya nabi Muhammad Saw sendiri yang membawa rahmat kepada seluruh alam : <br />"Dan kamu (wahai Muhammad) sekali-kali tidak meminta upah kepada mereka (terhadap seruanmu ini), itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam." (QS. 12:104) <br />"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. 21:107) <br />"Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam." (QS. 38:87) <br />Dr. Maurice Bucaille, dalam bukunya Bibel, Qur'an dan Sains Modern menyayangkan penterjemahan Al-Qur'an yang kurang memperhatikan segi ilmiahnya. Penterjemahan Al-Qur'an selama ini biasanya hanya cenderung memperhatikan sisi sastranya saja. <br />Sebagai contoh ayat berikut ini : <br />"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. 39:5) <br />Kata menutupkan dalam surah Az-Zumar diatas, berasal dari kata 'Kawwiru'.<br />Oleh para penterjemah Al-Qur'an di Indonesia kata 'Kawwiru' ini diterjemahkan dengan berbagai arti yang beraneka ragam. <br />Berikut menurut masing-masing penterjemah yang berusaha mengartikan kata 'Kawwiru' : <br />Menurut Bachtiar Surin dalam 'Terjemahan Al-Qur'an' mengartikan 'Kawwiru' dengan kata 'Menyungkupkan'. <br />Departemen Agama RI didalam Al-Qur'an terjemahannya mengartikan 'Kawwiru' dengan kata 'Menutupkan'. <br />Menurut H. Oemar Bakry dalam 'Tafsir Rahmat' mengartikan 'Kawwiru' dengan kata 'Mengganti'. <br />Menurut A. Hassan dalam 'Tafsir Al Furqan' mengartikan kata 'Kawwiru' dengan kata 'Putarkan'. <br />Menurut H.B. Jassin dalam 'Bacaan Mulia' mengartikan 'Kawwiru' sebagai 'Mengalihkan'. <br />Menurut K.H. Ramli dalam 'Al Kitabul Mubin Tafsir AlQur'an Bahasa Sunda' mengartikan 'Kawwiru' dengan 'Muterkeun' atau 'Ngagulungkeun' (Dalam bahasa Indonesia berarti memutarkan atau menggulungkan). <br />Menurut Prof. Dr. Hamka dalam 'Tafsir Al Azhar' mengartikan kata 'Kawwiru' dengan kata 'Menutupkan' (sama seperti Depag). <br />Menurut H. Fachruddin HS dan H. Zainuddin Hamidy dalam 'Al-Quran dan Terjemahan Bahasa Indonesia' mengartikan kata 'Kawwiru' dengan kata 'Dijadikan-Nya'. <br />Menurut hal-hal tersebut diatas menunjukkan keutamaan Al-Qur'an, yaitu andaikata dalam setiap terjemahan Al-Qur'an tidak ditemukan lagi teks aslinya dalam bahasa Arab, penterjemahan akan semakin menjauh. <br />Tetapi Al-Qur'an walaupun terjemahan disesuaikan dengan cerita, situasi dan kondisi cerita secara fleksibel, orang-orang masih dapat memeriksa masing-masing kata tersebut dengan melihat aslinya, Kitab Suci Al-Qur'an dalam bahasa Arab tersebut, dan menguraikannya secara harfiah. <br />Bucaille menganggap bahwa hanya R. Blachere yang paling tepat menterjemahkan kata 'Kawwiru' kedalam bahasa Prancis, yaitu kata 'Enrouler' (Menggulung). <br />Memang arti lain daripada kata ini ada, namun arti yang sebenarnya adalah serban bulat yang biasanya dipakai oleh orang-orang Arab dengan menggulungkan kain tersebut berputar-putar kekepala mereka. <br />Jadi sebagaimana kita ketahui bahwa 'Malam' disebabkan oleh keadaan bumi membelakangi matahari sehingga gelap, sedangkan 'siang' disebabkan oleh keadaan bumi menghadapkan tanah tempat kita berpijak kepada matahari sehingga terang benderang. <br />Pergantian2 siang dan malam berputar-putar ini diibaratkan serban orang Arab yang berputar-putar dikepala, ini tampak terlihat bila kita berada pada pesawat ruang angkasa yang sedang meninggalkan ataupun sedang kembali kebumi. <br />Dengan begitu, melalui potongan ayat 5 Surah Az-Zumar yang berbunyi : <br />'.... Dia menggulungkan malam atas siang dan menggulungkan siang atas malam...." <br />Seakan-akan Allah Swt menjelaskan kepada umat manusia bahwa :<br />1. Bumi berotasi (berputar) pada sumbunya <br />2. Bumi bulat adanya <br />Sebab apabila saja terjadi misalnya kejadian bumi tidak bulat ataupun bumi tidak berotasi pada sumbunya, maka salah satu hal tersebut terjadi, maka sebagai tempat dipermukaan bumi yang berada di Khatulistiwa sekalipun akan mengalami keadaan malam berkepanjangan, sebaliknya lokasi yang tegak lurus dengan tempat tersebut akan mengalami keadaan siang berkepanjangan. <br />Lebih jauh mengenai rotasi bumi pada sumbunya ini dijelaskan dalam Surah An-Naml 88: <br />"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan...." (QS. 27:88) <br />Terjadinya malam berkepanjangan atau siang berkepanjangan seperti yang telah kita uraikan, adalah karena apabila terjadi tidak adanya rotasi salah satu planet pada sumbunya, sehingga dapat terus menerus melihat matahari, atau terus menerus membelakangi matahari, atau juga terus menerus menyamping terhadap matahari, tergantung posisinya dalam membuat gerakan melingkar (edar) pada matahari. <br />Hal ini tentu membuat sisi yang menghadap matahari terus menerus akan kering kerontang dengan suhu asngat tinggi, sebaliknya sisi yang membelakangi matahari terus menerus akan dingin membeku dengan suhu rendah (Menurut penelitian planet Venus mengalami keadaan seperti ini). <br />Semua peristiwa diatas dengan terperinci sudah diceritakan dalam Al-Qur'an surah 28 ayat 71 sampai dengan 73 sbb : <br />71. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu maka apakah kamu tidak mendengar?" <br />72. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya, Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" <br />73. Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. <br />(QS. Al-Qashash 71-73) <br />________________________________________<br />Bumi <br />________________________________________<br />Berbicara mengenai bumi, maka sama seperti pokok-pokok yang dibicarakan mengenai penciptaan benda-benda lainnya, ayat yang mengenai bumi ini adalah tersebar diseluruh Qur'an. Untuk mengelompokkannya tidaklah mudah. <br />Untuk terangnya pembahasan ini, pertama kita dapat memisahkan ayat-ayat yang biasanya membicarakan bermacam-macam persoalan akan tetapi ayat-ayat tersebut mempunyai ciri umum, yaitu mengajak manusia untuk memikirkan nikmat-nikmat Tuhan dengan memakai contoh-contoh. <br />Ada lagi kelompok ayat-ayat yang dapat dipisahkan, yaitu ayat-ayat yang membicarakan soal-soal khusus seperti : <br />* Siklus (peredaran) air dan lautan<br />* Dataran Bumi<br />* Atmosfir bumi <br />________________________________________<br />A. Ayat-ayat yang bersifat umum <br />________________________________________<br />Ayat-ayat yang mengajak manusia untuk memikirkan nikmat-nikmat Tuhan kepada ciptaan-Nya, mengandung disana sini pernyataan-pernyataan yang baik sekali untuk dihadapkan dengan Sains Modern. <br />Dari segi pandangan ini ayat-ayat tersebut malah lebih penting karena tidak menyebutkan kepercayaan-kepercayaan yang bermacam-macam mengenai fenomena alamiah, yaitu kepercayaan yang digemari oleh manusia pada jaman turunnya wahyu yang sekarang ini terbukti salah oleh Ilmu Pengetahuan dan Tekonologi. <br />Disatu pihak, ayat-ayat itu memajukan ide sederhana yang dapat dimengerti dengan mudah oleh mereka yang diajak bicara oleh Qur'an berhubung dengan kedudukan geografis mereka, yaitu penduduk Mekkah dan Madinah, serta orang-orang Badui di Jazirah Arabia. <br />Dilain pihak ayat-ayat itu menyajikan pemikiran-pemikiran umum yang dapat dimanfaatkan masyarakat luas yang terpelajar disegala tempat dan disegala waktu. Hal ini salah satu hal yang menunjukkan bahwa Qur'an itu suatu buku universil (untuk segala manusia sepanjang jaman). <br />Oleh karena tak ada pengelompokan ayat-ayat tersebut dalam Al-Qur'an, maka ayat -ayat itu kita sajikan menurut urut-urutan Surah. <br />"Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (QS. 2:22) <br />"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan."<br />(QS. 2:164) <br />"Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang -pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan."<br />(QS. 13:3) <br />"Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk -makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya. Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu." (QS. 15:19-21) <br />"Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal." (QS. 20:53-54) <br />"Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui." (QS. 27:61) <br />Disini terdapat isyarat kepada stabilitas umum dari pada muka bumi. Kita sudah dapat mengetahui bahwa pada periode-periode permulaan dari pada bumi, maka bumi sebelum dingin tidak stabil. <br />Stabilitas muka bumi tidak mutlak, karena terdapat zone (daerah) dimana gempa bumi sering terjadi. Adapun pemisah antara dua lautan, hal ini merupakan gambaran (image) tentang tidak tercampurnya air sungai dan air laut pada muara -muara yang besar seperti yang akan kita lihat nanti. <br />(Wow... Maha Suci Allah, jauh sebelum manusia sadar bahwa diantara dua lautan itu ada suatu pemisah, Nabi Muhammad Saw yang bahkan tidak pernah berlayar sama sekali berkat petunjuk Allah, dapat menjabarkan sedemikian baiknya mengenai masalah ini). <br />Ada lagi ayat yang menjelaskan hal serupa : <br />"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing." (QS. 55:19-20) <br />Muhammad tidak pernah sekolah, meskipun dia orang jenius tetapi apabila tidak pernah mengadakan penelitian atau pengamatan, dia pasti mengetahui apa-apa, kecuali mendapat petunjuk dari Allah Swt. <br />Air laut (Asin) bertemu dengan air tawar, namun keduanya tidak bisa bercampur aduk menjadi satu macam air.<br />Kebenaran ayat ini terbukti dengan menggunakan ilmu pengetahuan modern.<br />Bisakah Muhammad mengetahui hal tersebut tanpa petunjuk dari Allah yang Maha Menciptakan ? <br />Mari kita teruskan pembahasan ilmiah kita terhadap ayat-ayat Qur'an ini... <br />"Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezkinya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." (QS. 67:15) <br />"Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu." (QS. 79:30-33) <br />Dalam beberapa ayat diatas, pentingnya air serta akibat praktis dari adanya air terhadap tanah dan kesuburan tanah, digaris bawahi. Dalam negeri-negeri bersahara, air adalah unsur nomor satu yang<br />mempengaruhi kehidupan manusia. <br />Tetapi disebutkannya hal ini dalam Qur'an melampau keadaan geografis yang khusus. Keadaan planet yang kaya akan air, keadaan yang unik dalam sistem matahari seperti yang dibuktikan oleh Sains Modern, disini ditonjolkan. Tanpa air, bumi akan menjadi planet mati seperti bulan. Al-Qur'an memberi kepada air tempat yang pertama dalam menyebutkan fenomena alamiah daripada bumi. Siklus air telah mendapatkan gambaran yang sangat tepat didalam kitab suci ini. <br /><br />________________________________________<br />Siklus Air dan Lautan <br />________________________________________<br />Jika pada waktu ini kita membaca ayat-ayat Qur'an yang mengenai air dan kehidupan manusia, ayat demi ayat, semuanya akan nampak kepada kita sebagai ayat-ayat yang menunjukkan hal yang sudah jelas.<br />Sebabnya adalah sederhana; pada jaman kita sekarang ini, kita semua mengetahui siklus air dalam alam, meskipun pengetahuan kita itu tidak tepat keseluruhannya. <br />Tetapi jika kita memikirkan konsep-konsep lama yang bermacam-macam mengenai hal ini, kita akan mengetahui bahwa ayat-ayat Qur'an tidak menyebutkan hal-hal yang ada hubungannya dengan konsep mistik yang tersiar dan mempengaruhi pemikiran filsafat secara lebih besar daripada hasil-hasil pengamatan. <br />Jika orang-orang jaman dulu telah dapat memperoleh pengetahuan praktis yang bermanfaat, untuk memperbaiki pengairan air, walaupun pengetahuan itu terbatas. <br />Dengan cara pemikiran orang dahulu itu, mudahlah bagi seseorang untuk menggambarkan bahwa air dibawah tanah itu dapat diperoleh karena terjadinya gugusan dalam tanah. <br />Orang menyebutkan konsep Vitruvius Polio Marcus yang pada abad 1 SM mempertahankan ide tersebut di Roma. Dengan begitu, selama beberapa abad, dan juga setelah Qur'an diwahyukan banyak orang yang mengikuti ide yang salah tentang regime air. <br />Konsepsi tentang siklus air yang jelas untuk pertama kali diutarakan oleh Bernard Palissy pada tahun 1580. Konsepsi ini mengatakan bahwa air dibawah tanah asalnya dari infiltrasi air hujan dalam tanah. Teori ini kemudian dibenarkan oleh E. Mariotte dan P. Perrault pada abad XVII M. <br />Dalam ayat-ayat Qur'an tidak terdapat konsepsi yang salah, malah semakin ilmiah saja. <br />"Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfa'atnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan." (QS. 50:9-11) <br />"Dan kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkan. Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan."<br />(QS. 23:18-19) <br />"Dan Kami telah mengirimkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turnkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali -kali bukanlah kamu yang menyimpannya." (QS. 15:22) <br />Ada dua cara untuk menafsirkan ayat yang terakhir ini, angin yang menyuburkan dapat dianggap sebagai penyubur tanam-tanaman dengan jalan membawa Pollen (benih buah dari tumbuh-tumbuhan lain). <br />Tetapi dapat juga ditafsirkan sebagai ekspresi kiasan yang menggambarkan peranan angin yang membawa awan yang tidak mendatangkan hujan atau awan yang membawa hujan. <br />Peranan ini sering disebut dalam ayat, seperti berikut : <br />"Dan Allah, Dialah yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati lalu kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianklah kebangkitan itu." (QS. 35:9) <br />"Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira." (QS. 30:48) <br />"Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab angin itu pelbagai macam buah -buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah -mudahan kamu mengambil pelajaran." (QS. 7:57) <br />"Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, Binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak." <br />(QS. 25:48-49) <br />"Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkanNya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal." <br />(QS. 45:5) <br />"Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah -lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang." (QS. 13:17) <br />"Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?". (QS. 67:30) <br />"Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan -Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal." (QS. 39:21) <br />"Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air." (QS. 36:34) <br />Pentingnya sumber-sumber dan diisinya dengan air hujan yang digiring kearah sumber itu digaris bawahi dengan tiga ayat terakhir. Kita perlu memperhatikan hal ini, untuk mengingat konsepsi yang tersiar pada abad pertengahan seperti konsepsi Aristotelis yang mengatakan bahwa sumber-sumber itu mendapat air dari danau-danau dibawah bumi. <br />Dalam artikel 'Hidrologie' dalam Encyclopedia Universalis, M.R. Remenieras, Guru Besar pada Ecolenationale du Genie rural, des Eaux et Forets (sekolah nasional untuk pertahanan desa, pertahanan air dan hutan), menerangkan tahap-tahap pokok dari pada hidrologi dan menyebutkan proyek-proyek irigasi Kun0, khususnYa di Timur TEngah. <br />Ia mengatakan bahwa empirisme telah mendahului ide pada waktu itu dan konsepsi -konsepsi yang salah. Kemudian ia meneruskan : Perlu manusia menunggu jaman Renaissance (antara tahun 1400 - 1600) untuk melihat konsep-konsep filsafat mundur dan memberikan tempatnya kepada penyelidikan-penyelidikan fenomena hidrologi yang didasarkan atas pengamatan (observasi). <br />Leonardo da vinci (1452-1519) menentang pernyataan Aristoteles.<br />bernard PalisSy dalam bukuNya 'PenyelidIkan yang menGagumkan tentAng watak air dan air mancUr, yang alamIah dan yang Buatan), membErikan interpRestasi yang Benar tentang siklus air dAn khususnya Pengisian sumBer-sumber aiR daripada aiR hujan. <br />Surah Az-Zumar ayat 21 yang menyebutkan bahwa air hujan itu mengarah kepada sumber-sumber air, bukankah ini tepat sekali seperti apa yang ditulis oleh Palissy tahun 1570. <br />Kemudian Al-Qur'an membicarakan butiran-butiran es dalam surah An-Nuur ayat 43: <br />"Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran -butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung -gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkaN penglihatan." (QS. 24:43) <br />________________________________________<br />Lautan <br />________________________________________<br />Sebagaimana ayat-ayat Qur'an telah memberikan bahan perbandingan dengan ilmu pengetahuan modern mengenai siklus air dalam alam pada umumnya, hal tersebutakan kita rasakan juga mengenai lautan. <br />Tidak ada ayat AL-Qur'an yang mengisahkan mengenai kelautan yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Begitu juga perlu digaris bawahi bahwa tidak ada ayat Qur'an yang membicarakan tentang lautan menunjukkan hubungan dengan kepercayaan -kepercayaan atau mitos atau takhayul yang Terdapat pada jaman Qur'an diwahyukan. <br />Beberapa ayat yang mengenai lautan dan pelayaran mengemukakan tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang nampak dalam pengamatan sehari-hari, dimana semua itu untuk dipikirkan. <br />Ayat-ayat tersebut adalah : <br />"Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah Menundukkan (Pula) bagimu Sungai-sungai." (QS. 14:32) <br />"Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya Kamu bersyukuR." (QS. 16:14) <br />"Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda -tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi Banyak bersyuKur." (QS. 31:31) <br />"Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan, kecuali karena Rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai pada waktu tertentu." (QS. 36:41-44) <br />Pada dini hari para nelayan bertolak kelaut mencari ikan, mereka mengembangkan layar perahunya karena mengharapkan angin darat meniup perahu mereka kelaut. <br />Begitu pula sebaliknya bila mereka hendak pulang, mereka mengembangkan layar perahunya mengharapkan angin laut menghantarkan mereka kedarat. <br />Begitulah pertolongan Allahus Shamad (Allah tempat bergantung segala sesuatu), karena Allah juga Rabbul Mustadh'afin. <br />Peristiwa diatas ini telah dimuat dalam Al-Qur'an dengan manis : <br />"...bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia..." (QS. 2:164) <br />Hal ini terjadi karena memang udara didarat pada siang hari terasa panas, menjadikan udara tersebut memuai (mengembang) sehingga karena kepadatannya udara tersebut bergerak ketempat yang relatif lebih renggang dilaut. Sedangkan panasnya laut pada malam hari membuat udara memuai (mengembang) Sehingga kareNa kepadatannYa pula udara tersebut berGerak ketempaT yang relatiF lebih renggAng didarat, Sesuai sifatnYa. <br />Udara yang bergerak disebut angin, membawa serta awan yang mengundang air atau butir-butir es (bila membatu). Hal ini menjadi keterangan AL-Qur'an pada potongan ayat selanjutnya, sebagai berikut : <br />"...dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi (atmosfir).." (QS. 2:164) <br />Secara lengkap penulis cantumkan keseluruhan Surah Al-Baqarah ayat 164<br />Tersebut sbb : <br />"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala Jenis hewan, Dan pengisaraN angin dan aWan yang dikeNdalikan antaRa langit dan bumi (atm0sfIr); sungguh (terdapat) taNda-tanda (keEsaan dan kebEsaran allah) bagi kaum yaNg memikirkan." (QS. 2:164) <br />Perjalanan awan tersebut dalam ayat diatas adalah merupakan salah satu dari proses siklus air, air yang berasal dari manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan maupun dari alam sekitarnya seperti sungai, danau, kolom, got, selokan, parit, WC dam kamar mandi bergerak dari tempat yang tinggi ketempat yang Relatif lebih rendah, sehiNgga pada akhIrnya sebagiaN bisa sampai kelaut. <br />Dilautlah udara (disamping penguapan pada tempat-tempat lain), uap air diudara berkumpul membentuk awan. <br />Bersama angin gumpalan-gumpalan awan tersebut terbawa, dan oleh kelembaban tertentu (misalnya oleh gunung atau hutan) berubah kembali menjadi bintik-bintik hujan. <br />Peristiwa perjalanan awan lebih lengkap difirmankan oleh Allah dalam Surah An -Nuur 24 ayat 43 berikut ini: <br />"Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran -butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung -gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS. 24:43) <br />Ada lagi fakta mengenai lautan untuk diamati, fakta tersebut dapat diambil dari ayat-ayat Qur'an tentang lautan dan fakta tersebut menunjukkan suatu aspek yang khusus. <br />Tiga ayat membicarakan sifat-sifat sungai yang besar jika sungai itu menuang kedalam lautan. <br />Suatu fenomena yang sering kita dapatkan adalah bahwa air lautan yang asin, dengan air sungai-sungai besar yang tawar tidak bercampur seketika. <br />Orang mengira bahwa Qur'an membicarakan sungai Euphrat dan Tigris yang setelah bertemu dalam muara, kedua sungai itu membentuk semacam lautan yang panjangnya lebih dari dari 150 Km, dan dinamakan Syath al Arab. <br />Didalam teluk pengaruh pasang surutnya air menimbulkan suatu fenomena yang bermanfaat yaitu masuknya air tawar kedalam tanah sehingga menjamin irigasi yang memuaskan. <br />Untuk memahami teks ayat, kita harus ingat bahwa lautan adalah terjemahan kata bahasa Arab 'Bahr' yang berarti sekelompok air yang besar, sehingga kata itu dapat dipakai untuk menunjukkan lautan atau sungai yang besar seperti Nil, Tigris dan Euphrat. <br />Tiga ayat yang memuat fenomena tersebut adalah sbb : <br />"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi." (QS. 25:53) <br />"Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit.Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar Membelah laut supaya kamu Dapat mencari karunia-Nya Dan supaya kaMu bersyukur." (QS. 35:12) <br />"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan." (QS. 55:19, 20 & 22) <br />Selain menunjukkan fakta yang pokok, ayat-ayat tersebut menyebutkan kekayaan -kekayaan yang dikeluarkan dari air tawar dan air asin yaitu ikan-ikan dan hiasan badan : Batu-batu perhiasan dan mutiara. Mengenai fenomena tidak campurnya air sungai dengan air laut dimuara-muara hal tersebut tidak khusus untuk Tigris dan Euphrat yang memang tidak disebutkan namanya dalam ayat walaupun ahli-ahli tafsir mengira bahwa dua sungai besar itulah yang dimaksudkan. <br />Sungai-sungai besar yang menuang kelaut seperti Missisipi dan Yang Tse menunjukkan keistimewaan yang sama; campurnya kedua macam air itu tidak terlaksa seketika tetapi memerlukan waktu. <br />________________________________________<br />Atmosfir Bumi <br />________________________________________<br />Dalam beberapa aspek yang mengenai langit secara khusus dan yang telah kita bicarakan dalam posting-posting yang lalu, Qur'an memuat beberapa paragraf yang ada hubunnnya dengan fenomena-fenomena yang terjadi dalam atmosfir. <br />Mengenai hubungannya paragraf-paragraf Qur'an tersebut dengan hasil-hasil Sains Modern, kita dapatkan seperti yang sudah-sudah dilain persoalan tidak adanya kontradiksi dengan pengetahuan ilmiah yang sudah dikuasai manusia sekarang tentang fenomena-fenomena yang disebutkan. <br />________________________________________<br />Ketinggian (Altitude) <br />________________________________________<br />Sesungguhnya ini adalah pemikiran sederhana terhadap rasa, 'tidak enak' yang dirasakan orang ditempat yang tinggi, dan yang akan bertambah-tambah jika orang itu berada dalam tempat yang lebih tinggi lagi, hal ini dijelaskan dalam Surah Al-An'aam ayat 125: <br />"...niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki kelangit...." (QS. 6:125) <br />Bila Muhammad bukan utusan Allah, pasti ia tidak mengetahui bahwa kalau diluar angkasa tidak ada udara yang mengandung oksigen. <br />Benda apapun yang dilemparkan tinggi-tinggi akan jatuh kembali kebumi, begitu juga bila seorang peloncat tinggi meloncar, ia akan jatuh kembali kebumi. <br />Burung dapat terbang karena dengan susah payah harus menggerakkan sayapnya untuk mendorong udara, sekalipun berat badannya cukup ringan. <br />Semua ini karena adanya gaya tarik bumi yang disebut gravitasi.<br />besar atau keCilnya gaya tArik bumi dipEngaruhi 0leh besar kecilnYa berat jeniS suatu benda. Dengan demiKian semakin Ringan suatu Benda, maka sEmakin kecil Gaya tarik buMi pada benda tersebut, kaRena berat riNgan suatu beNda yang sama v0lumenya diTentukan 0leh besar kecil Berat jenisnyA. <br />"Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. sesungguhnya pada yang demikian itu benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman." (QS. 16:79) <br />"Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu." (QS. 6:38) <br />Air yang verat jenisnya lebih besar daripada minyak tanah, selalu berada dibagian bawah bila dicampurkan, karena gaya tarik bumi terhadap air lebih besar dibandingkan minyak tanah. <br />Helium yang ringan mempunyai gaya tarik bumi kecil sekali, sehingga bila dimasukkan kedalam balon mainan anak-anak, balon akan terbang tinggi karena masih banyak udara lain yang berebutan ingin lebih kebumi ditarik bumi. <br />Batu yang dilemparkan keatas akan mengalami perlambatan sampai mencapai puncaknya dengan kecepatan sama dengan 0 (nol). <br />Selanjutnya jatuh kembali kebumi mengalami percepatan.<br />kecepatan benDa terbesar aDalah pada saAt pertama seWaktu benda jAtuh kebumi aPabila tepat Jatuh dan temPat melempar Sama tinggi dAn tanpa pengAruh lain. <br />Semakin kuat tenaga yang dimiliki untuk melemparkan benda semakin tinggi pula titik puncak yang dicapai. Dan kekuatan yang diperlukan tersebut adalah kekuatan untuk melawan<br />Gravitasi bumI. <br />Dapat dibayangkan betapa banyaknya tenaga dan kekuatan yang diperlukan untuk melepaskan pesawat luar angkasa meninggalkan atmosfir. <br />Bahkan Challenger yang meledak pada percobaan penerbangan angkasa luar Amerika Serikat, tenaganya melebihi ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada waktu perang Dunia kedua. <br />Pesawat luar angkasa pertama milik Amerika Serikat yang mencapai bulan, yaitu Apollo 11, memerlukan kekuatan sedemikian besarnya untuk dapat mencapai bulan, sehingga tidak cukup hanya kekuatan ledakan pertama di Cape Kenedy, tetapi beberapa kali harus melepaskan alasnya untuk kekuatan baru. begitu juga LUnix dan S0yuZ miliki Uni S0viet (Rusia). <br />Sejak nuklir ditemukan manusia, para pembuat pesawat luar angkasa semakin bergairah karena kekuatannya dapat dipergunakan lebih maksimal. <br />Benda biasa yang dibakar umumnya menjadi abu, menguap keudara dan sisanya menjadi energi, tetapi nuklir dapat habis seluruhnya untuk menciptakan energi (tenaga) ataupun kekuatan. <br />Begitu besarnya perhatian dan keinginan para ahli luar angkasa, untuk memperoleh kekuatan agar dapat mengimbangi gaya tarik bumi (gravitas), lepas landas keluar angkasa menembus penjuru langit. <br />Ini semua sudah dibicarakan dalam Al-Qur'an : <br />"Hai jama'ah jin dan manusia,jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan". (QS. 55:33) <br />"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang ?. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang ?" (QS. 67:3) <br />________________________________________<br />Listrik di Atmosfir <br />________________________________________<br />Listrik yang ada diatmosfir dan akibat-akibatnya seperti guntur dan butir-butir es disebutkan dalam beberapa ayat sbb : <br />"Dia-lah yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia Kehendaki, daN mereka berbAntah-bantahaN tentang AllAh, dan dia-lAh Tuhan Yang Maha keras sIksa-Nya." (QS. 13:12-13) <br />Surah An-nur ayat 43. <br />"Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran -butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung -gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkaN penglihatan." (QS. 24:43) <br />Dalam dua ayat tersebut digambarkan hubungan yang erat antara terbentuknya awan -awan berat yang mengandung hujan atau butiran-butiran es dan terbentuknya guntur. <br />Yang pertama sangat dicari orang karena manfaatnya dan yang kedua ditolak orang. Turunnya guntur adalah keputusan Allah. Hubungan antara kedua fenomena atmosfir sesuai dengan pengetahuan tentang listrik atmosfir yang sudah dimiliki oleh manusia sekarang. <br />________________________________________<br />Bayangan <br />________________________________________<br />Fenomena yang sangat luar biasa dijaman kita, yaitu bayangan dan pergeserannya disebutkan dalam ayat-ayat berikut : <br />"Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu." (QS. 25:45) <br />"Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang dilangit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya diwaktu pagi dan petang hari." (QS. 13:15) <br />"Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri." (QS. 16:48) <br />Diluar hal-hal yang menunjukkan tunduknya segala ciptaan Tuhan termasuk bayangan, kepada penciptanya Yang Maha Kuasa, dan disamping Tuhan memperlihatkan kekuasaanNya, ayat-ayat Qur'an juga menyebutkan hubungan antara bayangan dan matahari. <br />The End. <br />Taken From : <br />1. Al-Qur'an Sumber Segala Disiplin Ilmu Drs. Inu Kencana Syafiie<br />Gema Insani Press Jakarta Indonesia 1996 <br />2. Bibel, Qur'an dan Sains Modern dr. Maurice Bucaille<br />bulan Bintang - Indonesia 1984 <br />3. Dari Sains ke Stand AlQur'an Dr. Imaduddin Khalil Arista - Indonesia 1993<br />4. Asal usul manusia menurut Bibel, Al-Qur'an dan Sains Modern Dr. Maurice Bucaille Penerbit Mizan - Indonesia 1996 <br />________________________________________<br />Copyright(c) Armansyah 1998-1999<br />Sumber : http://geociti.es/Pentagon/quarters/1246/qursains.html<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-69087488449409912642010-08-18T09:59:00.000-07:002010-08-18T10:02:23.334-07:00CONTOH LAPORAN PKP UNIVERSITAS TERBUKACONTOH LAPORAN PKP UT<br />DAFTAR ISI<br /><br />LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………….. 1<br />LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………….. 2<br />KATA PENGANTAR…………………………………………………………… 3<br />DAFTAR ISI……………………………………………………………………… 5<br />BAB I: PENDAHULUAN……………………………………………………….. 6<br />A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………… 6<br />B. Rumusan Masalah…………………………………………………………. 8<br />C. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran……………………………… 8<br />BAB II: KAJIAN TEORI………………………………………………………… 10<br />BAB III: RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN………………………. 11<br />A. Subyek Penelitian………………………………………………………….. 11<br />B. Karakteristik Siswa………………………………………………………… 12<br />BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN………………………… 22<br />A. Deskripsi Data……………………………………………………………… 22<br />B. Pembahasan……………………………………………………………….. 24<br />BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………… 26<br />A. Kesimpulan………………………………………………………………… 26<br />B. Saran……………………………………………………………………….. 26<br />DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 27<br />LAMPIRAN – LAMPIRAN …………………………………………………….. 28<br />Lampiran 1 : Kesediaan Sebagai Teman Sejawat Dalam Penyelenggaraan PKP…. 28<br />Lampiran 2 : Surat Pernyataan Teman Sejawat…………………………………… 29<br />Lampiran3a: Rencana Pembelajaran Pra Siklus…………………………………… 30<br />Lampiran3b: Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus 1…………………………. 33<br />Lampiran3c: Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus 2………………………….. 36<br />Lampiran4a: Lembar Observasi Perbaikan Pembelajaran Pra Siklus……………… 39<br />Lampiran4b: Lembar Observasi Perbaikan Pembelajaran Siklus 1……………….. 40<br />Lampiran4c: Lembar Observasi Perbaikan Pembelajaran Siklus 2 41<br /><br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br />A. LATAR BELAKANG <br />Dunia pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh as-pek kepribadian. Pendidikan memiliki kekuatan yang dinamis melalui wadah ini seseorang dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki secara optimal. Berbicara mengenai pendidikan tidak terlepas dari komponen pen-didikan itu sendiri antara lain guru dan siswa melalui suatu proses pembe-lajaran yang dapat berhasil dengan baik apabila guru mampu dan mau me-nguasai berbagai kemampuan untuk dapat mengembangkan diri secara pro-fessional. Sejalan dengan program tersebut diatas melakukan perbaikan pembelajaran IPS kelas III pada SDN Rawa Kompeni Kota Tangerang untuk melengkapi tugas dalam mata kuliah pemantapan kemampuan profesional (PKP.PDGK4501) program S1–PGSD pada Universitas Terbuka(UT).<br />Laporan ini disusun berdasarkan hasil observasi serta temuan – temuan yang diperoleh pada saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilaku-kan dalam dua siklus. Hasil yang diperoleh dari mata pelajaran IPS dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM) yaitu 6,0 dari 42 siswa yang menguasai konsep tentang jenis – jenis uang belum berhasil, hanya 28 orang siswa yang menguasai 68,4% sedangkan yang lainnya di-bawah SKBM tersebut.<br /> Pelaksanaan pembelajaran yang penulis lakukan untuk mata pelajaran IPS belum berhasil, siswa belum menguasai konsep tersebut. Hal itu terbukti dari rendahnya nilai yang diperoleh siswa. Untuk itu penulis melakukan per-baikan melalui Penelitian Tindakan Kelas (TPK) yang bertujuan untuk mem-perbaiki pembelajaran dan pencapaian hasil yang diharapkan. Selama pem-belajaran berlangsung jarang siswa mengajukan pertanyaan atau memberi tanggapan terhadap penjelasan guru. Berdasarkan hal tersebut penulis me-minta bantuan teman sejawat sebagai pengamat untuk mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan.Dalam 2 siklus pada pe-lajaran IPS dengan konsep “ Jenis – jenis uang”<br />1. Identikasi Masalah<br />Dari hasil ulangan IPS tentang materi “Jenis – Jenis Uang” hanya 28 orang siswa dari 42 orang siswa kelas III SDN Rawa Kompeni yang mencapai SKBM. Selama pembelajaran berlangsung siswa jarang me-ngajukan pertanyaan atau memberi tanggapan terhadap penjelasan guru. Berdasarkan hal tersebut, penulis meminta batuan sejawat sebagai pe-ngamat untuk mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang di-laksanakan. Dari hasil observasi dan diskusi dari teman sejawat ada be-berapa masalah yang muncul selama pelaksanaan pembelajaran berlang-sung yang perlu diidentifikasi. Adapun permasalahan tesebut yaitu:<br />a. Penggunaan metode mengajar kuranng variasi.<br />b. Sebagian siswa kurang memahami konsep jenis – jenis uang<br />c. Perolehan nilai rendah.<br />d. Siswa di kelas tersebut pasif.<br />2. Analisa Masalah<br /> Dari identifikasi masalah pada pembelajaran IPS konsep tentang jenis – jenis uang penulis menganalisa serta merumuskan masalah yang terjadi. Adapun analisa masalah yang ditemukan dalam pembelajaran IPS adalah:<br />a. Dalam mengajar guru terlalu banyak melakukan metode ceramah.<br />b. Siswa kurang memahami konsep tentang jenis - jenis uang.<br />c. Guru tidak melibatkan siswa ketika menjelaskan materi.<br />d. Guru kurang memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.<br />e. Guru tidak memberikan contoh yang memadai.<br /><br /> B. Rumusan Masalah<br /> Dari analisis yang telah dikemukakan, maka dengan melalui diskusi dengan teman sejawat ditemukan perumusan masalah. Bagaimana me-ningkatkan kemampuan siswa kelas III SDN Rawa Kompeni pada konsep tentang Jenis – jenis uang dengan metode alat peraga dan diskusi.<br />C. Tujuan Peneliti <br /> Sesuai peranan guru sebagai motivator, guru harus dapat mem-bangkitkan mi-nat siswa karena minat sebagai motivasi yang mem-pengaruhi didalam belajar, berfikir dan berprestasi (Krapp ,Hidi, Re-minger, Prudrich dan Schrurk 1996). Tujuan penelitian mengandung maksud memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran dan me-ningkatkan kemampuan belajar siswa pada pembelajaran PKN dengan konsep tentang jenis – jenis uang pada kelas III SDN Rawa Kompeni.<br /> Disamping itu, pada mata pelajaran tersebut siswa – siswi keba-nyakan mendapat nilai yang kurang memuaskan. Oleh karena itu pe-rencana perbaikan dilakukan melalui tahap: identifikasi masalah, analisis dan perumusan masalah yang selanjutnya dilaksanakan rencana perbaikan pembelajaran. Pelaksanaan rencana perbaikan pembelajaran di kelas III SDN Rawa Kompeni (tempat penulis mengajar) dan pelaksanaanya dilakukan pada jam efektif yang disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran tersebut dengan rentang waktu 11 Mei dan 24 Mei 2010. Dalam pelaksanaannya penulis diawasi oleh pengawas untuk membantu penulis mencari kekurangan atau kelemahan dalam proses pembelajaran.<br />D. Manfaat Peneliti.<br /> Dari perbaikan pembelajaran yang ditempuh dalam dua siklus, maka penulis menemukan adanya manfaat dari perbaikan pembelajaran ter-sebut, manfaat perbaikan itu adalah :<br />a. Manfaat bagi guru.<br />- Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya, karena dengan adanya perbaikanakan menimbulkan rasa puas karena sudah melakukan sesuatu untuk meningkatkan kualitas pem-belajaran.<br />b. Manfaat bagi siswa<br />- Dengan adanya perbaikan pembelajaran maka dapat me-ningkatkan hasil belajar siswa.<br />c. Manfaat bagi sekolah<br />- Sekolah yang berhasil mendorong terjadinya inovasi pada diri guru telah berhasil pula meningkatkan kualitas pendidikan untuk siswa. Sekolah yang para gurunya sudah mampu membuat perbaikan mempunyai kesempatan yang besar untuk berkembang pesat.<br /><br />BAB II<br />KAJIAN TEORI<br /> Ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu pengetahuan yang merupakan fusi dan paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial (KBBI, Balai Pustaka,1989). Mata pelajaran sosial disini berisikan aspek – aspek Ilmu Sejarah, Ilmu Ekonomi, Ilmu Politik, Sosiologi, Antropologi. Psikologi, Ilmu Geografi dan Filsafat.<br />Keberhasilan pembelajaran tentang konsep dan jenis – jenis uang dan kegunaannya sangat di tentukan oleh beberapa variable, seperti teknik penyampaian (metode), media pembelajaran serta teknik penilaian yang digunakan. Oleh karena itu materi yang disampaikan oleh penulis untuk meningkatkan pemahaman siswa sebesar 12,3% atau yang semula hanya 27 siswa yang memahami ma-teri ketika penulis menggunakan metode ceramah, setelah mengganti metode tersebut dengan metode pengguaan alat peraga, maka pemahaman siswa meningkat menjadi 33 siswa dari jumlah 42 siswa yang ada di kelas III SDN Rawa Kompeni.<br />Dengan metode penggunaan alat peraga setidaknya siswa dapat mema-hami tentang hal yang belum dipahami, sehingga menjadi paham betul. Na-mun demikian kenaikan tersebut belum mencapai yang maksimal yang diha-rapkan penulis, sehingga penulis menentukan langkah – langkah perbaikan selanjutnya pada siklus 2 dengan mengganti metode diskusi. Hasil dari perubahan metode ini sangat memuaskan, dari proses penilaian yang dilakukan maka diperoleh kenaikan sebesar 23,4% atau yang semula hanya 33 siswa dari jumlah 42 siswa di kelas 3 yang memahami materi tersebut. meningkat menjadi 100%.<br />a. Pengertian Alat Peraga<br />Alat peraga pengajaran, teaching aids, atau audiovisual aids (AVA) adalah alat – alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Banyak para ahli mendefinisikan alat peraga. E.T.Rusefendi (1994:229), Alat peraga, yaitu alat untuk menerang-kan atau mewujudkan konsep IPS. Benda – benda itu misalkan model uang logam dan kertas untuk menerangkan konsep jenis – jenis uang yang digunakan dalam kehidupan sehari – hari. Aristo Rohadi (2003:10), Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata atau konkrit. I.L.Pasaribu, B.Simanjuntak (1983:35), Alat peraga yaitu alat untuk mem-bantu pengajar menyampaiakan pengetahuan dan mengalihkan keterampilan.<br />Manfaat dari penggunaan alat peraga dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, diantaranya;<br />1. Dengan adanya alat peraga, anak – anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran IPS semakin besar. Anak akan terangsang, senang, tertarik dan bersikap positif terhadap pengajar IPS.<br />2. Dengan disajikan konsep abstrak IPS, maka siswa pada tingkat – tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti.<br />3. Alat – alat peraga dapat membantu memahami pemanfaatan dan penggunaan jenis – jenis uang.<br />Metode diskusi menurut Djajadisastra (1992:45) metode diskusi adalah format belajar mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas – tugas belajar secara bersama – sama.<br />Metode diskusi menurut (Hasan dan Mujiono, 1993:13) adalah cara menyampaikan bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Diskusi bmenurut Hendro Juwono (2008:7,22) dengan diskusi memberi detail, urutan dan maknanya bagi pengalaman siswa tentang apa yang dibahas. <br /><br /><br />BAB III<br />PERENCANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN<br /><br />A. Subjek Penelitian<br /><br />Tempat : SDN Rawa Kompeni <br /> Jalan Rawa Kompeni Kelurahan Benda Kecamatan Benda<br /> Kota Tangerang 15125<br />Kelas / Semester : Kelas III (tiga)/2<br />RP<br />Waktu Pelaksanaan : Selasa 27 April 2010<br />Kompetensi Dasar : 2.4 Mengenal sejarah uang.<br />Indikator<br />1. Menyebutkan dua contoh uang. <br />2. Menjelaskan jenis – jenis uang<br />Masalah yang ditemukan :<br />Hanya 27 (64,3%) dari jumlah siswa 42 orang yang berhasil melampaui SKBM.<br />Alternatif pemecahan masalah:<br /> Jenis – jenis mata uang<br /> <br />RPP 1<br />Waktu Pelaksanaan : Selasa , 11 mei 2010.<br />Kompetensi dasar : 2.4 Mengenal sejarah uang.<br />Indikator : <br />1. Menyebutkan dua jenis uang. <br />2. Menjelaskan pengertian uang.<br />Masalah yang ditemukan:<br />Hanya 33 siswa (78,6%) dari jumlah siswa 42 orang yang berhasil melampaui SKBM.<br />Alternatif pemecahan masalah:<br />Jenis – jenis mata uang.<br /><br />RPP 2<br />Waktu Pelaksanaan : Senen 24 Mei 2010<br />Kompetensi dasar : 2.4 Mengenal sejarah uang.<br />Indikator <br />1. Menjelaskan kegunaan uang.<br />2. Membedakan jenis – jenis uang.<br />Pada RP 2 terjadi perubahan yaitu semua siswa mencapai SKBM meningkat menjadi 100%<br />Alternatif pemecahan masalah: <br /> Jenis – jenis mata uang.<br /> <br />B. Karakteristik siswa<br />a) Tingkat Kecerdasan<br />Tingkat kecerdasan siswa siswi SDN Rawa Kompeni kelas III (tiga) pada dasarnya memiliki kecerdasan rata – rata. Ini dapat terlihat dari beberapa kali mengadakan proses pembelajaran mulai dari RP 1 sampai RP 2 mengalami peningkatan kepemahaman dan pengetahuan. <br />b) Lingkungan Sekolah<br />- SDN Rawa Kompeni berada di Jalan Rawa Kompeni Kelurahan Benda Kecamatan Benda Kota Tangerang memiliki local yang cukup dan fasili-tas memadai seperti toilet siswa, toilet guru, mushola, dan ruang UKS layaknya sekolah pada umumnya. Sekolah kami cukup baik, bersih, pernah beberapa kali mengikuti lomba sekolah sehat dan mendapat juara III se Kota Tangerang berkat kerjasama staff sekolah.<br />- Umumnya masyarakat di sekitar lingkungan sekolah yang berada diper-batasan kota Tangerang respon terhadap program sekolah terbukti dengan disiplinnya siswa dalam mematuhi peraturan yang dibuat oleh sekolah, seperti mengenakan seragam sekolah sesuai dengan hari yang ditentukan. Dengan lingkungan sekolah yang cukup aman dan masyarakat sekitarnya yang masih sederhana seperti cara berpakaian yang belum begitu rapi serta bertutur kata adat betawi kampung. Namun bisa kerja sama dengan pihak sekolah sehingga semua fasilitas sekolah dapat terjaga rapih, bersih dan aman. Hal ini telah terbukti dalam lomba tingkat kota Tangerang men-dapatkan Juara III pada tahun 2008. <br />c) Latar Belakang Keluarga / sosial ekonomi<br />Orang tua siswa terdiri dari bermacam – macam tingkat pekerjaan dari buruh, petani, dan pedagang. Namun kesadaran orang tua tentang pentingnya pendidikan sangat rendah dan belum memadai.<br /><br />C. Deskripsi persiklus<br />1. Pra Siklus.<br />a) Perencanaan<br />- Menyampaikan tujuan pembelajaran<br />- Menyampaikan topik yang akan dipelajari<br />- Menjelaskan konsep tentang jenis – jenis uang dengan menggunakan alat peraga.<br />- Membimbing siswa dalam diskusi kelas, tentang contoh jenis – jenis mata uang dan kegunaannya.<br />- Melakukan tanya jawab<br />- Menyimpulkan pelajaran<br />- Pemberian PR<br />b) Pelaksanaan<br />Penulis mengajar tentang jenis – jenis mata uang di kelas III SDN Rawa Kompeni, dengan indikator menyebutkan dua jenis mata uang. Dalam proses ke-giatan belajar mengajar penulis menyampaikan tujuan pembelajaran, melakukan apersepsi sesuai dengan materi kemudian menuliskan topik pembelajaran. Dalam kegiatan inti penulis menyampaikan penjelasan tentang jenis – jenis mata uang dengan menggunakan metode tanya jawab kemudian diakhir kegiata<br />Tabel 1 : Hasil pembelajaran pada Rencana Pelaksanaan ( RP ) <br />No Nama Siswa Nilai yang diperoleh<br /> Pra siklus<br />1 Liani 50<br />2 Ipal Nurfauzi 50<br />3 Lia Eiswati 40<br />4 Yuni Purnia 70<br />5 Andri 30<br />6 Desi 50<br />7 Rohimin 50<br />8 Puji astute 60<br />9 Jessika Yudhistira 60<br />10 Rio Supriadi 60<br />11 Wahyu Ardana 70<br />12 Anggita Dana 90<br />13 Aldi 50<br />14 Fadel Akmal 50<br />15 Julian 60<br />16 Sefian 60<br />17 Yoki 60<br />18 Nining 60<br />19 Moh Syafiq Hadosta 60<br />20 Siti Wardah 60<br />21 Zakia Tunisa 60<br />22 Elsye Apricilla 100<br />23 Elis zahrotul jannah 80<br />24 Halimah Tusa’diah 60<br />25 Hikmah maulidia 70<br />26 Ridwan firmansyah 70<br />27 Ramadhan 50<br />28 Rian ardiyansyah 60<br />29 Dewin Nabila 80<br />30 Okti Ardiyani 80<br />31 Toni Aji Rizki W A 50<br />32 Nur azizah 50<br />33 Jayadi 100<br />34 Saipul Anam 50<br />35 Niken Yuliana 70<br />36 Alda Saharani 70<br />37 Warsini 60<br />38 Febriyanti 40<br />39 Daenah 50<br />40 Fiqi Kurniawan 60<br />41 Mumzyah 70<br />42 Rizky Ryan S 50<br />JUMLAH 2550<br />NILAI RATA – RATA 61<br />NILAI TERENDAH/JUMLAH ANAK 30/1<br />NILAI TERTINGGI/JUMLAH ANAK 100/2<br /><br />c) Pengamatan <br />- Guru dalam mengajar terlihat semangat dan menarik sehingga siswa kurang adanya perhatian dalam belajar.<br />- Penggunaan metode masih kurang karena guru menggunakan metode ceramah dan tugas.<br />- Siswa dikondisikan secara kelompok.<br />- Guru dalam memberikan contoh kurang bervariasi.<br />- Dalam memberikan pertanyaan guru tidak memberikan kesempatan untuk berfikir dalam pertanyaanpun kurang menyeluruh.<br />- Pelajaran belum ada penguatan sehingga pelajaran tersebut harus diulang.<br />d) Refleksi<br />Dari hasil pengamatan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, maka dapat diketahui bahwa pelajaran diperoleh nilainya yang kurang baik dilihat dari ke-berhasilan siswa memperoleh kurang dari SKBM.<br /><br />2. Siklus I<br />a) Rencana Pembelajaran<br />- Menyampaikan tujuan pembelajaran<br />- Menyamapaikan topik yang akan dipelajari <br />- Menjelaskan tentang konsep tentang jenis – jenis uang dengan menggunakan alat – alat peraga.<br />- Membimbing siswa dalam diskusi kelas tentang contoh jenis – jenis uang dan kegunaannya.<br />- Mengadakan tanya jawab.<br />- Menyimpulkan pelajaran.<br />- Guru mengadakan evaluasi secara tertulis.<br />b) Pelaksanaan<br />Penulis mengajar tentang jenis – jenis mata uang di kelas III SDN Rawa Kom-peni, dengan indikator menjelaskan kegunaan mata uang. Dalam proses kegiatan belajar mengajar penulis menyampaikan tujuan pembelajaran, melakukan apersepsi sesuai dengan materi kemudian menuliskan topik pembelajaran. Dalam kegiatan inti penulis menyampaikan penjelasan tentang jenis – jenis mata uang dengan menggunakan metode penugasan kemudian diakhir kegiatan<br />Tabel 2 : Hasil pembelajaran RPP 1<br />No Nama Siswa Nilai yang diperoleh<br /> Siklus 1<br />1 Liani 50<br />2 Ipal Nurfauzi 60<br />3 Lia Eiswati 50<br />4 Yuni Purnia 70<br />5 Andri 40<br />6 Desi 70<br />7 Rohimin 60<br />8 Puji astute 70<br />9 Jessika Yudhistira 70<br />10 Rio Supriadi 70<br />11 Wahyu Ardana 100<br />12 Anggita Dana 100<br />13 Aldi 50<br />14 Fadel Akmal 70<br />15 Julian 80<br />16 Sefian 60<br />17 Yoki 70<br />18 Nining 70<br />19 Moh Syafiq Hadosta 60<br />20 Siti Wardah 70<br />21 Zakia Tunisa 80<br />22 Elsye Apricilla 100<br />23 Elis zahrotul jannah 100<br />24 Halimah Tusa’diah 70<br />25 Hikmah maulidia 100<br />26 Ridwan firmansyah 90<br />27 Ramadhan 50<br />28 Rian ardiyansyah 80<br />29 Dewin Nabila 100<br />30 Okti Ardiyani 90<br />31 Toni Aji Rizki W A 50<br />32 Nur azizah 60<br />33 Jayadi 100<br />34 Saipul Anam 50<br />35 Niken Yuliana 90<br />36 Alda Saharani 80<br />37 Warsini 80<br />38 Febriyanti 50<br />39 Daenah 50<br />40 Fiqi Kurniawan 100<br />41 Mumzyah 80<br />42 Rizky Ryan S 60<br />JUMLAH 3090<br />NILAI RATA – RATA 74<br />NILAI TERENDAH/JUMLAH ANAK 40/1<br />NILAI TERTINGGI/JUMLAH ANAK 100/8<br /><br />c) Pengamatan <br />Guru melakukan perbaikan pembelajaran dibantu teman sejawat sebagai observator, pengamat mengamati tindakan yang dilakukan oleh guru dan siswa serta mendata hasil dan kemajuan yang dicapai oleh siswa dengan menggunakan lembar observasi (terlampir).<br />Adapun hasil pengamatan yang dicatat oleh observator adalah :<br />- Penggunaan konsep sudah sesuai dengan materi pembelajaran.<br />- Penggunaan alat peraga sudah ada tetapi kurang maksimal karena alat peraga yang digunakan kurang terlihat dari belakang (Gambarnya terlalu kecil)<br />- Penggunaan metode sudah bervariasi hanya ketika menggunakan metode tanya jawab, pernyataan guru kurang menyeluruh begitu pula ketika berdiskusi dikelas masih ada siswa yang belum aktif mengikuti pelajaran.<br />- Hasil belajar siswa belum maksimal karena masih ada siswa yang belum mencapai nilai SKBM untuk IPS yaitu 6,0<br />- Refleksi<br />Dari kajian dan pengamatan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran meningkat kearah yang lebih baik di-antaranya:<br />- Penjelasan konsep sudah sesuai dengan materi pelajaran.<br />- Penggunaan alat peraga sudah ada tetapi kurang maksimal karena terlalu kecil gambarnya sehingga siswa yang duduk dibagian belakang tidak dapat melihat alat peraga dengan jelas. Oleh sebab itu di RPP kedua diharapkan alat peraganya lebih baik lagi.<br />- Penggunaan metode sudah cukup namun dalam metode tanya jawab, per-tanyaan guru belum menyeluruh demikian pula ketika di RPP kedua guru dalam memberikan pertanyaan agar menyeluruh sehingga siswa aktif dalam pembelajaran.<br />- Hasil belajar siswa ada peningkatan namun belum maksimal, diharapkan disiklus kedua hasil belajar siswa lebih maksimal lagi.<br />- Aktivitas siswa sudah aktif karena guru menggunakan metode yang benar untuk siklus kedua harus lebih aktif lagi agar hasil belajar yang dicapai maksimal.<br />3. Siklus 2<br />a) Perencanaan<br />- Tanya jawab untuk mengaitkan konsep sebelum dengan konsep yang akan dipelajari. <br />- Menjelaskan tentang jenis – jenis mata uang.<br />- Membimbing siswa memberikan contoh jenis – jenis mata uang dan kegunaannya.<br />- Mendiskusikan manfaat dan kegunaan uang dalam kehidupan sehari –hari.<br />- Siswa mencatat hasil diskusi kelas/tanya jawab.<br />- Menyimpulkan pembelajaran.<br />- Guru mengtadakan evaluasi secara tertulis.<br />b) Pelaksanaan<br />Penulis mengajar tentang jenis – jenis mata uang di kelas III SDN Rawa Kompeni, dengan indikator menjelaskan kegunaan mata uang. Dalam proses ke-giatan belajar mengajar penulis menyampaikan tujuan pembelajaran, melakukan apersepsi sesuai dengan materi kemudian menuliskan topik pembelajaran. Dalam kegiatan inti penulis menyampaikan penjelasan tentang jenis – jenis mata uang dengan menggunakan metode diskusi kemudian diakhir kegiatan.<br />Tabel 3 : Hasil pembelajaran RPP 2<br />No Nama Siswa Nilai yang diperoleh<br /> Siklus 2<br />1 Liani 60<br />2 Ipal Nurfauzi 70<br />3 Lia Eiswati 60<br />4 Yuni Purnia 70<br />5 Andri 60<br />6 Desi 70<br />7 Rohimin 70<br />8 Puji astute 80<br />9 Jessika Yudhistira 80<br />10 Rio Supriadi 80<br />11 Wahyu Ardana 100<br />12 Anggita Dana 100<br />13 Aldi 60<br />14 Fadel Akmal 80<br />15 Julian 90<br />16 Sefian 70<br />17 Yoki 70<br />18 Nining 70<br />19 Moh Syafiq Hadosta 70<br />20 Siti Wardah 70<br />21 Zakia Tunisa 90<br />22 Elsye Apricilla 100<br />23 Elis zahrotul jannah 100<br />24 Halimah Tusa’diah 80<br />25 Hikmah maulidia 100<br />26 Ridwan firmansyah 100<br />27 Ramadhan 60<br />28 Rian ardiyansyah 100<br />29 Dewin Nabila 100<br />30 Okti Ardiyani 100<br />31 Toni Aji Rizki W A 60<br />32 Nur azizah 70<br />33 Jayadi 100<br />34 Saipul Anam 60<br />35 Niken Yuliana 100<br />36 Alda Saharani 90<br />37 Warsini 90<br />38 Febriyanti 60<br />39 Daenah 60<br />40 Fiqi Kurniawan 100<br />41 Mumzyah 100<br />42 Rizky Ryan S 70<br />JUMLAH 3410<br />NILAI RATA – RATA 81<br />NILAI TERENDAH/JUMLAH ANAK 60/9<br />NILAI TERTINGGI/JUMLAH ANAK 100/13<br /><br />c) Pengamatan.<br />Adapun hasil pengamatan siklus 2 sebagai berikut Tabel 3 : Hasil pembelajaran RPP 2<br />- Penggunaan alat peraga sudah maksimal dan lebih baik, gambar yang ditampilkan terlihat oleh siswa yang duduk dibagian belakang.<br />- Penggunaan metode sudah cukup baik dalam memberikan pertanyaan sudah menyeluruh, ketika berdiskusi semua siswa aktif.<br />- Hasil belajar siswa sudah maksimal karena siswa mencapai nilai SKBM pelajaran IPS yaitu 6,0.<br />d) Refleksi<br />Dari kajian dan pengamatan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran diperoleh hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari ke-berhasilan dari RPP II dengan perubahan perolehan nilai yang lebih baik. Siswa sudah mencapai SKBM hingga 97% meningkat dari RPP I yang hanya 78%.<br />Dari uraian kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran, melalui dua siklus tersebut terlihat adanya perubahan yang menuju kesempurnaan. Dari segi guru, siswa dan pe-rangkat pembelajaran, sehingga hasil yang diperoleh memuaskan.<br /><br />BAB IV<br />HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN<br /><br />A. Deskripsi Persiklus <br /><br />Setelah proses perbaikan pembelajaran untuk mengukur kemempuan siswa dalam menguasai konsep jenis – jenis uang dilaksanakan dsalam dua jenis pembelajaran IPS diperoleh hasil yang maksimal seperti yang terlihat pada tabel berikut : <br /><br />No Nama Siswa Hasil belajar<br /> Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2<br />1 Liani 50 50 60<br />2 Ipal Nurfauzi 50 60 70<br />3 Lia Riswati 40 50 60<br />4 Yuni Purnia 70 70 70<br />5 Andri 30 40 60<br />6 Desi 50 70 70<br />7 Rohimin 50 60 70<br />8 Puji Astuti 60 70 80<br />9 Jessika Yudhistira 60 70 80<br />10 Rio Supriadi 60 70 80<br />11 Wahyu Ardana 70 100 100<br />12 Anggita Dana 90 100 100<br />13 Aldi 50 50 60<br />14 Fadel Akmal 50 70 80<br />15 Julian 60 80 90<br />16 Sefian 60 60 70<br />17 Yoki 60 70 70<br />18 Nining 60 70 70<br />19 Moh Syafiq Hadosta 60 60 70<br />20 Siti Wardah 60 70 70<br />21 Zakia Tunisa 60 80 90<br />22 Elsye Apricilla 100 100 100<br />23 Elis Zahrotul Jannah 80 100 100<br />24 Halimah Tusa’diah 60 70 80<br />25 Hikmah Maulidia 70 100 100<br />26 Ridwan Firmansyah 70 90 100<br />27 Ramadhan 50 50 60<br />28 Rian Ardiyansyah 60 80 100<br />29 Dewin Nabila 80 100 100<br />30 Okti Ardiyani 80 90 100<br />31 Toni Aji Rizki W A 50 50 60<br />32 Nur azizah 50 60 70<br />33 Jayadi 100 100 100<br />34 Saipul Anam 50 50 60<br />35 Niken Yuliana 70 90 100<br />36 Alda Saharani 70 80 90<br />37 Warsini 60 80 90<br />38 Febriyanti 40 50 60<br />39 Daenah 50 50 60<br />40 Fiqi Kurniawan 60 100 100<br />41 Mumzyah 70 80 100<br />42 Rizky Ryan S 50 60 100<br />JUMLAH 2550 3090 3410<br />NILAI RATA – RATA 61 74 81<br />NILAI TERENDAH/JUMLAH ANAK 30/1 40/1 60/9<br />NILAI TERTINGGI/JUMLAH ANAK 100/2 100/8 100/13<br /><br /><br /><br /> Dengan melihat data diatas dapat dilihat ketuntasan belajar siswa dari setiap siklus, sebagian besar mengalami peningkatan :<br />- Sebelum siklus siswa yang mencapai ketuntasan belajar minimal hanya 64,3% atau 27, siswa dari 42 siswa.<br />- Pada siklus ke satu jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar minimal me-ningkat menjadi 78,6% atau 33 siswa dari 42 siswa.<br />- Pada siklus kedua terjadi perubahan yaitu semua siswa mencapai SKBM meningkat menjadi 100%<br /><br />Grafik Ketuntasan belajar I P S Kelas III<br />SDN RAWA KOMPENI<br /><br />B. Pembahasan.<br />Dalam kegiatan perbaikan pembelajaran IPS kelas III dengan materi jenis-jenis uang diperlukan suasana yang kondusif, yang dapat mencapai hasil yang optimal.<br /> Dari uraian di atas dari setiap siklus mengalami peningkatan yang signifikan, pe-ningkatan yang signifikan ini terjadi karena guru telah memperbaiki kinerja secara sis-tematis dan berkelanjutan dari siklus 1 sampai siklus 2.<br /> Pada siklus 1 kinerja guru yang telah bagus adalah metode mengajar yang digunakan sudah tepat, guru sudah menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi, strategi pembelajaran yang menggunakan metode diskusi sehingga siswa terlihat aktif dalam pembelajaran.<br /> Pada siklus 2 guru dalam menanamkan konsep jenis-jenis uang menggunakan metode diskusi. Pada perbaikan pembelajaran ini terlihat pula peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus sampai siklus 2. Pada pra siklus rata-rata hasil belajar siswa hanya mencapai 6,1 atau yang mencapai SKBM hanay 64,3%, sedangkan pada siklus 1 rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 7,4 atau yang mencapai SKBM meningkat pula menjadi 78,6%, Dan pada siklus ke-2 rata-rata hasil belajar menjadi 8,1. Sehingga ketentuan Belajar Minimal menjadi 100%. Peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus sampai siklus 2 terjadi karena guru telah memperbaiki kinerjanya dalam proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode yang tepat (ceramah,Tanya jawab, diskusi) pada konsep jenis-jenis uang.<br /> Metode ceramah digunakan guru dalam menyampaikan bahan pelajaran dengan ko-munikasi lisan karena lebih efektif dan ekonomis untuk keperluan penyampaian infor-masi dan pengertian. Metode Tanya jawab digunakan agar setiap siswa berpartisipasi secara aktif, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dipelajari.<br /> Metode diskusi digunakan guru untuk memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat ke-simpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan masalah.<br /> Metode yang digunakan guru dalam interaksi belajar mengajar merupakan salah satu factor yang menentukan keberhasilan dan kelancaran proses belajar mengajar. Oleh sebab itu metode mengajar yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan keperluan dan situasi yang sedang berlangsung agar tujuan pembelajaran berhasil dengan baik.<br /><br />BAB V<br />KESIMPULAN DAN SARAN<br /><br />A. Kesimpulan<br />Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan penulis dapat me-nyimpulkan sebagai berikut : <br />1. Melalui metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan siswa kepada konsep jenis-jenis uang.<br />2. Penggunaan alat peraga dan tepat sesuai dengan materi pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran.<br />B. Saran-saran<br />Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang perlu diperhatiakn adalah :<br />1. Guru harus menguasai berbagai metode mengajar untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran.<br />2. Guru dalam memberikan pertanyaan harus memberikan waktu untuk siswa berfikir.<br />3. Guru harus mampu memilih alat peraga dengan baik agar proses pembelajaran berlangsung lancar.<br />4. Pemahaman siswa menjadi meningkat apabila guru menggunakan alat peraga dan metode yang tepat dalam pembelajaran.<br />Demikian hal-hal yang penulis temukan melalui Penelitian Tindak Kelas (PTK). Untuk mencapai hasil yang lebih baik perlu Kelompok Kerja Guru (KKG), untuk memberi masukan - masukan, saran-saran dan pengalaman masing-masing dalam melaksanakan tugas sehari - hari.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />1. Kurikulum 2006<br />2. Suciati, dkk “Belajar dan Pembelajaran 2 hal 4.2 dan 4.26 (UT,2007)”<br />3. Sumantri M dan Syaodah N (2005) “Perkembangan Peserta Didik” UT<br />4. Tim Bakti Guru (2004) “Tematika Kelas III. PT Griya Widya Pustaka"<br />5. Wardani,I.G.A.K.,Julaeha,S dan Marsinah.N (2005) “Pemantapan Kemampuan Profesional” Jakarta .Universitas Terbuka.<br />6. Wardani,I.G.A.K.,Wihardi dan Nasution.N(2005) “Penelitian Tindakan Kelas” Jakarta .Universitas Terbuka.<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-35351347120251003292010-07-11T10:57:00.000-07:002010-07-11T10:57:42.961-07:00July. The Picaso: capturing the splendor of fireworks in the sky.<a href="http://goo.gl/photos/yyov" imageanchor="1" style="clear:right;margin-bottom:1em;margin-left:1em"><img border="0" src="http:/http://www.baturbajang.blogspot.com//lh3.ggpht.com/_RFLmocOsCwc/SHwxgv0k2NI/AAAAAAAAAvs/f2nyaa02x6c/s512/IMG_2800.JPG"></a><div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-51722216755094521912010-06-26T06:01:00.000-07:002010-06-26T06:01:37.651-07:00Pengertian IlmuDEFINISI ILMU<br />Sumber Utama :<br />http://manelaok.blogspot.com/2009/05/definisi-ilmu.html<br />You might also like:<br /><br />LinkWithin<br />Label: Artikel<br />Definisi ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (apabila dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam).--Mohammad Hatta--<br />Definisi ilmu dapat dimaknai sebagai akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan-------Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris.Ilmu dapat diamati panca indera manusia ------- Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada para ahlinya untuk menyatakan -suatu proposisi dalam bentuk: "jika,...maka..."--Harsojo, Guru Besar Antropolog, Universitas Pajajaran—<br />Definisi ilmu bergantung pada cara kerja indera-indera masing-masing individu dalam menyerap pengetahuan dan juga cara berpikir setiap individu dalam memroses pengetahuan yang diperolehnya. Selain itu juga, definisi ilmu bisa berlandaskan aktivitas yang dilakukan ilmu itu sendiri. Kita dapat melihat hal itu melalui metode yang digunakannya.<br />Sifat-sifat ilmu<br />Dari definisi yang diungkapkan Mohammad Hatta dan Harjono di atas, kita dapat melihat bahwa sifat-sifat ilmu merupakan kumpulan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu yang...<br />1. Berdiri secara satu kesatuan,<br />2. Tersusun secara sistematis,<br />3. Ada dasar pembenarannya (ada penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan disertai sebab-sebabnya yang meliputi fakta dan data),<br />4. Mendapat legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset.<br />5. Communicable, ilmu dapat ditransfer kepada orang lain sehingga dapat dimengerti dan dipahami maknanya.<br />6. Universal, ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat berlaku di mana saja dan kapan saja di seluruh alam semesta ini.<br />7. Berkembang, ilmu sebaiknya mampu mendorong pengetahuan-pengatahuan dan penemuan-penemuan baru. Sehingga, manusia mampu menciptakan pemikiran-pemikiran yang lebih berkembang dari sebelumnya.<br />Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa tidak semua pengetahuan dikategorikan ilmu. Sebab, definisi pengetahuan itu sendiri sebagai berikut: Segala sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktivitas panca indera untuk mengetahui, yaitu terungkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya, sedangkan ilmu menghendaki lebih jauh, luas, dan dalam dari pengetahuan.<br />Mengapa ilmu hadir?<br />Pada hakekatnya, manusia memiliki keingintahuan pada setiap hal yang ada maupun yang sedang terjadi di sekitarnya. Sebab, banyak sekali sisi-sisi kehidupan yang menjadi pertanyaan dalam dirinya. Oleh sebab itulah, timbul pengetahuan (yang suatu saat) setelah melalui beberapa proses beranjak menjadi ilmu.<br />Bagaimanakah manusia mendapatkan ilmu?<br />Manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan sempurna, yaitu dilengkapi dengan seperangkat akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran inilah, manusia mendapatkan ilmu, seperti ilmu pengetahuan sosial, ilmu pertanian, ilmu pendidikan, ilmu kesehatan, dan lain-lain. Akal dan pikiran memroses setiap pengetahuan yang diserap oleh indera-indera yang dimiliki manusia.<br />Dengan apa manusia memperoleh, memelihara, dan meningkatkan ilmu?<br />Pengetahuan kaidah berpikir atau logika merupakan sarana untuk memperoleh, memelihara, dan meningkatkan ilmu. Jadi, ilmu tidak hanya diam di satu tempat atau di satu keadaan. Ilmu pun dapat berkembangManfaat ilmu bagi manusia tidak terhitung jumlahnya. Sejak Nabi Adam hingga sekarang, dari waktu ke waktu ilmu telah mengubah manusia dan peradabannya. Kehidupan manusia pun menjadi lebih dinamis dan berwarna.<br /><br />FAEDAH ILMU<br />Manfaat ilmu bagi manusia tidak terhitung jumlahnya. Sejak Nabi Adam hingga sekarang, dari waktu ke waktu ilmu telah mengubah manusia dan peradabannya. Kehidupan manusia pun menjadi lebih dinamis dan berwarna.<br />Dengan ilmu, manusia senantiasa:<br />mencari tahu dan menelaah bagaimana cara hidup yang lebih baik dari sebelumnya,<br />menemukan sesuatu untuk menjawab setiap keingintahuannya,<br />menggunakan penemuan-penemuan untuk membantu dalam menjalani aktivitas sehari-hari.<br />Manusia pun menjadi lebih aktif mengfungsikan akal untuk senantiasa mengembangkan ilmu yang diperoleh dan yang dipelajarinya.<br />Selain itu berkat ilmu, manusia:<br />menjadi tahu sesuatu dari yang sebelumnya tidak tahu,<br />dapat melakukan banyak hal di berbagai aspek kehidupan,<br />menjalani kehidupan dengan nyaman dan aman,<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-14173888044030831622010-06-24T03:51:00.000-07:002010-06-24T03:56:35.482-07:00MEMAHAMI HAKIKAT GURU DAN MURID DALAM PROSES PEMBELAJARANMAKALAH FILSAFAT<br /><br />“ MEMAHAMI HAKIKAT GURU DAN MURID <br />DALAM PROSES PEMBELAJARAN”<br /><br />diajukan untuk memenuhi salah satu tugas<br />mata kuliah Filsafat Ilmu<br />Dosen Pengampu: Dr. H. Azis Mahfuddin, M.Pd.<br /><br /> <br /><br /> O L E H<br /><br /> SULAEMAN, S.Pd<br /> Nim.0908673 <br /><br />PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM<br />SEKOLAH PASCASARJANA<br />UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA<br />BANDUNG<br />2010 <br />KATA PENGANTAR<br />Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Illahi Rabbi karena atas kehendak-Nya penyusunan makalah Memahami Hakikat Guru dan Murid dalam Proses Pembelajaran ini dapat diselesaikan.<br />Filsafat sebagai salah satu aspek yang melandasi pengembangan kurikulum tentu memiliki peran dan fungsi yang nyata dalam kurikulum yang akan dikupas dalam makalah Memahami Hakikat Guru dan Murid dalam Proses Pembelajaran yang diambil dari beberapa literatur.<br />Penyusunan makalah ini disadari masih jauh dari sempurna, dan masih terdapat banyak kekurangan di sana sini. Untuk itu segala macam kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai dapat diterima dengan lapang dada dan tangan terbuka.<br />Tak lupa juga penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr.H.Azis Mahpudin, M.Pd dan semua pihak yang telah berjasa membantu kami dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.<br />Akhir kata makalah ini diharapkan bisa memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi dunia akademis penulis pada khususnya, dan bagi pengetahuan semua pihak yang membaca pada umumnya.<br />Serang, 28 Mei 2010<br />Penyusun<br /> <br />DAFTAR ISI<br />KATA PENGANTAR i<br />DAFTAR ISI ii<br />BAB I PENDAHULUAN <br />A. Latar Belakang Masalah 1<br />B. Rumusan Masalah 6<br />C. Tujuan Penulisan 6<br />D. Prosedur Pemecahan Masalah 7<br />E. Sistematika Uraian 7<br />BAB II PEMBAHASAN <br />A. FILSAFAT 8<br />1. Pengertian Filsafat 4<br />2. Filsafat Pendidikan 5<br />3. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan 8<br />B. Pengertian Pendidikan 15<br />C. Dasar dan Tujuan Pendidikan 19<br />D. Hakikat Guru 30<br />E. Hakikat Guru dalam Proses Pembelajaran 33<br />F. Hakikat Anak dalam Proses Pembelajaran 42<br />G. Anak dengan Problema Belajar 52<br />H. Faktor Penyebab Anak Mengalami Problema Belajar 54<br />I. Peran Guru dalam Pengembangan Rancangan Pembelajaran 62<br />J. Hakekat Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran 66 <br />K. Materi yang disampaikan dalam Proses Pembelajaran 67<br />L. Metode dalam Proses Pembelajaran 73<br />BAB III PENUTUP<br />A. Kesimpulan 75<br />B. Saran 76<br />DAFTAR PUSTAKA<br /> <br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br />A. LATAR BELAKANG MASALAH<br />Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan hidup manusia. Pendidikan berintikan interaksi antar manusia, terutama antara pendidik dan terdidik demi mencapai tujuan pendidikan. Dalam interaksi tersebut terlibat isi yang diinteraksikan serta proses bagaimana interaksi tersebut berlangsung. Apakah yang menjadi tujuan pendidikan, siapakah pendidik dan terdidik, apa isi pendidikan dan bagaimana proses interaksi pendidikan tersebut, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang mendasar, yang esensial, yakni jawaban-jawaban filosofis.<br />Filsafat berperan memberikan inspirasi pada pendidikan, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep pada diri peserta didik.<br />Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.<br />Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.<br />Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.<br />Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis. Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan.Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si – terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu 1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar. 2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong. 3) Ada yang di didik atau si terdidik. 4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan.<br />Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan komprehensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.<br />Demikian pula dengan al-Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup ( long life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.<br />Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah :<br /> • <br /> “ Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar ( QS. Asy-Syura : 52 )”<br />Hadis dari Nabi SAW :<br />“ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)”<br />Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan :<br />1. Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT.<br />2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.<br />3. Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam.<br />Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini. Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya.<br />Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik.<br />Kalau teori pendidikan hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan, hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati sebelumnya. Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi yang tinggi yang penuh dengan debat tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal.<br />Tidak ada satupun dari permasalahan kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir,yang lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar. Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan.<br />Dengan demikian dapat dikatakan bahwa filsafat memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal, dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kurikulum dan melandasi pengembangan kurikulum. Filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu sudah barang tentu memiliki peran dan fungsi yang jelas dalam pengembangan kurikulum. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dikaji mengenai fungsi filsafat tersebut dalam pengembangan kurikulum.<br /><br />B. RUMUSAN MASALAH<br />Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapatlah dirumuskan suatu pokok masalah yaitu ”Fungsi Filsafat dalam Pengembangan Kurikulum”, yang kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:<br />1. Apakah yang dimaksud dengan filsafat?<br />2. Apakah yang dimaksud dengan Hakikat Guru?<br />3. Apa yang dimaksud dengan Hakikat Murid?<br />4. Bagaimana hakikat Guru dan Murid dalam Proses Pembelajaran?<br /><br />C. TUJUAN PENULISAN<br />Penulisan makalah ini bertujuan untuk memeroleh suatu gambaran secara teoritis tentang fungsi filsafat dalam pengembangan kurikulum.<br />Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan:<br />1. Makna filsafat Ilmu dan Peranannya dalam Pendidikan.<br />2. Hakekat Guru dalam Proses Pembelajaran.<br />3. Hakekat Murid dalam Proses Pembelajaran<br />4. Hakekat Guru dan Murid dalam Proses Pembelajaran<br /><br /><br /><br /><br />D. PROSEDUR PEMECAHAN MASALAH<br />Prosedur pemecahan masalah yang digunakan dalam menjawab rumusan masalah dalam makalah ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif melalui kajian literatur atau artikel yang berkaitan dengan filsafat dan pengembangan kurikulum.<br /><br />E. SISTEMATIKA URAIAN<br />Makalah ini terdiri dari:<br />KATA PENGANTAR<br />DAFTAR ISI<br />BAB I PENDAHULUAN <br />A. Latar Belakang Masalah<br />B. Rumusan Masalah<br />C. Tujuan Penulisan<br />D. Prosedur Pemecahan Masalah<br />E. Sistematika Penulisan<br />BAB II PEMBAHASAN <br />A. Makna filsafat Ilmu dan Peranannya dalam Pendidikan.<br />B. Hakekat Guru dalam Proses Pembelajaran.<br />C. Hakekat Murid dalam Proses Pembelajaran<br />D. Hakekat Guru dan Murid dalam Proses Pembelajaran<br />BAB III PENUTUP <br />A. Kesimpulan <br />B. Saran<br />DAFTAR PUSTAKA<br /> <br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br />A. FILSAFAT <br />1. Pengertian Filsafat<br />Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai filsafat, namun batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi.<br />Secara etimologi, kata filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab: falsafah, yang juga diambil dari bahasa Yunani: philosophia. Kata philosophia merupakan gabungan dari dua kata yaitu philos dan sophia. Philos berarti sahabat, cinta, atau kekasih, sedangkan sophia memiliki arti kebijaksanaan, pengetahuan, kearifan. Dengan demikian maka arti dari kata philosophia adalah “cinta pengetahuan atau cita kebijaksanaan”. Plato dan Socrates dikenal sebagai philosophos (filsuf) yakni orang yang mencintai pengetahuan, pencari kebijaksanaan, dan pencinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.<br />Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Plato (428 -348 SM) berpendapat bahwa filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada dan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Sementara muridnya Aristoteles (384-322 SM) berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, di mana terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lebih lanjut Aristoteles menyebutkan bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu. <br />Menurut Cicero (106 – 43 SM) filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “ (the mother of all the arts“, ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan). Sementara Johann Gotlich Fickte (1762-1814) mendefinisikan filsafat sebagai Wissenschaftslehre, ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.<br />Filsafat menurut Paul Nartorp (1854 – 1924) adalah Grundwissenschaft, yakni ilmu dasar yang hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama. Selain itu, Imanuel Kant (1724 – 1804) mengungkapkan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup empat persoalan: (1) Metafisika, yang menjawab pertanyaan “apakah yang dapat kita kerjakan?” ; (2) Etika, yang menjawab pertanyaan “apakah yang seharusnya kita kerjakan?” ; (3) Agama, yang menjawab pertanyaan “sampai dimanakah harapan kita?”; dan (4) Antropologi, yang menjawab pertanyaan “apakah yang dinamakan manusia?” <br />Menurut Notonegoro filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat. Sedangkan Sidi Gazalba berpendapat bahwa berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran, tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal. Lebih lanjut Harold H. Titus menjelaskan bahwa: (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian (konsep); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.<br />Dari semua pengertian filsafat secara terminologis yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.<br /><br />2. Filsafat Pendidikan<br />Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller, 1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan.<br />Seorang guru atau pendidik, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat pendidikan. Seorang pendidik perlu memahami dan tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan. Tujuan pendidikan perlu dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup. Pendidik sebagai pribadi mempunyai tujuan hidupnya dan pendidik sebagai warga masyarakat mempunyai tujuan hidup bersama. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para pendidik (guru). Dengan demikian hal tersebut akan mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar. Selain itu pemahaman filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.<br />Hubungan filsafat dengan konsep pendidikan bisa ditinjau dari tiga cabang besar filsafat, yaitu metafisika, epistemologi, dan aksiologi.<br />a. Metafisika <br />Metafisika merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah hakekat: hakekat dunia, hakekat manusia, termasuk di dalamnya hakekat anak. Metafisika secara praktis akan menjadi persoalan utama dalam pendidikan. Karena anak bergaul dengan dunia sekitarnya, maka ia memiliki dorongan yang kuat untuk memahami tentang segala sesuatu yang ada. Memahami filsafat ini diperlukan secara implisit untuk mengetahui tujuan pendidikan. Seorang pendidik seharusnya tidak hanya tahu tentang hakekat dunia dimana ia tinggal, tetapi harus tahu hakekat manusia, khususnya hakekat anak. <br />b. Epistemologi <br />Kumpulan pertanyaan berikut yang berhubungan dengan para pendidik adalah epistemologi. Pengetahuan apa yang benar? Bagaimana mengetahui itu berlangsung? Bagaimana kita mengetahui bahwa kita mengetahui? Bagaimana kita memutuskan antara dua pandangan pengetahuan yang berlawanan? Apakah kebenaran itu konstan, ataukah kebenaran itu berubah dari situasi satu ke situasi lainnya? Dan akhirnya pengetahuan apakah yang paling berharga?<br />Bagaimana menjawab pertanyaan epistemologis tersebut akan memiliki implikasi signifikan untuk pendekatan kurikulum dan pengajaran. Pertama pendidik harus menentukan apa yang benar mengenai muatan yang diajarkan, kemudian pendidik harus menentukan alat yang paling tepat untuk membawa muatan ini bagi warga belajar. Meskipun ada banyak cara mengetahui, setidaknya ada lima cara mengetahui sesuai dengan minat atau kepentingan masing-masing pendidik, yaitu mengetahui berdasarkan otoritas, wahyu Tuhan, empirisme, nalar, dan intuisi.<br />Pendidik tidak hanya mengetahui bagaimana warga belajar memperoleh pengetahuan, melainkan juga bagaimana warga belajar mengikuti pembelajaran. Dengan demikian epistemologi memberikan sumbangan bagi teori pendidikan dalam menentukan kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan kepada anak dan bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut, begitu juga bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut. <br />c. Aksiologi <br />Cabang filsafat yang membahas nilai baik dan nilai buruk, indah dan tidak indah, erat kaitannya dengan pendidikan, karena dunia nilai akan selalu dipertimbangkan atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan tujuan pendidikan. Langsung atau tidak langsung, nilai akan menentukan perbuatan pendidikan. Nilai merupakan hubungan sosial. Pertanyaan-pertanyaan aksiologis yang harus dijawab pendidik adalah: Nilai-nilai apa yang dikenalkan pendidik kepada warga belajar untuk diadopsi? Nilai-nilai apa yang mengangkat manusia pada ekspresi kemanusiaan yang tertinggi? Nilai-nilai apa yang benar-benar dipegang orang yang benar-benar terdidik? <br />Pada intinya aksiologi menyoroti fakta bahwa pendidik memiliki suatu minat tidak hanya pada kuantitas pengetahuan yang diperoleh warga belajar melainkan juga dalam kualitas kehidupan yang dimungkinkan karena pengetahuan. Pengetahuan yang luas tidak dapat memberi keuntungan pada individu jika ia tidak mampu menggunakan pengetahuan untuk kebaikan. Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang pendidik mengenai pendidikan, atau merupakan kumpulan prinsip yang membimbing tindakan profesional pendidik. Setiap pendidik baik mengetahui atau tidak memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan tentang bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik. Filsafat pendidikan secara fital juga berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para pendidik dapat menemukan berbagai pemecahan permasalahan pendidikan.<br /><br />2. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan<br />Sejarah perjalanan perkembangan keyakinan dan pemikiran umat manusia tentang pendidikan telah melahirkan sejumlah filsafat yang melandasinya. Berdasarkan bagaimana manusia dibentuk, terdapat tiga aliran paham yang dirasakan masih dominan pengaruhnya hingga saat ini, yakni: Nativisme atau Naturalisme, Empirisme atau Environtalisme, dan Konvergensionisme atau Interaksionisme.<br />Tokoh nativisme atau naturalisme antara lain J.J. Rousseau (1712-1778) dan Schopenhauer (1788-1860 M). Paham ini berpendirian bahwa setiap bayi lahir dalam keadaan suci dan dianugerahi dengan potensi insaniah yang dapat berkembang secara alamiah. Karena itu, pendidikan pada dasarnya sekedar merupakan suatu proses pemberian kemudahan agar anak berkembang sesuai dengan kodrat alamiahnya. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung pesimistik.<br />Dengan tokohnya antara lain John Locke (1632-1704 M) dan J. Herbart (1776-1841 M), Empirisme atau Environtalisme berpandangan bahwa manusia lahir hanya membawa bahan dasar yang masih suci namun belum berbentuk apapun, bagaikan papan tulis yang masih bersih belum tertulisi (Tabula Rasa, Locke ) atau sebuah bejana yang masih kosong (Herbart). Atas dasar itu, pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses pembentukan dan pengisian pribadi peserta didik ke arah pola yang diinginkan dan diharapkan lingkungan masyarakatnya. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung optimistik.<br />Tokoh paham Konvergensionisme atau interaksionisme antara lain William Stern (1871-1939). Paham ini pada dasarnya merupakan perpaduan dari kedua pandangan terdahulu. Menurut pandangan ini, baik pembawaan anak maupun lingkungan merupakan faktor-faktor yang determinan terhadap perkembangan dan pembentukan pribadi peserta didik. Oleh karenanya, pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian peristiwa interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Pribadi peserta didik akan terbentuk sebagai resultante atau hasil interaksi dari kedua faktor determinan tersebut. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung rasional.<br />Pembagian Nativisme atau Naturalisme, Empirisme atau Environtalisme, dan Konvergensionisme atau Interaksionisme yang telah disebutkan di atas adalah pembagian berdasarkan bagaimana manusia dibentuk, sedangkan menurut pembagian berdasarkan apa yang harus diajarkan sebagai muatan pendidikan terdapat: (1) Konservatif, yang mengajarkan apa yang sudah berlaku di masyarakat; (2) Idealisme, yang mengajarkan apa yang menjadi ide abadi sepanjang masa; (3) Liberalisme, yang mengajarkan ilmu sebagai bekal hidup; (4) Liberasionisme, yang mengajarkan ilmu yang membebaskan; dan (5) Anarkisme, yang mengajarkan sesuai dengan kebutuhan lokal<br />Sementara aliran filsafat yang dirasakan sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan adalah idealisme, realisme, pragmatisme, dan rekonstruksionisme. <br />a. Idealisme<br />Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah ada dalam jiwa kita. Untuk membawanya pada tingkat kesadaran perlu adanya proses introspeksi. Aliran ini juga berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Tujuan pendidikannya adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri, membentuk karakter manusia, dan memberikan bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan <br />b. Realisme <br />Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis, yakni terdiri dari dunia fisik dan dunia ruhani. Dengan kata lain realitas dibagi menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Tujuan pendidikannya yaitu membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat<br />c. Pragmatisme <br />Pragmatisme adalah kreasi filsafat dari Amerika, dipengaruhi oleh empirisme, utilitarianisme, dan positivisme, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi. Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut), tidak doktriner, tetapi relatif tergantung kepada kemampuan manusia . Aliran ini mendasari munculnya model konsep kurikulum rekonstruksi sosial yang menekankan pemecahan problema masyarakat. Esensi ajaran pragmatisme ialah bahwa hidup bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Tujuan pendidikannya yaitu menggunakan pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi dan masyarakat<br />d. Rekonstruksionisme<br />Rekonstruksionisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme (pragmatisme). Paham ini berpendapat bahwa, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruksionisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses. Tujuan pendidikannya adalah untuk menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya.<br /><br />B. Pengertian Pendidikan <br /> Dalam mencari pengertian atau definisi pendidikan yang penulis cari dari para pakar-pakar pendidikan atau pemerhati pendidikan akan penulis coba tuangkan dalam sub ini guna membuka wacana pendidikan.<br /> Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya. <br />Istilah pendidikan menurut Carter V. Good dalam "Dictionay of Education" dejelaskan sebagai berikut:<br />a. Pedagogy<br />1) Seni, peraktek, atau profesi sebagai pengajar (pengajaran)<br />2) Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid, dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan. <br /><br /> Menurut prof, Richey, dalam buku "Planing For Teaching an introduction to Education" dinyatakan:<br />"Istilah "Pendidikan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan tanggung jawabnya didalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung didalam sekilas saja. Pendidikan adalah suatu aktifitas sosial yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang konpleks, modern, fungsi pendidikan ini mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal, yang tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal diluar sekolah. <br /> Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional atau singkat UU SISDIKNAS memberkan penjelasan mengenai pengertian pendidikan, yaitu sebagai usaha sadar dan terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. <br /> Amir Daien, dalam bukunya memberikan pengertian yang lebih singkat, namun tidak membuang esensinya, yaitu suatu usaha yang sadar yang teratur dan sestematik, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggungjawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Dalam buku yang sama, Drs. Amir Dien memberikan definisi yang lebih tegas lagi, yaitu pendidikan ialah bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. <br /> Dari dua definisi di k atas tampaknya Amir Daien masih kurang sempurna dibanding definisi yang tercantum dalam UU Sisdiknas, Amir Daien lebih mempersempit, yang menurut hemat penulis, maka "mempengaruhi" didalamnya masih menimbulkan kontrofersi, dalam UU Sisdiknas proses pembelajaranlah, menurut penulis yang lebih tepat untuk mencapai cita-cita pendidkan, bukan mempengaruhi anak.<br /> Sementara 'Abd ar-Rahman an-Nahlawi, berpendapat bahwa pendidikan berarti : memelihara fitrah anak, menumbuhkan seluruh bakat dan kesiapannya, mengerahkan fitrah dan seluruh bakatnya agar menjadi baik dan sempurna, serta berharap dalam prosesnya. Berdasarkan pengertian tersebut, an-Nahlawi mengambil kesimpulan sebagai berikut :<br />1) Pendidikan adalah proses yang mempunyai tujuan, sasaran, dan target.<br />2) Pendidikan yang sebenarnya adalah Allah, karena Allah-lah yang menciptakan fitrah dan bakat bagi manusia, memberlakukan hukum-hukum perkembangan serta interaksi fitrah dan bakat, dan menetapkan syariat untuk mewujudkan kesempurnaan, kebaikan dan kebahagiaannya.<br />3) Pendidikan menghendaki penyusunan langkah-langkah sistematis yang harus dilakui secara bertahap oleh berbagi kegiatan pendidikan dan pengajaran.<br />4) Pendidik harus mengikuti sunnatullah dan syariat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. <br /> Sementara Hery Noer dan Munzier memberikan pandangan yang berbeda mengenai definisi pendidikan, yaitu pendidikan adalah "seni mentransfer warisan dan ilmu untuk membangun masa depan". Dan beliau menambahkan dari definisi tersebut pendidikan memiliki dua fungsi: <br />a. Memilih warisan budaya yang relevan bagi zaman ketika pendidikan itu berlangsung, sehingga bentuk dan kepribadian masyarakat dapat dipelihara.<br />b. Memperhitungkan semangat zaman dalam melakukan perubahan dan pembaharuan yang terus menerus, serta mempersiapkan generasi sesuai dengan prinsip yang ada bukanlah tetap yang terus menerus, melainkan perubahan yang terus menerus.<br /> Dari semua definisi pendidikan penulis mencoba mengambil kesimpulan dari semua itu, yaitu:<br />1) Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan dalam memelihara fitrah anak, yang dilakukan secara sadar artinya dengan niat dan kesiapan, dan memiliki rencana untuk menyusun langkah-langkah secara tepat, teratur dan sistematis. Dalam mewujudkan proses belajar dan pembelajaran kepada anak.<br />2) Agar peserta didik secara aktif mengembangkan dan mengarahkan fitrah, potensi, bakat dan kesiapan dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara, serta memperhitungkan semangat zaman dalam melakukan perubahan dan pembaharuan yang terus menerus.<br />C. Dasar dan Tujuan Pendidikan<br />Masalah dasar dan tujuan pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu, dari dasar pendidikan itu akan manentukan corak dan isi pendidikan, dan dari tujuan pendidikan akan menentukan ke arah mana anak didik atau manusia itu akan dibawa.<br />Dalam mencari dasar dan tujuan pendidikan penulis mencoba menggambarkan latar belakang apa saja yang melandasi dasar tujuan pendidikan itu dibentuk, yang nantinya akan mudah menelusuri tujuan pendidikan itu sendiri, berikut akan penulis deskripsikan dasar tujua pendidikan. Yakni dasar pendidikan nasional dan dasar pendidikan Islam.<br />1. Falsafah Negara<br /> Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan. Bahkan tidak hanya sangat penting saja, melainkan masalah pendidikan itu sama sekali tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Dapat dibayangkan seorang yang tidak bisa baca dan menulis hidup dizaman ini. Orang yang tidak bisa baca tulis akan kesulitan dalam hidup kesehariannya. Untuk menaiki bus jurusan tertentu saja dibutuhkan memampuan membaca. Menghitung jenis pupuk juga membutuhkan kemampuan membaca dan menulis. Ini berarti kita hidup pada zaman di mana pendidikan adalah salah saru syarat sebagai standar kehidupan.<br /> Oleh karena itu pendidikan menjadi sangat penting, baik dalam kehidupan maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena dalam dimensi yang lebih luas, pendidikan diarahkan untuk memungkinkan semua orang dapat ikut serta secara efektif dalam masyarakat, meningkatkan rasa pengertian, teloransi serta persahabatan antara semua bangsa dan semua kelompok, ras, etnis atau agama, dan lebih memajukan peradaban.<br /> Mengingat sangat urgennya pendidikan itu bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, maka hampir seluruh Negara-negara didunia ini "menangani" secara langsung masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Oleh karena itu dasar tujuan pendidikan harus disesuaikan dengan cita-cita negaranya. Aristoteles memberikan landasan suatu negara yaitu untuk mensejahterakan seluruh warga negaranya, tujuan Negara lainnya menurut Aristoteles adalah bagaimana Negara bisa memanusiakan manusian (Humanisasi). Tujuan Negara menurut Aristoteles sama dengan tujuan hidup manusia yaitu agar manusia mencapai kebahagiaan (eudai-monia). Maka, Negara bertugas untuk mengusahakan kebahagiaan para warganya. <br /> Di Indonesia pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. dengan berdasarkan pemikiran Aritoteles bahwa dasar pembentukan Negara untuk mensejahterakan warganegaranya. Dalam UUD 1954 pun mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraaan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadialn sosial. <br /> Maka dengan mengacu pada Pancasila dan UUD 1945 pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi waraga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.<br />2. Al-Qur'an dan As-Sunnah<br /> Pendidikan Islam mempunyai dasar pendidikan tersendiri yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Adapun tujuan pendidikan Islam adalah; Pembentukan Insan yang shaleh, Pembentukan keluarga yang shaleh, Pembentukan masyarakat yang shaleh, menciptakan persaudaraan antara umat manusia. <br /> Dari dasar dan tujuan pendidikan islam di atas sudah sangat jelas bahwa Al-Qur'an merupakan sumber utama dari pendidikan Islam. Al-Qur'an memiliki pesan-pesan edukatif yang mampu memberikan solusi terhadap krisis dalam pelaksanaan pendidikan modern. Pesan-pesan itulah yang harus diaktualisasikan sebagai pilar kehidupan yang semestinya diintergralkan dalam konsep pendidikan Islam, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Integrasi nilai al-Qur'an tersebut akan dapat terwujud melalui penelaahan mendasar dan melalui suatu metode yang akurat dan tepat sasarannya.<br />3. Hubungan Kurikulum dengan Dasar dan Tujuan Pendidikan.<br /> Pengertian kurikulum dapat diartikan sebagai pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh anak dibawah asuhan sekolah. sementara Nasution memberikan pandangannya mengenai kurikulum yang secara lazim bahwa kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar dibawah bimbingan dan tanggungjawab sekolah atau lembaga pendidikan berta staf pengajarnya. <br /> Dalam pengertian pendidikan dijelaskan dalamnya bahwa pendidikan haruslah dibuat secara terencana, dalam menjalankan rencana itulah kemudian dinamakan kurikulum. Sebenarnya, dalam hubungannya dengan usaha pendidikan, yang didalamnya memuat prinsip-prinsip dalam mengembangkan kurikulum yang dikemukakan oleh Ralph Tyler (1949). Ia mengemukakan kurikulum ditentukan oleh faktor atau asas utama, yaitu:<br />a. Falsafah bangsa, masyarakat, sekolah dan guru-guru (aspek filosofis).<br />b. Harapan dan kebutuhan masyarakat (orang tua, kebudayaan masyarakat, pemerintah, agama, ekonomi, dan sebagainya), (aspek sosiologi).<br />c. Hakikat anak, antara lain taraf perkembangan fisik, mental, psikologis, emosional, sosial, serta cara anak belajar (aspek Psikologis).<br />d. Hakikat pengetahuan atau disiplin ilmu (bahan pelajaran).<br /> Dari uraian di atas dapatlah kita gambarakan hubungan antara kurikulum dengan dasar dan tujuan pendidikan, baik nasional maupun pendidikan Islam. Jadi apabila dasar dan tujuan pendidikan tidak ditunjang dengan kurikulum yang sesuai maka dasar dan tujuan pendidikan tersebut tidak akan tercapai.<br /> Kurikulum merupakan sistem pendidikan yang akan dilaksanakan di sebuah lembaga pendidikan, oleh karena itu dalam merumuskan kurikulum harus ditinjau terlebih dahulu apa yang menjadi dasar tujuan pendidikannya.<br />Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak, Mc Ashan mengemukakan bahwa kompetensi berarti pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik.<br />Sejalan dengan itu, Finch dan Cruncilton yang dikutip oleh E. Mulyasa mengartikan kompetensi sebagai “penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan”. Kata kompetensi biasanya diartikan sebagai “kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas”. Ini jelas bahwa setiap cara yang digunakan dalam pelajaran yang ditujukan untuk mencapai kompetensi adalah untuk pengembangan manusia yang bermutu serta mempunyai kecakapan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sebagaimana disyaratkan. Kata kompetensi dipilih untuk menunjukan tekanan pada “kemampuan mendemonstrasikan pengetahuan”.<br />Johnson menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan kompetensi merupakan suatu sistem di mana siswa baru dianggap telah menyelesaikan pelajaran apabila ia telah melaksanakan tugas yang telah dipelajari untuk melakukannya. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap merupakan jalan untuk suatu perbuatan (performance), namun nilainya kurang jika tanpa perbuatan. Dengan kata lain apa yang telah dipelajari hendaknya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.<br />Pada kurikulum berbasis kompetensi pendidikan secara nasional terdapat daftar sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa. Atau dengan kata lain bahwa KBK ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:<br />a. Lebih menitikberatkan pada pencapaian target kompetensi (attainment target) dari pada penguasaan materi;<br />b. Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumberdaya pendidikan yang tersedia;<br />c. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksanaan pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. <br /><br />Bila ditinjau dari pandangan Al-Qur'an dan Hadits konsep kompetensi dalam pendidikan sangat relevan, banyak dalil-dalil tentang kompetensi, di antaranya dalam QS At-Taubah: 22, QS Az-Zumar: 9, QS Ali Imran: 159, QS As-Shaf: 2-3.<br />خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ<br />Artinya: “mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah lah pahala yang besar”. (QS At-Taubah: 22) <br />أَمْ مَنْ هُوَ قَانِتٌ ءَانَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ<br />Artinya: “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS Az-Zumar: 9) <br />فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ<br />Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS Ali Imran: 159) <br />يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ. كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ.<br />Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (QS As-Shaf: 2-3) <br />4. Azasi Manusia Dalam Pendidikan<br /> Manusia pada hakikat memiliki tipe sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk susila. Dalam pendapat lain Aristeteles menambahkan bahwa manusia menurut Aristoteles adalah zoom politicom, makhluk yang berpolitik, sebagai makhluk individu, bahwa manusia itu mempunyai sifat-sifat yang khas, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Manusia sebagai individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, cita-cita yang tersendiri, yang kemungkinan besar satu dengan yang lain.<br /> Sebagai makhluk sosial, manusia mampunyai naluri untuk hidup bersama, hidup berkelompok, hidup bermasyarakat, hidup tolong-menolong, bantu-membantu, dengan manusia yang lain. Manusia tidak bisa hidup sendirian, terpisah atau memisahkan diri dari manusia yang lain.<br /> Plato dalam pemikirannya tentang manusia memiliki hal yang sama bahwa manusia tidak bisa tanpa manusia lain. Manusia juga dianugrahi bakat dan kemampuan yang tidak sama. Masing-masing orang memiliki bakat alami yang berbeda. Perbedaan bakat dan kemampuan itu justru baik bagi kehidupan masyarakat, karena akan menciptakan saling ketergantungan, dalam arti positif, di antara anggota masyarakat. Menurut Plato juga, setiap anggota masyarakat tertentu tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya secara subsistensi, baik sementara atuapun selanjtnya. Oleh karena memenuhi kebutuhannya, manusia pasti membutuhkan orang lain. <br /> Manusia juga mempunyai hakikat sebagai makhluk susila, atau ada yang menyebut sebagai makhluk ber-Tuhan atau makhluk berketuhanan. Yang dimaksud disini adalah, bahwa manusia itu dikaruniai sifat mempunyai kemampuan untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik menurut ukuran kesusilaan. Manusia mempunyai hati nurani, mempunyai hati sanubari. Berdasarkan hati nurani atau hati senubari inilah manusia selalu diperingatkan agar menjauhi hal-hal yang tercela dan terkutuk.<br /> Pandangan pendidikan dalam melihat hakikat manusia tesebut seperti dikemukakan oleh M.J. langeveld, yaitu:<br />a. Mengakui manusia sebagai makhluk individual, sebagai orang seorang yaitu, mengakui bahwa manusia mempunyai keunikan tersendiri. Manusia mempunyai sifat-sifat yang khusus, yang berbeda satu dengan yang lainnya.<br />b. Mengakui bahwa manusia sebagai makhluk sosial, yaitu mengakui bahwa manusia itu hakikatnya adalah makhluk sosial. Makhluk yang mempunyai naluri untuk kehidupan berasama dan bermasyarakat.<br />c. Mengakuai manusia sebagai makhluk susila, yaitu mengakui bahwa manusia itu pada hakikatnya kesanggupan untuk membedakan mana yang baik dana yang tidak baik. <br />Pendidikan yang mengabaikan segi individu dari manusia itu dikhawatirkan akan menimbulkan adanya gejala penyamarataan dan hilangnya hak-hak manusia sebagai azasi. Achmadi dalam bukunya menuliskan bahwa pendidikan secara umum dapat dipahami sebagai proses pendewasaan sosial manusia menuju pada tataran ideal. Maka yang terkandung di dalamnya menyangkut tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah secara potensi atau sumber daya insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya. manusia merupakan makhluk yang berpikir dan memiliki kesadaran . praktek-praktek pendidikanpun harus senantiasa mengacu pada eksitensi manusia itu sendiri.<br />Pendidikan yang mengabaikan segi sosial dari manusia, akan menimbulkan individu-individu dengan staf individualitasnya yang sangat egios, dengan tidak memperdulikan kehidupan bersama. Hanif Dakhiri dalam bukunya menuliskan, intergrasi dengan lingkungan, termasuk di dalamnya adalah realiitas, adalah ciri khas manusia. integrasi muncul dari kemanpuan krisis untuk membuat pilihan dan mengubah realitas.<br />Dalam pandangan langeveld melalui filsafat Antropolog yang mengakui eksistensi manusia dalam tiga hakikat, yaitu : <br />1) Memandang manusia sebagai animal educandum, yaitu, manusia merupakan hewan atau makhluk yang harus dididik, oleh karena itu, apabila manusia itu dididik, maka sangat kecil kemungkinannya manusia itu dapat menjadi manusia seperti yang kita harapkan, yaitu manusia yang berkebudayaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya manusia yang hidup dalam rimba bersama-sama dengan binatang-binatang dihutan India. Manusia ini tidak dapat bercakap-cakap seperti manusia biasa, tidak dapat berjalan di atas kedua kakinya. Oleh karena itu, dalam hal ini dapat dikatakan, bahwa pendidikan adalah tidak lain daripada menghumanisasikan manusia.<br />2) Memandang manusia sebagai animal educabile, yaitu manuisia ialah makhluk yang dapat dididik. Dengan bertitik tolak pada keyakinan bahwa manusia itu dapat dididik, maka kita mendidik manusia. Kita melaksanakan pendidikan pada manusia.<br />3) Memandang manusia sebagai makhluk yang aktif, makhluk yang di dalam dirinya terdapat adanya kecenderungan, adanya naluri untuk membentuk dirinya sendiri.<br /> Sudut pandang Langeveld dengan Freire hampir sama, bahwa pendidikan seharusnya bersifat humanisasi (memanusiakan manusia) yang menurut Freire untuk memanusiakan manusia. Bagi Freire, fitrah manusia sejati ialah menjadi pelaku atau subjek, bukan penderita atau objek. Panggilan manusia sejati ialah menjadi pelaku yang sadar, yang bertindak mengatasi dunia serta realitas yang menindas atau mungkin menindasnya. Manuisa adalah penguasa atas dirinya, dan karena itu fitrah manusia adalah menjadi merdeka, menjadi bebas. Ini merupakan tujuan akhir dari upaya humanisasinya Frere. <br /> Langeveld mengutarakan prinsip pelaksanaan pendidikan pada anak. Dalam hal ini, prinsip atau pendirian yang harus dipegang ialah prinsip yang memandang anak sebagai sub species adolescentiae, prinsip ini mencakup dua aspek, yaitu. <br />a) Memandang anak sebagai anak, yaitu memandang anak dengan segala sifat ke anak-anaknya. Anak dengan sifatnya yang serba menggantungkan diri. Anak dengan sifatnya yang penuh mengharapkan bantuan dana pertolongan. Jadi bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil (miniature adull).<br />Dengan sifat-sifat anak yang serba tidak berdaya, serba menggantungkan diri, serba mengharapkan bantuan dan pertolongan inilah kita harus memberikan pertolongan kepada anak. Kita memberikan bantuan kepada anak. Kita memberikan pendidikan kepada anak.<br />b) Memandang anak sebagai calon orang dewasa. Anak yang di dalam dirinya tersimpan dorongan dan inisiatif untuk turut serta membentuk dirinya, untuk aktif mengembagkan dirinya menuju kedewasaan.<br /> Dalam hal ini sangat jelas bahwa dalam mendidik anak, kita tidak dapat dibenarkan dengan main dikte saja, kita tidak boleh memaksakan saja kemauan-kemauan kita. Melainkan, kita harus memberikan tanggug jawab sesuai dengan tingkat umur dan kemampuannya. Berikanlah kesempatan untuk turut mengatur dirinya sendiri. Oleh karenanya, pendidikan itu bertujuan mendidik agar dapat mengatur dirinya sendiri. Agar anak dapat berdiri sendiri sesuai dengan kemampuannya (selft standing).<br />Setiap anak memiliki potensi yang berbeda. Karena perbedaan itu, maka sebenarnya setiap anak memerlukan perlakuan tersendiri sesuai potensi individualnya untuk mencapai perkembangan yang optimal. Memang ada beberapa perlakuan yang sifatnya umum dan dapat diberlakaukan untuk banyak anak, tetapi seharusnya tidak boleh mengorbankan kebutuhan individual terse but. <br />Pendidikan di Indonesia adalah pendidikan massal. Di tingkat SD misalnya, setiap kelas rata-rata diisi oleh sekitar 40 anak dengan seorang guru, Kurikulum yang dipakai untuk 40 anak sama, materinya sarna, metode mengajarnya sama, gurunya sama, waktu belajarnya sama, dan cara evalauasinya juga sama. Pola pendidikan semacam ini telah berjalan berpuluh-puluh tahun dan entah sampai kapan akan berubah. di setiap akhir catur wulan atau semester, atau akhir tahun mereka akan menerima raport. Ada yang masuk rang king sepuluh besar, ada yang tidak masuk, ada yang naik kelas ada yang tidak naik kelas, dan seterusnya. <br />Pertanyaan kemudian muncul, mengapa anak tertentu prestasi belajarnya tinggi dan anak yang lain prestasi belajarnya rendah? Jawaban yang umum kita dengar adalah, yang satu anak pintar dan yang lainnya adalah anak bodoh. Benarkah demikian? <br />Dalam dunia pendidikan kit a tidak pernah mengenal faktor tunggal sebagai penyebab apakah anak sukses atau gagal dalam belajar. Kita mengenal faktor internal dan faktor eksternal. Antara kedua factor tersebut, sebelum kita temukan diagnosisnya, memiliki peluang yang sama untuk menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan anak dalam belajar di sekolah. <br />Banyak studi di bidang psikologi pendidikan yang menemukan bahwa tidak sedikit (studi di Indonesia menemukan sekitar 39%) anak-anak yang secara potensial sebenarnya termasuk kategori anak unggul tetapi prestasi belajar di sekolah hanya biasa-biasa saja bahkan di bawah rata-rata prestasi anak yang lain. Mereka ini sering disebut sebagai anak 'under achiever'. Sebaliknya banyak anak-anak yang secara potensial sebenarnya biasa-biasa saja, tetapi prestasi belajar yang dicapai jauh di atas potensi dasarnya. Mereka sering disebut sebagai anak 'over achiever'. <br />Bertitik tolak pada pemikiran di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa di sekolah banyak terdapat anak-anak dengan problema belajar. Bisa disebabkan oleh karena faktor intelektif maupun non intelektif, internal maupun eksternal. <br />D. Hakikat Guru<br />1. Guru<br /> Dalam konteks pendidikan Islam, guru sering disebut dengan istilah murabbi, mu’allim, dan mu’addib. Ketiga term itu mempunyai makna yang berbeda walaupun dalam situasi tertentu mempunyai makna yang sama. <br /> Istilah murabbi sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani ataupun rohani. Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orang tua membesarkan anaknya. Mereka tentunya berusaha memberikan pelayanan secara penuh agar anaknya tumbuh dengan fisik yang sehat dan berkepribadian (akhlak) yang terpuji.<br /> Sedangkan istilah mu’allim, pada umumnya dipakai dalam membicarakan aktivitas yang lebih terfokus pada pemindahan atau transfer ilmu pengetahuan (baca: pengajaran). Adapun istilah mu’addib, biasa dipakai dalam konteks menanamkan budi pekerti (adab) kepada anak didik. Karena itu, menurut Al-Attas, mu’addib lebih luas dari istilah mu’allim dan lebih relevan dengan konsep pendidikan Islam. <br /> Keragaman penggunaan istilah pendidik (baca: guru) tersebut bukanlah sesuatu yang terlalu urgen untuk dipakai karena hal itu tergantung pada penggunaan istilah untuk pendidikan, hal ini tentunya sesuai dengan kencendrungan dan alasan masing-masing dalam memakai istilah tersebut.<br /> Ada bebrapa pengertian pendidikan yang dirumuskan para ahli pendidik, antara lain :<br /> Menurut Sutari Imam Barnadib, pendidik ialah etiap orang yang dengan sengajar mepengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaa. Beliau menyebutkan bahwa yang termasuk pendidik ialah orang tua dan orang dewasa lain yang bertangung jawab tentang kedewasaan anak. <br /> Sedangkan menurut Ahmad Marimba, pendidik adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik. Istilah pendidik dalam kaitannya dengan pendidikan terhadap orang lain, pada garis besarnya masuk dalam kategori orang tua, guru dan masyarakat.<br /> Namun dalam kaitannya dengan pendidikan di sekolah, arti pendidik disini adalah seorang guru, dimana seorang pendidik atau guru agama dalam melaksanakan tugasnya tidak cukup sekedar menguasai bahan dan didaktik metodiknya, melainkan dituntut pula adanya kesiapan serta kematangan kepribadian dan wawasan keilmuannya. Selain itu guru tidak sekedar dituntut kemampuannya berdiri di muka kelas pada jam-jam tertentu, melainkan dituntut ikut berkiprah memainkan perannay sebagai komunikator dalam menciptakan suasana keagamaan individu-individu maupun kelompok leingkungannya, dan dapat menempatkan kepentingan sebagai individu anggota masyarakat, warga negara dan sebagai pendidik.<br /> Untuk menjadi pendidik yang profesional tidaklah mudah, karena ia harus memiliki berbagai kompetensi keguruan, yaitu :<br />a. Kompetensi personal religius, yakni menyangkut keribadian agamis.<br />b. Kompetensi sosial religius, yakni menyangkut kemampuan untuk menjalankan tugasnya secara profesional. <br /> Di samping harus memiliki kompetensi kegruan tersebut, guru juga harus memahami tugas yang diembannya. Diantaranya, menciptakan kondisi (lingkungan) pendidikan sebagai wahana pengembangan peserta didik dalam rangkan mewujudkan kemanusiaan. Seorang guru juga bertugas sebagai motor penggerak roda pendidikan dan diharapkan mampu menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif. Dengan begitu, suasana belajar memiliki daya tarik bagi pertumbuhan dan perkembangan kognitif, peikomotorik peserta didik, termasuk nilai-nilai afektif untuk diwujudkan dalam ruang kehidupan yang konkret. Selain itu, tugas guru adalah menggali motivasi dan menumbuhkan partisipasi belajar pada peserta didik. Hal ini akan mendorong peserta didik untuk hidup berani menghadapi dan menanggapi tatangan lingkungannya, serta bersikap mandiri di tengah meingkatnya kompetisi dalam masyarakat.<br />2. Pendidik<br />Menurut Sutari Imam Barnadib, pendidik ialah : “Tiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan”.<br />Selanjutnya ia menyebutkan bahwa pendidik ialah (1) orang tua, (2) orang dewasa lain betanggung jawab tentang kedewasaan anak.<br />Sedangkan Ahmad D. Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul pertanggung jawaban untuk mendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak yang kewajibannya tentang pendidikan siterdidik. <br />Harus pula diingat, bahwa pendidik juga adalah manusia biasa dengan segala sifat-sifat ketidaksempurnaan. Maka, sudah menjadi kewajiban bagi seorang pendidik untuk selalu introspeksi diri sendiri dari rreaksi siswa dalam proses dan hasil usaha pembelajaran. Sehingga pendidik tersebut tidak malu mendapat kritikan yang membangun bagi perbaikan diri dan proses pendidikan.<br />3. Peranan Guru dalam Pendidikan<br />Sejalan dengan perkembangan tuntutan kebutuhan manusia, orang tua dalam situasi tertentu atau berhubungan dengan bidang bagian tertentu dapat memenuhi semua kebutuhan pendidikan anaknya. Untuk itu, mereka melimpahkan pendidikan anaknya kepada orang lain. Namun, pelimpahan ini tidak sama sekali mengurangi tanggung jawab orang tua. Mereka tetap memegang tanggung jawab pertama dan terakhir dalam pendidikan anak, mempersiapakannya agar beriman kepada Allah dan berakhlak mulia, membimbingnya untuk mencapaikematangan berpikir dan kesimbangan psikhis, serta mengarahkannya agar membekali diri dengan berbagai ilmu dan keterampilan yang bermanfaat.<br />Sebagai pemegang amanat, guru bertanggung jawab atas amanat yang diserahkan kepadanya. Allah SWT. Menjelaskan :<br />إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا<br />"Sesunggujnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerima, dan (menyuruh kamu) apabila menetapka hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah maha mendengar dan lagi maha melihat.” (QS. An – Nisa : 58 ) <br />E. Hakikat Guru dalam Proses Pembelajaran<br />Persyaratan Pribadi Pendidik<br />1. Beriman<br />Seorang pendidik Islam harus seorang yang beriman yaitu menjalani akan keesaan Allah. Iman kepada Allah merupakan asas setiap aqidah dan dengan mengimani Allah SWT. Selanjutnya akan di ikuti pula denag keimanan kepada yang lainnya.<br />Keyakinan terhadap keesaan Allah seperti yang di atas disebut juga “tauhid”. Kalimat tauhid dalam islam adalah kalimat: ”Laillahailla Allah” yang berarti : Tiada tuhan selain Allah.<br />Firman Allah SWT.<br />فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ<br />”Maka ketauhilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu’min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu”.(QS. Muhammad : 19 )<br />Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam, sehingga Islam dikenal sebagai agama tauhid. Yaitu agama yang mengesakan Allah.<br /> Menurut Al-Faruqi “Iman” atau “Tauhid” intinya dan esensi dari agama Islam, merupakan pandangan umum dari realitas kebenaran dan waktu, sejarah dan nasib manusia sebagai pandangan umum ia tegakkan atas dasar prinsip “Idealtionality”, teologi,” kapasity” of man,” mebality of nature dan responsibility and judment dan sebagai falsafah dan pandangan hidup memiliki inplikasi dalam segala aspek kehidupan dan pemikiran manusia seperti dalam sejarah, pengetahuan, filsafat, etika, sosial, ummah, keluarga, ekonomi, ketertiban dunia dan estica.1<br />Oleh karena itu iman atau tauhid bukan saja merupakan kepercayaan yang bersifat pribadi akan tetapi mempunyai eksistensi terhadap seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu seorang pendidik Islam harus mempunyai keimana yang benar.<br />2. Ikhlas<br />Ikhlas termasuk akhlak mahmudah yang penting pula. Arti Ikhlas ialah murni atau bersih, tidak ada campuran. Maksud bersih disini ialah, bersihnya sesuatu pekerjaan dari campuran motif-motif selain Allah, seperti ingin di puji orang, ingin mendapat nama, dan lain sebagainya.<br />Jadi sesuatu pekerjaan dapat dikatakan ikhlas, kalau pekerjaan itu dilakukan semata-mata karena Allah saja, mengharap ridha-Nya dan pahala-Nya.<br />Pekerjaan yang di dasarkan pada keikhlasan atau tidak, tidak membawa perbedaan apa-apa pada wujud lahiriyah dari pekerjaan itu, tetapi dari segi nilai jelas jauh berbeda, dan ini yang lebih tahu ialah orang yang melakukan pekerjaan itu sendiri.<br />Orang yang beramal tetapi tidak ikhlas, sangatlah celaka dan rugi, sebab amalnya menjadi percuma, tidak akan di terima oleh Allah, dan yang di pegang oleh Allah ialah apa sesungguhnya yang menjadi niat hatinya dari amalnya itu.<br />Sabda Rasulullah Saw :<br />“Allah tidak menerima amal, kecuali amal yang dikerjakan dengan ikhlas karena dia semata-mata dan dimaksudkan untuk mencari keridhoan-Nya.”(HR. Ibnu Majah)2<br />Pendidik yang ikhlas dalam melaksanakan tugasnya hendaklah berniat semata-mata karena Allah, dalam seluruh pekerjaan educatifnya, baik berupa perintah, larangan, nasihat, pengawasan, atau hukuman yang dilakukannya. Ikhlas bukan berarti ia tidak boleh menerima imbalan jasa, akan tetapi jangan terniat dalam hati bahwa pekerjaan mendidik yang di lakukannya karena mengharpkan materi, akan tetapi semata-mata sebagai pengabdian kepada Allah SWT.<br />Ikhlas dalam perkataan dan perbutan adalah sebagian dari asas iman dan keharusan Islam. Allah tidak akan menerima perbuatan tanpa di kerjakan secara ikhlas. Perintah untuk ikhlas tercantum dalam Al-Qur’an dengan tegas (QS.98:5)<br />وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ<br />“Dan mereka tidak di suruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) Agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (Al-Bayyinah : 5)<br />Niat yang lurus dan hati yang ikhlas semata-mata karena Allah Rabbul ‘Alamin lebih tinggi martabat dan kedudukannya dari pada pekerjaan yang semata-mata hanya berdasarkan niat untuk memperoleh keduniaan. Niat lurus dan hati ikhlas itulah yang membuat amal seseorang diterima oleh Allah SWT.<br />Kebenaran niat dan keikhlasan hati kepada Allah SWT itulah yang akan mengangkat derajat duniawi semata-mata menjadi amal ibadah yang diterima oleh Allah SWT. Buruknya niat akan menggugurkan hati Ibadah, sehingga berbalik menjadi perbuatan maksiat yang sangat buruk. Seseorang yang mengerjakan ibadah semacam itu dengan susah payah, hanya akan mendapat kehampaan dan kerugian.<br />Sedangkan niat buruk lambat laun niscaya akan menghilangkan rasa ta’at kepada Allah, dan akhirya akan mengubah menjadi kesukaan berbuat maksiat, orang tidak akan memperoleh apapun selain kekecewaan dan kerugian.<br />Besar kecilnya pahala dari perbuatan baik, dari sepuluh ganjaran sampai tujuh ratus lipat dan seterusnya adalah kembali kepada rahasia ikhlas yang memenuhi data yang hanya dapat di ketahui oleh Allah yang maha mengetahui alam nyata dan gaib.<br />Semakin bersih hati dan semakin luas daerah manfaatnya, akan sebanyak itu pula pahala yang dilipat gandakan. Bukan lahiriah manusia dan lahiriah kehidupan didunia itu yang menyebabkan Allah akan memberikan keridhaan-Nya. Sebab Allah hanya menerima ibadah orang-orang yang ikhlas serta perbuatan taqarrubnya.<br />Dengan demikian para pendidiknya dalam mendidik anak didiknya hendaklah dengan rasa ikhlas yang tulus, agar sesuatu yang dilakukannya membawakan hasil yang baik pada diri anak didik dan pendidik itu sendiri.<br />3. Sabar<br />Asal arti sabar adalah menahan dan mencegah. Semua orang yang menahan sesuatu, sesungguhnya telah bersabar atasnya, di dalam firman Allah SWT.<br />وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ<br />“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. (QS. Al-Kahfi : 28)<br />Sabar adalah suatu akhlak luhur dari akhlak-akhlak Islami yang wajib disifati, yang mendatangkan bagi seseorang dari perbuatan yang tidak baik dan tidak sesuai sebagai seorang muslim. Tujuannya adalah mengharap keridhaan Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya :<br />وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ<br />“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya (QS.Ar-Ra’d : 22)3<br />Adapun hakikat sabar suatu akhlak yang mulia yang menghalangi munculnya tindakan yang buruk. Sabar ialah salah satu kekuatan jiwa dan dengannya segala urusan jiwa menjadi baik dan tuntas.<br /> Dzu An-Nun berkata, “ Sabar ialah menjauhi larangan, tenang ketika menenggak musibah, dan menampakkan dirinya kaya padahal ia miskin harta”4.<br />Diantara manusia ada orang yang kekuatan sabarnya terhadap mengerjakan apa yang bermanfaat baginya dan kekokohannya terhadapnya lebih tangguh dari pada kekuatan sabarnya terhadap menolak apa saja yang merugikannya. Ia bersabar terhadap kesulitan-kesulitan taat dan tidak bersabar terhadap dorongan hawa nafsunya kepada melanggar apa yang dilanggar baginya. Di antara manusia ada orang yang kekuatan sabarnya dari meninggalkan larangan-larangan itu lebih kuat dominan dari pada kekuatan sabarnya terhadap kesulitan-kesulitan taat. Di antara manusia ada orang yang tidak mempunyai kesabaran terhadap kesulitan-kesulitan taat dan meninggalkan larangan. Dan manusia terbaik ialah orang yang paling sabar kedua jenis sabar tersebut.<br />Menurut Imam Al-Ghozali (Syikul Islam) bahwa sabar itu terdiri dari Ilmu, hal ihwal dan perbuatan. Ilmu ditamsilkan sebagai pohon, hal ihwal sebagai dahannya, dan amal sebagai buahnya. Untuk mencapai kemaslahatan keagamaan di perlukan kesabaran yang tinggi, sebab sabarlah yang dapat menimbulkan kekuatan-kekuatan dan dorongan untuk terlaksananya perbuatan (amal).5<br />Sabar itu suatu sifat yang indah, sebab sifat sabar itu tidak diketahui dilihat dari diri seseorang yang menerima musibah. Sabar tidaj dapat dicapai dengan mudah. Untuk mendapatkan sifat sabar harus melalui latihan yang terus menerus.<br />Di dalam pendidikan sabar sangat di perlukan oleh seorang pendidik terhadap anak didiknya. Sabar dalam menghadapi kenakalan anak didik, kekurangan anak didik dalam bidang pengetahuan dan sabar dalam membina serta mendidik perilaku mereka, sehingga mereka menjadi anak yang mulia dan berguna bagi masyarakat.<br /><br />F. Hakikat Anak<br />1. Ciri-ciri anak<br />a) Penampilan fisik<br />b) Jenis kelamin<br />c) Kesehatan<br />d) Kepribadian dan sebagainya. <br />Jelas bahwa pengaruh orang tua sangat besar terhadap anak-anaknya terutama dari segi pendidikan, karena pendidikan merupakan faktor utama yang harus dimiliki orang tua, terutama dalam pendidikan agama. Untuk itu harus melatih dan mengajar anak-anaknya berbagai keterampilan dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan cara, pada mulanya meniru dan mengalaminya dengan cara berangsur-angsur serta dengan cara latihan-latihan.<br /> Adapun menurut Baihaki, bahwa semua agama mengenal kewajiban mendidik anak, meskipun sebagiannya terbatas dengan kewajiban pembinaan moral dan akhlak. Agama Islam yang merupakan agama terakhir dan penutup, dan mewajibkan kepada orang tua untuk mendidik anak-anaknya agar hidup sejahtera didunia dan diakhirat. Untuk mecapai kesejahteraan maka perlu dibina keseimbangan pendidikan antara kehidupan lahir dan batin, jasmani dan rohani disesuaikan dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya.<br />Firman Allah dalam surat Hud ayat 61, yang artinya :<br />"Dialah yang telah menjadikan kamu dari bumi (tanah) dan memerintah kamu memakmurkannya".<br /> Maksud dari ayat di atas adalah memakmurkan bumi artinya membangun dalam rangka upaya meningkatkan kualitas segala aspek kehiupan manusia dan pemenuhan kebutuhannya sehingga ia dapat lebih baik dan sejahtera.<br /> Dengan demikian seorang anak akan tumbuh secara normal dengan menujukkan kedewasaannya, wawasan yang luas, pemikiran yang selalu didasari dengan perhitungan yang matang, berbakti dan mampu memberikan sumbangan yang dibutuhkan oleh orang tua dan masyarakat serta siap membangun berbagai bidang kehidupan. Sehingga pendidikan yang diberakan oleh orang tua akan benar-benar menghasilkan sosok generasi penerus yang diharapkan bangsa dan negara.<br /> Orang tua adalah merupakan sekolah atau madrasah yang pertama dalam pendidikan anak, dan dia adalah guru yang pertama bagi anak-anaknya. Diungkapkan oleh seorang penyair Hafidz Ibrahim dalam syairnya :<br />"Orang tua adalah madrasah apabila engkau mempersiapkannya, berarti telah menyiapkan generasi muda yang baik dan gagah berani,. Orang tua itu adalah guru pertama dari semua guru, yang pengaruhnya menyentuh seluruh jagat raya". Dengan demikian bahwa keberhasilan anak tergantung kepada orang tua.<br />Pembahasan bab ini dimaksudkan sebagai upaya memperkenalkan . secara agak luas tentang hakekat anak dengan problema belajar. Dengan mempelajari bab ini para pembaca diharapkan memiliki pengetahuan, pemahaman dan sikap yang positif terhadap anak. dengan problema belajar serta dapat mencoba memberikan perlakukan yang sesuai dengan kebutuhan khususnya.<br />Cakupan pengertian tentang anak dengan problema belajar dapat dijelaskan sebagai berikut. Di sekolah-sekolah umum kita menjumpai anak yang beraneka ragam. Ada anak yang cepat tanggap dalam belajar, ada anak yang lamban dalam belajar di hampir semua mata pelajaran, ada anak yang mengalami kesulitan belajar untuk mata pelajaran tertentu, ada anak yang dasar potensinya sebenarnya bagus tetapi prestasi belajarnya selalu rendah, dan tentu saja ada yang perkembangan belajarnya biasa-biasa saja. Menghadapi kondisi seperti itu, pada umumnya guru dalam proses belajar mengajar, cenderung hanya mendasarkan pada pemenuhan kebutuhan anak rata-rata, sedangkan anak dengan kebutuhan belajar cepat ataupun lamban cenderung terabaikan. Berdasarkan hasil berbagai studi, diyakini bahwa mereka inilah yang akhirnya merupakan kelompok potensial mengulang kelas atau putus sekolah. Jadi anak yang mengulang kelas atau putus sekolah belum tentu disebabkan karena dasar potensinya yang rendah, tetapi bisa juga karena faktor lain. Faktor lain itu bisa timbul dari dalam diri anak, seperti kondisi fisik dan kesehatan, motivasi berlajar, dan dari luar seperti kondisi sekolah, lingkungan rumah, serta masyarakat. <br />Dalam konteks pendidikan luar biasa, kita mengenal istilah anak berkelainan. Anak berkelainan juga merupakan salah satu kondisi yang sangat potensial menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam belajar yang dapat berdampak mengulang kelas dan putus sekolah. Anak berkelainan (exceptional children) adalah anak yang dalam hal-hal tertentu berbeda dengan anak lain pada umumnya. Perbedaan dapat terjadi pad a kondisi fisik, kesehatan, kemampuan intelektual, emosional, sosial, persepsi, motorik danlatau neurologis, dan lain-lain. Kelainan dapat berupa kondisi di bawah rata-rata dan dapat pula di atas rata-rata. Apabila kelainan ini mengakibatkan gangguan dalam fungsi sehari-hari, terutama dalam belajar, sehingga anak memerlukan layanan khusus, penyandangnya disebut anak dengan problema belajar. Pengertian ini mencakup "Anak dengan Kebutuhan Pendidikan Khusus" (children with special educational needs). <br />Jadi cakupan pengertian dari anak dengan problema belajar adalah : anak yang karena satu dan lain hal secara signifikan menunjukkan kesulitan dalam mengikuti pendidikan pada umumnya, tidak mampu mengembangkan potensinya secara optimal, prestasi belajar yang dicapai berada di bawah potensinya sehingga mereka memerlukan perhatian dan pelayanan khusus untuk mendapatkan hasil yang terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Anak yang mengalami gangguan atau kelainan fisik tertentu dan karena kelainannya tidak menyebabkan gangguan dalam mengikuti pendidikan biasa tidak termasuk anak dengan problema belajar, demikian juga anak berbakat. Akan tetapi jika karena kelainannya atau keberbakatannya mereka mengalami kesulitan dalam penyesuaian belajar, mereka termasuk dalam kategori anak dengan problema belajar. <br />E. Hakikat Anak dalam Proses Pembelajaran<br />1. Kewajiban Anak Didik<br />a. Mengormati Guru<br /> Menghormati guru hampir bersamaan dengan menghormati kepada kedua ibu dan bapak. Mengenai ini, terungkap dalam hadist berikut ini :<br />“Barang siapa menghormati orang alim maka sesungguhnya telah mengagungkan Tuhannya.”(HR. Abul Hasani Al-Mawardi).<br />Kemudian ali berkata pula :<br />“Aku adalah seorang hamba dari seorang guru yang mengajar aku satu huruf bila ia menghendaki biarlah aku jual, dan kalau ia menginginkan biarlah aku di merdekakannya, dan kalau ia menginginkan biarlah aku di merdekakannya, dan kalau ia menghendaki biarlah aku menjadi budak sahaya.<br />Seorang Hukama bernama Iskandar Zulkarnain, pada waktu ditanya : “Mengapa kamu hormat kepada gurumu ?”Jawab dia : “ Bapakku melahirkan aku dari langit ke bumi dan guru ku melahirkanku aku dari bumu ke langit.”<br />Bapak kandung dinamakan Abul Ajsad, maksudnya memberikan makanan, pakaian dan yang berupa benda lainya. Sedangkan bapak guru dinamakan Abul Arwah maksudnya memberi pelajaran akhlak, budi pekerti, dan ilmu pengetahuan lainnya, yang denga itu orang mendapat keselamatan dunia dan akhirat. Asal seseorang bodoh, Kemudian pintar, jadi ulama, sarjana, mendapat jabatan tinggi lagi terhormat, itu semuanya adalah jasa guru.<br />Dengan itulah anak didik hendaknya menghormati guru dengan penuh rasa hormat yang tinggi, karena merekalah yang menjadikan anak didiknya berguna.<br />b. Tawadhu<br />Tawadhu dalam bahasa Indonesia “Rendah Hati”, tapi bukan merasa rendah diri atau hina. Tawadhu Yaitu tidak memandang pada diri sendiri lebih dari orang lainnya, bahkan memandang sama-sama, dan tidak menonjolkan diri. Orang yang berlebihan dalam tawadhunya di sebut Tamalluq, yaitu mejilat kepada orang diatasnya atau membujuknya. Tamalluq itu termasuk sifat yang tercela. Jadi tawadhu itu terletak di antara takabur dan Tamalluq. Takabur juga termasuk tercela (Madzmumah). Sedang tawadhu itu termasuk sifat terpuji (mahmudah)6.<br />Firman Allah dalam surat As-Syura ayat 215-216.<br />وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ. فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ.<br /> “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: “ Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan”. (QS. As-Syura : 215-216)<br />Dan firman-Nya lagi dalam surat Ali Imran ayat 159:<br />فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ<br />“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali-Imran : 159).<br />Bersabda Nabi Muhammad Saw sebagai berikut :<br />“Sesungguhnya Allah memberi wahyu kepadaku agar engkau semua bertawadhu, sehingga tidak terjadi seseorang dengan lainnya saling berbangga (bersombong-sombongan ) dan tidak pula saling menganiaya,” (HR. Muslim dan Ghairihi)7<br />Sifat Tawadhu Sudah dicontohkan oleh Rasulullah Saw, dalam kehidupannya sehari-hari, juga didalam pergaulan, beliau lebih dahulu mengucapkan salam, berjabat tangan, baik dengan orang kaya ataupun miskin, padahal beliau adalah orang yang paling mulia di dunia ini.<br />Orang yang bersifat tawadhu akan dihormati dan di hargai oleh masyarakat. Nabi Saw bersabda :<br />“Orang yang tawadhu(rendah Hati) akan jadi mulia karena Allah akan memuliakan.(HR. Muslim )<br />Dengan demikian bagi anak didik hendaknyalah bersifat tawdhu dengan sesama teman, saling menghargai sehingga tidak ada persaingan dalam pengetahuan juga tidak marah bila di kritik dan menghormati orang-orang yang kurang Ilmu. Mau menerima kebenaran dari siapa saja. Apabila sifat tawadhu sudah ditanamka sejak dini, maka anak akan terbiasa hingga dewasa selalu bersifat tawdhu.<br />1. Pengertian Kepribadian Anak<br /> Kata kepribadian dalam bahasa Inggris disebut 'personality' dan asal mulanya dari bahasa Latin 'personare' yang berarti suara tembus. Istilah ini dipergunakan untuk menggambarkan suatu percakapan seorang aktor melalui topeng, yaitu tutup muka yang sering dipakainya,yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku atau watak seseorang.<br /> Kepribadian itu sendiri berasal dari kata pribadi yang artinya manusia sebagai perseorangan. Sedangkan arti kepribadian adalah keadaan manusia sebagai perseorangan, keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak orang atau dapat dikatakan juga sikap hakiki yang tercermin pada sikap seseorang membedakan dari orang lain.<br /> Menurut zuhairini pengertian kepribadian manusia adalah "suatu perwujudan keseruhan manusia dari segi manusiawiannya yang unik baik lahir maupun batin dan dalam hubungan dengan kehidupan sosial dan individunya". <br /> Kepribadian bersifat psikolfisik yang berarti baik faktor maupun rohani individu itu sama-sama berperan penting di dalam membentuk kepribadian seseorang. Di samping itu juga kepribadian bersifat unik, artinya kepribadian seseorang sifatnya khusus atau khas, yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dari individu yang lain. Kepribadian itu bersifat dinamis, yang menunjukan bentuk tingkah laku yang terintegrasi dan menggambarkan suatu interaksi antara potensi-potensi yang diperoleh dari lahir dan berbagai pengaruh dari lingkungan dimana ia hidup.<br /> Masa anak adalah masa peka yang mudah dipengaruhi oleh susuatu yang datang dari luar. Oleh karena itu kepribadian anak adalah kesatuan organisasi seluruh sifat-sifat anak yang masih mudah dipengaruhi oleh faktor dari luar dirinya yang akan menentukan penyesuaian dirinya yang unik atau khas terhadap lingkungannya, sehingga kemampuan secara dasar yang dimiliki sejak lahir belum tampak akan berkembang secara optimal kelak setelah ia dewasa.<br />2. Aspek-aspek Kepribadian Anak<br /> Menurut Ludwing Klagen "Kepribadian itu terdiri dari tiga aspek, yaitu :<br />a) Materi atau bahan<br />b) Struktur<br />c) Kualitas (sistem dorongan-dorongan)". <br />Untuk lebih jelasnya penulis akan menjelaskan tentang aspek-aspek kepribadian tersebut :<br />1) Materi atau Bahan<br />Materi atau bahan, yang merupakan salah satu aspek daripada kepribadian berisikan semua kemampuan (daya) pembawaan beserta talenta-talentanya. Materi ini merupakan aspek pertama yang disediakan oleh kodrat untuk dipergunakan dan dipertimbangkan oleh mansia.<br />2) Struktur<br />Mengenai struktur ini Klagen bermula dengan memberikan pengertian tentang istilah struktur. Istilah ini adalah sebagai pelengkap dari pada istilah materi. Bila materi dipandang sebagai sifat-sifat isi bahan, maka struktur dipandang sebagai sifat-sifat bentuknya atau sifat-sifat formalnya.<br />Menurut Klagen terjadinya perberdaan tingkah laku seseorang itu harus ditinjau dari sudut adanya dua kekuatan yang saling berhadapan satu sama lain. Dua kekuatan itu adalah kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat. Pertimbangan antara kedau kekuatan inilah yang menentukan tingkah laku seseorang. Menurutnya pula ada tiga bagian dalam struktur ini :<br />a. Temperament, yaitu sebagai sifat daripada struktur. Karena itu perbedaan-perbedaan temperament berakar pada pertimbangan antara kedua kekuatan itu, yaitu kekuatan pendorong dan penghambat.<br />b. Perasaan, tiap-tiap perasaan mempunyai dua sifat pokok yaitu :<br />- Didalam tiap perasaan terletak kegaiatan batin, yaitu daya untuk membeda-bedakan keinginan yang tekandung dalam perasaan.<br />- Didalam tiap perasaan terdapt corak perasaan, yaitu taraf-taraf kejelasannya.<br />c. Daya ekfresi. Manusia mempunyai dorongan-dorongan nafsu. Dorongan nafsu ini adalah proses jiwa ; dorongan-dorongan itu baru dapat disaksikan kalau telah menampakkan diri dalam prose-proses jasmaniah, seperti ; perubahan jantung, perubahan pernapasan dan sebagainya. Pernyataan proses-proses kejiwaan ini disebut secara teknis 'ekspresi'. Ekpresi ini pun sebagai sifat struktur tergantung kepada kedua kekuatan yang saling berlawanan, yaitu keadaan perangsang dan hambatan untuk ekpresi.<br />3. Kualitas (sistem dorong-dorongan). <br />Antara kemauan dan perasaan terjadilah perlawanan atau kebaikan yang sedalam-dalamnya. Perlawanan (antogonisme) inilah menjadi dasar daripada sistem dorongan-dorongan.<br /> Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba aspek-aspek kepribadian itu digolongkan dalam tiga hal :<br />1) Aspek-aspek jasmaniah, meliputi tingkah laku yang nampak dari luar, misalnya : cara berbicara.<br />2) Aspek-aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak dapat segera dilihat dari luar, misalnya : cara berpikir, sikap, minat, dan sebagainya.<br />3) Aspek-aspek kerohanian yang luhur, meliputi, aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. <br /><br />Dari pendapat para ahli tersebut di atas, dapat kita pahami bahwa kepriadian seseorang bisa dilihat dari cara orang itu berbuat, berpikir dan sikap yang ditampakkannya dalam kehidupan sehari-hari, disamping hal-hal yang hanya dirasakan oleh pribadi orang itu sendiri.<br />4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Anak<br /> Pribadi manusia itu dapat berubah-ubah, itu berti bahwa manusia itu mudah atau dapat dipengaruhi oleh sesuatu. "Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian itu meliputi :<br />1) Faktor biologis, yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau seringkali disebut faktor fisiologi. Faktor ini mengenai masalah konstitusi tubuh yang meliputi keadaan tentang besar, tinggi, berat, badan dan lain sebagainya. Keadaan jasmanai setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik/konstitusi tubuh yang berlainan itu menyebabkan sikap, sifat-sifat serta temperamen yang berbeda-beda pula.<br />2) Faktor sosial, yang dimaksud faktor sosial adalah masyarakat, yakni menusia-manusia lain disekitar individu yang mempengaruhi individu tersebut. Termasuk ke dalam faktor ini adalah adat istiadat, norma-norma atau kaidah-kaidah sosial dan agama.<br />3) Faktor kebudayaan, beberapa aspek kebudyaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain :<br />a) Nilai-nilai di dalam masyarakat terdapat nilai-nilai hidup dan kebudayaan yang harus dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup di dalam masyarakat tersebut.<br />b) Pengetahuan dan keterampilan, pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi sikap dan tindakannya. Tinggi rendah dari pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat dicerminkan pula oleh tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat tersebut.<br />c) Bahasa, disamping faktor-faktor kebudayaan tersebut, bahasa yang merupakan aspek kebudayaan juga merupakan salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Adapun hubungan yang erat antara bahasa dan kepribadian, manusia disebabkan karena :<br />• Bahasa merupakan komunikasi antara individu yang sangat penting.<br />• Bahasa adalah alat berpikir bagi manusia.<br />Sedangkan Agus Sujanto dkk, mengatakam bahwa "faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian itu ada dua, yaitu : faktor dasar dan faktor lingkungan". <br /> Faktor dasar di sini dimaksudkan sebagai faktor pembawaan sejak lahir alias faktor biologis. Anak lahir menurut paham ini telah membawa sifat bawaan yang diperoleh ibu ketika mengandung anaknya. Makanya, sebagian orang tua meyakini bahwa anak yang tinggi IQ-nya, mereka seperti itu IQ-nya.<br /> Sedangkan faktor lingkungan di sini dimaksudkan sebagai faktor yang mempengaruhi anak di luar dirinya. Anak yang lahir dan berkembang secara tidak langsung dipengaruhi oleh lingkungan sekitar ia berkembang. Oleh karena itu lingkungan menjadi salah satu faktor penting dalam membentuk kepribadian anak.<br /> Sejak dulu memang sudah disepakati bahwa pribadi setiap orang tumbuh atas dua kekuatan dari dalam, yang sudah dibawa sejak lahir, yang sering disebut dengan kemapuan-kamapuan dasar dan kekuatan dari faktor lingkungan, atau yang oleh ki. Hajar Dewantar disebut Faktor Ajar. Maksudnya proses belajar terjadi dalam kondisi lingkungan seperti ini. Terjadi interaksi anak dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah , keluarga, maupun masyarakat sekitarnya.<br />5. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian Anak<br /> Banyak filsuf, dokterk ahli pendidikan, dan ahli teologi memberikan pandangan mengenai anak dan latar belakang perkembangannya serta pengaruh lingkungan hidup anak. <br /> Pekembangan kepribadian anak tertentu melalui tahapan-tahapan atau priode-periode seperti halnya perkembangan aspek-aspek lain. Kepribadian tidak muncul sekaligus pada waktu anak lahir, tetapi kepribadian merupakan suatu proses yang mengandung unsur kontinuitas dan dikontinuitas, tetap dan berubah lama dan baru, sehingga dapat dikatakan bahwa ciri perkembangan kepribadian adalah stabil sekaligus berubah. Tiap tahap perkembangan itu mempunyai ciri-ciri yang dicapai oleh anak, sekalipun dalam hal ini tidak ada perbedaan atau batas-batas yang jelas dan lebih tergantung pada setiap individu anak dari norma-norma pada umumnya yang terjadi pada anak.<br /> Patut diakui di sini bahwa manusia belajar, tumbuh, dan berkembang dari pengalaman yang diperoleh melalui kehidupan keluarganya. Utamanya sampai pada penemuan bagaimana ia menempatkan di dalam keseluruhan kehidupannya. Anak dilahirkan dalam perbedaan kemampuan bakat dan minat, oleh karena itu harus diperhatikan sebab bagian faktor prestasi anak. <br />6. Menanamkan Dasar-dasar Agama pada Anak.<br /> Kita tahu bahwa keluarga adalah tempat pebentukan anak sejak dini karena anak akan mejadi apa, dan anak akan kemana, keluargalah yang mengarahkan, keluargalah yang membentuknya. Bila keluarga lalai dalam hal ini, anak akan lepas kontrol, anak akan berbuat dan melakukan sesuatu hal sesuai dengan tempat yang membentuknya. Maka sejak dini kita sebagai orang tua perlu menanamkan nilai-nilai pada anak, yakni penanaman nilai-nilai agama, agar kelak anak dalam kehidupan mampu dan tabah menghadapi tantangan-tantangan zaman ini.<br /> Usaha orang tua untuk menanamkan nilai keagamaan pada anak usia dini adalah dengan menerapkan metode pembiasaan dan latihan keagamaan. Menurut Kartini Kartono adalah bentuk tingkah laku yang konstan dari serangkian penyesuaian diri terhadap lingkungan yang mengandung unsur afektif (perasaan). Sementara menurut Nashih Ulwan, pembiasaan atau pelaksanaan dari kebiasaan merupakan upaya praktis dalam pembiasaan dan persiapan. <br /> Pembisaan seharusnya mulai ditanamkan kepada anak sejak dini. Pembiasaan keagamaan ditanamkan atau diberikan kepada anak dengan cara yang lebih dekat dengan aktifitas keseharian dan bersifat konkret. Sehingga agama mempunyai arti bagi anak dan membekas dalam jiwanya. Pada akhirnya, terbentuklah bangunan pribadi anak yang baik sebagimana menjadi dambaan setiap orang tua. Disamping itu, penanaman pembiasaan hidup beragama dalam keluarga dimaksudkan agar anak gemar melakukan ajaran agama dan tidak merasa berat untuk melaukannya, serta pada gilirannya agama dalam pandangan anak dianggap sebagai kebutuhan utama dan tidak bisa diabaikan sedikitpun.<br /> Oleh sebab itu agama mempunyai peranan penting dalam pendidikan dan perkembangan anak. Juga mempunyai pengaruh yang kuat bagi kepribadian seseorang di dalam kehidupan masyarakat. Krena agama akan mengatur kehidupan individu dan masyarakat dengan suatu aturan yang tegak di azas keadilan, kebijaksanaan, kebersamaan, gotong royong, serta persaudaraan. <br /> Tentang pendidikan agama atau menenamkan nilai-nilai sejak dini. Akan memberikan perasaan puas dengan kesehatan mental dan keselamatan pribadi. Seorang muslim yang sejak dini telah mendapatkan pendidikan agama atau nilai agama, ia akan merasa ada saudara dan benteng yang kuat. Selalu mendampinginya dan menjaganya ketika dia terkena musibah, goncangan dan kekalutan hidup. Akan berbeda halnya dengan orang-oarang yang tidak mempunyai dasar nilai-nilai agama. Orang ini akan mudah terjangkit kekalutan, kegoncangan jiwa.<br /> Apabila kita ingin kelak anak-anak kita tumbuh dengan baik jasmani dan rohaninya, menuju ke arah hidup bahagia, dapat membahagiakan orang lain, jujur, benar, adil serta berbudi luhur. Maka perlu adanya penanaman pribadi yang taqwa sejak masa kanak-kanak karena kita ketahui salah satu unsur kepribadian adalah keyakinan diri dalam Islam tertanam dengan rasa keimanan. Dengan keimananinilah manusia akan membawa dirinya.<br />Oleh karena itu penanaman anak dengan ketaqwaan dan keimana kepada Allah akan membawa anak untuk menghiasi dirinya dengan tawadhu dan merasa sama dengan yang lainnya. Sesuai dengan firman Allah (QS. Al Qoshos: 28:77) :<br /> <br />“Tuntutlah dengan karunia yang dilimpahkan Allah kepadamu itu kebahagiaan akhirat, tapi jangan lupakan bagianmu di dunia ini”.<br />Dengan menanamkan dasar-dasar agama pada anak usia dini maka orang tua sudah memenuhi kewajibannya. Orang tua yang memberikan penanaman dan pengertian tentang agama sejak dini kepada anak, maka akan tertanam sifat mandiri pada anak. Yaitu kelak anak akan mengetahui mana yang halal dan yang haram, benar dan salah, baik dan buruk. Anak akan membentuk diri dan mempunyai kontrol diri. Sehingga anak akan meninggalkan semua perbuatan yang negatif, meskipun tanpa dilihat orang tuanya atau orang lain. Bila anak melakukan perbuatan salah, ia akan mengakui segera dan menyesal serta bertaubat.<br /> Oleh karenanya penanaman dasar-dasar agama pada anak usia dini sangatlah penting bagi kehidupan anak dimasa yang akan datang, karena itu para orang tua sangat diwajibkan untuk mananamkan agama sejak kecil pada anak-anak dalam lingkungan keluarga, melalui pendidikan dengan pembiasaan yang merupakan pilar yang kokoh dalam membentuk dan menanamkan pondasi bangunan keagamaan anak sebagai persiapan menghadapi tantangan kehidupan dimasa-masa berikutnya.<br />G. Anak dengan Problema Belajar<br />Ada beberapa klasifikasi anak dengan problema belajar. Data Departemen Pendidikan Amerika Serikat misalnya, mengelompokkan anak dengan problema belajar (istilah yang digunakan adalah children with special need) menjadi (1) anak berkesulitan belajar, (2) gangguan wicara, (3) retardasi mental, (4) gangguan emosi, (5) gangguan fisik dan kesehatan (6) gangguan pendengaran, (7) gangguan penglihatan, dan (8) tuna ganda (Lynch Lewis, 1988). <br />Sementara itu ahli lain, Ashman dan Elkins (1994), membagi jenis-jenis anak dengan kebutuhan khusus menjadi (1) anak berbakat, (2) gangguan komunikasi, (3) berkesulitan belajar, (4) gangguan emosi dan perilaku, (5) gangguan penglihatan, (6) gangguan pendengaran, (7) gangguan intelektual, dan (8) gangguan fisik<br />Di di Indonesia anak dengan kebutuhan khusus tersebut dalam 'stilah perundang-undangan dikenal sebagai anak berkelainan (Pasal 5 : 2 UUSPN No. 20l2003) dan anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa (Pasal 5 : 4 UU No. 20l2003). Dalam UUSPN yang lama No. 2l1989 dan PP No. 72l1991 disebut berkelainan fisik danlatau mental dan atau perilaku. Mereka terdiri atas tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, dan tunaganda. Di samping itu terdapat anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Mereka ini berhak mendapatkan perhatian khusus (USPN No. 20/1989, Ps 8:2). Anak dengan problema belajar, tidak secara eksplisit disebutkan dalam UUSPN 1989, UUSPN No. 20/2003 maupun PP No. 72/1991 tentang Pendidikan Luar Biasa. <br />Dengan memperhatikan berbagai literatur serta kebijakan pendidikan luar biasa di Indonesia, untuk kepentingan pelayanan pendidikan khusus di sekolah umum, semua anak yang memerlukan pendidikan khusus dikategorikan sebagai anak dengan problema belajar. <br />Dilihat dari gejala yang nampak, anak dengan problema belajar dapat digambarkan sebagai berikut : <br />a) tidak dapat mengikuti pelajaran seperti yang lain, <br />b) sering terlambat atau tidak mau menyelesaikan tugas, <br />c) menghindari tugas-tugas yang agak berat, <br />d) ceroboh atau kurang teliti dalam banyak hal, <br />e) acuh tak acuh atau masa bodoh, <br />f) menampakkan semangat belajar yang rendah, <br />g) tidak mampu berkonsentrasi, mudah berubah-ubah, <br />h) perhatian terhadap suatu objek sing kat, <br />i) suka menyendiri, sulit menyesuikan diri, <br />j) murung, <br />k) suka memberontak, agresif, dan meledak-Iedak dalam merespon ketidakcocokan, <br />hasil belajar rendah <br /><br />H. Faktor Penyebab Anak Mengalami Problema Belajar <br />Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab anak mengalami problema belajar. Secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut : <br />1. Perbedaan Tingkat Kecerdasan<br />Setiap anak sekalipun ia lahir kembar, tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini menyebabkan tidak mudah memberikan pelayanan yang sesuai dengan masing-masing anak. Jika perbedaan itu tidak cukup signifikan, maka pelayanan secara massal atau kolektif dapat dilakukan. Jika perbedaan itu sangat mencolok, misalnya tingkat kecerdasan, kreativitas, kecacatan, dan motivasi, maka pada kondisi anak-anak seperti ini, maka diperlukan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan khususnya. <br />Menurut Mulyasa (2003) setidaknya ada lima aspek perbedaan individual yang harus diperhatikan agar anak tidak mengalami problema dalam belajar. Kelima aspek tersebut adalah perbedaan tingkat kecerdasan, perbedaan kreaivitas, perbedaan cacat fisik, perbedaan kebutuhan khusus, dan perbedaan perkembangan kognisi. <br />Penggolongan terhadap tingkat kecerdasan (IQ) seseorang dihitung dengan membagi usia mental dengan usia kronologis serta mengalikannya dengan 100 (Till, 1971). Model pengukuran ini antara lain dikembangkan oleh Alfred Binet (1905), Lewis M. Terman (1916), Thurstone (1938). Tokoh lain yang juga dikenal sebagai pengembang tes IQ adalah Wechsler yang pertama kali mempublikasikan karyanya pada tahun 1949 dan direvisi tahun 1973 dengan nama WISE (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak usia 5 - 16 tahun. Sedangkan untuk anak usia 16 tahun ke atas diterbitkan tahun 1955 dengan nama tes WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale). Untuk anak usia 4 - 6,5 tahun Wechsler mengembangkan tes dengan WPPSI pada tahun 1967 (Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence) <br />Salah satu jenis tes kecerdasan adalah yang dikembangkan oleh Thurstone yang dikenal dengan Primary Mental Abilities Test atau tes kemampuan mental dasar, yang meliputi kemampuan-kemampuan sebagai berikut : <br />1) Verbal comprehention : kemampuan untuk memahami ide-ide yang diekspresikan dengan kata-kata. <br />2) Number: kemampuan untuk menalar dan memanipulasi secara matematis. <br />3) Spatial: kemampuan untuk menvisualisasikan obyek¬obyek dalam bentuk ruang. <br />4) Reasoning: kemampuan untuk memecahkan masalah <br />5) Perceptual speed : kemampuan menemukan persamaan-persamaan dana ketidaksamaan di antara obyek-obyek secara tepat. <br />Berdasarkan hasil tes kecerdasan, Till (1971) menggolongkan tingkat IQ seseorang menjadi sebagai berikut : <br />a) Golongan anak dengan keterbelakangan mental yang berat, lemah pikiran atau cacat mentalltunagrahita sedang Mereka memiliki 1Q 50 ke bawah. Mereka tidak mung kin dapat mengikuti pendidikan biasa, mereka lebih banyak memerlukan latihan untuk mengurusi diri sendiri<br />b) Golongan anak dengan keterbatasan mental yang lebih ringan dengan IQ antara 50 - 70. Mereka sering juga disebut sebagai anak moron atau tunagrahita ringan. Mereka dapat dididik dan belajar membaca, menulis, berhitung sederhana serta dapat mengembangkan kecakapan bekerja secara terbatas. Untuk melayani mereka diperlukan latihan khusus. <br />c) Golongan anak dengan lamban belajar (slow learner) atau sebutan kasarnya anak 'bodoh' (istilah ini tidak tepat dan tidak perlu digunakan). Mereka memiliki tingkat IQ antara 70 - 90. Golongan ini dapat dibantu dengan pemanfaatan metode dan strategi serta membutuhkan waktu yang khusus, di samping kesabaran guru, untuk mencapai hasil yang optimal. <br />d) Golongan anak rata-rata atau menengah dengan IQ 90¬-110, merupakan bagian yang paling besar jumlahnya, sekitar 45 - 60 persen. Mereka bisa belajar secara normal dan wajar dalam kelas reguler tanpa pelayanan khusus. <br />e) Golongan anak di atas rata-rata dengan IQ 110 - 130 sering disebut sebagai anak cerdas, superior atau anak berbakat. Anak dengan kategori ini memerlukan leyanan individual untuk mengembangkan dan mewujudkan potensinya secara opimal. <br /><br />f) Golongan anak 'genius' yaitu mereka yang memiliki 10 140 ke atas. Mereka mampu belajar jauh lebih cepat dari golongan lainnya. Jika mereka tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan potensinya, akan menimbulkan masalah pad a dirinya, bahkan juga Iingkungannya, dan di sekolah mereka dapat menjadi anak yang 'under achiever'. <br />Dari gambaran tersebut diketahui bahwa, perbedaan kecerdasan menjadi salah satu faktor penyebab anak akan mengalami problema belajar atau tidak jika mereka dimasukkan ke dalam kelas-kelas biasa atau regular<br /><br />2. Perbedaan Kreatifitas<br />Seperti halnya kecerdasan (IQ), kreativitas juga dapat diukur dengan menggunakan tes tertentu, seperti tes kreativitas figural dan tes kreativitas verbal (Utami Munandar, 1995). Perbedaan tingkat kreativitas juga dapat menjadi sumber penyebab anak mengalami problema dalam belajar. Untuk mata pelajaran tertentu yang membutuhkan tingkat imajinasi dan kreativitas tinggi terutama yang menyangkut pemecahan masalah yang sulit, seperti matematika, fisika, kimia, potensi kreativitas ini sangat diperlukan. Untuk itu diperlukan guru yang mengerti bagaimana memupuk dan mengelola potensi kreativitas ini sehingga tidak menjadi sumber kesulitan dalam belajar. <br /><br />3. Perbedaan Kelainan Cacat Fisik<br />Perbedaan individu dalam hal kelainanlcacat fisik antara lain kelainan penglihatan (tunanetra), kelainan pendengaran (tunarungu), kelainan wicara (tunawicara), kelainan anggota tubuh dan gangguan motorik lainnya karena kerusakan otak (tunadaksa). Terhadap anak-anak yang mengalami hambatan-hambatan di atas, diperkirakan akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pendidikan reguler, dan karenanya diperlukan sikap dan layanan yang berbeda dalam rangka membantu perkembangan pribadi mereka. <br />Anak-anak seperti ini tidak harus dipisahkan dari sekolah reguler. Mereka bisa dilayani pendidikannya di sekolah regular, tetapi denga n penanganan khusus atau penanganan individual. Mengasingkan mereka dari sekolah-sekolah umum, akan menghilangkan hak mereka untuk mendapatkan kehidupan yang layak, dan hanya akan mengasingkan anak dari dunia yang sesungguhnya. <br />Sehubungan dengan anak-anak yang mengalami hambatan fisik ini, Ornstein dan Levine (1966) dalam Mulyasa (2003) menegaskan sebagai berikut : <br />1) Orang yang mengalami hambatan, bagaimanapun hebatnya ketidak mampuan mereka, harus diberi kebebasan dan pendidikan yang sesuai. <br />2) Penilaian terhadap mereka harus adil dan menyeluruh. <br />3) Orangtua atau wali mereka harus adil, dan boleh memprotes keputusan yang dibuat oleh pimpinan sekolah (jika merugikan anak-pen). <br />4) Rencana pendidikan individual yang meliputi pendidikan jangka panjang dan jangka apendek harus diberikan. Harus pula diadakan tinjauan ulang terhadap tujuan dan metode yang di[pilih. <br />5) Layanan pendidikan diberikan dalam lingkungan yang akan terbatas, anak-anak dapat ditempatkan di kelas khusus atau terpisah pada saat tertentu untuk memberikan layanan yang sesuai bagi mereka. <br />4. Perbedaan kebutuhan khusus <br />Secara umum, manusia termasuk anak-anak memiliki kebutuhan dalam kehidupannya. Menurut Maslow (1970) percaya bahwa setiap manusia memiliki lima kategori kebutuhan yang membentuk suatu hirarki dari yang paling Pokok atau dasar hingga yang paling tinggi, ialah kebutuhan fisiologis, seperti oksigen, makan dan minum, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk diakui, kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan untuk aktualisasi diri<br />Sementara itu Hurlocks (1962) mengemukakan bahwa ada duabelas kategori kebutuhan manusia khususnya dari aspek psikologis, ialah kebutuhan<br /><br />1) Penerimaan : kebutuhan untuk merasakan bahwa orang lain bersikap baik atau positif, hormat, mendukung atau menyetujui, tidak menolak dirinya. <br />2) Prestasi kebutuhan untuk memperoleh, mencapai, menerima, menang, dan sebagainya. <br />3) Kasih sayang : kebutuhan untuk dicintai, dihargai. <br />4) Persetujuan atau rstu : kebutuhan untuk melihat orang lain menyenangkan, menghindari kritik, kesalahan dan hukuman. <br />5) Menjadi bagian : kebutuhan untuk merasa sebagai bagian dari suatu kelompok atau lingkungan. <br />6) Kesesuaian : kebutuhan untuk menjadi sebagaimana orang lain, menghindari perbedaan. <br />7) Ketergantungan : kebutuhan untuk mendapatkan dukungan emosional, perlindungan, perhatian, dorongan dan bantuan dari orang lain. <br />8) Ketidak tergantungan :kebutuhan untuk bebas, mandiri, keputusan sendiri, kepercayaan. <br />9) Penguasaan - kekuasaan (menguasai - berkuasa) : kebutuhan untuk mengendalikan, berkuasa, memimpin, mengelola, memerintah, mengatasi masalah, mengatasi hambatan, mempengaruhi orang lain.<br />10) Pengenalan atau pengakuan : kebutuhan untuk diketahui, dikenal, dianggap sebagai pribadi yang unik, dibedakan dari yang lain, tidak dianggap sama.<br />11) Pernyataan diri : kebutuhan untuk berfungsi, belajar mengerti, berformasi<br />12) Dimengerti : kebutuhan untuk merasa dalam hubungan yang simpatik dengan orangtua, saudara, teman, merasa bebas bergaul dan mengemukakan ikiran tanpa kehilangan kasih sayang.<br /><br />Dengan memperhatikan kebutuhan individual setiap anak, maka kesulitan individu dapat dikurangi, dan dengan mengabaikan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka akan menjadi sumber utama timbulnya problema dalam belajar pada diri anak. <br /><br />5. Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan kognisi<br />Seperti diuraikan sebelumnya, prkembangan kognitif seseorang sesuai teori Piaget melaju dalam empat tahap, ialah tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap preoperasional (2-7 tahun), tahap operasional kongkrit (7-11 tahun), dan tahap operasi formal (11 tahun ke atas). Menurut teori trsebut, proses kematangan merupakan kontinuitas berdasarkan pertumbuhan sebelumnya. Walaupun tahap-tahap tersebut dibatasi dalam suatu periode, sebenarnya semuanya dapat tumpang tindih (overlap) dan sesekali tidak terikat persis oleh usia tertentu. <br />Jika pada anak usia tertentu belum mencapai taraf perkembangan yang diharapkan, sesungguhnya anak dalam kondisi tingkat kematangan yang berbeda dengan rata-rata anak pada umumnya. Atau sebaliknya, pada usia tertentu anak telah mencapai tingkat perkembangan yang melampaui batas kelompok usianya, mungkin ia memiliki tingkat kematangan yang jauh lebih cepat dari rata-rata anak usia sebayanya. <br />Dalam kondisi seperti inilah kemungkinan problema belajar pada diri anak akan muncul jika idak mendapatkan perhatian dan pelayanan yang sesuai dari guru maupun orangtua. <br />Ada anak-anak yang karena faktor ekonomi dan kemiskinan, ia tidak mampu mengikuti pendidikan secara wajar, sehingga berprestasi belajar yang rendah. Ada pula anak-anak yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan budaya terasing, ad at terpencil Karena kondisi latar belakang budaya terse but mereka tidak mampu mengikuti pendidikana reguler seperti yang lain sehingga prestasi belajarnya rendah. Baik karena faktor ekonomi maupun budaya atau faktor keterpencilan, keduanya dapat menjadi sumber penyebab hasil belajar anak. Jika anak tersebut sebenarnya memiliki IQ normal bahkan di atas normal, tetapi karena faktor ekonomi dan kultural terse but sehingga prestasinya rendah, mereka disebut anak yang mengalami hambata(l belajar<br /><br />6. Prevalensi Anak dengan Problema Belajar<br />Memang belum ada studi secara khusus tentang angka prevalensi anak dengan problema belajar. Namun, jika kita menggunakan prevalensi anak dengan berkesulitan belajar, menurut beberapa literatur berkisar antara 1 %-3% (Lovit, 1989). Oi beberapa negara industri seperti Amerika dan Eropa Barat, jumlah anak berkesulitan belajar diperkirakan mencapai 15% dari populasi anak sekolah tingkat dasar (Gaddes, 1985). Oi negara-negara berkembang seperti Indonesia, prevalensi anak berkesulitan belajar diperkirakan lebih besar. Penyebabnya adalah masih cukup tinggi angka kurang gizi pada ibu hamil, bayi dan anak, angka sakit diare, angka penyakit persalinan serta infeksi susunan saraf pusat pada bayi. Gangguan atau kondisi di atas sering kali mengakibatkan terjadinya kesulitan belajar pada anak. <br />Dengan menggunakan instrumen khusus, Balitbang Dikbud dalam penelitian di empat propinsi pada tahun 1996 dan dilaporkan pad a tahun 1997, menemukan bahwa sekitar 10% anak mengalami kesulitan belajar menulis, 9% mengalami kesulitan belajar membaca, dan lebih dari 8% mengalami kesulitan berhitung. Oi samping itu, diketahui pula bahwa 22% anak berkesulitan belajar mempunyai inteligensi taraf tinggi, 25% taraf sedang dan 52% taraf kurang. <br />Sejalan dengan temuan di atas, dari hasil diagnosis terhadap 659 pasien berkesulitan belajar di RS dr. Karyadi Semarang dalam kurun waktu tahun 1991, ditemukan 26,3% mengalami gangguan pemusatan perhatian plus Disfungsi Minimal Otak (OMO) lain, 18,6% mengalami disfasia (gangguan bahasa), disleksia (gangguan membaca) dan diskalkulia (gangguan berhitung), 11 % gangguan tunggal disfasia, 10,9% disfasia dan dispraksia (gangguan gerak), 9,4% ganggunan memori (ingatan) dan OMO lain, 8,7% gangguan pemusatan perhatian, ' 6,5% hiperaktif, 3,2% gangguan memori auditorik, dan sisanya (4,6%) gangguan lain-lain (Bambang Hartono, 1991). <br /><br />7. Layanan Yang Diperlukan<br />Untuk membantu anak yang mengalami problema dalam belajar, maka diperlukan program layanan secara terpadu, baik dari guru di sekolah, maupun orangtua di rumah. Beberapa bentuk layanan yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak, dapat disebutkan antara lain sebagai berikut : <br />a. Peran Guru di Sekolah : <br />1) Guru harus memahami perbedaan individual anak <br />2) Guru perlu melakukan identifikasi atas kekuatan dan kekurangan atau kelemahan dari masing-masing anak didiknya. <br />3) Guru mencoba mengelompokkan anak didik di kelas dalam beberapa kelompok sesuai dengan tingkat permasalahan yang perlu diatasi. <br />4) Guru bekerjasama dengan orangtua dan profesi lain untuk mendapatkan hasH pembelajaran yang optimal. <br />5) Guru harus menyiapkan materi, strategi dan media pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan peserta didik. <br />6) Pada anak-anak yang memiliki kecepatan belajar yang tinggi, guru dapat mengembangkan model pembelajaran pengayaan danlatau akselerasi. Pada anak yang memiliki kecepatan belajar yang rendah, guru dapat memberikan layanan remedial dan atau porsi waktu yang lebih dibandingkan dengan yang lain. <br />7) Dalam sistem evaluasi, guru sebaiknya tidak cukup hanya mengukur aspek akademik dari yang dicapai oleh anak. Aspek-aspek lain di bidang kemampuan non akademik juga perlu diperhatikan. <br />8) Umpan balik atas keberhasilan atau kegagalan anak dalam perkembangannya di sekolah, harus selalu disampaikan kepada orangtua. Catatan kualitatif kemajuan-kemajuan anak dalam belajar perlu dicatat untuk bahan laporan guru dengan kepala sekolah dan orangtua.<br />8. Peran Orang Tua<br />Orangtua memiliki peranan yang penting bagi upaya membantu anak yang mengalami problema dalam belajar. <br />Beberapa tindakan orangtua yang diperlukan antara lain: <br />1) Menerima adanya perbedaan pad a diri anak <br />2) Memberikan perhatian yang proporsional dan tidak membeda¬bedakan dalam memberikan perlakuan kepada anaknya sesuai dengan karakteristik khususnya. <br />3) Menyampaikan data dan informasi tentang perkembangan anak secara terbuka kepada sekolah dan guru. <br />4) Menjalin kerjasama secara ikhlas dan jujur dengan guru untuk membantu anaknya yang mengalami problema dalam belajar. <br />5) Tidak memaksakan kehendak kepada anak untuk pencapaian suatu keinginan dan harapan dari orangtua. <br /><br />I. Peran Guru dalam Pengembangan Rancangan Pembelajaran<br />1. Hakikat Proses Pembelajaran<br />Proses pembelajaran sebagai proses implementasi kurikulum, menuntut peran guru untuk mengartikulasikan kurikulum/bahan ajar serta mengembangkan dan mengimplementasikan program-Program pembelajaran dalam suatu tindakan yang akurat dan adekuat. Peran ini hanya mungkin dilakukan jika guru memahami betul tujuan dan isi kurikulurm serta segala perangkatnya untuk mewujudkan proses pembelajaran yang optimal.<br />lstiláh pembelajaran bukanlah hal yang baru dikenal bahkan mungkin kita tidak hanya mengenal istilah itu melainkan pernah melakukannya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan proses pembelajararan? Apakah pcmbelajaran itu proses menyampaikan pengetahuan kepada siswa? Proses melatih siswa sehingga dia terampil melakukan sesuatu? Atau proses membantu siswa belajar? <br />2. Pembelajaran sebagai Inkuiri Refleks<br />Cara kita memandang esensi pembelajaran akan bergantung kepada bagaimana kita memandang pendidikan. Apakah kita memandang pendidikan sebagai suatu hasil atau sebagai proses. Dengan kata lain apakah kita memandang pendidikan sebagai kualitas kata benda atau kualitas kata kerja. Cara kita membedakan kedua hal ini akan mempengaruhi cara mempelajari pendidikan dan perilaku kita sebagai guru. Jika pendidikan dipandang sebagai kata benda, berarti bahwa pendidikan itu adalah sesuatu yang telah diperoleh. Sedangkan jika dipandang sebagai kata kerja, pendidikan adalah proses inkuiri yang berkelanjutan.<br />Pandangan terakhir adalah pandangan yang memungkinkan. tejadinya proses pembelajaran yang lebih efektif dan mengarah kepada pengembangan profesi guru dan perkembangan siswa secara optimal. Di dalarn kajian ini, proses pembelajaran dipandang sebagai proses membantu peserta didik belajar, membantu peserta didik mengembangkan dan mengubah perilaku (pengetahuan, afektif, dan psikomotor), proses membantu peserta didik merangkai gagasan, sikap, pengetahuan, apresiasi, dan keterampilan.<br />Di dalam pembelajaran, guru terlibat secara mendalam di dalam berbagai kegiatan seperti menjelaskan, merumuskan, membuktikan, menyimpulkan, dan mengklasifikasi-kan. Guru tidak sekédar bertugas mentransfer pengetahuan, sikap, dan keterainpilan, mereka membantu peserta didik rncnerjemahkan semua aspek itu ke dalain perilaku-perilaku yang berguna dan bermakna.<br />Sebagai proses inkuiri refloktif pembelajaran mengandung makna sebagai proses sintesis dan analisis. Inkuiri di dalam pembelajaran mengandung makna mempertanyakan, menjelajahi lebih jauh, dan memperluas pemahaman lentang situasi. Sedangkan refleksi mengimplikasikan adanya dugaan, penilaian, dan pertirnbangan faktor-faktor yang signifikan terhadap pencapaian tujuan. Dengan. kata lain proses pembelajaran sebagai inkuiri refleksi sangat menekankan unsur aktivitas dan dinamika proses yang harus dipahami dan dihayati guru. Proses pembelajaran tidak sekedar menjadi wahana belajar bagi peserta didik tetapi juga wahana belajar bagi guru. Di dalain proses pembelajaran terjadi proses menjawab pertanyaan, mempertasiyakan jawaban, dan menipertanyakan pertanyaan. Jelasnya proses peinbelajaran adalah proses yang dinamis, proses yang berkembang terus, dan di dalam proses itu akan tejadi proses belajar. Dalam proses pembelajaran terkandung proses mengajar dan belajar, sebagai dua proses yang saling bergantung; mengajar hanya akan ada jika terjadi proses<br />Proses pembelajaran sebagai inkuiri reflektif akan menempatkan guru sebagai: <br />a. individu yang sec.ara terus-menerus aktif belajar, Anda juga berperan sebagai siswa;<br />b. seorang guru yang menantang siswanya untuk menjadi pelajar yang reflektif<br />c. seorang profesional yang secara terus-menerus merefleksikan keefektifannya sebagai guru; serta<br />d. seorang profesional yang selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya.<br /><br />3. Perkembangan sebagai Tujuan Pembelajaran<br />Tatkala seorang guru ditanya tentang tujuan apa yang ingin dicapai dengan pengajaran Bahasa, IPA, 1PS dan juga bidang studi atau pelajaran lain, mungkin dia menjawab bahwa dia bertujuan mengembangkan manusia terdidik, dan untuk mencapai itu dia mcngajarkan Bahasa, IPA, IPS atau bidang studi lain karena bidang Studi itu merupakan bidang esensial untuk berlangsungnya pendidikan secara mulus.<br />Bukan hal mustahil bahwa pembelajaran yang ekselen (unggul) dikerjakan oleh guru-guru artistik yang tidak memiliki konsep yang jelas tentang tujuan tetapi mereka secara intuitif niemuliki pemahaman tentang apa proses pembelajaran yang baik, materi. sajian apa yang ;ianggap penting/betinakna, topik apa yang relevan dongan pengembangan peserta didik, bagaimana menyajikan bahan secara efektif, serta lagaimana menilai keberhasilan siswa. Akan tetapi . jika suatu program pendidikan atau pembelajaran dirancang dan diupayakan untuk dilakukan perbaikan secara berkesinambungan, bagaimanapun juga pemahaman akan konsep-konsep tujuan yang hendak dicapai adalah suatu keharusan bagi guru. Tujuan pembelajaran menjadi tolak ukur untuk memilih baban ajar. Merancang isi pembelajaran, mengembangkan prosedur pembelajaran, dan mempersiapkan tes dan ujian. Semua aspek program pembelajaran secara nyata merupakan instrumen untuk mencapai tujuan. Artinya jika mentaati program pembelajaran secara sistematis dan cermat, maka pertama-tama yang harus diyakini adalah tujuan yang hendak dicapai.<br />Persoalan yang muncul ialah apa yang menjadi tujuan pembelajaran itu? Salah satu hal yang dirisaukan atas praktek pendidikan adalah ketidakseimbangan pengembangan aspek intelektual dan nonintelektual. Sering kali terjadi bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pengembangan aspek intelektual sedangkan aspek nonintelektlual kurang tersentuh. Bahkan dalam aspek intekktual pun sering kali hanya menyentuh satu sisi, yaitu kemampuan berpikir logis (corvergent thinking) dan kurang mengembangkan kemampuan kreativitas siswa (divergent thinking).<br />Kecenderungan proses pembelajaran seperti ini akaii menimbulkan kekurang bermaknaan karena proses pembelajaran hanya merupakan proses intelektualisasi dan bukan proses peronalisasi. Kecenderungan ini juga akan mendorong tumbuhnya kompetensi intelektual yang tajam, sementara kepekaan sosial dan lingkungan menjadi pudar. Titik lemah proses pembelajaran tersebut perlu diperbaiki dengan menekankan kepada konsep perkembangan sebagai tujuan pembelajaran.<br />Esensi perkembangan secara khusus akan dibahas pada kegiatan belajar lain dan pokok bahasan ini. Pada umumnya diakui bahwa dalam diri manusia ada suatu instrumn penting untuk mengembangkan din yaitu akal pikiran. Hanya saja pengembangan kemotekaran (akal pikirari) melalui proses pembelajaran harus dibarengi dengan pengembangan nilai-nilai dan keterampilan hidup dan menempatkan nilai-nilai dan keterampilan hidup itu sebagai objek dan juga sekaligus sebagai landasan pengembangari akal pikiran. Hal ini diharapkan terjadi di dalam proses pembelajaran sebagai wahana pengembangan pribadi peserta didik.<br />Dalam kaitan dengan perkembangan peserta didik, proses pembelajaran memiliki fungsi:<br />a. pengembangan, yakni membantu peserta didik mengembangkan diri sesuai dengan potensi dan keunikannya;<br />b. peragaman, yaitu membantu peserta didik memilih arah perkembangan yang tepat sesuai dengan potensi dan peluang yang diperolehnva;<br />c. integrasi, yaitu membawa keragaman perkembangan ke arah dan tujuan yang sesuai dengan eksistensi kehidupan manusia.<br />J. Hakekat Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran <br /> Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S.Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. <br /> Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Cullen, 2003 dalam Fathul Himam, 2004). Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (Sub sumatif), dan nilai ulangan semester ( sumatif ). <br /> Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan belajar mengajar. .<br /> Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari: pertama, mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran ; kedua, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa; ketiga, mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui pembelajaran<br />K. Materi yang disampaikan dalam Proses Pembelajaran<br />1. Materi Iman<br />Pendidikan keimanan adalah “ mengingat anak dengan dasar-dasar iman, rukun islam dan dasar-dasar syariah sejak anak mulai mengerti dan memahami sesuatu. Iman merupakan dasar pemikiran seseorang muslim dalam mengisi kehidupannya, sehingga seseorang yang memiliki keimanan yang benar berarti ia sudah mendapatkan hakikat kehidupan. Keimanan sesorang terhadap sesuatu adalah “ bahwa dalam hati orang tersebut telah tertanam kepercayaan dan keyakinan tentang sesuatu, dan sejak saat itu ia tidak khawatir lagi terhadap menyelusupnya kepercayaan lain yang bertentangan dengan kepercayaannya.”8<br />Berkenaan dengan hal ini Allah, Berfirman.<br />فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ<br /> ”Karena itu barang siapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali Allah yang amat kuat yang tidak akan putus dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui”. (QS. Al-Baqarah :256)<br />Sehingga orang kuat imannya, akan dapat membangun sepak terjang hidupnya di atas asas yang kokoh dan kuat yang betul – betul bisa dijadikan pegangan serta memberikan jaminan ketentraman bahwa amal-amal yang akan di lakukan dapat disesuaikan dengan keyakinan itu.<br />Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan keimanan.<br />Di antaranya surat An-Nisa ayat 136 :<br />يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ءَامِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا<br />”Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rosul-rosul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jaunya” (QS. An-Nisa :136)<br />Dalam ayat lain Qur’an surat At-Taubah ayat 51<br />"Katakanlah :”Sekali-kali tidak akan menimpah kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanylah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal “(QS. At-Taubah :51 )<br />Tujuan dari adanya pendidikan keimanan yaitu upaya menumbuhkembangkan kondisi kepercayaan (I’tikad) hamba untuk meyakini Allah adalah ujud yang esa, tidak didahului oleh ujud yang lain, yang keberadaanya bersifat baqa, kemudian percaya bahwa malaikat Allah termasuk hamba yang mulia, karena tidak pernah menyalahi perintah-Nya, tidak pernah melebihi dan menguranginya sedikitpun. Karena itu mereka di sebut mukromun dan Sodikun.<br />Hendaknya para pendidik haruslah dapat menanamkan kepada anak didiknya dasar pemahaman dan dasar-dasar pendidikan iman dan islam dalam masa pertumbuhannya. Sehingga seorang anak bisa terikat dengan Islam berupa akidah dan ibadah serta akhlak dengan petunjuk dan pendidikan yang benar, ia akan mengenal Islam sebagai agamanya, Al-Qur’an sebagai imannya dan Rasulullah sebagai pemimpin dan teladannya. <br />Kewajiban pendidik didalam membina anak didik yang diharapkan adalah menumbuhkan anak atas dasar pemahaman dan dasar-dasar pendidikan iman dan ajaran Islam sejak masa pertumbuhannaya. Sehingga, anak akan terikat dengan Islam, baik akidah maupun iabadah, di samping penerapan metode maupun peraturan.<br />Rasulullah Saw memperhatikan pendidikan bagi anak sejak masa pertumbuhannya berupa dasar-dasar Iman dengan mencintai Allah, Al-Qur’an dan Nabi Muhammad Saw, keluarganya dan para sahabatnya. Sebagaimana hadist Nabi Muhammad Saw :<br />“Didiklah anak-anak kamu pada tiga perkara: Mencintai Nabi kamu, mencintai ahli baitnya dan Membaca Al-Qur’an. Sebab, orang-orang yang memelihara Al-Qur’an itu berada dalam lindungan singga sana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain dari perlindungan-Nya beserta para Nabi-Nya dan orang-orang yang suci”. (Ath-Thabrani)9<br />Dengan demikian, jika para pendidik memberikan pembinaan keimanan kepada anak didiknya dengan dasar dan metode di atas, niscaya dapat menjamin keselamatan akidahnya dari penyimpangan dan kemurtadan. Baik atau buruknya perjalanan hidup seorang muslim, amatlah tergantung pada kebenaran dan kualitas konsepsinya yang tertanam di dalam hatinya. Kalau konsepsinya itu benar dan keimanan yang dimilikinya kuat, niscaya perjalanan hidupnya pun akan benar pula, begitu pula sebaliknya. Untuk itu kehidupan anak didik haruslah ditegakkan pada sistem yang benar, kuat dan berkualitas tinggi, yang di tegakkan di atas keimanan yang benar dan kuat pula.<br />Materi pendidikan keimanan harus disampaikan pendidik dan orang tua kepada anak remaja. Sehingga remaja sudah memiliki ikatan dengan rukun-rukun iman yang pokok, dengan hakikat alam dan sesuatu yang gaib, termasuk dengan segala sesuatu dari keyakinan yang dapat dibuktikan dengan berita yang benar. Berdasarkan ini, pendidik harus menawarkan hakikat iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab, iman kepada Rasul, iman kepada qadha dan qadar, iman kepada dua pertanyaan malaikat dan azab kubur, iman kepada kejadian akhir, seperti kebangkitan manusia dari kubur, hisab, surga, neraka, dan hal-hal gaib lainnya.<br />Suatu hal yang tidak diragukan, bahwa jika kita menanamkan secara dalam kalimat iman kepada Allah pada anak didik, dan berusaha terus menjalin ikatan antara anak didik dan aqidah ketuhanan, maka Insya Allah rasa bahwa Allah senantiasa mengawasinya, dan takut kepada-Nya, menyerahkan diri kepada-Nya, mentaati segala perintah dan larangan-Nya, akan tertanam pada diri anak didik bahkan di dalam dirinya terdapat pencegahan sensitif yang keluar dari jiwa yang penuh keimanan. Sehingga jiwanya itu mencegah melakukan sesuatu yang sekiranya tidak diridhoi Tuhan-Nya baik menyangkut dirinya sendiri atau menyagkut diri orang lain dan sekitarnya. Jika keadaannya demikian, anak didik akan baik jasmani dan rohaninya, akal pikiran, tingkah dan lakunya, maka ia akan menjadi orang yang terhormat yang tidak dibuat-buat karena ia berjalan dalam petunjuk agama, kebenaran dan jalan yang lurus.<br />2. Materi Akhlak.<br />Akhlak adalah merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu didalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sifat sabar, kasih sayang atau sebaliknya pemarah, benci karena dendam, iri hati dan dengki, sehingga memutuskan hubungan silaturrahmi.<br />Akhlak mempunyai posisi yang sangat penting dalam Islam. Ia dengan taqwa, merupakan buah pohon. Islam yang berakar akidah, bercabang dan berdaun syariah.<br />Akhlak yang baik dan mulia akan mengantarkan kedudukan seseorang pada posisi yang terhormat dan tinggi. Oleh karena itu Allah SWT dalam firman-Nya memuji Akhlak Rasulullah Saw sebagai berikut :<br />وَانَّكََََ لَعَلاَ خُلُقٍ عَضِِِِِيْمٍ<br />”Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai akhlak yang agung”.(QS. Al-Qalam :4)<br /><br />Suri tauladan yang di berikan Rasulullah selama hidup beliau merupakan contoh akhlak yang tercantum dalam Al-Qur’an. Butir – butir akhlak yang baik di sebut dalam berbagai ayat yang tersebar di dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadists. Bahkan Aisyah, yang banyak sekali meriwayatkan sunnah Rasulullah, mengatakan bahwa akhlak Nabi Muhammad adalah seluruh isi Al-Qur’an.<br />Apabila akhlak dan tingkah laku perbuatan yang baik di dalam kehidupan anak didik, maka ia akan memperoleh hasil yang baik pula. Semua persoalan dan segala urusan yang di cita-citakan anak didik akan mudah, masyarakat sekitarnya akan menghormati dan membantu apa yang di cita-citakan pada anak didik. Dia akan berwibawa, sehingga semua yang di ucapkan dan disampaikan akan di terima dan di ikuti oleh masyarakat sekitarnya.<br />Akhlak remaja akan tercipta dan terbentuk dengan baik, apabila para remaja meniru Al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad Saw, sebagai sumber hidup dan pedoman kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.10<br />Ajaran Islam membimbing remaja dimulai dengan memperbaiki akhlaknya. Apabila akhlak remaja baik, maka keluarga masyarakat dan bangsanya pun akan baik pula.<br />Puncak dari semua akhlak yang mulia itu, kelak di kemudian hari akan dinikmati oleh setiap umat yang bertingkah laku dengan akhlak yang baik di dunia ini. Nikmat yang akan diperolehnya adalah surga, serta dia akan berada di sekitar Allah.<br />3. Materi Syariah <br />Perkataan syariah dalam bahasa arab itu berasal dari kata syar’i, secara harfiah berarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim. Menurut ajaran Islam, syariah ditetapkan Allah menjadi patokan hidup setiap muslim. Syariah menurut ulama fiqih adalah peraturan-peraturan yang lahir yang bersumber dari wahyu dan kesimpulan –kesimpulan yang berasal dari wahyu mengenai tingkah laku manusia. Oleh karena itu dalam prakteknya adalah ketetapan Allah baik berupa larangan maupun dalam bentuk seruan.<br />Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat luqman ayat 17 :<br />يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ<br />“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”(QS. Al-Luqman : 17)<br />Dari keterangan ayat diatas bahwa kita hendaklah sebagai pendidik memberikan pengertian pada anak didik bahwa ibadah dalam Islam tidaklah sempit pengertiannya, tidak terbatas pada ibadah yang termasuk rukun yang lima. Tetapi ia mencakup setiap amal soleh yang di kerjakan berdasarkan metode Allah dan mengharapkan keridhoan-Nya. Dengan pengertian yang luas ini, misalnya berbuat baik terhadap masyarakat sekitarnya dan bersikap sabar dalam menhadapi musibah semua itu hanya mengharap keridhoan Allah, maka anak didik semacam itu dapat kita golongkan kepada hamba-hamba Allah yang muslim.<br />Oleh karena itu, hendaklah kita membukakan mata para anak didik untuk mengetahui prinsip-prinsip baik buruk masalah-masalah hal haram, ciri-ciri yang baik dan yang batil. Sehingga anak didik akan mengerjakan yang halal dan membiasakan perbuatan yang baik.<br />L. Metode dalam Proses Pembelajaran<br />Metode merupakan salah satu komponen penting yang menghubungkan tindangan dengan tujuan, sebab tidak mungkin materi dapat diterima dengan baik kecuali dengan menggunakan metode yang baik. Sebagai salah satu komponen operasional ilmu pendidikan mengarahkan materi kepada tujuan pendidikan yang hendak di capai melalui proses tahap demi tahap, baik dalam kelembagaan formal ataupun yang informal. Dengan demikian menurut ilmu pendidikan Islam, suatu metode yang baik adalah bila memiliki watak dan relevansi yang senada atau sejiwa dengan tujuan pendidikan Islam itu. Di antara metode yang dapat di gunakan oleh pendidik adalah sebagai berikut :<br />1. Metode Hikmah.<br />Dalam memberikan materi seorang pendidik harus mampu bersikap bijaksana, sehingga pendidik dapat memahami kemampuan anak didiknya dalam menerima materi yang di sampaikannya. Prinsip terpenting dalam pendidikan Islam, hal ini seperti apa yang di ucapkan imam Al-Ghozali bahwa : “Seorang pendidik hendaklah menerangkan bidang studi, menurut tenaga pemahan murid. Jangan diajarkan bidang studi yang belum sampai kesana. Nanti ia lari atau otaknya tumpul”.11<br />Al-Ghazali berkata pula : “ hendaknya guru meperhatikan murid yang lemah dengan memberinya pelajaran yang mudah dan jelas, serta tidak menghantuinya dengan hal-hal yang serba sulit dan dapat membuatnya kehilangan kecintaan terhadap pelajaran “.12<br />2. Metode Mauizhah <br />Mauizhah adalah sebagai sesuatu yang dapat mengingatkan seseorang akan apa yang dapat melembutkan kalbu, yang disajikan dalam bentuk nasihat yang menyentuh sehingga menimbulkan kesadaran pada orang yang mendengarnay.<br />Dari definisi diatas, dapat dipahami bahwa metode Mauizhah adalah suatu metode penyampaian materi melalui tutur kata yang berisi nasihat-nasihat dan peringatan tentang baik dan buruknya sesuatu.<br />Dengan metode nasihat ini, diharapkan anak didik dapat memahami eksistensinya dan tanggung jawabnya sebagai anak didik. Sehingga anak didik menyadari bahwa mereka adalah generasi muda harapan bangsa dan di tangan merekalah maju atau mundurnya suatu bangsa.<br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br />PENUTUP<br />A. KESIMPULAN<br /> Pendidikan berintikan interaksi antar manusia, terutama antara pendidik dan terdidik demi mencapai tujuan pendidikan. Dalam interaksi tersebut terlibat isi yang diinteraksikan serta proses bagaimana interaksi tersebut berlangsung. Apakah yang menjadi tujuan pendidikan, siapakah pendidik dan terdidik, apa isi pendidikan dan bagaimana proses interaksi pendidikan tersebut, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang mendasar, yang esensial, yakni jawaban-jawaban filosofis.<br /> Kurikulum sebagai rancangan pendidikan memiliki kedudukan yang cukup sentral dalm seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Mengingat kurikulum memiliki peran penting dalam pendidikan dan perkembangan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Salah satu dari sekian aspek penting yang melandasi pengembangan kurikulum adalah landasan filosofis.<br /> Filsafat secara harfiah berarti cinta yang mendalam akan kearifan. Secara populer filsafat sering diartikan sebagai pandangan hidup suatu masyarakat atau pendirian hidup bagi individu. Dengan demikian setiap individu atau setiap kelompok masyarakat secara filosofis akan memiliki pandangan hidup yang mungkin berbeda sesuai dengan nilai-nilai yang dianggapnya baik.<br /> Filsafat sebagai sistem nilai harus menjadi landasan dalam menentukan tujuan pendidikan. Dengan kata lain, pandangan hidup atau sistem nilai yang dianggap baik oleh suatu masyarakat akan tercermin dalam tujuan pendidikan yang harus dicapai. Manusia macam apa yang kita harapkan sebagai akhir dari proses pendidikan? Akan dibawa ke mana anak didik itu? Apa yang harus dikuasai oleh mereka? Merupakan pertanyaan-pertanyaan yang erat kaitannya dengan filsafat sebagai sistem nilai.<br /> Kurikulum pada hakikatnya berfungsi untuk mempersiapkan anggota masyarakat yang dapat mempertahan, mengembangkan dan dapat hidup dalam sistem nilai masyarakatnya itu sendiri, oleh sebab itu proses pengembangan kurikulum harus mencerminkan sistem nilai masyarakat.<br /> Filsafat memegang peran yang esensial dalam pengembangan kurikulum. Sama halnya dengan filsafat pendidikan, kita mengenal beberapa aliran dalam filsafat. Dalam pengembangan pun senantiasa berpijak pada aliran-aliran filsafat tersebut yang nantinya akan mewarnai konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Terdapat beberapa perbedaan mengenai filsafat, Wina Sanjaya (2008) mengungkapkan bahwa ada empat aliran utama dalam filsafat, yaitu idealisme, realisme, pragmatisme, dan eksistensialisme. Aliran tersebut mengkaji tentang cabang filsafat, seperti metafisika (hakikat dunia kenyataan), epistemologi (hakikat pengetahuan), dan aksiologi (nilai-nilai). Setiap aliran memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai cabang-cabang filsafat itu.<br /> Berdasarkan uraian di atas bisa dipahami bahwa dalam pengembangan kurikulum tidak dapat terlepas dari azas atau landasan filosofis, yang didalamnya terdapat sumber nilai, makna kehidupan, aturan hidup, tujuan pendidikan serta pandangan terhadap peserta didik sehingga dengan memahami filosofu fulsafat dalam kurikulum maka kita akan memahami hakikat guru dan murid dalam proses pembelajaran..<br />B. SARAN<br /> Filsafat sangat penting dipertimbangkan dalam mengambil keputusan tentang setiap aspek kurikulum. Maka sudah selayaknya seorang pendidik dalam berperilaku di dalam kelas atau di luar kelas harus didasarkan apa yang dipercayai, yang diyakini sebagai baik dan benar. Pendidik yang baik patut memahami apa itu hakikat manusia, khususnya hakikat siswa beserta sifat-sifatnya; apa itu sumber kebenaran dan nilai-nilai yang dijadikan pegangan hidup; tentang apa yang baik; tentang apa itu hidup yang baik; apakah peranan sekolah dalam masyarakat; apa peran guru dalam proses belajar; dan sebagainya. Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tentu saja seorang pendidik disarankan untuk memahami dan mendalami filsafat.<br /> Dari sekian banyaknya aliran filsafat beserta turunannya, hendaknya hal tersebut tidak memojokkan kita untuk fanatik terhadap salah satu aliran saja. Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri, dan hal tersebut perlu disikapi dengan bijak oleh para pendidik atau juga pengembang kurikulum, yakni bahwa masing-masing aliran filsafat bisa saling melengkapi satu sama lain. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum ataupun dalam pembelajaran, alangkah lebih baik jika penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. <br /> Dalam mengambil keputusan tentang setiap aspek kurikulum haruslah memiliki dasar yang kuat. Filsafat adalah cara berpikir sedalam-dalamnya sampai pada akarnya tentang hakekat sesuatu. Maka dari itu, sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Para pengembang kurikulum harus mempunyai filsafat yang jelas tentang apa yang mereka junjung tinggi.<br /> <br />DAFTAR PUSTAKA<br />Al-Baghdadi, Abdurrahman.(1996). Sistem Pendidikan di Masa Khilafah Islam. Bangil-Jatim: Al-Izzah<br />Al-Bana, Hasan, Terjemah Ghadhban, dkk Frofil Wanita Muslimah, Solo : CV. Pustaka Matiq.<br />Al-Ghalayani, Musthafa, Menggapai Keluhuran Akhlak, Jakarta : Pustaka Amani 1996, Cet ke I.<br />Al-Ghzali, Muhammad, Akhlak Seorang Muslim, Bandung : Al-Ma’arif, 1995, Cet ke1<br />Depag RI, Metodelogi Pendidikan agama Islam, Buku ke 2, Jakarta : 2002. <br />Daradjat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi aksara dan Dirjen Bimbaga Depag RI, 1922, Cet 11.<br />…………, Al-Qur’an dan terjemahnya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Jakarta 1971. <br />Fatimah, Khair Muhammad, Dr. Etika Muslim Sehari-hari, Pustaka Al-Kautsar.<br />Fachrudin, HS, Membentuk Moral Bimbingan Al-Qur’an, Jakarta : Bina Aksara, 1985, Cet ke-1<br />Kneller, F. George. (1971). Introduction to the Philosophy of Education, New York: John Wiley & Sons, Inc<br />Marimba, Akhmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : Al-Ma’arif, 1980<br />Nasution, S. (2006). Asas-asas Kurikulum, Jakarta: PT Bumi Aksara.<br />Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1992<br />Rusn, Ibnu Abiddin, Drs, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI), Yogyakarta, Cet 1, 1998<br />Sadulloh, Uyoh. 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.<br />Sanjaya, Wina, Dr., M.Pd. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana.<br />Sudrajat, Akhmad. (2008). Aliran Filsafat Pendidikan. [online]. Tersedia: http:// akhmadsudrajat.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/2008/05/01 /aliranfilsafatpendidikan/. [20 Oktober 2008]<br />Sudrajat, Akhmad. (2008). Pengertian Filsafat. [online]. Tersedia: http:// akhmadsudrajat.wordpress.com//kumpulan-makalah-2/2008/02/08/pengertian-filsafat/. [20 Oktober 2008]<br />Sudrajat, Akhmad. (2008). Teori Pendidikan dan Kurikulum. [online]. Tersedia: http:// akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/teori-pendidikan-dan-kurikulum/. [20 Oktober 2008]<br />Sukmadinata, Nana Syaodih, Prof. Dr., (2006). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.<br />Syamsuddin Makmun, Abin. (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya.<br />Yusuf, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.<br />Wakhudin dan Trisnahada. Filsafat Naturalisme. (Makalah) Bandung: PPS-UPI Bandung<br />Zuhairimi Dra. DKK, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Bekerja Sama dengan Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag.<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-27614801527597395882010-06-24T03:36:00.000-07:002010-06-24T03:46:02.943-07:00Menulis Karya Ilmiah Sesuai dengan Target Pembaca<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-43425143024768518672010-06-14T10:01:00.000-07:002010-06-14T10:06:54.175-07:00FILSAFAT KELUARGAFILSAFAT KELUARGA<br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br />A. Latar Belakang<br />Pendekatan filosofis terhadap pendidikan adalah suatu pende¬katan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pengetahuan atau teon pendidikan yang dihasilkan dengan pendekatan filosofi disebut filsafat pendidikan. Menurut Henderson (1959), filsafat pendidikan adalah filsafat yang diterapkan/diaplikasikan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan.<br />Cara kerja dan hasil-hasil filsafat dapat dipergunakan untuk membantu memecahkan masalah dalam hidup dan kehidupan, dimana pendidikan merupakan salah satu kebutuhan penting dari kehidupan manusia. Pendidikan membutuhkan filsafat, karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman. <br />Dalam pendidikan akan muncul masalah yang lebih luas, kompleks, dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman indrawi maupun fakta-fakta faktual yang mungkin tidak dapat dijangkau oleh sains pendidikan (science of education). Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup manusia. Nilai dan tujuan hidup memang nerupakan suatu fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan uenggunakan cara-cara yang dilakukan oleh sains, melainkan iiperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam.<br />Tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan pandangan hidup individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan. Pendidikan tidak dapat dipahami sepenuhnya tanpa memahami tujuan akhirnya, sehingga hanya tujuanlah yang dapat ditentukan terlebih dahulu dalam pendidikan. <br />Tujuan pendidikan tersebut perlu dipahami dalam kerangka hubungannya dengan tujuan hidup tersebut, baik yang berkaitan dengan tujuan hidup individu maupun kelompok. Si terdidik maupun pendidik secara pribadi memiliki tujuan dan pandangan hidup sendiri, dan sebagai masyarakat atau warga negara memiliki tujuan hidup bersama.<br />1. Karakteristik pedekatan filosofi<br />Karakteristik pedekatan filosofi, seperti halnya pendekatan sains, dapat dilihat dari objek pengkajian, tujuan pengkajian, dan metode kerja pengkajian. Objek pengkajian pendidikan dengan menggunakan pendekatan filosofi, adalah semua aspek pendidikan tidak terbatas pada salah satu aspek saja. Seluruh aspek pendidikan seperti tujuan pendidikan, isi pendidikan, metode pendidikan, pendidik, anak didik, keluarga, masyarakat merupakan kajian yang komprehensif dari pengkajian filosofi. Pengkajian seperti ini disebut pengkajian sinqpsis, yaitu suatu pengkajian yang bersifat merangkum atau mencakup semua aspek pendidikan.<br />Tujuan akhir suatu pengkajian filosofi dalam pendidikan adalah merumuskan apa dan bagaimana seharusnya tentang pendidikan. <br />Kajian filosofi berusaha merumuskan apa yang dimaksud dengan pendidikan, bagaimana seharusnya tujuan pendidikan, bagaimana seharusnya kurikulum dirumuskan/disusun. <br />Pengkajian seperti itu disebut pengkajian normatif karena berkaitan dengan norma-norma, nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan manusia, sehingga pengkajian tersebut hams sampai pada suatu rumusan, apa yang seharusnya terjadi dalam pendidikan yang berlangsung daiam kehidupan.<br />Metode pengkajian filosofi adalah melalui kajian rasional yang mendalam tentang pendidikan dengan menggunakan semua pengalaman manusia dan kemanusiaannya. Oleh karena itu pengalaman kemanusiaan seseorang dapat diterapkan dalam menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan.<br />2. Analitik Positivistik logis<br />Model analitik positivistik logis dikenal dengan neo positivisme dikembangkan oleh Bertrand Rnssel yang berakar pada dan meneruskan filsafat positivisme dan Comte yang merupakan peletak dasar pendekatan kuantitatif dalam pengembangan ilmu (science), dengan meletakkan matematika sebagai dasar bagi semua cabang ilmu. Di atas matematika secara berurutan m mnjukkan astronomi, fisika, lamia, biologi, dan fisika sosial atau sosiologi. Klasifikasi ala Comte tersebut dewasa ini mendukung sikap pandang yang meyakim bahwa masyarakat mdustn sebagai tolok ukur bagi tercapamya modermsasi hams disiapkan melalm penguasaan basic science yaitu matematika, krmia, fisika, dan biologi dengan penye-diaan dana dan fasilitas dalam skaia pnontas utama.<br />Menurut Kunto Wibisono (1997) Positivisme merupakan suatu model dalam pengcmbdjigcn ilmu pengetahuan (knowledge) yang di dalam langkah kerjanya menempnh jalan melalm observasL eksperimentasi, dan kompaxasi sebagaimana diterapkan dalam ilmu keaiaman, dan model ini dikembangkan dalam pengembangan ilmu komunikasi, dan eksperimentasi dengan derajat optimal dengan maksud agai sejauh mungkin dapat melakukan prediksi dengan derajat ketepatan yang optimal pula <br />Dengan demikian keberhasilan dan kebenaran ilmiah diukur secaia positivistik, dalam arti yang benar dan yang nyata haruslah konknt, eksak, akurat, dan memberi kemanfaatan. Positivisme memiliki pengaruh yang kuat pada metode Ilmiah. Konsep-konsep positivisme menyumbangkan pendekatan baru dalam penemuan kebenaran ilmiah yang melahirkan rovolusi paradigma. Prinsip dan prosedur dalam ilmu alam dan ilmu sosial yang berasal dari asumsi John Stuart Mill (1843), terus hidup sampai sekarang sebagai paradigma metodologis. Mill ndak membedakan metodologi ilmu sosial dan ilmu kealaman.<br />Paradigma Positivisme menunjukkan lima aksioma (Moleong: dalam Hadi Sutarmanto, 1997):<br />1. Aksioma 1 : Hakekat kenyataan (Ontologi)<br />Terdapat kenyataan yang sifatnya tunggal nyata, terbagi dalam vanabel bebas, dan proses yang dapat diteliti secara terpisah dan yang lairmya. Inkurn ini dapat dikonvergen-sikan sehmgga kenyataan pada akhirnya dapat diramalkan<br />2. Aksioma 2: Hubungan antar pencan tahu dan yang tahu <br />Pencari tahu dan obyek inkuiri adalah bebas, pencari tahu yang kemudian membentuk dualisme yang pilah<br />3. Aksioma 3: Kemungkinan Menggeneralisasi<br />Tujuan penelitian adalah mengembangkan tubuh pengeta¬huan (body of knowledge) yang nomotetik dalam bentuk generalisasi, yaitu pemyataan benar yang bebas dan waktu dan konteks<br />4. Aksioma 4: Kemungkinan hubungan kausalitas<br />Sesuatu tindakan dapat diterangkan sebagai hasil atau alamat dari suatu sebab sesunguhnya yang mendahului akibat tersebut secara sementara<br />5. Aksioma 5: Peranan nilai dalam inkurn (aksiologi)<br />Penelitian adaiah bebas nilai dan dapat dijamrn demikian oleh kebaikan pelaksanaan metoda obyektif.<br />Aksioma di atas menunjukkan bahwa paradigma positivistik bersiial atomistik, dapat mencapai generalisasi yang dignnakan untuk meramalkan/ memprediksi, dan juga sifatnya deterministik yaitu untuk menuju kepada kebenaran dengan menguji hipotesis.<br />Positivisme kurang berhasil menggarap formulasi empins dan konseptual dan berbagai bidang ilmu (terutama ilmu sosial dan humaniora). Positivisme bermuara paling sedikit pada lima asumsi yang sulit untuk dipertahankan<br />Asumsi ontologis tentang terjadinya realitas tunggal yang dapat dipecah-pecah dan dapat diselidiki secara terpisah Asumsi epistemologis tentang kemungkinan terpi-sahnya pengamat dan yang diamati<br />Asumsi tentang keterpisahan observasi secara tem¬poral dan kohtekstuaL sehingga yang benar pada suatu waktu dan tempat, benar juga pada waktu dan tempat yang lain<br />Asumsi hubungan kausal yang linier, yang satu mempakan sebab dan yang lain merupakan akibat<br />Asumsi aksiologis tentang bebas nilai, yakni metodologi menjamin bahwa hasil-hasil suatu penelitian secara esensial bebas dari pengaruh system nilai.<br />Model apapun dalam pendekatan filosofis semuanya penting. Kebanyakan ahli pikir sepakat bahwa semua model di atas bermanfaat dalam mengkaji segala sesuatu. Spekulatif tanpa analitik hanya merupakan cita-cita yang muluk (utopis), tidak relevan dengan dunia realitas. Sebaliknya analitik tanpa spekulatif akan keciL kerdil, steril tidak akan memiliki makna yang hakiki. Spekulatif dan analitik tanpa presknptif akan kering dan nilai, yang merupakan inti dalam kehi-dupan manusia.<br />B. MISI FILSAFAT<br />Para filosof berusaha memecahkan masalah-masalah yang penting bagi manusia, baik langsung maupun tidak langsung. Melalui pengujian yang kntis, filosof mencoba mengevaluasi inforrnasi-informasi dan kepercayaan-kepercayaan yang kita miliki tentang alam semesta serta kesibukan dunia manusia Filosof mencoba membuat generalisasi, sistematisasi, dan gambaran-gambaran yang konsisten tentang semua hal yang la ketahui dan la pikirkan.<br />Pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan mulai segera setelah anak lahir dan akan berlangsung terus sampai manusia meranggal dunia, sepanjang la mampu menerima pengaruh-pengaruh. Oleh karena ltu, proses pendidikan akan berlangsung dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.<br />1) Pendidikan dalam keluarga<br />2) Keluarga mempakan sekelompok manusia yang terdiri dan :'ayah, ibu) dan anak-anak yang belum kawin {children). Jadi, keluarga sebagai lernbaga pendidikan hanya terdiri dan crane tua (avail, ibu'i yang akan bertindak sebagai pendidik, dan anak-anak yang belum berkeluarga sebagai peserta didik.<br />Tingkah laku anak pada waktu lahir ke dunia belum bersifat manusiawi sesungguhnya. Tingkah laku anak akan bersifat manusiawi hanya dengan melalui mteraksi sosial. Keluarga merupakan suam lernbaga sosiai di mana si anak mengadakan proses sosialisasi vane pertama dalam kehidupaiuiya. Dalam tahun-tahun pertama pada umumnya dalam keluargalah proses humanisasi berlangsung. Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama bagi anak untuk mengadakan interaksi sosial.<br />Dalam hubungannya dengan pendidikan, keluarga merupakan lernbaga pendidikan yang pertama dan utama. Pendidikan dalam keluarga berlangsung secara wajar dan informal, serta melalui media permainan. Keluarga merupakan dunia anak yang pertama, yang memberikan sumbangan mental dan fisik terhadap hidupnya. Dalam keluarga lambat-laun anak membentuk konsepsi tentang pribadinya<br />tidak hanya mengidentifikasikan dirinya dengan orang tuanya, melainkan juga mengidenufikasikan dirinya dengan kehidupan masya-rakat dan alam sekitar.<br />Orang tua sebagai pendidik betul-betul merupakan peletak dasar kepnbadian anak. Dasar kepribadian tersebut akan bermanfaat atau berperan terhadap pengalaman-pengalaman selanjutnya yang datang kemudian. Dalam ajaran Islam terdapat suatu pandangan yang mengemukakan bahwa setiap anak yang lahir dalam keadaan "fitrah" Anak membawa potensi untuk berkembang menjadi manusia Vang sejati, orang tualah yang paling bertanggung jawab untuk mengem-bangkan dan mengarahkan serta membimbing anak tersebut.<br />3) Pendidikan di sekolah<br />Usaha pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dan pendidikan dalam keluarga. Sekolah merupakan lembaga tempat di mana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehrngga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Sekolah diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak akan belaiar apa yang ada di dalam kehidupan, atau dengan kata lain, sekolah hams memiliki kehidupan masyarakat sekelilingnya. Sekolah tidak boleh dipisahkan dan kehidupan dan keburuhan masyarakat sesuai dengan perkem-bangan budayanya.<br />Dalam kehidupan modern, seperti sekarang rm, sekolah merupakan suatu keharusan, karena tuntutan-tuntutan yang diperlukan bagi perkembangan anak tidak memungkmkan akan dapat dilayam oleh keluarga (orang tua). Maten yang dibenkan di sekolah ueuiUDungan langsung dengan perkembangan pnbadi anak, bensikan niiai, nonna dan agama, berhubungan laiigsung dengan pengem-bangan sains dan teknologi, serta pengembangan kecakapan-kecakapan tertentu yang langsung dapat drrasakan dalam pengisian tenaga kerja<br />4) Pendidikan di masyarakat<br />Pendidikan di masyarakat adalah pendidikan yang diseleng¬garakan di luar keluarga dan sekolah. Pendidikan di sekolah diper¬lukan karena keluarga sudah tidak mampu memberrkan pengetahuan dan kemampuan-kemampuan kepada anak sesuai dengan tuntutan pada masa modern ini. Namun, kenyataan perkembangan kehidupan manusia lebih cepat dari yang diperkirakan, sehingga sekolah pun<br />sudah tidak mampu lagi dapat memenuhi tuntutan tersebut. Pendidikan di masyarakat merupakan suatu keharusan akan kehadirannya, terutama dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan khusus serta praktis, yang secara langsung bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat.<br />Keburuhan terhadap pendidikan di masyarakat beraneka ragam corak dan bentuknya. Menurut Philip H. Coombs (1973), bentuk pendidikan di masyarakat berlangsung mulai dari penitipan bayi dan penitipan anak sebelum sekolah, program persamaan bagi mereka yang tidak bersekolah atau putus sekolah, pemberantasan buta huruf, kepramukaan, kelompok pemuda tarn, perkumpulan olahraga dan rekreasi, kursus-kursus keterampilan di bidang pertanian dan pertukangan serta yang memenuhi semua keburuhan hidup, dan berlangsung di luar struktur pendidikan sekolah.<br />Dan uraian di atas, jelaslah baliwa manusia selama ludupnya membutuhkan pendidikan. Hal ini terjadi karena perkembangan dan manusia itu sendin. Apabila tidak memperoleh pelayanan, perkem¬bangan tersebut tidak akan mencapai sasaran yang optimal.<br />b. Impikasi pendidikan sepanjang hayat<br />Impilikasi konsep pendidikan sepanjang hayat dapat dilihat dan beberapa aspek, diantranya yang akan penulis kemukakan yaitu yang berkaitan dengan "cara belajar" dan "mode! pendidikan".<br />1) Cora belajar<br />Dalam belajar dibutuhkan standar pendidikan yang lebih fleksibeL lebih drnamis, dan lebih terbuka terhadap durua dan lingkukan sekitamya. Dalam proses pendidikan harus lebih menekankan pembentuk.m individu danpada hanya belajar semata. Guru harus mampu membangkitkan mouvasi dan kemauan yang kuat sena keingmtahuan dalam din siswa. Paio siswa harus belajar bekerja, belajar menemukan dan mencipta, dan mengenal teon serta fakta-fakta. Para siswa harus dipersiapkan untuk belajar sendiri dan berlatih sendiri.<br />Dalam belajar harus dikembangkan tiga prinsip yang mencakup "self- management", "self-evaluation", dan "self-judgement". Para siswa hams mampu membimbing sendiri, menilai kemampuan, kemajuan serta kegagalannya sendiri. Dengan hal-hal tersebut, diharapkan apabila nanti teiah dewasa, la akan mampu membuat pilihan serta keputusan sendin secara rasional.<br />Dengan konsep belajar di atas, guru bukan hanya sekedar pengajar, melainkan harus menjadi pendorong dan fasilitator. Kelas-kelas tradisional yang hanya mengandalkan ceramah, harus sudah ditinggalkan. Kelas harus sudah diganti dengan kelompok-kelompok belajar di mana para siswa dapat bekerja bersama-sama, dan juga bekerja bersama-sama. Siswa tidak lagi dibebani tugas menghapaL melainkan juga harus mampu menggunakan seluruh media rnformasi. dari mulai perpustakaan, radio, televisi, sampai pada pemanfaatan komputer. Mereka harus belajar bersama-sama dengan teman dan gurunya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.<br />2) Model pendidikan<br />Menurut Hummel (1977), ada beberapa bentuk pendidikan yang sesuai dengan konsep pendidikan sepanjang hayat, yaitu : 1) pendidikan sebelum sekolah, 2) pendidikan dasar, 3) pendidikan jabatan, dan 4) pendidikan orang dewasa.<br />a) Pendidikan sebelum sekolah<br />Pendidikan sebelum sekolah menduduki tempat yang penting dalam sistem pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan pada penode sebelum sekolah menentukan di dalam sistem pendidikan sepanjang hayat, dan merupakan tempat yang paling efektif dalam pembentukan kepnbadian anak yang demokratis.<br />Yang dikembangkan dalam penode mi adalah kebebasan psikologis {psychological independence/ dan sosiaksasi ^mak (socializatiaon of the child), yang dibiasakan dengan permainan, pergaulan dengan teman sebayanya, serta kegiatan-kegiatan kelompk.<br />b) Pendidikan dasar<br />Setelah penode pendidikan sebelum sekolah, dilanjutkan dengan pendidikan dasar, yang disebut juga "basic course of study" Fase mi, kalau dibandingkan dengan struktur pendidikan di negara maju, bersesuaian dengan fase kewajiban belajar, yaitu antara usia 6-16 tahun, yang mencakup sekolah dasar dan sekolah menengah.<br />Pada fase mi diberikan pengetahuan yang esensial sebagai dasar dan bekal pendidikan umum (pendidikan moral dan agama, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan artistik, dan pendidikan sosial), penguasaan bahasa tertentu (nasional dan asing), matematika, dasar-dasar metode dan teknik berpikir ilmiah.<br />UNESCO DAN UNICEF (HummeL 1977 : 139) memberikan definisi pendidikan dasar sebagai berikut:<br />Basic education is the minimum provision of knowledge, attitudes, values and experimences which should be made for every individual and which should be common to all. It should be aimed at enabling each individual to develop his or her potentialities, creativity, and critical mind both for her own fulfilment and happiness and for serving as a useful citizen and procedure for the development of the community to which he or she belongs... basic education should enable young people : a) to participate effectivelly through their work in the economic development of their country; b) to contribute as citizens to national unity on the political cultural and social levels through service to their community; to develop their own personally.<br />Jadi, pendidikan dasar merupakan syarat minimum dan pengetahuan, sikap, nilai, dan pengalaman-pengalaman yang harus dimiliki setiap mdividu. Pendidikan dasar harus mampu mendorong individu untuk mengembangkan potensialitasnya, kreativitasnya, pikiran kntLsnya, yang akan bermanfaat bagi dirinya maupun bagi bangsanya.<br />c) Pendidikan Jabatan<br />Pendidikan jabatan diselenggarakan pada tutgkat akhir pendidikan dasar. Pada hngkat tersebui disediakan dua pilihan. Pertama. pilihan yang membavva siswa ke tmgkaT pendidikan yang lebih tinggi. Kedua, pilihan ke arah latihan jabatan (vocational Training), yaitu pendidikan yang memben bekal keterampilan untok mempersiapkan pekerjaan<br />Dalam mengembangkan pendidikan j.iknan ham> dilundan suaru kekhususan yang mendeul, Kerens udak mungkm sekolah mampu meramalkan keburuhan individu di niasa yang akan datang dalam hubungannya dengan pekerjaan. Program pendidikan harus memberikan pengetahuan kecerdasan prakus dan mengembangkan sikap serta pengetahuan yang akan menolong individu mengingatkan kembali pelajaran yang telah dipelajannya.<br />d) Pendidikan orang dewasa<br />Pendidikan orang dewasa merupakan kunci dari sistem pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan orang dewasa harus dikembangkan secara maksimaL dan berisikan program "remedial" dan progTam "penyegaran", seriingga akan dapat rnenolong mereka dalam menyesuaikan diri dengan situasi-situasi pekerjaan yang baru, melibatkan diri dalani kegiatan-kegiatan budava, dan memanfaatkan waktu luang seefesien mungkin.<br />Ciri khas dan pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal istirahat, melainkan berlangsimg secara terus menems secara terpadu, antara pendidikan sebelum sekolah, dengan pendidikan sekolah, dan pendidikan setelah sekolah (termasuk pendidikan orang dewasa). Pendidikan sekolah harus membuka jalan ke arah dunia dewasa dan mempersiapkan anak-anak muda ke kehidupan masa dewasanya.. Dalam hal ini, pendidikan akan merupakan bagian "intrinsik" dari dirinya.<br />6. Pendidikan hanya untuk Manusia<br />Untuk membahas persoalan ini, kita perlu mengajukan perta-nyaan, "Apakah mungkin hewan dapat memperoleh pendidikan?"<br />Dan pertanyaan dasar tersebut dapat dikembangkan sejumlah pertanyaan sebagai berikut:<br />1) Apakah hewan dapat memiliki, memperbaiki, dan'atau mengem-bangkan hati nurani, perasaan, nilai-nilai, atau norma-norma susila?<br />2) Apakah hewan dapat memiliki, memperbaiki, dan'atau mengem-bangkan pengetahuan?<br />3) Apakali hewan dapat memiliki. memperbaiki. dan'atau mengem-banekan keterampilan?<br />4) Dan pengalaman yang pemah dialami manusia, dapat dicatat beberapa peristiwa penlaku hewan yang buas terhadap manusia. oeekor uanmau yang biasa berdemorrtrasi dalam pertunjukkan sirkus, begitu akrab dengan majikannya atau pawangnya, pada satu saat dengan tidak diduga hanmau tersebut menerkam majikannya atau pawangnya yang setiap saat bercanda, membelainya dengan rasa kasih sayang. Seekor gajah di kebun bmatang diben makan setiap saat oleh pengasuhnya, ia jinak dan begitu akrab bercanda dengan pengasuhnya, tetapi secara tiba-tiba pada suatu saat gajah tersebut membelit penga¬suhnya dengan belalainya, kemudian ia membanting-bantingkannya ke lantai beton, sehingga tidak berkutik.<br />5) Kedua contoh tersebut di atas betul-betul pemah terjadi. Jelaslah bahwa perilaku harimau dan gajah tersebut hanya didasarkan atas insting atau nalurinya. Hanmau dan gajah tersebut ,tidak dapat membedakan mana perbuatan baik dan tidak baik, mana perbuatan bermoral dan mana perbuatan tidak bermoral. Mereka tidak memiliki hati nurani, tidak mampu memiliki nilai-nilai, tidak memiliki perasaan. Mereka memang tidak akan dapat memiliki perasaan, bagaimanapun manusia berusaha menyampaikannya pada hewan-hewan tersebut.<br />Beberapa ekor binatang mungkin dapat kita latih untuk mengenal tanda-tanda (signal-signal) tertentu, misainya kita melihat simpanse, dengan bunyi peluit panjang harus melompat tinggi, dengan bunyi peluit pendek satu kali harus jongkok, apabila dinyalakan lampu hijau harus berlari, dan sebagainya. Gerakan-gerakan yang dilakukan simpanse tersebut terjadi karena dilatih secara terus-men?rus. Gerakan-gerakan tersebut hanyalah gerakan yang terjadi secara mekanis, secara otomatis saja. Kita sukar untuk berpendapat bahwa gerakan yang dilakukan simpanse tersebut merupakan hasil proses berpikrr. Hasil berpikir secara intelektual mehbatkan simbol-srmbol. Oleh karena itu, bagi beberapa jenis hewan dapat kita latih untuk mengenal signal-signal (tanda-tanda) melalui latihan secara terus-menerus, tetapi hewan tidak akan mampu. memahami srmbol-simboL seperti bahasa. <br />Mungkin hewan dapat mengerti sejumlah kata-kata, tetapi hal itu hanyalah merupakan signal belaka, tidak sampai pada bahasa sebagai simbol.<br />Manusia dengan hewan memiliki beberapa persamaan dalam struktur fisik dan penlakunya. Secara fisik, manusia dengan hewan, khususnya hewan menyusui dan bertulang belakang, memiliki perlengkapan tubuh secara prinsipil tidak ada perbedaan. Penlaku hewan seluruhnya didasarkan atas insting (insting lapar, insting seks, insting mempertahankan din, dan sebagainya) Begitu pula pada prrnsipnya manusia memiliki penlaku yang didasarkan atas mstrng. Insting pada hewan berlaku selama hidupnya, sedangkan pada manusia peranan msting akan diganti oleh kemampuan akal budrnya yang sama sekab adak duuiiiki oleh hewan. Manusia dan hewan sama-sama memiliki kesadaran indera, di mana manusia dan hewan dapat mengamati lingkungan karena dilengkapi oleh alat indera.<br />Pendidikan hanya akan menyentuh penlaku manusiawi yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:<br />1) Manusia memiliki kemauan untuk menguasai hawa nafsunya;<br />2) Manusia memiliki kesadaran intelektual dan seni. Manusia dapat mengembangkan pengetahuan dan teknologL, sehingga menjadikan ia sebagai makhluk berbudaya;<br />3) Manusia memiliki kesadaran diii. Manusia dapat menyadan sifat-sifat yang ada pada dinnya. Manusia dapat mengadakan instrospeksi,<br />4) Manusia adalah makhluk sosial. la membutuhkan orang lain untuk hidup bersama-sama, berorganisasi, dan bemegara;<br />5) Manusia memiliki bahasa simbolis, baik secara tertulis maupun secara lisan;<br />6) Manusia dapat menyadan nilai-nilai (etika maupun estetika). Manusia dapat berbuat sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Manusia memiliki kata hati atau hati nuram ;<br />7) Manusia dapat berkomumkasi dengan Tuhan Yang Mahakuasa, sebagai pencipta alam semesta. Manusia dapat menghayati kehidupan beragama, yang merupakan nilai yang paling tmggi dalam kehidupan manusia<br />Ciri-ciri tersebut di atas sama sekali tidak dinuliki oleh hewan Dengan cin-cin ltulah manusia dapat dididik dan dapat memperbaiki penlakunya dalam suatu bentuk pnbadi yang utuh.<br />Dan uraian di atas jelaslah, bahwa hewan tidak dapat dididik dan tidak memungkinkan untuk menenma pendidikan, sehingga tidak mungkin dapat dilibatkan dalam proses pendidikan. Hanya manusialah yang dapat dididik dan memungkinkan dapat menenma pendidikan. karena manusia dilengkapi dengan akal budi<br />Selanjutnya muncul pertanyaan yang perlu memperoleh jawaban secara tuntas. Mengapa manusia periu dididiK ? Ada beberapa asumsi vans memungkinkan manusia hams dididik dan memperoleh<br />Manusia dilahirkan dalam keadaan ridak berdava. Manusia begitu lahir ke dunia, perlu mendapatkan uluxan orana lain untuk dapat melangsungkan hidup dan kehiduparmya;<br />Manusia lahir udak langsung dewasa. Untuk sampai pada kedewasan yang merupakan tujuan pendidikan dalam arti khusus, memerlukan waktu lama. Pada manusia pnmitif mungkui proses pencapaian kedewasaan tersebut akan lebih pendek dibandingkan dengan manusia modern dewasa ini. Pada manusia primitif cukup dengan meNcapai kedewasaan secara konvensionaL di mana apabila seseorang sudah memiliki keterampilan untuk hidup, khususnya untuk hidup berkeluarga, seperti dapat berburu, dapat bercocok tanam, mengenal nilai-nilai atau norma-norma hidup bermasyarakat, sudah dapat dikatakan dewasa. Dilihat dan segi usia, misalnya usia 12-15 tahun, pada masyarakat pnmitif audah dapat melangsungkan hidup berkeluarga. Pada masyarakat modern tuntutan kedewasaan lebih kompleks, sesuai dengan makm kompleksnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga makin kompleksnya sistem nilai.<br />Untuk mengarungi kehidupan yang dewasa, manusia perlu dipersiapkan, lebih-lebih pada masyarakat modern. Bekal tersebut dapat diperoleh dengan pendidikan, di mana orang tua atau generasi tua akan mewariskan pengetahuan, nilai-nilai, serta keterampilannya kepada anak-anaknya atau pada generasi berikutnya; <br />Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial. la tidak akan menjadi manusia seandainya tidak hidup bersama dengan manusia larnnya (ingat cerita manusia sengala!). Lain halnya dengan hewan, di mana pun hewan dibesarkan, tetap akan memiliki perilaku hewan. Seekor kucing yang dibesarkan dalam lmgkungan anjing akan tetap berperilaku kucing, tidak akan berperilaku aniing, karena setiap jenis hewan sudah dilengkapi dengan rnsting tertenru yang pasti dan seragam, yang berbeda antara jenis hewan yang satu dengan jenis hewan lainnya.<br />Manusia merupakan makhluk yang dapat dididik, memung¬kinkan untuk memperoleh pendidikan. Manusia merupakan makhluk yang hams dididik, karena manusia lahir dalam keadaan tidak berdava, lahir tidak langsung dewasa. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya.<br />C. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN<br />Filsafat pendidikan menururt Al-Syaibany (1979:30) adalah :<br />Pelaksanaan pandangan fahqfah dan kaidah falsalah dalam bidangpendidikan. Filsafat itu mencerminkan satu segi dan-segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis".<br />Filsafat pendidikan bersandarkan pada filsafat formal atau filsafat umum. Dalam arti bahwa masalah-masalah pendidikan merupakan karakter filsafat. Masalah-masalah pendidikan akan berkaitan dengan masalah-masalah filsafat umum, seperti:<br />Hakikat kehidupan yang baik, karena pendidikan akan berusaha untuk mencapainya, Hakikat manusia, karena manusia mempakan makliluk yang menerima pendidikan; Hakikat masyarakat, karena pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses sosial; Hakikat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk mencapainya.<br />Selanjutnya Al-Syaibany (1979) berpandangan bahwa filsafat pendidikan, seperti halnya filsafat umum, berusaha mencari yang hak dan hakikat serta masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha untuk mendalami konsep-konsep pendidikan dan memahami sebab-sebab yang hakiki dari masalah pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha juga membahas tentang segala yang mungkin mengaralikan proses pendidikan.<br />Pada bagian lain Al-Syaibany (1979) mengemukakan bahwa terdapat beberapa tugas yang diharapkan dilakukan oleh seorang filsof pendidikan, diantaranya:<br />1) Merancang dengan bijak dan arif untuk menjadikan proses dan usaha-usaha pendidikan pada suatu bangsa;<br />2) Menyiapkan generasi muda dan warga negara umumnya agar beriman kepada Tulian dengan segala aspeknya,<br />3) Menunjukkan peranannva- dalam mengubah masyaiakat, dan mengubah cara-cara hidup mereka ke arah yang lebih baik;<br />Mendidik akhlak, perasaan seni dan keindahan pada masyarakat, dan menumbuhkan pada diri mereka sikap menghormati kebenaran, dar cara-cara menesnai kfbpnarar tprepbnt Piie^f pendidikan harm memiliki pikiran yang benar, jelas, dan menyeluruh tentang wujud dan segala aspek yang berkaitan dengan ketuhanan, kemanusiaan, pengetahuan kealaman, dan pengetahuan sosial. Filsof pendidikan harus pula mampu mema¬hami nilai-nilai kemanusiaan yang terpancar pada nilai-nilai kebaikan, keindahan, dan kebenaran.<br />Menurut Kneller (1971), filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam lapangan pendidikan. Seperti halnya filsafat, filsafat pendidikan dapat dikatakan spekulatif, preskriptif, dan analitik. <br />Filsafat pendidikan dikatakan spekulatif karena berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, hakikat masyarakat, hakikat boleh buta terhadap filsafat dan filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakaii pendidikan. Pendidikan tidak dapat dirnengerti sepenuhnya tanpa mengetahui tujuan akhirnya. Tujuan akhir pendidikan perlu dipahami dalam kerangka hubungannya dengan tujuan hidup tersebut, baik tujuan individu maupun tujuan kelompok. Gum sebagai pribadi, memiliki tujuan dan pandangan hidupnya. Guru sebagai warga masyarakat atau warga negara memiliki tujuan hidup bersama.<br />Hubungan filsafat dengan pendidikan dapat kita ketahui, bahwa filsafat akan menelaah suatu realitas dengan lebih luas, sesuai dengan ciri berpilar filsafat, yaitu radikaL sistematis, dan universal. Konsep tentang duma dan pandangan tentang tujuan hidup tersebut akan menjadi landasan dalam menyusun tujuan pendidikan.<br />Bmbacher (1950), seorang gum besar dalam filsafat pendi¬dikan, mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan pendi¬dikan dalam hal ini filsafat pendidikan: bahwa filsafat tidak hanya melahrrkan sains atau pengetahuan bam, melarnkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Bahkan John Dewey berpandangan bahwa filsafat mempakan teori umum bagi pendidikan.<br />Filsafat pendidikan hams dapat menjawab empat pertanyaan pendidikan secara menyelumh. yaitu<br />1) Apakah pendidikan itu ?<br />2) Mengapa manusia hams melaksanakan pendidikan ?<br />3) Apakah yang sehamsnya dicapai oleh pendidikan'?<br />4) Dengan cara bagaimana cita-cita pendidikan yang tersurat maupun yang tersirat dapat dicapai?<br />Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut di dtas akan sangat tergantung atau akan ditcntukan oleh pandangan hidup dan tujuan hidup manusia, baik secara individu maupun secara bersama (masyarakat). Filsafat pendidikan tidak terbatas pada fakta-fakta faktual, yang hanya dibatasi oleh pengalaman rnderawi, tetapi filsafat pendidikan hams sampai pada penyelesaian secara tuntas tentang baik dan buruk, tentang persyaratan kahidupan yang sempurna, tentang bentuk kehidupan individual maupun kehidupan sosial yang baik dan sempurna.<br />PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN<br />Filsafat pendidikan hams mampu membenkan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan mereka secara anf dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan negaranya. Pemahaman akan filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dan perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyele-saikan masalah-masalah pendidikan.<br />Dalam mengkaji peranan filsafat pendidikan, dapat ditinjau dan tiga lapangan filsafat, yaitu metafisika, epistemologi, dan aksiologi.<br />1. Metafisika dan Pendidikan<br />Metafisika mempakan bagian dari filsafat spekulatif. Yang menjadi pusat persoalannya adalah hakikat realitas akhir. Metafisika mencoba mencan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan benkut:<br />a) Apakah alam semesta memilild bentuk rasional ? Apakah alam semesta memiliki makna ?<br />b) Apakah yang dinamakan jiwa itu mempakan kenyataan dalam dinnya atau hanyalah suatu bentuk materi dalam gerak?<br />c) Apakah semua penlaku orgarusme, tennasuk manusia telah ditentukan ideterministik), atau memiliki kebebasan (indetermi-nislik)?<br />d) Siapakah manusia0 Dan mana asarnya0 Apa yang diharapkan dalam hidup ini? Apa yang akan dituju manusia? alam semesta ini tenadi densan sendirinya atau ada vans menciptakan ?<br />Dengan lahimya sains, banyak orang heranggapan bahwa metafisika mempakan barang kuno, Menumt mereka. penemuan ilmiah betul-betul dapat dipercaya karena dapat diukui, sebaUknya pemilaran metafisika tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan tidak memiliki aplikasi praktis. <br />Tetapi dewasa ini kita kenal bahwa metafisika dan sains mempakan dua kegiatan yang berbeda, memiliki nilai dan manfaat dalam lapangannya masrng-masrng Keduanya berusaha menyusun pertanyaan-pertanyaan umum. Tetapi, metafisika berkaitan dengan konsep-konsep yang kejadiannya tidak dapat diukur secara empiris, seperti pernyataan ."Allah adalah pencipta alam semesta", Tujuan akhir manusia adalah hidup bahagia dunia dan akhirat', dan sebagainya <br />Dalam hal ini tidak berarti bahwa metafisika<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-5905617011207460992010-06-14T09:52:00.000-07:002010-06-14T09:58:54.497-07:00FILSAFAT PENDIDIKAN POSITIVISME AKAN MEMBANTU GURU SEBAGAI PENDIDIK UNTUK PENDALAMAN PIKIRAN BAGI PENYUSUNAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARANFILSAFAT PENDIDIKAN POSITIVISME AKAN MEMBANTU GURU SEBAGAI PENDIDIK UNTUK PENDALAMAN PIKIRAN BAGI PENYUSUNAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN <br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br />A. Latar Belakang Masalah<br />Diakui atau tidak, kualitas kepribadian anak didik kita belakangan ini kian memprihatinkan. Maraknya tawuran antar remaja di berbagai kota ditambah dengan sejumlah perilaku mereka yang cenderung anarkis, meningkatnya penyalahgunaan narkoba, dan suburnya pergaulan bebas di kalangan mereka adalah bukti bahwa pendidikan kita telah gagal membentukakhlak anak didik.<br />Pendidikan kita selama ini memang telah melahirkan alumnus yang menguasai sains-teknologi melalui pendidikan formal yang diikutinya. Akan tetapi, pendidikan yang ada tidak berhasil menanamkan nilai-nilai kebajikan. Kita lihat berapa banyak lulusan pendidikan memiliki kepribadian yang justru merusak diri mereka.<br />Tampak dunia pendidikan di Indonesia masih dipenuhi kemunafikan karena yang dikejar hanya gelar dan angka. Bukan hal mendasar yang membawa peserta didik pada kesadaran penuh untuk mencari ilmu pengetahuan dalam menjalani realitas kehidupan. Pendidikan semacam itu tidak terjadi di negeri ini sebab orientasinya semata-mata sebagai sarana mencari kerja.<br />Kenyataannya yang dianggap sukses dalam pendidikan adalah mereka yang dengan sertifikat kelulusannya berhasil menduduki posisi pekerjaan yang menjanjikan gaji tinggi. sementara nilai-nilai akhlak dan budi pekerti menjadi `barang langka’ bagi dunia pendidikan.<br />Pendidikan kita juga masih menghasilkan lulusan berakhlak buruk seperti suka menang sendiri, pecandu narkoba dan hobi tawuran, senang curang dan tidak punya kepekaan sosial, atau gila harta dan serakah.<br />Kegagalan pendidikan bukan hanya diukur dari standar pemenuhan lapangan kerja. Masalah yang lebih besar adalah pendidikan kita belum bisa menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia. Ahmad Tafsir menegaskan, bangsa-bangsa yang dimusnahkan Tuhan bukan karena tidak menguasai iptek atau kurang pandai, namun karena buruknya akhlak.<br />Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q. S. Adzariyaat ayat 34:<br /> <br />Yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk membinasakan orang-orang yang melampaui batas".<br />Karena itu, mengutip kata-kata bijak para filosof, pendidikan sejatinya ditujukan untuk membantu memanusiakan manusia. Pendidikan tersebut harus mencakup unsur jasmani, rohani dan kalbu. Implementasi ketiga unsur itu dalam format pendidikan niscaya menghasilkan lulusan dengan nilai kemanusiaan yang tinggi.<br />Hanya saja, kita melihat pendidikan di Indonesia sangat jauh dari yang diharapkan bahkan jauh tertinggal dengan Negara-negara berkembang lainnya. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari rendahnya kualitas SDM yang dihasilkan. Pendek kata, pendidikan kita belum mampu mengantarkan anak didik pada kesadaran akan dirinya sebagai manusia. Padahal, manusia adalah pelaku utama dalam proses pendidikan. <br />Pentingnya Suatu Penentuan Filsafat dalam Pendidikan :Dr. Omar Muhammad al-Taumy al-Syaibani mengemukakan pentingnya penentuan suatu falsafat bagi pendidikan sebagai berikut :<br />Filsafat pendidikan itu dapat menolong perancang-perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakan pendidikan dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran yang sehat terhadap proses pendidikan. Di samping itu dapat menolong terhadap tujuan-tujuan dan fungsi-fungsinya serta meningkatkan mutu penyelesaian masalah pendidikan;<br />Filsafat pendidikan dapat membentuk azas yang khas menyangkut kurikulum, metode, alat-alat pengajaran, dan lain-lain.<br />Filsafat pendidikan menjadi azas terbaik untuk mengadakan penilaian pendidikan dalam arti menyeluruh. Penilaian pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah dan institusi-institusi pendidikan.<br />Filsafat pendidikan dapat menjadi sandaran intelektual bagi para pendidik untuk membela tindakan-tindakan mereka dalam bidang pendidikan. Dalam hal ini juga sekaligus untuk membimbing pikiran mereka di tengah kancah pertarungan filsafat umum yang mengusasi dunia pendidikan;<br />Filsafat pendidikan positivisme akan membantu guru sebagai pendidik untuk pendalaman pikiran bagi penyusunan kurikulum dan pembelajaran serta pendidikan siswanya di sekolah dan mengaitkannya dengan factor-faktor spiritual, social, ekonomi, budaya dan lain-lain, dalam berbagai bidang kehidupan untuk menciptakan insane yang sempurna baik lahir maupun batinnya, hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk menyusun makalah ini.<br />1.1 Rumusan dan Pembatasan Masalah<br />Pembahasan dalam makalah ini dibatasi berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut.<br />a) Apa yang dimaksud dengan organisasi kurikulum?<br />b) Bagaimana organisasi kurikulum pada pendidikan dasar?<br /><br />1.2 Tujuan Penulisan<br />Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut.<br />a) Memperoleh informasi tentang organisasi kurikulum yang berkembang dalam dunia pendidikan khususnya yang digunakan di Indonesia.<br />b) Memperoleh informasi dan pengetahuan tentang organisasi kurikulum di tingkat pendidikan dasar di Indonesia.<br /><br />1.3 Metode Penulisan<br />Makalah ini disusun dengan metode studi pustaka, yaitu mencari informasi dan data dari beberapa buku atau sumber tertulis lain yang relevan kemudian dilakukan proses sintesis untuk mendapatkan kepaduan teori yang bisa menjadi landasan kuat dalam membahas permasalahan.<br /><br />1.4 Sistematika Penulisan<br />Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini adalah:<br />Bab I Pendahuluan<br />1.1 Latar Belakang Masalah<br />1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah<br />1.3 Tujuan Penulisan<br />1.4 Metode Penulisan<br />1.5 Sistematika Penulisan<br />Bab II Organisasi Kurikulum Pendidikan Dasar<br />2.1 Organisasi Kurikulum<br />2.2 Bentuk Organisasi Kurikulum<br />2.2.1 Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran<br />2.2.2 Kurikulum Terpadu<br />2.3 Organisasi Kurikulum Pendidikan Dasar<br />Bab III Kesimpulan<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN<br />A. Pengertian Filsafat.<br />Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf". <br />Dari pengertian ini saja, orang dapat memahami bahwa tujuan filsafat, pada mulanya adalah mulia. Yakni, memuat orang cinta kebijaksanaan, dan seterusnya menjadi bijaksana. Filsafat merupakan hasil pemikiran yang didasarkan pada rasio (akal), dan karena rasio (akal) adalah anugerah Allah, maka capaiannya kadang-kadang bisa benar. Tetapi, karena ia bukan wahyu, maka akal pun bisa keliru.<br />Dengan demikian, capaian filsafat ada yang baik, dan ada pula yang buruk. Yang baik, misalnya, ketika Thales mengatakan bahwa segala sesuatu ini berasal dari air, jauh mendahului Alquran. <br /> • • <br />Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?<br />Thales mengatakannya sekira abad ke-6 SM, sedangkan Alquran mengemukakannya pada abad ke-6 SM. Herakleitos mengatakan bahwa, segala sesuatu yang ada di alam semesta ini berubah dan terus mengalir bagaikan sungai (panta rei), dan Alquran mengatakan bahwa alam semesta ini fana.(Q.S. Ar-Rahman :26-27)<br /> <br />Semua yang ada di bumi itu akan binasa.<br />Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.<br />Fana adalah lawan dari baqa, dan jika baqa berarti kekal (tidak berubah, abadi), maka fana berarti tidak kekal, alias rusak. Lalu, ketika Plato menegaskan adanya alam idea, maka pandangannya ini dapat mendukung teori tentang wahyu.<br />Di dalam contoh-contoh di atas kita menemukan bahwa, pada kali-kali tertentu apa yang dicapai filsafat dibenarkan oleh wahyu (agama), dan ada kesesuaian antara keduanya. Tetapi, pada kali lain, banyak pula ajaran-ajaran filsafat yang bertentangan dengan wahyu (agama). Dengan demikian, sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu lain, produk filsafat tidak semuanya baik, tetapi ada yang buruk. Sisi buruknya bisa sangat berbahaya. Sebab filsafat berbicara tentang berbagai persoalan penting, antara lain tentang manusia, agama, dan Tuhan. Liberalisame, ateisme, Marxisme, komunisme, adalah sekadar beberapa contoh produk filsafat yang bertentangan dengan ajaran Islam. Dengan demikian, beberapa pemikiran filsafat memang dapat membahayakan akidah, khususnya akidah orang awam. Karena itu mereka harus dilindungi. <br />B. Filsafat Ilmu<br />A. Latar Belakang munculnya filsafat Pendidikan :<br />1. Ajaran filsafat yang komprehensif telah menempati status yang tinggi dalam kehidupan kebudayaan manusia, yakni sebagai ideology suatu bangsa dan negara.<br />2. Tujuan berfilsafat adalah membina manusia mempunyai akhlaq yang tertinggi;<br />3. Eksistensi suatu bangsa adalah eksistensi ideology dan filsafat hidupnya, maka demi mewariskan eksistensi tersebut jalan yang efektif adalah melalui PENDIDIKAN.<br />4. Tidak berbeda dengan fungsi Filsafat pendidikan adalah suatu bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian utama;<br />5. Pendidikan secara fundamental didasarkan atas asas-asas filosofis dan ilmiah untuk menjamin tujuan pendidikan yaitu: meningkatkan perkembangan social budaya bahkan martabat bangsa, kewibawaan, dan kejayaan negara.<br />B. Ruang Lingkup Pemikiran Filsafat<br />Dalam memahami dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan pendidikan perlu dipahami pola dan system pemikiran kefilsafatan pada umumnya. Pola dan system pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah :<br />1. Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti dalam berpikirnya logis dan rasional tentang hakikat masalah yang dihadapi;<br />2. Tinjauan permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut persoalan-persoalan mendasar samapai keakar-akarnya.<br />3. Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal artinya persoalan-persoalan yang dipikirkannya bersifat menyeluruh;<br />4. Meskipun pemikiran-pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, namun didasari oleh nilai-nilai yang obyektif.<br />Pola dan system berpikir filosofis demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut:<br />1. Cosmologi yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang, dan waktu. Serta kenyataan manusia sebagai ciptaan manusia;<br />2. Ontologi: yaitu tentang pemikiran asal usul kejadian alam semesta, darimana dan ke arah mana proses kejadiannya.<br />3. Philosophy of main: yaitu pemikiran filosofis tentang “jiwa” dan bagaimana hubungannya dengan jasmani serta bagaimana dengan kebebasan kehendak dari manusia (free will);<br />4. Efistimologi : yaitu suatu pemikiran yang menyatakan apa dan bagaimana sumber pengetahuan diperoleh; apakah dari akal pikiran (rationalisme) atau dari pendalaman panca indra (empirisme) atau dari ide-ide (aliran Idealisme) atau aliran dari Tuhan (Theologisme);<br />5. Axiologi : yaitu pemikiran tentang nilai-nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya, nilai moral, nilai agama, nilai keindahan (estetika).<br />1.1. Definisi Sains<br />Definisi sains dapat berbeda-beda. Berikut ini disajikan beberapa definisi sains yang telah ditulis oleh beberapa pengarang buku.<br />• Pengetahuan yang sistimatis yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan, penelaahan dan percobaan yang dilakukan untuk mengetahui prinsip-prinsip alam (Webster’s New World College Dictionary hal. 1202).<br />• Paul Freedman (1950) dalam bukunya The Principles of Scientific Research adalah: “Suatu bentuk aktivitas manusia untuk memperoleh suatu pembahasan dan pemahaman tentang alam yang cermat dan lengkap, pada waktu yang lalu, masa kini dan masa yang akan datag serta untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri terhadap lingkunganya serta untuk mengubah sifat-sifat lingkungan agar ia dapat beradaptasi terhadap lingkungan tersebut sesuai dengan keinginannya” (Liang Gie, 1984).<br />• Blis (1929) dalam bukunya The Organisation of Knowledge menyatakan ilmu adalah: “Kumpulan pengetahuan yang disusun secara teratur dan dapat dibuktikan kebenarannya secara metodik dan rasional yang dihasilkan dari data-data eksperimental dan empirik, konsep-konsep sederhana, dan kaitan-kaitan perseptual menjadi kaidah yang dapat digeneralisas, teori, kaidah, asas dan penjelasan menjadi konsepsi-konsepsi yang lebih luas cakupannya dan sistem-sistem konseptual” (Liang Gie, 1984).<br />• Laubenfels (1949) dalam bukunya Life Science menyatakan Ilmu didefinisikan: “Suatu pengetahuan tentang asas-asas atau fakta-fakta dalam<br />pencarian kebenaran yang telah diklasifikasikan secara teratur (Liang Gie, 1984).<br />• Sporn (1970) dalam bukunya Technology, Engineering, and Economics<br />menyatakan Ilmu dapat dikatakan merupakan suatu kumpulan pengetahuan<br />yang dapat dibuktikan secara eksperimental, sistematik mengenai<br />hubungan-hubungan antara fenomena kompleks dunia fisik (Liang Gie,<br />1984).<br />1.2. Manfaat dan Lawas Sains<br />Ilmu pengetahuan manusia sangat berkembang setelah manusia mulai mempu-nyai kemampuan untuk mambaca dan menulis serta membukukan pengetahuan yang ditemukannya. Menurut Liang Gie (1984), dengan berkembangnya sains, manusia terus mencari dan mengetahui sains sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya, karena sains bermanfaat untuk:<br />• Mengungkap suatu kebenaran (truth),<br />• Menambah pengetahuan (knowledge) agar lebih terampil dalam mengarungi bahtera hidup,<br />• Meningkatkan pemahaman (understanding, comprehension, insight) terhadap sesuatu gejala alam,<br />• Menjelaskan (explanation) proses sebab akibat dari suatu kejadian,<br />• Memprakirakan (prediction) sesuatu kejadian yang bakal terjadi,<br />• Mengendalikan (control) alam agar sesuai dengan yang diharapkan,<br />• Menerapkan (appplication) suatu kaidah alam,<br />• Menghasilkan (production) sesuatu yang berguna untuk kehidupan umat manusia masa kini dan masa yang akan datang.<br />Dengan semakin berkembangnya pengetahuan manusia dari jaman ke jaman, maka lawas kajian sains menjadi demikian luas. Walaupun demikian, ternyata ilmu memiliki dikotomi, sehingga dapat dibedakan menjadi: ilmu abstrak (abstract science) versus ilmu nyata (concrete science), ilmu a priori (a priori science) versus ilmu empiris (empirical science), ilmu dasar (basic science) versus ilmu terapan<br /> (applied science), ilmu deskriptif (descriptive science) versus ilmu normatif (normative science), ilmu empiris (empirical science) versus ilmu nonempiris (nonempirical science), ilmu eksakta (exact science) versus ilmu noneksakta (unexact science), ilmu formal (formal science) versus ilmu faktual (factual science), ilmu nomotetik (nomothetic science) versus ilmu idiografik (idiographic science).<br />Filsafat adalah Energi dan Ilmu itu Cahaya<br />Filsafat adalah pemikiran, sedangkan ilmu adalah ‘kebenaran’. Gampangnya, filsafat ilmu adalah pemikiran tentang kebenaran. Apakah benar itu benar? Kalau itu benar maka berapa kadar kebenarannya.? Apakah ukuran-ukuran kebenaran itu? Di mana otoritas kebenaran itu? Dan apakah kebenaran itu abadi?<br />Tujuan filsafat dan ilmu yakni sama-sama mencari kebenaran. Hanya saja filsafat tidak berhenti pada satu garis kebenaran, tetapi ingin terus mencari kebenaran kedua, ketiga dan seterusnya sampai habis energinya. Sedangkan ilmu kadang sudah merasa cukup puas dengan satu kebenaran dan bila ilmu itu disuntik dengan filsafat alias pemikiran maka ia kan bergerak maju untuk mencari kebenaran yang lain lagi.<br />Filsafat itu ibarat energi dan ilmu itu umpama mesin listrik. Jika energi dipasok ke turbin mesin, maka mesin akan bekerja menghasilkan setrum yang dipakai untuk menyalakan lampu yang memancarkan cahaya.<br />filsafat dan kebenaran ilmu masih tetap saja bersifat relatif sebagai proses yang tidak pernah selesai. Maksudnya, bahwa kebenaran yang didapatkan oleh filsafat dan ilmu tak pernah selesai dan terus berproses dan menjadi, yang dalam hukum dialektika (Thesis, Antithesis, Sinthesis) dan seterusnya sebagai tanda bahwa manusia, pemikirannya dan ciptaannya bersifat relatif. Sedangkan kebenaran itu sendiri identik dengan Pencipta kebenaran. Oleh karena itu, yang Maha Benar hanyalah Allah SWT (QS 34: 48)<br />Dalam filsafat illuminasi, "Tuhan kosmos ini adalah Sumber Cahaya, yang dari-Nya wujud diri yang beradiasi memancarkan suatu cahaya yang menyingkap semua wujud, dan ketika tiada lagi dunia privasi, non-wujud, dan kegelapan bersanding dengan dosa. Menurut epistimologi illuminasi, pengetahuan diperoleh ketika tidak ada rintangan antara keduanya. Dan hanya dengan begitu, subyek mengetahui dapat menangkap esensi obyek" (Ziai, 1998: 13)<br />Manusia mengembangkan seperangkat ilmu. Hal ini bersumber pada kenyataan bahwa ia memerlukannya. Karena manusia mau tak mau harus menentukan sendiri bagaimana ia bersikap terhadap prasyarat-prasyarat kehidupannya, dan karena seluruh realitas secara potensial memengaruhinya, ia sedemikian membutuhkan pengetahuan yang setepat-tepatnya dan selengkap-lengkapnya tentang seluruh realitas itu. Ia hanya dapat hidup dengan baik apabila ia menanggapi realitas itu sebagaimana adanya, dan untuk itu ia harus mengetahuinya.[1]<br />Ilmu-ilmu itu meningkatkan kuantitas dan kualitas pengetahuan manusia. Ilmu-ilmu mengorganisasikan pengetahuan manusia secara sistematis agar efektif, dan mengembangkan metode-metode untuk menambah, memperdalam, dan membetulkannya. Demi tujuan itu, ilmu harus membatasi diri pada bidang-bidang tertentu dan mengembangkan metode-metode setepat mungkin untuk bidangnya masing-masing. Namun, [super-]spesialisasi ilmu-ilmu―berkat positivisme―yang mendasari sukses pesat ilmu-ilmu itu, sekaligus merupakan keterbatasannya. Pertanyaan yang lebih umum, yang menyangkut beberapa bidang atau hubungan interdisipliner, pertanyaan mengenai realitas sebagai keseluruhan, mengenai manusia dalam keutuhannya, tidak dapat ditangani oleh ilmu-ilmu itu karena ilmu-ilmu itu tidak memiliki sarana teoretis untuk membahasnya (Magnis-Suseno, 1988). Justru dalam hal ini diperlukan filsafat ilmu, untuk menangani pertanyaan-pertanyaan mahapenting yang di luar kemampuan metodis ilmu-ilmu spesial itu, secara metodis, sistematis, kritis dan berdasar.<br />Di samping itu, filsafat ilmu diperlukan untuk (1) membantu membedakan ilmu dengan saintisme (yang memutlakkan berlakunya ilmu dan tidak menerima cara pengenalan lain selain cara pengenalan yang dijalankan ilmu), (2) memberi jawab atas pertanyaan”makna” dan ”nilai”, dalam hal mana ilmu membatasi diri pada penjelasan mekanisme saja (Bertens, 2005: 23-26), (3) merefleksi, menguji, mengritik asumsi dan metode keilmuan, sebab ada kecenderungan penerapan metode ilmiah tanpa memerhatikan struktur ilmu itu sendiri (Mustansyir & Munir, 2001), serta (4) dari hubungan historisnya dengan ilmu, filsafat menginspirasikan masalah-masalah yang akan dikaji oleh ilmu.<br />Berdasar seluruh uraian di atas, jelas kiranya hubungan filsafat dengan ilmu. Ringkasnya dapat dikatakan bahwa filsafat dengan tiga bidang utamanya―yakni metafisika (khususnya ontologi), epistemologi, dan aksiologi―merupakan landasan hoslistis pengembangan ilmu. <br />August Comte sebagai pelopor positivisme berpandangan bahwa, "The highest form of knowledge is simple description presumably of sensory phenomena". (Runes, 1963 : 234). Comte membatasi pengetahuan pada bidang gejala-gejala saja (fenomena). Pandangan di atas berdasarkan atas hukum evolusi sejarah berpikir manusia. Menurut Comte, terdapat tiga perkembangan berpikir yang dialami manuisa yaitu :1) tingkatan teologis, 2) tingkatan metafisik, dan 3) tingkatan positif. <br />Pada tingkatan teologis,,pola berpiktr manusia dikuasai oleh tahayul dan prasangka. Kepercayaan atas kekuatan gaib di luar manusia sangat mendasari cara berpikir manusia. <br />Pada tingkat kedua, pola berpikir manusia telah menrnggalkan teologis, namun masih berpikir abstrak, masih mempersoalkan hakikat dan segala yang ada, termasuk hakikat yang gaib juga. Pada tingkatan ketiga, yaitu tingkatan berpikir yang mendasarkan pada sains, di mana pandangan dogmatis dan spekulatif metafisik diganti oleh pengetahuan faktual. Pada periode ini manusia membatasi dan mendasarkan pengetahuannya pada yang dapat dilihat, dapat diukur, dan dapat dibuktikan (verifiable).<br />Zaman positif (Harun Hadiwijono, 1980) adalah zaman di mana orang tahu, bahwa tiada gunanya untuk berusaha mencapai pengetahuan yang mutlak, baik pengenalan teologi maupun pengenalan metafisik. la tidak lagi melacak awal dan tujuan akhir dan seluruh alam semesta, atau melacak hakikat yang berada di belakang segala sesuatu. Sekarang orang berusaha menemukan hukum-hukum kesamaan dan aturan yang terdapat pada fakta-fakta yang telah dikenal atau yang disajikan kepadanya, yaitu dengan mengamati semua fakta-fakta yang positif yang menampakkan pada pancaindera dan menggunakan akalnya.<br />Jadi, dikatakan posotivisme, karena mereka beranggapan bahwa yang dapat kita pelajari hanyalah yang berdasarkan fakta-fakta, berdasarkan data-data yang nyata, yaitu yang mereka namakan positif.Apa yang kita ketahui itu hanyalah yang tampak saja. Di luar itu manusia tidak perlu mengetahuinya. Positivisme membatasi studinya hanya pada bidang gejala-gejala.<br />Prosedur sains tidak memberi peluang untuk tidak menguji teori-teori secara langsung dalam pengalaman. Sain harus diyakini baik untuk mencapai generalisasi deskriptif maupun memperoleh penjelasan-penjelasan yang dapat diverifikasi secara langsung. <br />Menurut Randall (1942), penganut positivisme tampaknya bingung dalam menjelaskan hipotesis sebagai fungsi sains, dan hanya menekankan pada pencatatan, klasifikasi, dan deskripsi Pengkajian secara ilmiah harus diterapkan kepada seluruh aspek kehidupan. Dengan kata lain, seluruh aspek kehidupan dapat dikaji secara ilmiah, baik yang menyangkut kemasyarakatan, politik dan moral.<br />Selanjutnya, dapat kita simak pandangan Tohmas Hobbes, sebapai pengikut empirisme materialistis. la berpendapat bahwa pengalaman merupakan awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan dikukuhkan oleh pengalaman. Hanya pengalamanlah yang mernberikan kepastian. Pengetahuan melalui akal hanya memiliki fungsi merekam semata, sebab pengenalan dengan akal mewujudkan suatu proses penjumlahan dan pengurangan (Harun Hadiwijono, 1980).<br /><br />C. Filsafat Positivisme<br />1. Positivisme<br />Aliran ini berpandangan bahwa manusia tidak pemah mengetahui lebih dari fakta-fakta, atau apa yang nampak. Manusia tidak pernah mengetahui sesuatu di balik fakta-fakta.<br />Oleh sebab itu, menurut positivisme, tugas ilmu pengetahuan dan filsafat adalah menyelidiki fakta-fakta, bukan menyelidiki sebab-sebab terdalam realitas. Dengan demikian, positivisme menolak metafisika.<br />Positivisme mempunyai persamaan dan perbedaan dengan empirisme. Persamaan pada keduanya adalah bahwa keduanya mengutamakan pengalaman indra. Akan tetapi positivisme hanya menerima pengalaman obyektif, sedangkan empirisme menerima juga pengalaman batiniah/subyektif.<br />Tokoh-tokoh terpenting positivisme antara lain Auguste Comte (1798-1857), John Stuart Mill (1806-1873), dan Herbert Spencer (1820-1903).<br /><br />(1) Filsafat Positivisme sebagai Landasan Action Research<br />(2) Sebenarnya semua penelitian ilmiah, apakah itu eksperimen, korelasional, studi kasus, evaluasi, histori, biografi, riset tindakan, riset kebijakan dll., merupakan usaha investigatif untuk menemukan kebenaran tentang dunia. Namun ada perbedaan yang mendasar tentang dunia tersebut. Ada dua ujung kubu yang berbeda penafsirannya tentang dunia. Pada satu kubu yang sumbernya dapat ditelusuri pada sekitar 400 tahun SM dengan dipelopori oleh Plato (paham idealis), berpendapat bahwa penginderaan manusia merupakan sesutu yang tidak dapat dipercaya (reliable) untuk dijadikan sumber pengetahuan. Dunia dianggap mengandung gagasan dan<br />(3) nilai-nilai abadi dan obyektif, yang dapat dipahami melalui pemikiran. Penganut paham ini juga berpendapat bahwa manusia dilahirkan dengan ciri-ciri yang sudah ditentukan (predetermined). Aristoteles, seorang murid Plato, mempunyai pendapat yang berbeda mengenai cara memperoleh pengetahuan atau kebenaran. Aristoteles (paham realis) berpendapat bahwa dunia berjalan atas dasar hukum alam yang tetap, yang dapat ditemukan dengan melalui observasi dan pemikiran. Kebenaran diperoleh melalui penggunaan logika formal dan operasi matematikal atau statistik.<br />(4) Pada kubu yang berseberangan terdapat paham empiris, yang antara lain dipelopori oleh Francis Bacon dan John Locke. Penganut paham ini berpendapat bahwa pertimbangan manusia (human judgment) merupakan kunci untuk mentransformasikan data mentah menjadi pengetahuan. Pengetahuan dibangun melalui proses induktif dari pengalaman. Data empirik yang diperoleh melalui penginderaan mengenai dunia, adalah cara yang terpenting untuk memperoleh kebenaran atau pengetahuan. Ke dua kubu pendapat tersebut ditengahi oleh Emanuel Kant dalam buku The Critique of Pure Reason dengan paham rasionalisnya, yang berpendapat bahwa pengetahuan dapat dibangun baik melalui proses induktif dari pengalaman, maupun dengan proses deduktif menggunakan penalaran. Semua pengetahuan yang dibangun melalui pendekatan deduktif dan didasarkan pada logika formal dan matematik, harus dapat diuji dan dibuktikan secara empirik. (Eichelberger, 1989: 2-3)<br />(5) Eichelberger selanjutnya membedakan tiga paradigma filsafat yang melandasi metodologi pengetahuan, yaitu : positivistik, fenomelogik, dan hermeneutik (1989 : 4 – 8). Penganut filsafat positivistik berpendapat bahwa keberadaan sesuatu merupakan besaran yang dapat diukur. Peneliti adalah pengamat yang obyektif atas peristiwa yang terjadi di dunia. Mereka percaya bahwa variabel yang mereka teliti, merupakan suatu yang telah ada di dunia. Hubungan antara variabel yang mereka temukan, telah ada sebelumnya untuk dapatb diungkap. Pengetahuan merupakan pernyataan atas fakta atau keyakinan yang dapat diuji secara empirik. Variabel dan pengetahuan tentang manusia, dapat dinyatakan dalam istilah fisikal seperti halnya dalam pengetahuan eksakta. Misalnya peran Kepala Sekolah dapat dijabarkan<br />(6) meliputi variabel kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan hubungan antar personal.<br />(7) Filsafat fenomenologik pertama kali dikembangkan oleh seorang matematikawan Jerman Edmund Husserl (1850-1938). Menurut Husserl seperti dikutip Creswell (1998: 52) filsafat fenomenologi berupaya untuk memahami makna yang sesungguhnya atas suatu pengalaman dan menekankan pada kesadaran yang disengaja (intentionallity of consciousness) atas pengalaman, karena pengalaman mengandung penampilan keluar dan kesadaran di dalam, yang berbasis pada ingatan, gambaran dan makna. Filsafat fenomenologi menganggap bahwa pengalaman bukanlah merupakan suatu dunia eksternal yang bersifat obyektif. Pengalaman bukan sekedar lama waktu seseorang berinteraksi dengan lingkungannya, melainkan pelajaran yang diperoleh dalam rentangan waktu tertentu. Seorang dosen yang telah memberi kuliah selama 15 tahun dapat berarti mempunyai pengalaman setahun yang diulang 14 kali, jadi bukan berpengalaman 15 tahun. Untuk memahami pengalaman itu digunakan pemikiran, perasaan, tanggapan, dan berbagai ungkapan psikologis atau mental lain. Gejala yang diamati dari suatu pengalaman perlu dibandingkan dengan pengalaman lain agar hal-hal yang esensial dari berbagai pengalaman itu dapat dipahami. Hal-hal yang esensial tersebut selanjutnya perlu digabungkan dengan hasil pengalaman lain, sehingga dapat diidentifiaksi kesamaan yang bersifat hakiki. Keberadaan manusia memang bersifat unik, karena adanya ciri-ciri khas yang melekat pada diri manusia itu sendiri-sendiri. Namun dari berbagai keunikan tersebut dapat disimpulkan adanya kebenaran yang disepakati bersama.<br />(8) Filsafat hermeneutik dikembangkan oleh filosof Jerman Wilhelm Dilthey (Bleicher, 2003: 17; Eichelberger,1998: 7), dalam usaha mencari kebenaran dengan menafsirkan makna atas gejala yang ada. Sejarawan akan menafsirkan legenda, artefak atau berbagai naskah kuno berdasarkan perspektif terkini. Seorang ahli tafsir agama akan berusaha menelaah ayat-ayat dari kitab suci dan memberikan makna berdasarkan kondisi yang berkembang sekarang. Sedangkan seorang ahli hukum akan menafsirkan pasal dan ayat dalam kitab hukum dan jurisprudensi dengan mempertimbangkan azas keadilan dan/atau manfaat. Interpretasi atau penafsiran tersebut berlangsung dalam suatu<br />(9) konteks tradisi. Implikasinya adalah bahwa ilmuwan sosial atau interpretator harus telah memiliki pra-pemahaman atas obyek ketika ia mengkaji obyek tersebut, sehingga tidak mungkin untuk memulai dengan sebuah pemikiran netral (Bleicher, 2003: ix). Pengkajian atas obyek itu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, mendalam, teliti dan tepat agar dapat diterima oleh orang lain yang melakukan pengkajian yang sama, dan kemudian dapat digabungkan menjadi bangunan pengetahuan yang bermanfaat.<br />(10) Sintesis atas berbagai landasan epistemologik guna memperoleh pengetahuan atau kebenaran ilmiah dapat digambarkan sebagai berikut :<br />(11) <br />POSITIVISTIK FENOMENOLOGIK HERMENEUTIK<br />Analitik Holistik Sintetik<br />Nomotetik Ideografik Interpretatik<br />Deduktif Induktif Sinkretik<br />Laboratorik Empirik Empatik<br />Pembuktian dengan logika Pengukuhan pengalaman Penafsiran tak memihak<br />Kebenaran universal Kebenaran bersifat unik Kebenaran yang diterima<br />Bebas nilai Tidak bebas nilai Tidak bebas nilai<br />(12) Para ilmuwan dalam bidang eksakta (kimia, fisika, biologi dsb.) cenderung menggunakan posisi ontologik logical positivism, yang memandang dunia sebagai telah tertata secara obyektif, dan karena itu usaha espistemologik untuk memperoleh kebenaran adalah dengan metode obyektif dengan hasil yang dapat digeneralisasikan. Pendapat para ilmuwan eksakta ini memang telah mengakar dan sangat populer, sehingga banyak ilmuwan sosial yang mengikutinya dengan membuta. Para ilmuwan sosial yang peduli, seyogyanya berbeda dengan mereka yang ada dalam posisi logical positivism, yaitu dengan mengambil posisi ontologik hermeneutik (hermeneutics) atau fenomenologik (phenomenology) dengan titik tolak bahwa dunia itu bersifat subyektif, dan karena itu diperlukan usaha epistemologik dengan menafsirkan dunia yang subyektif tersebut. Dunia, menurut penganut aliran ini, tidak terorganisasikan secara obyektif sesuai dengan prakonsepsi sebagian orang,<br />(13) dan karena itu diperlukan berbagai cara alternatif untuk memahaminya. (Greenwwod & Levin, 1998: 68).<br />2 Epistemologi dan Pendidikan<br />Kumpulan pertanyaan benkutnya yang berhubungan dengan para guru adalah epistimologi. Pertanyaan-pertanyaan ini semuanya terfokus pada pengetahuan: Pengetahuan apa yang benar^ Bagaimana mengetahui itu berlangsung? Bagaimana kita mengetahui bahwa kita mengetahui? Bagaimana kita memutuskan antara dua pandangan pengetahuan yang berlawanan? Apakah kebenaran itu konstan, ataukah kebenaran itu berubah dan situasi satu ke situasi larnnya? Dan pada akhirnya pengetahuan apakah yang paling berharga?<br />Bagaimana kita menjawab pertanyaan-pertanyaan epistimo-logis yang dihadapi semua guru, itu akan memiliki implikasi-implikasi signifikan untuk pendekatan kita pada kunkulum dan pengajaran. Pertama, kita harus menentukan apa yang benar mengenai muatan yang akan kita ajarkan, kemudian kita harus memutuskan alat yang pakng tepat untuk membawa muatan ini bagi siswa. Sekalipun suatu pertimbangan kausal dari pertanyaan-pertanyaan epistimologis memperlihatkan bahwa ada banyak cara mengetahui mengenai dunia. Kita yakin bahwa ada setidaknya lima cara berbeda mengetahui yang merupakan rninat/kepentingan guru.<br />sesuatu, namun kita tidak mengetahui bagaimana kita mengetahui.<br />Perasaan intuitif kita tampak merupakan campuran dari insting,<br />emosi, dan imajinasi.<br />Bagi guru, tidak hanya mengetahui bagaimana siswa mem¬peroleh pengetahuan, melainkan juga bagaimana siswa belajar. Ber¬kaitan dengan masalah belajar, ahli pendidikan harus mengetahuinya agar dapat menentukan kurikulum dan metode mengajar yang sesuai dengan maten yang hams diberikan di sekolah.<br />Kegunaan memahami epistemologi bagi pendidikan dikemu-kakan oleh Imam Barnadib (1976 : 12) sebagai benkut:<br />Epistemologi diperlukan antara lain dalam hubungan dengan penyusunan dasar kurikulum. Kurikulum yang lazimnya diartikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan, dapat diumpamakan sebagai jalam raya yang perlu dilewati oleh siswa atau murid dalam usahanya untuk mengenai dan memahami pengetahuan. Agar mereka berhasil dalam mencapai tujuan perlu diperkenalkan sedikit demi sedikit hakikat dari pengetahuan.<br />Dermkianlah, bahwa epistemologi membenkan sumbangannya bagi teon pendidikan (filsafat pendidikan) dalam menentukan kuriku¬lum. Pengetahuan apa yang harus dibenkan kepada anak, diaiarkan di sekolah, dan bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut, begitu juga bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut.<br />3 Aksiologi dan Pendidikan<br />Aksiologi sebagai cabang filsafat yang membahas mlai baik dan mlai buruk, indah dan tidak indah (jelek), erat berkaitan dengan pendidikan, karena dunia mlai akan selalu dipertimbangkan. atau akan menjadi dasar penimbangan dalam menentukan tujuan pendidikan. Langsung atau tidak lansung, nilai akan menentukan perbuatan pendidikan. Brubacher (1950 : 92) mengemukakan ten.tang hubungan antara aksiologi dengan pendidikan sebagai benkut:<br />Directly or indirectly questions of value are involved in nearly every decision which the educator makes. Education is directly concerned with values at number of points. Most obvious, of course, are points such as instuctional aims, motivation, and marks or grades. To state one's aims of education is at once to state his educational values. It is<br />through such a statement that we get at the purposes of a teacher or school system ".<br />Pendidikan secara langsung berkaitan dengan nilai. Berdasarkan nilai tersebut, pendidikan dapat menentukan tujuan, motivasi, kuriknium, metode belajar, dan sebagaimya. Pendidikan terlebih dahulu hams menentukan nilai raana yang akan dianut sebelum menentukan kegiatannya. Hal ini berarti bahwa nilai terletak dalam tujuan. Pembahasan nilai-nilai pendidikan terletak di dalam rumusan dan uraian tentang tujuan pendidikan. Di dalam tujuan pendidikan iltulah tersimpul semua nilai''pendidikan yang hendak diwujudkan di dalam pribadi peserta didik.<br />Proses pendidikan tidak mungkin berlangsung tanpa arah tujuan yang hendak dicapai sebagai gans kebijakannya, sebagai program, dan sebagai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dalam lsinya maupun rumusannya tidak mungkin ditetapkan tanpa mengera dan mengetahui yang tepat tentang nilai-nilai. Dalam upaya pendidikan seharusnya kita telah mampu memegang satu keyakrnan tentang nilai-nilai yang kita anggap sebagai suatu kebenaran.<br />Pendidikan, pada haMkatnya, merupakan rnteraksi manusia sesamanya, merupakan suatu rnteraksi sosial. Dalam proses rnteraksi inilah diperlukan nilai, yang merupakan faktor inheren di dalamnya. Nilai merupakan fungsi hubungan sosial. Dalam aiti di dalam hubungan sosial antar manusia merupakan suatu kemutlakan adanya nilai.<br />Upaya pendidikan pada haMkatnya merupakan suatu amanah dan Tulian Yang Maha Esa. Oleh karena itu, manusia harus memper-tanggungjawabkan semua upaya pendidikan kepada-Nya. Oleh karena itu pulalali, setiap upaya pendidikan tidak hanya dilandasi oleh nilai-nilai yang dihasilkan manusia sebagai hasil renungan dan penga-lamannya, lebih jauli nilai-nilai ketuhanan dan nilai yang bersumber dan Tuhan harus dijadikan landasan untuk menilai pendidikan, dan untuk menentukan nilai mana yang baik dan tidak baik di dalam pendidikan.<br />Para guru berhubungan dengan nilai karena sekolah bukanlah suatu aktivitas netral. Tidak ada sekolah yang bebas nilai, dan hal yang paling mendasar dari sekolah mengekspresikan sejumlah nilai. Keputusan sosial dan individual yang memberikan dan melaksanakan pendidikan yang didasaikan pada sekumpulan nilai, dan aktivitas kesehaiian pendidikan itu adalah aktivitas yang termuati nilai. Kita<br />mendidik untuk suatu tujuan yang kita anggap bark, dan apa yang kita ajarkan adalah yang kita pikrr merupakan sesuatu yang baik (Nelson, Carlson, dan Palonsky, dalam Parkay: 1998).<br />Di antara pertanyaan-pertanyaan aksiologis yang harus dija-wab guru sendrri adalah: Nilai-nilai apakah yang guru kenalkan pada siswa untuk diadopsi? Nilai-nilai apakah yang mengangkat umat manusia pada ekspresi kemanusiaan yang tertinggi? Nilai-nilai apakah yang dipegang oleh orang yang benar-benar terdidik?<br />Pada mtinya, aksiologi menyoroti fakta bahwa guru memiliki suatu mrnat tidak hanya pada kuantitas pengetahuan yang diperoleh siswa melainkan juga dalam kualitas kehidupan yang dimungkinkan karena pengetahuan itu. Pengetahuan yang luas tidak dapat memberi keuntungan pada rndividu jika ia tidak mampu menggunakan pengetahuan itu untuk kebaikan. Porn ini mengangkat pertanyaan-pertanyaan tambahan: Bagarmana kita mendefinisikan kuahtas kehidupan? Pengalaman kurikuler apakah yang paling banyak berkontnbusi pada kualitas kehidupan? Semua guru harus berurusan dengan isu-isu yang diangkat oleh pertanyaan-pertanyaan ini.<br />a. Etika.<br />Pengetahuan tentang etika dapat membantu guru memecahkan banyak dilema yang muncul di kelas Senngkali, para guru harus mengambil tindakan dalam situasi-situasi di mana mereka tidak mampu mengumpulkan semua fakta relevan dan dimana tidak ada arah tindakan yang tunggal yang secara total benar atau salah. Misalnya. seorang siswa pada hasil pekerjaan sebelumnya berada di atas rata-rata, menjiplak suatu tugas makalah: Haruskah guru membatalkan siswa tersebut untuk mata pelajaran itu jika contoh dan hukuman yang cepai clan tegas kemungkinan akan mencegah para siswa lain melakukan penjip'akanpiagiatisme? Atau haruskah guru, yang mengikuti dugaan mengenai apa yang akan terjadi pada mrnat jangka panjang siswa, menyuruh siswa itu mengerjakan kembali makalah ujian itu dan mengambil resiko kemungkinan para siswa lain melakukan gagasan yang salah tersebut sehrngga plagiatisme tidak memiliki konsekuensi negatif? Dilema etis larnnya: Apakah seorang guru matematika dibenarkan dengan memisahkan dua gadis yang mengganggu dan menempatkan salah seorangnya di suatu kelompok matematika di bawah tingkatan kemampuannya dalam upaya mening-katkan prestasi kelas keseluruhan?<br />Etika dapat menyurnbangkan kepada guru cara-cara berpikir mengenai permasaiahan-penTiasalahan yang sulit untuk menentukan arah tindakan yang benar. Cabang dari filsafat ini juga membantu guru memahami bahwa "pemikiran etis dan pembuatan keputusan bukanlah semata-mata mengikuti aturan-aturan".<br />b. Estetika.<br />Cabang dan aksiologi yang dikenal sebagai estetika itu berhubungan dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan keindahan dan seni. Sekalipun kita berharap bahwa para guru musik, seni, drama, sastra, dan guru menulis secara teratur meminta para siswa membuat penilaian-penilaian mengenai kualitas karya seni, kita dapat dengan mudah mengabaikan peran yang harus dimainkan estetika di semua bidang kunkulum. Harry Broudy (Parkay, 1998), seorang filosof pendidikan yang terkenai, mengatakan bahwa seni itu pentmg, tidak "semata-mata indah" Melalui penmgkatan persepsi-persepsi estetis, para siswa dapat menemukan peningkatan makna dalam semua aspek kehidupan.<br />Estetika juga membantu guru meningkatkan keefektifannya. Pengajaran, karena dapat dipandang sebagai suatu bentuk ekspresi artistik, dapat dinilai menurut standar-standar artistik dan keindahan dan kualitas (Parkay, 1984). Berkenaan dengan iru, guru adalah seorang seniman dan secaia terus-menerus berusaha meningkatkan kualitas kerjanya.<br />4. Logika dan Pendidikan<br />Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu memiliki dasar kebenaran, maka proses berpikir itu hams dilakukan dengan suatu cara tertentu. Suatu penankan kesimpulan baru dikatakan sahih kalau proses penankan kesimpulan tersebut dilakukan dengan cara tertentu tersebut Cara penankan kesimpulan ini disebut "logika ", yang secara luas didefimsikan sebagai "pengkajian untuk berpikir secara sahih".<br />Jika semua pihak yang memiliki minat murni pada pendidikan memuruskan suatu tujuan tunggal yang harus dicapai sekolah, tujuan tunggal itu kemungkinan besar mengajarkan para siswa bagaimana berpikir. Kemampuan ekstensif manusia untuk beragam jenis pikiran merupakan salah satu perbedaan utama antara manusia dengan kehidupan binatang. Logika adalah bidang filsafat yang berhubungan<br />dengan proses penalaran dan mengidentifikasi aturan-aturan y.ang memungkrnkan pemikir mencapai kesimpulan-kesimpulan yang sahih. Dua jenis proses penalaran logis yang perlu dikuasai para siswa di mana para guru dapat memotivasinya adalah pemikiran deduktif dm induktif. Penalaran deduktif mensyaratkan pemikir untuk bergerak dari suatu prinsip atau proposisi umum ke suatu kesimpulan spesifik yang sahih. Logika deduktif, membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat mdividual (khusus).<br />t Logika induktif erat kaitannya dengan penarikan kesimpulan dan kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Di sini, siswa mulai dengan memenksa contoh-contoh khusus yang pada akhirnya mengarah kepada dapat ditemrmanya suatu proposisi umum. Pengajaran induktif senngkali disebut sebagai pengajaran penemuan (discovery) - dimana siswa menemukan. atau menciptakan pengetahuan mereka sendin tentang suam topik<br />Mungkm guru terbaik yang menggunakan pendekatan induktif dalam pengajaran adalah filosof Yunam Socrates. Metoda penga-jarannya, yang dikenal sekarang sebagai metoda Socrates, terdin atas pelaksanaan percakapan filosofis (dialekUs) dengan siswanya. Wansan Socrates hidup pada semua guru yang menggunakan strategi-strategi pertanyaan untuk mendorong para siswa berpikir sendin<br />Lapangan-lapangan filsafat di atas (metafisika, epistemclogi, aksiologi, etika, estetika, dan logika) secara singkat raengg.ambarkan alat-alat mental yang dapat digunakan para guru untuk memiiarkan mengenai beragam aspek pengajaran.<br />E. APA YANG MENENTUKAN F1LSAFAI PKNDID1KAN SESEQRANG.<br />Dalam bentuk yang pahng sederhana, filsafat pendidikan terdin dan apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan, merupakan kumpulan pnnsip yang membrmbing tindakan profesional seseorang. Lebih jauh lagi, filsafat pendidikan berkaitan dengan '•penetapan hakekat dan tujuan, alat pendidikan, dan kemudian menerjemahkan prinsip-pnnsip ini ke dalam kebijakan-kebijakan untuk meng-implementasikannya.<br />Setiap guru apakah mengetahuinya ataupun tidak, memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakman mengenai<br />Bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia pelajan agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik. Tentu saja para guru berbeda berkenaan dengan banyaknya usaha yang mereka curahkan pada perkembangan filsafat pnbadi atau platform pendi¬dikan. Sebagian dan mereka merasa bahwa refleksi-refleksi filosofis tidak memiliki kontnbusi apa-apa pada tindak pengajaran aktual (pendinan ini, tentu saja, merupakan suatu filsafat pendidikan tersendin). Guru-guru lainnya mengetahui bahwa pengajaran, karena berkaitan dengan apa yang seharusnya, pada dasarnya merupakan suatu urusan filsafat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh John Dewey, berhubungan dengan pendidikan berarti berhubungan dengan filsafat: "Jika kita mau membayangkan pendidikan sebagai suatu proses membentuk disposisi (watak) fundamental, intelektual dan emosional terhadap alam raya dan sesama manusia, filsafat dapat didenfinisikan sebagai teori umum pendidikan"<br />Filsafat pendidikan juga secara vital berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat menemukan berbagai pemeeahan pada banyak permasalahan pendidikan. Lima tujuan filsafat pendidikan dapat mengklanfikasi bagaimana dapat berkontnbusi pada pemecahan-pemecahan tersebut:<br />a. Filsafat pendidikan terikat dengan peletakan suatu perencanaan,<br />apa yang dianggap sebagai pendidikan terbaik secara mutlak.<br />b. Filsafat pendidikan berusaha membenkan arah dengan memjuk<br />pada macain pendidikan yang terbaik dalam suatu konteks politik,<br />sosiaL dan ekonomi.<br />c. Filsafat pendidikan dipenuhi denean k<"»r*»ksi nelanpo-arpn-<br />peianggaran pnnsip dan kebiiakan pendidikan.<br />d. Filsafat pendidikan rnernusatkan perhatian pada isu-isu dalam<br />kebijakan dan praktek pendidikan yang mensyaratkan resolusi,<br />baik dengan peneiitian empins ataupun pemenksaan ulang<br />rasional.<br />e. Filsafat pendidikan melaksanakan suatu lnkuiri dalam keseluruhan<br />urusan pendidikan dengan suatu pandangan terhadap penilaian,<br />pembenaran, dan pembaharuan sekumpulan pengalaman yang<br />penting untuk pembelajaran yang tinggi (power 1982,15-16)<br />Terdapat suatu hubungan yang kuat antara perilaku seorang guru dengan keyakinannya mengenai pengajaran dan pembelajaran, siswa, pengetahuan, dan apa yang bermanfaat untuk diketahui.<br />Mendidik, Mengajar, dan Melatih<br />Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Agar sesuai dengan fungsi dan sifatnya, idealnya pendidikan tidak dilaksanakan secara sembarang, melainkan harus dilaksanakan secara bijaksana. Pendidikan meliputi kegiatan yang dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai evaluasi dan program tindak lanjut. Pendidikan harus dilaksanankan secara sadar, sehingga jelas landasannya, jelas tujuannya, efektif cara-cara pelaksanaannya. Implikasinya, dalam pendididikan harus terdapat momen studi pendidikan, saat berpikir atau saat mempelajari pendidikan, dan momen praktek pendidikan, saat dilaksanakannya berbagai tindakan pendidikan atas dasar hasil studi pendidikan.<br />Dalam pelaksanaan proses pendidikan akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah orang yang mencari dan menerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedangkan pendidik adalah orang yang mengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. Sebelum melaksanakan pendidikan, pendidik perlu terlebih dahulu mempelajari dan mempertimbangkan beberapa hal yang terlibat dan berhubungan dengan pendidikan. Pendidikan melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, pendidik, tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media, dan evaluasi.<br />Metode mengajar perlu dimiliki oleh pendidik karena keberhasilan proses belajar mengajar bergantung pada cara mengajar pendidik. Metode mengajar banyak ragamnya, namun pendidik tentu harus menguasai seluruh metode tersebut dan disesuaikan penerapannya dengan kemampuan dirinya maupun peserta didik serta tujuan pembelajaran yang hendak dicapai<br />Pendidikan pada hakikatnya mengandung tiga unsur yaitu mendidik, mengajar, dan melatih. Ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda-beda secara sepintas bagi orang yang awam mungkin akan dianggap sama artinya. Dalam praktik sehari-hari dilapangan kita sering mendengar kata-kata seperti penididikan olahraga, pengajaran olahraga, latihan olahraga dan sebagainya.<br />Mendidik menurut Darji Damodiharjo menunjukkan usaha yang lebih ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat, kecintaan, dan lainnya. Mengajar berarti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berpikir. Sedangkan melatih ialah usaha memperoleh keterampilan dengan melatihkan sesuatu secara berulang.<br />Tujuan dari tiga jenis kegiatan itu juga berbeda, tujuan mendidik ingin mencapai kepribadian yang terpadu yang terintegrasi yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa. Para ahli ilmu mendidik telah bersepakat bahwa tujuan mendidik ialah untuk mencapai kedewasaan. Tetapi mengenai arti kedewasaan itu memerlukan pembahasan yang khusus karena masalahnya tak semudah yang kita pikir.<br />Tujuan pengajaran yang menggarap kehidupan intelek anak ialah supaya anak kelak memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal yaitu diantaranya mampu berpikir abstrak, logis, obyektif, kritis, sistematis analitis, sintesis, integratif, dan inovatif.<br />Tujuan latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu keterampilan adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis yang mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula membantu proses belajar seperti kemampuan berhitung, membaca, menulis, mempergunakan bahasa, dan sebagainya. Baik keterampilan maupun kemampuan berpikir akan membantu proses pendidikan yang menyangkut pembangunan kepribadian seseorang.<br />1. Keyakinan Mengenai Pengajaran dan Pembelajaran<br />Salah satu dari komponen yang paling penting dari filsafat pendidikan seorang guru adalah bagaimana ia mernandang pengajaran dan pembelajaran, dengan kata lain, apa peran pokok guru? Apakah guru merupakan seorang ahli subyek ajar yang dapat secara efisien dan efektif membenkan pengetahuan pada para siswa? Apakah guru ad?iah orang yang berguna yang membangun hubungan-hubungan kepedulian bersama siswa dan memelihara perkembangan dalam bidang-bidang yang diperlukan? Atau apakah guru adalah seorang<br />tekmsi teranipil yang dapat mengelola pcmbeiajaian dari. banvak siswa sekaligus?<br />Terdapat beberapa pandangan mengenai konsepsi dasar pengajaran. Sebagian orang memandang pengajaran sebagai sains, merupakan suatu aktivitas kompleks, namun dapat direduksi ke dalam sekumpulan perilaku tertentu yang terpisah-pisah dan yang secara objektif ditentukan. Bagi orang lain, pengajaran dipandang sebagai suatu seni, merupakan suatu pertemuan yang spontan, tidak berulang dan kreatif antara guru dan siswa. Bagi yang lainnya, pengajaran adalah suatu aktivitas yang merupakan sains dan seni, aktivitas im mensyaratkan impiementasi artistik (atau mtuitif) dan prosedur-prosedur yang ditentukan secara ilmiah<br />Berkenaan dengan pembelajaran, sebagian guru menekankan pengalaman-pengalaman dan kognisi individual siswa, dan yang lainnya menekankan perilaku siswa. Pembelajaran menurut sudut pandang pertama dipandang sebagai perubahan-perubahan dalam pikiran dan tindakan yang berasal dan pengalaman pnbadi, yakni pembelajaran yang sebagian besar merupakan hasil dari kekuatan-kekuatan internal pada din individu. Pandangan kedua mendefimsikan pembelajaran sebagai asosiasi antara beragam stimulus dan respon. Di sim, pembelajaran berasal dan kekuatan-kekuatan yang bersifat eksternal pada individu.<br />2. Keyakinan Mengenai Siswa<br />Keyakinan seorang guru mengeiuu siswa akan memiliki sua"; pengamh besar pada bagaimana. guru tersebut mengajar. Setiap guru merumuskan suatu citra dalam benaknya mengenai seperti apakali siswa, kecendenmgan, keterampilan, tingkatan mouvasL dan pengha-rapan mereka. Seperti apakah siswa yang guru yaknu mi didasaikan pada pengalaman kenidupan unik guru tersebut, khususnya observasi-observasi guru terhadap orang-orang muda dan pengetahuan guru tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia.<br />Pandangan-pandangan negatif terhadap siswa dapat menam-pilkan hubungan guru siswa yang didasarkan pada ketakutan dan penggunaan kekerasan bukannya didasarkan pada kepercayaan dan kemaniaatan. Pandangan yang benar-benar positif (ekstrim) dapat beresiko tidak memberikan kepada para siswa struktur dan arah yang memadai dan tidak mengkomumkasikan secara memadai terhadap pengharapan-pengharapan yang tinggi. Dalam analisis akhirnya, guru yang benar-benar profesional, yaitu guru yang meiniliki suatu<br />pemiltiran yang cermat tentang filsafat pendidikan, mengetahui bahwa anak-anak berbeda dalam kecenderungan-kecenderungan untuk belajar dan tumbuh. Berkenaan dengan keyakinan-keyakinan mengenai siswa, penting bagi guru membawa sikap-sikap positif terhadap para siswa mereka dan suatu keyakinan yang dapat mereka pelajan.<br />3. Keyakinan Mengenai Pengetahuan<br />Pandangan seorang guru tentang pengetahuan secara langsung berkaitan dengan bagaimana ia melaksanakan pengajaran. Jika pengetahuan dipandang sebagai sekumpulan keseluruhan potongan-potongan kecil subyek ajar atau fakta yang terpisah-pisah, para siswa sangat dimungkinkan akan menghabiskan sejumlah besar waktunya mempelajan informasi ltu dalam suatu cara hapalan langsung .<br />4. Keyakinan Mengenai Apa Yang Periu Diketahui<br />Guru menginginkan para siswanya belajar sebagai hasil dari usaha mereka. sekalipun para guru berbeda berkenaan dengan apa yang mereka yrakim apa yang harus diajarkan Guru A merasa bahwa yang paling penting, siswa mempelajari keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis, menghitung, dan berkomunikasi lisan. Keterampilan-keterampilan im al;an mereka perlukan agar sukses dalam pekerjaan-pekerjaan yang mereka pilih, dan merupakan tanggung jawab sekolah mempersiapkan para siswanya untuk dunia kerja. Guru B yakin bahwa muatan yang paling berharga akan ditemukan dalam buku-buku klasik atau buku-buku besar. Melaim penguasaan gagasan-gagasan besar dan sams, matematika, literatur, dan sejarah, para siswa akan siap untuk berurusan dengan dunia masa depan Guru C yang paling berhubungan dengan pembelajaran siswa bagaimana harus bernalar, berkomunikasi secara efektif, dan meniecalikanpermasalahan. Para siswa yang menguasa1 proses-proses kognitif im akan belajar bagaimana belajar, dan im merupakan persiapan yang paling realistis untuk masa depan yang tidak diketahui. Guru D berhubungan dengan pengembangan anak secara keseluruhan. mengajar siswa menjadi orang-orang yang mengaktualisasikan diri Jadi, muatan kurikulum harus bermakna bagi siswa, yang memberikan kontribusi sebanyak mungkin pada usaha-usaha siswa untuk menjadi orang yang matang dan utuh (well-integrated). Keyakinan-keyakinan guru mengenai pengajaran dan pembelajaran, siswa, pengetahuan, dan pengetahuan apakah yang paling berharga, merupakan iandasan filsafat pendidikannya.<br />Plato mengatakan bahwa jiwa manusia sebagai "roh" yang berasal dan "ide" ekstemal dan sempuma. Bagi Immanuel Kant, manusia adalah bebas dan ditentukan. Manusia bebas, sepanjang ia sebagai spirit (jiwa), sedangkan ia terikat berarti manusia juga mempakan makhluk fisik yang tunduk terhadap hukum alam.<br />Pandangan tentang anak, kaum idealis yakin bahwa anak mempakan bagian dan alam spintual yang memiliki pembawaan spiritual sesuai dengan potensialitasnya. Apabila anak mempelajari dunia alamiah, maka ia tidak akan melibatkan atau menganggapnya sebagai mesin yang hebat dan besar, yang berfiingsi tanpa isi dan tujuan.<br />2. Pengetahuan<br />Tentang ton pengetahuan, idealisme mengemukakn pan-dangannya bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap, karena dunia hanyalah mempakan tiruan belaka, sifatnya maya. tbayangan), yang menyimpang dari kenyataan yang sebenamya, Pengetahuan yang benar hanya mempakan hasil akal belaka, karena akal dapat membedakan bentuk spintual murni dari* benda-benda di luar penjelmaan material. Demilaan menumt Plato. Ideahsme metafisikk percaya bahwa manusia dapat memperoleh pengetahuan tentang realitas, karena realitas pada hakikatnya spintual, sedangkan jiwa mansusia mempakan bagian dan substansi spintual tersebut<br />Hegel menguraikan konsep Plato tentang teori pengetahuan dengan mengatakan bahwa pengetahuan dikatakan valid, sepanjang sistematis, maka pengetahuan manusia tentang realitas adalah benar daiam art! sistematis, D^lam teon penpetabuan dan t^b^naran ideal -me menuuk pada rasionalisme dan teon koherensi seperti yang telah dismggung pada bab sebelumnya Teon koherensi didasan oleh pendapat bahwa item-item partikular pengetahuan menjadi signifikun apaoria dilihat dalam konteks keselumhan. Oleh karena ltu, semua ide dan teon hams divalidasi sehubungan dengan koherensinya (kesesuaiannya) dalam pengembangan sistem pengetahuan yang telah ada sebelumnya.<br />Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa, teori pengeta¬huan idealisme adalah rasionalisme. Dalam hal ini Henderson (1959 . 215) mengemukakan bahwa :<br />The rationalist argue that our sense give us but the raw<br />material from which knowledge comes. Knowledge, say they,<br />is not to be found in sense-perception of particulars but in concept, inprinsiple, which our sense cannot possibly furnish us; the mind itsefis active, an organizer and systenatizer of our sensory experience. For the rationalist, mathematic furnishes the correct pattern for thought.<br />Jadi, rasionalisme mend^ari__teori pengetahuan idealisme, mengemukakan bahwa indera kita hanya memberikan maten mentah bagi pengetahuan. Pengetahuan tidak ditemukan dan pengalaman indera, melainkan dari konsepsi, dalam prmsip-pnnsip sebagai hasil akuvitas jiwa. Jiwa manusialah yang mengorganisasikan pengalaman indera. Matematika melengkapi pola berpikir manusia. Dengan matematika manusia mampu mengembangkan iteleknya. Sams fisik tidak akan berkembang tanpa menggunakan metematika Indera dapat menipu manusia yang berpikir, tidak sesuai antara pengamatan sebagai laporan indera dengan kenyataan, apalagi pengamatan mdera bisa dipengamhi oleh ilusi, halusrnasi, dan fantasi.<br />3. Nilai<br />Menurut pandangan idealisme, nilai iru absolut. Apa yang dikatakan baik, benar, salah, cantik, atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada hakikatnya nilai iru tetap. Nilai tidak diciptakan manusia. melainkan mempakan bagian dan alam semesta.<br />Plate mengemukakan bahwa jika manusia tahu apa yang dikatakannya sebagi hidup baik, mereka tidak akan berbuat hal-hal yang bertentangan dengan moral. Kejahatan terjadi karena orang tidak tahu bahwa perbuatan tersebut jahat. Jika seseorang menemukan sesuatu yang benar, maka orang tersebut tidal; akan berbuat salah. Namun. yang menjadi persoalan adalah, bagaimana hal tersebut dapat dilakukan apabila manusia memiliki pandangan yang sangat berbeda dalam pikirannya tentang hidup yang baik. Dalam hal ini Plato menjawab, bahwa hakikat penemuan hidup yang baik mempakan tugas mtelektuaL seperti halnya menemukan kebenaran matematika. Selanjurnya Plato mengemukakan, bahwa kehidupan yang baik hanya dapat terwujud dalam masyarakat yang ideal yang diperintah oleh "The philopher kings", yaitu kaum intelektual, para umuwan, atau para cendekiawan.<br />Immanuel Kant sebagai tokoh idealisme modem meletakkan dasar-dasar moral atas dasar hukum yang disebut "categorical<br /><br />2. Filsafat Pendidikan<br />Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar Pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat Pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.<br />Beberapa aliran filsafat pendidikan;<br />1. Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme. <br />2. Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan<br />3. Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme<br />Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.<br /><br />3. Kebutuhan Akan Filsafat Kebutuhan Akan Filsafat Pendidikan<br />Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang bertujuan. Tujuan proses perkembangan itu secara almiah adalah kedewasaan, sebab potensi manusia yang paling alamiah adalah bertumbuh menuju tingkat kedewanaan, kematangan. Potensi ini akan dapat terwujud apabila prakondisi almiah dan sosial manusia bersangkutan memungkinkan untuk perkembangan tersebut, misalnya iklim, makanan, kesehatan, dan keamanan, relatif sesuai dengan kebutuhan manusia. Kedewasaan yang yang bagaimanakah yang diinginkan dicapai oleh manusia, apakah kedewasaan biologis-jasmaniah, atau rohaniah (pikir, rasa, dan karsa), atau moral (tanggung jawab dan kesadaran normatif), atau kesemuanya. Persoalan ini adalah persoalan yang amat mendasar, yang berkaitan langsung dengan sisitem nilai dan standar normatis sebuah masyarakat (Noor, 196).<br />Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu dari aspek kehidupan tersebut, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan dan menerima pendidikan. Oleh karena itu pendidikan memerlukan filsafat. Karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan uncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, dan lebih kompleks, yang tidak terbatasi oleh pengalmaan maupun fakta faktual, dan tidak memeungkinkan untuk dijangkau oleh ilmu.<br />Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat dan filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan tidak buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan selalu berbungan langsung dengan tujuan kehidupan individu dan masyarakat penyelenggara pendidikan. Hubungan antar filsafat dengan pendidikan adalah, filsafat menelaah suatu realitas dengan luas dan menyeluruh, sesuai dengan karateristik filsafay yang radikal, sistematis, dan menyeluruh. Konsep tentang dunia dan tujuan hidup manusia yang merupakan hasil dari studi filsafat, akan menjadi landasan dalam menyusun tujuan pendidikan. Nantinya bangun sistem pendidikan dan praktek pendidikan akan dilaksanaka berorientasi kepada tujuan pendidikan ini. Brubacher (1950)<br />(Sadulloh, 2003) mengemukakan hubungan antar filsafat dengan filsafat pendidikan: bahwa filsafat tidak hanya melahirkan ilmu atau pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Bahkan Jhon Dewey berpendapat bahwa filsafat adalah teori umum pendidikan. Filsafat pendidikan haruslah minimal dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam pendidikan. Sadulloh merumuskan empat pertanyaan mdasar pendidikan sebagai berikut.<br />1. Apakah pendidikan itu?<br />2. Mengapa manusia harus melaksanakan pendidikan? <br />3. Apakah yang seharusnya dicapai dalam proses pendidikan? <br />4. Dengan cara bagaimana cita-cita pendidikan yang tersurat maupun yang etrsirat dapat dicapai?<br />Jawaban atas keempat pertanyaan tersebut akan sangat tergantung dan akan ditentukan oleh pandangan hidup dan tujuan hidup manusia, baik secara individu maupun secara bersama-sama (masyarakat/ bangsa). Filsafat pendidikan tidak hanya terbatas pada fakta faktual, tetapi filsafat pendidikan harus sampai pada penyelasian tuntas tentang baik dan buruk, tentang persyaratan hidup sempurna, tentang bentuk kehidupan individual maupun kehidupan sosial yang baik dan sempurna. Ini berarti pendidikan adalah pendidikan adalah pelaksanaan dari ide-ide filsafat. Dengan kata lain filsafat memberikan asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan, lembaga pendidikan dan aktivitas penyelengaraan pendidikan. <br />Jadi peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan. Dalam bentuk yang lebih terperinci lagi, filsafat pendidikan menjadi jiwa dan pedoman asasi pendidikan. Pendidikan merupakan usaha untuk merealisasikan ide-ide ideal dari filsafat menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, dan pembentukan kepribadian. Hal senada diuangkapkan oleh Brauner: Education and philosophy are inseparable because the end of education is the end of philosophy (wisdom), and the means of philosophy is the means of education inquiry, which alone can lead to wisdom. Ide senada juga dikemukakan oleh Kilpatrick dalam bukunya “Philosophy of Educations”, yang berbunyi sebagai berikut (dalam Noor, 1986). Philosophy and education are, then, but two stages of the same endeavor; philosophizing to thing out better values and idealism education to realize these in life, in human personality. Education, acting out of the best direction philosophizing can give, tries, beginning primarily with the young, to lead people to build criticized values into their characters, and in this way to get the highest ideals of philosophy progressively embodied an their lives. <br />4. Implikasi Landasan Filsafat Pendidikan.<br />1. Implikasi Bagi Guru<br /> Apabila kita konsekuen terhadap upaya memprofesionalkan pekerjaan guru maka filsafat pendidikan merupakan landasan berpijak yang mutlak. Artinya, sebagai pekerja professional, tidaklah cukup bila seorang guru hanya menguasai apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kedua penguasaan ini baru tercermin kompetensi seorang tukang.<br /> Disamping penguasaan terhadap apa dan bagaimana tentang tugasnya, seorang guru juga harus menguasai mengapa ia melakukan setiap bagian serta tahap tugasnya itu dengan cara tertentu dan bukan dengan cara yang lain. Jawaban terhadap pertanyaan mengapa itu menunjuk kepada setiap tindakan seorang guru didalam menunaikan tugasnya, yang pada gilirannya harus dapat dipulangkan kepada tujuan-tujuan pendidikan yang mau dicapai, baik tujuan-tujuan yang lebih operasional maupun tujuan-tujuan yang lebih abstrak. Oleh karena itu maka semua keputusan serta perbuatan instruksional serta non-instruksional dalam rangka penunaian tugas-tugas seorang guru dan tenaga kependidikan harus selalu dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan (tugas professional, pemanusiaan dan civic) yang dengan sendirinya melihatnya dalm perspektif yang lebih luas dari pada sekedar pencapaian tujuan-tujuan instruksional khusus, lebih-lebih yang dicekik dengan batasan-batasan behavioral secara berlebihan.<br /> Dimuka juga telah dikemukakan bahwa pendidik dan subjek didik melakukan pemanusiaan diri ketika mereka terlihat di dalam masyarakat profesional yang dinamakan pendidikan itu; hanyalah tahap proses pemanusiaan itu yang berbeda, apabila diantara keduanya, yaitu pendidik dan subjek didik, dilakukan perbandingan. Ini berarti kelebihan pengalaman, keterampilan dan wawasan yang dimiliki guru semata-mata bersifat kebetulan dan sementara, bukan hakiki. Oleh karena itu maka kedua belah pihak terutama harus melihat transaksi personal itu sebagai kesempatan belajar dan khusus untuk guru dan tenaga kependidikan, tertumpang juga tanggungjawab tambahan menyediakan serta mengatur kondisi untuk membelajarkan subjek didik, mengoptimalkan kesempatamn bagi subjek didik untuk menemukan dirinya sendiri, untuk menjadi dirinya sendiri (Learning to Be, Faure dkk, 1982). Hanya individu-individu yang demikianlah yang mampu membentuk masyarakat belajar, yaitu masyarakat yang siap menghadapi perubahan-perubahan yang semakin lama semakin laju tanpa kehilangan dirinya.<br />Apabila demikianlah keadaannya maka sekolah sebagai lembaga pendidikan formal hanya akan mampu menunaikan fungsinya serta tidak kehilangan hak hidupnya didalam masyarakat, kalau ia dapat menjadikan dirinya sebagai pusat pembudayaan, yaitu sebagai tempat bagi manusia untuk meningkatkan martabatnya. Dengan perkataan lain, sekolah harus menjadi pusat pendidikan. Menghasilkan tenaga kerja, melaksanakan sosialisasi, membentuk penguasaan ilmu dan teknologi, mengasah otak dan mengerjakan tugas-tugas persekolahan, tetapi yang paling hakiki adalah pembentukan kemampuan dan kemauan untuk meningkatkan martabat kemanusiaan seperti telah diutarakan di muka dengan menggunakan cipta, rasa, karsa dan karya yang dikembangkan dan dibina.<br />Perlu digarisbawahi di sini adalah tidak dikacaukannya antara bentu dan hakekat. Segala ketentuan prasarana dan sarana sekolah pada hakekatnya adalah bentuk yang diharapkan mewadahi hakekat proses pembudayaan subjek didik. Oleh karena itu maka gerakan ini hanya berhenti pada “penerbitan” prasarana dan sarana sedangkan transaksi personal antara subjek didik dan pendidik, antara subjek didik yang satu dengan subjek didik yang lain dan antara warga sekolah dengan masyarakat di luarnya masih belum dilandasinya, maka tentu saja proses pembudayaan tidak terjadi. Seperti telah diisyaratkan dimuka, pemberian bobot yang berlebihan kepada kedaulatan subjek didikakan melahirkan anarki sedangkan pemberian bobot yang berlebihan kepada otoritas pendidik akan melahirkan penjajahan dan penjinakan. Kedua orientasi yang ekstrim itu tidak akan menghasilkan pembudayaan manusia.<br />2. Implikasi bagi Pendidikan Guru dan Tenaga Kependidikan<br /> Tidaklah berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa di Indonesia kita belum punya teori tentang pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Hal ini tidak mengherankan karena kita masih belum saja menyempatkan diri untuk menyusunnya. Bahkan salahsatu prasaratnya yaitu teori tentang pendidikan sebagimaana diisyaratkan pada bagian-bagian sebelumnya, kita masih belum berhasil memantapkannya. Kalau kita terlibat dalam berbagi kegiatan pembaharuan pendidikan selama ini maka yang diperbaharui adalah pearalatan luarnya bukan bangunan dasarnya.<br /> Hal diatas itu dikemukakan tanpa samasekali didasari oleh anggapan bahwa belum ada diantara kita yang memikirkan masalah pendidikan guru itu. Pikiran-pikiran yang dimaksud memang ada diketengahkan orang tetapi praktis tanpa kecuali dapat dinyatakan sebagi bersifat fragmentaris, tidak menyeluruh. Misalnya, ada yang menyarankan masa belajar yang panjang (atau, lebih cepat, menolak program-program pendidikan guru yang lebih pendek terutama yang diperkenalkan didalam beberapa tahun terakhir ini) ; ada yang menyarankan perlunya ditingkatkan mekanisme seleksi calon guru dan tenaga kependidikan; ada yang menyoroti pentingnya prasarana dan sarana pendidikan guru; dan ada pula yang memusatkan perhatian kepada perbaikan sistem imbalan bagi guru sehingga bisa bersaing dengan jabtan-jabatan lain dimasyarakat. Tentu saja semua saran-saran tersebut diatas memiliki kesahihan, sekurang-kurangnya secara partial, akan tetapi apabila di implementasikan, sebagian atau seluruhnya, belum tentu dapat dihasilkan sistem pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang efektif.<br />Sebaiknya teori pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang produktif adalah yang memberi rambu-rambu yang memadai didalam merancang serta mengimplementasikan program pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang lulusannya mampu melaksanakan tugas-tugas keguruan didalam konteks pendidikan (tugas professional, kemanusiaan dan civic). Rambu-rambu yang dimaksud disusun dengan mempergunakan bahan-bahan yang diperoleh dari tiga sumber yaitu: pendapat ahli, termasuk yang disangga oleh hasil penelitian ilmiah, analisis tugas kelulusan serta pilihan nilai yang dianut masyarakat. Rambu-rambu yang dimaksud yang mencerminkan hasil telaahan interpretif, normative dan kritis itu, seperti telah diutarakan didalam bagian uraian dimuka, dirumuskan kedalam perangkat asumsi filosofis yaitu asumsi-asumsi yang memberi rambu-rambu bagi perancang serta implementasi program yang dimaksud. Dengan demikian, perangkat rambu-rambu yang dimaksud merupakan batu ujian didalam menilai perancang dan implementasi program, maupun didalam “mempertahankan” program dari penyimpngan-penyimpangan pelaksanaan ataupun dari serangan-serangan konseptual. <br /> <br />B. Pengalaman dan tantangan <br /> <br />Kesadaran bahwa pendidikan harus senantiasa tanggap terhadap kemajuan telah mendorong para ahli dan pengambil keputusan di bidang pendidikan untuk terus menerus mengadakan pembaharuan. Pembaharuan pendidikan secara langsung dimaksudkan untuk memecahkan ketiga problema di atas: internal in-efficiency, external in-efficiency, dan ketidakmerataan pendapatan. Secara tidak langsung, perubahan-perubahan di sektor pendidikan: misalnya, perubahan struktur pendidikan dan kurikulum, baik dalam arti content dan instructional delivery system, merupakan upaya agar pendidikan menjadi agent of development yang canggih. <br /> <br />Namun pembaharuan-pembaharuan yang teiah dilaksanakan tidak jarang mengandung kelemahan dan perlu untuk dikritik. Salah satu kritik pernah dilontarkan oleh Winarno Surachmad (1986) yang menilai bahwa pembaharuan pendidikan di Indonesia bersifat tambal sulam dan kurang mendasar. Perubahan-perubahan kurikulum hanya menciptakan konfigurasi baru dengan isi yang lama. Kritik Havelock dan Huberman (1977) dan World Bank (1980) yang ditujukan pada pembaharuan pendidikan di negara-negara berkembang, termasuk sangat tepat untuk ditujukan pada pembaharuan pendidikan di Indonesia. Mereka menyatakan bahwa pembaharuan pendidikan yang dilakukan tidak dapat dipraktekkan karena keterbatasan pengetahuan pada tingkat pelaksana. Pembaharuan pendidikan yang dilaksanakan cenderung bersifat "technocratic perspective", artinya pembaharuan cenderung menekankan pada adopsi dari suatu perubahan daripada implementasi pada level klas (Verspoar&Reno, 1986). Di samping itu pendidikan di negara sedang berkembang cenderung mengambil alih apa yang telah berhasil dilaksanakan di dunia Barat. Sehingga inovasi yang dilaksanakan bersifat "metropolitan sentris". Karena bersifat "metropolitan sentris" , tidak jarang suatu pembaharuan pendidikan akan mengakibatkan perbedaan semakin tajam antara pendidikan di urban dan di rural. Hal ini bisa dimaklumi, sebab guru-guru di kota lebih siap untuk menerima pembaharuan yang dilaksanakan. Di samping itu, di banyak hal pembaharuan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia tidak mempunyai strategi monitoring dan prosedure evaluasi yang mantap. Sebagai contoh bisa disebut pembaharuan sistem dan kurikulum sekolah pembangunan. <br /> <br />Lebih mendasar lagi, tidak jarang pembaharuan yang kita laksanakan merupakan pengambilalihan dari Barat, tanpa mengadakan modifikasi yang berarti dan mempertanyakan secara mendalam hakekat dan aspek-aspek yang pokok yang ada pada ide yang akan diambil tersebut. Dengan mempertanyakan hakekat ide yang akan dilaksanakan itu akan dapat diperhitungkan kemungkinan implementasinya. Sebab pada hakekatnya pembaharuan pendidikan harus berdasarkan pada What is, tidak pada What ought to be; pembaharuan harus cocok dengan realitas ruang-ruang kelas. Sebagai ilustrasi kritik ini dapat diambil sebagai contoh pembaharuan pada metoda pengajaran. Dalam kurikulum 1984, hampir pada semua pokok bahasan dicantumkan metoda cara belajar siswa aktif (CBSA) sebagai metoda yang harus digunakan. Metoda ini telah berhasil menaikkan "gengsi" pendidikan di Amerika pada tahun-tahun 1960-an. Metoda CBSA mementingkan proses berpikir dan melatih inquiry skid. Kelebihan lain dari metoda ini adalah meningkatkan critical thinking, merangsang intrinsic motivation dan memberikan kemungkinan daya ingat yang lama pada diri siswa (Bruner, 1961). Namun perlu diingat bahwa metoda ini memerlukan persyaratan tertentu untuk bisa diimplementasikan. Misalnya, pelaksanaan metoda CBSA memerlukan kondisi dan iklim kelas yang tidak terlalu formal dan fleksibel. Guru harus mempunyai pengetahuan yang relatif luas. Pada diri murid sudah terpatri kecintaan dan kesadaran pada hakekat ilmu, sikap ingin tahu, menghargai pikiran-pikiran dan bukti-bukti kebenaran, objektif dan bersifat toleransi. <br /> <br />Patut kita pertanyakan sudahkah syarat-syarat tersebut ada pada kelas-kelas dan siswa-siswa di tanah air kita? Apa yang diketemukan di kelas-kelas di Indonesia jauh dari yang diperlukan. Kelas-kelas masih sangat kaku dan formal. Pengetahuan para guru relatif terbatas, oleh karena itu mereka tidak berani membicarakan apa yang di luar silabi. Karena membicarakan di luar silabi memang di luar kemampuannya. Di fihak lain, murid cenderung untuk mendengarkan, menerima dan mencatat apa yang diterangkan oleh guru. Apa yang diterangkan oleh guru sudah dianggap merupakan kebenaran, oleh karena itu tidak perlu dipertanyakan dan diuji lagi. Maka, tidak mengherankan kalau metoda CBSA hampir dapat dikatakan tidak pernah dilaksanakan dalam ruang-ruang kelas. Selama kondisi tersebut belum terpenuhi metoda CBSA tidak akan pernah hadir di kelas secara riil. <br /> <br />Dalam setiap pembaharuan pendidikan, guru memegang peran yang strategis, sebab merekalah yang merupakan pelaksana pembaharuan pada level kelas. Namun, pengalaman di Indonesia menunjukkan guru lebih banyak dilihat sebagai objek dalam pembaharuan pendidikan. Sehingga setiap kebijaksanaan sebagai ujud pembaharuan pendidikan lebih banyak bersifat instruksi yang harus dipatuhi dan dilaksanakan dan tidak ada ruang bagi guru untuk berimprovisiasi. Perencanaan dan kebijaksanaan nasional memang perlu, namun perlu dicatat bahwa pelaksanaan pembaharuan pendidikan sangat tergantung pada semangat, rasa keterlibatan, dan kesadaran para guru. Guru akan memberikan respon yang positif pada setiap usaha pembaharuan yang akan dapat meningkatkan kemampuan profesional mereka dan memberikan ruang bagi mereka untuk berimprovisasi secara aktif dalam proses pembaharuan tersebut. Oleh karena itu setiap upaya pembaharuan pendidikan seharusnya menjadikan guru sebagai partisipan yang aktif, tidak hanya sebagai penerima pembaharuan. Pembaharuan pendidikan yang cenderung menjadikan guru sebagai objek dan sekedar penerima pembaharuan, apalagi hanya lewat instruksi, cenderung untuk gagal. Dalam kaitan ini perlu untuk didengar pendapat Fullan (1985) bahwa keberhasilan pembaharuan pendidikan tergantung pada apa yang difikir dan dilakukan guru. <br /> <br />Di samping apa yang dikemukakan di atas, pembaharuan pendidikan di negara-negara sedang berkembang, termasuk di Indonesia, jarang mengevaluasi dan mengembangkan aspek lain dari pendidikan formal di luar kurikulum dan kemampuan guru. Di samping aspek kurikulum dan kemampuan guru, sekolah mempunyai aspek lain, yaitu aspek sosiologis; sekolah merupakan "a mini society". <br /> <br />Sebagai suatu masyarakat kecil, sekolah merupakan cermin dari masyarakat dimana sekolah itu berada. Apa yang terdapat dan terjadi di masyarakat, pada dasarnya terujud juga dalam sekolah. Di sekolah terdapat aturan-aturan yang mengikat para anggotanya, baik anak didik maupun guru. Ada norma-norma dalam pergaulan yang harus dipatuhi, terdapat interaksi antara sesamanya baik secara individual maupun kelompok, terdapat konflik-konflik interes baik nampak maupun tersembunyi. Sangsi-sangsi akan dijatuhkan kepada siapa saja yang melanggar tatanan yang ada. Hak-hak dan kewajiban guru dan murid diakui. <br /> <br />Dalam proses "transfer of culture", termasuk di dalamnya proses pembentukan kepribadian, sikap, rasa dan juga intelektualitas, aspek sekolah sebagai "a mini society" sangat penting artinya. Model sekolah Muhammadiyah dengan memadukan antara Masjid dan gedung sekolah, merupakan bentuk pengakuan pentingnya aspek sekolah sebagai masyarakat kecil tersebut. <br /> <br />Dalam dunia pendidikan terdapat dua teori yang berkaitan dengan sekolah sebagai masyarakat kecil ini. Pertama, sekolah tempat melatih dan mempersiapkan anak didik untuk terjun pada kehidupan mereka di masa mendatang. Kedua, sekolah merupakan kehidupan riil anak didik itu sendiri, bukannya tempat mempersiapkan anak didik. "School is not preparation for life, but life it self" (Dewey, 1944). <br /> <br />Implikasi praktis dari teori pertama, anak didik dalam proses pendidikan diberlakukan sebagai objek pendidikan. Mereka merupakan objek yang tengah digembleng dan dicetak agar mampu mengarungi kehidupan di kemudian hari. Mereka bukanlah subjek di dunia sekolah yang ada ini. Sayangnya, kemajuan yang pesat di bidang ilmu dan teknologi menyebabkan perubahan-perubahan yang berlangsung di masyarakat sangat cepat dan sulit itu bisa diramalkan dengan tepat (lihatToffler, 1974, 1981). Oleh karena itu timbul pertanyaan, bagaimana mempersiapkan anak didik untuk mengarungi kehidupan di kemudian hari itu sendiri tidak bisa diprediksi? <br /> <br />Teori kedua, menekankan hendaknya sekolah diselenggarakan sedemikian rupa sehingga betul-betul merupakan kehidupan riil anak didik itu sendiri. Implikasi dari teori ini adalah anak didik merupakan subjek dari proses pendidikan. Kehidupan sosial anak didik dalam masyarakat kecil tersebut merupakan dasar dan sumber dari transformasi kehidupan. Peran paling penting dalam proses pendidikan bukanlah terletak pada mata pelajaran yang diberikan, melainkan pada aktifitas dan interaksi sosial anak didik itu sendiri. Peran guru menurut falsafah ini lebih banyak bersifat tut wuri handayani; memberikan dorongan dan motivasi agar para anak didik mampu memperluas kemampuan pandang, unluk mengembangkan berbagai altematif dan pengambilan keputusan dalam aktifitas kehidupan serta memperkuat kemauan untuk mendalami dan mengembangkan apa yang dipelajari dalam proses kehidupan itu. Namun, perlu difahami pula, bahwa dengan menjadikan anak didik sebagai subjek dalam proses pendidikan tidak berarti sekolah bersifat "value free". Tetap saja, sekolah lewat guru dan kurikulum akan menanamkan values, tetapi dengan cara "value-fair". Artinya dalam usaha menanamkan nilai-nilai, guru tidak akan memaksakan sesuatu nilai tertentu kepada anak didiknya. Melainkan guru melakukan usaha-usaha dengan berbagai cara atau metoda, berbagai alat bantu, agar anak didik akan membenarkan dan menerima nilai-nilai yang ia ajarkan, anak didik sendirilah yang menemukan dan mengadopsi nilai-nilai yang ditargetkan oleh sekolah untuk ditanamkan pada anak didiknya. <br /> <br />Banyak keberatan dari para ahli atas bentuk sekolah berdasarkan teori yang pertama. Keberatan yang terpenting adalah dengan menjadikan anak didik sebagai objek berarti pendidikan merupakan tindakan "mencomot" anak didik dari lingkungannya sendiri untuk dimasukkan ke dalam lingkungan yang lain yang belum tentu sesuai atau malahan asing bagi anak didik. Lingkungan baru itu bernama sekolah. Kalau anak didik tidak cocok dengan lingkungan baru, sebagai objek, anak didik tidak bisa berbuat apa-apa. Masalahnya akan menjadi rumit, kalau apa yang dilihat, diterima dan dihayati dalam lingkungan "mini society" ini tidak sama atau malahan bertentangan dengan apa yang ia lihat, terima dan hayati dari lingkungan yang lebih besar, yakni masyarakat. Akibat dari keadaan ini, tidak mengherankan kalau banyak anak didik yang mengikuti pelajaran di sekolah dengan setengah hati. <br /> <br />Di fihak lain, lebih banyak para ahli yang keberatan dengan teori kedua. Keberatan pokoknya adalah berkisar pada kekhawatiran pendidikan akan menjadi proses yang tanpa arah dan "anarkis". <br /> <br />Sudah barang tentu pembaharuan pendidikan di negara kita di masa mendatang harus pula memperhitungkan aspek sekolah sebagai "a mini society" ini. Pembaharuan pendidikan tidak berarti harus mengambil salah satu teori pendidikan secara murni. Yang penting adalah bagaimana pembaharuan pendidikan bisa membuahkan kebijaksanaan yang mengarahkan agar pendidik bisa memanfaatkan variasi interaksi dan pengalaman riil yang diperoleh anak didik di sekolah sebagai upaya untuk mencapai keberhasilan pendidikan. <br /> <br />Ada tiga hal yang telah dikemukakan dalam pembahasan tentang pembaharuan pendidikan: kurikulum, guru dan sekolah sebagai "a mini society". Pengembangan sekolah di masa depan di mana perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat sangat cepat dan unpredictabfe, ketiga hal tersebut tidak bisa ditinggalkan. <br /> <br />C. Sekolah Dasar di masyarakat yang berubah dengan cepat <br /> <br />Dalam proses pendidikan, sekolah dasar menempati posisi yang sangat vital dan strategis. Kekeliruan dan ketidaktepatan dalam melaksanakan pendidikan di tingkat dasar ini akan berakibat fatal untuk pendidikan tingkat selanjutnya. Sebaliknya, keberhasilan pendidikan pada tingkat ini akan membuahkan keberhasilan pendidikan tingkat lanjutan. Sayangnya, berbagai fihak justeru menempatkan pendidikan dasar lebih rendah daripada tingkat pendidikan yang lain, terbukti antara lain, dengan adanya kualifikasi dan gaji guru sekolah dasar yang berbeda dengan sekolah lanjutan. <br /> <br />Usaha-usaha meningkatkan kualitas sekolah dasar sudah sangat mendesak. Tanpa ada peningkatan kualitas sekolah dasar yang mendasar, usaha-usaha peningkatan kualitas sekolah lanjutan menengah pertama dan atas tidak akan berhasil dengan maksimal. Di samping itu kondisi-kondisi yang ada menunjukkan bahwa secara kuantitas penyediaan fasilitas sekolah dasar sudah memadai. Pada tahun 1986, sudah lebih dari 94% anak umur sekolah dasar (umur 7 - 12) telah tertampung di sekolah-sekolah. Malahan sebagai hasil dari program pengendalian penduduk, pertambahan murid sekolah dasar kelas satu sudah mulai menurun. Untuk tahun-tahun mendatang ini, gejala-gejala menurunnya murid kelas satu akan semakin nampak jelas terasa. Oleh karena itu, problema sekolah dasar akan bergeser dari bagaimana menyediakan fasilitas bergerak kepada bagaimana mengorganisir sekolah dasar yang semakin kecil tetapi bisa semakin berkualitas. Bagi sekolah negeri barangkali problema ini tidak begitu terasa, tetapi bagi swasta yang terjadi adalah sebaliknya. <br /> <br />Dalam hubungan dengan usaha peningkatan kualitas sekolah dasar, Beeby (1983) mengidentifikasi dua bentuk usaha peningkatan kualitas sekolah. Bentuk pertama, peningkatan kualitas sistem dan manajemen sekolah. Hal ini berhubungan dengan "the flow of students". Kedua, peningkatan kualitas berkenaan dengan proses belajar-mengajar di ruang-ruang kelas. <br /> <br />Usaha peningkatan kualitas yang berhubungan "the flow of students" pada dasarnya bertujuan untuk menghilangkan pemborosan sebagai akibat internal in-efficiency in education. Kebijaksanaan apa yang dapat dikembangkan sehingga tingkat anak didik mengulang kelas dan putus sekolah bisa ditekan, bahkan kalau mungkin dihilangkan. Wajib Belajar Pendidikan Dasar, untuk anak umur 7-15 tahun dan pembebasan uang SPP merupakan kebijaksanaan yang penting dan tepat untuk mengurangi tingkat putus sekolah ini. <br /> <br />Untuk menghilangkan "repeaters" nampaknya lebih sulit. Apalagi informasi berkenaan dengan sebab-sebab ulang kelas ini sangat sedikit. Salah satu usaha untuk menghilangkan ulang kelas adalah dengan menetapkan "automatic class promotion system". Dengan sistem ini anak didik setiap tahun secara otomatis akan naik kelas. Sehingga nanti umur anak didik akan menunjukkan kelasnya. Sudah barang tentu kebijaksanaan ini harus diiringi dengan kebijaksanaan "remedial programs". Anak didik yang tidak bisa mengikuti pelajaran atau tertinggal harus mengikuti pelajaran tambahan. Kebijaksanaan ini untuk negara kita tidaklah mustahil, mengingat jumlah murid sekolah dasar semakin kecil sebaliknya jumlah guru berlebihan. Dengan semakin kecilnya rasio murid-guru, maka guru akan bisa mengenal dengan tepat perkembangan anak didik. <br /> <br />Dalam peningkatan mutu SD, masalah kurikulum, kualitas guru dan lingkungan keluarga perlu mendapat perhatian. Pada level nasional, pengembangan kurikulum merupakan proses politik, administrasi dan birokrasi, serta sekaligus proses profesionalisme. Proses ini mengandung negosiasi antara harapan-harapan dan sumber-sumber yang tersedia. Apabila dalam proses pengembangan kurikulum ini masalah-masalah yang riil ada di kelas diperhitungkan maka kurikulum akan memberikan sumbangan yang besar pada peningkatan kualitas sekolah. Dua hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah kebutuhan lingkungan dan kemampuan guru.<br /> <br />Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu yang lalu melontarkan ide perlunya warna lokal pada kurikulum pendidikan kita. Ide tersebut sangatlah tepat dan perlu untuk mendapatkan support dan partisipasi dari para pendidik. Kebhinekaan masyarakat kita yang tercermin dalam banyak aspek kehidupan: lingkungan fisik, sosial dan budaya, perlu untuk diperhitungkan dalam pengembangan kurikulum. Realitas kebhinekaan ini, merupakan dasar yang logis untuk mengembangkan kurikulum nasional yang berwarna lokal. Kurikulum yang "murni bersifat nasional" sulit untuk bisa diterima. Kurikulum yang demikian itu akan menghasilkan keterasingan pada sementara anak didik, sebab apa yang dipelajari di sekolah tidak relevan dengan lingkungan sekelilingnya. <br /> <br />Proses pengembangan kurikulum berwarna lokal dalam kurikulum nasional hendaknya lebih banyak menarik partisipasi para pendidik. Kalau di tingkat nasional pengembangan kurikulum lebih banyak dilakukan oleh para "perencana dan administrator pendidikan", maka pengembangan kurikulum lokal seyogyanya lebih banyak ditentukan oleh pendidik sendiri. <br /> <br />Selain isi kurikulum (intended curriculum) maka sistem pengajaran (the instructionat delivery system) perlu untuk mendapat perhatian. Pendidikan pada tingkat sekolah dasar diarahkan untuk mengembangkan kreatifitas, kecintaan dan loyalitas pada tanah air, dan critical thinking pada diri anak didik. Untuk mencapai tujuan ini maka model Student Active Learning adalah merupakan metoda yang paling tepat. Kemampuan para guru sekolah dasar perlu untuk ditingkatkan. Usaha-usaha peningkatan kualitas guru sekolah dasar ini harus mendasarkan pada kemampuan guru yang ada sekarang ini untuk diarahkan pada kemampuan yang diinginkan. Untuk ini perlu ada kegiatan "need of assessment" sehingga berdasarkan kegiatan itu bisa disusun "peta kualitas guru". Hal ini menghindarkan adanya "in service training" yang tidak tepat. Langkah yang lebih mendasar, adalah meningkatkan kualitas guru secara formal. <br /> <br />Usaha peningkatan kualitas guru perlu pula dilakukan secara formal. Dalam arti pensyaratan untuk menjadi guru sekolah dasar tidak cukup lulusan SPG, melainkan perlu ditingkatkan menjadi lulusan perguruan tinggi. Hal ini sudah saatnya, mengingat tenaga guru sekolah dasar sudah lebih dari cukup. Di samping itu untuk melaksanakan pengembangan sekolah dasar di masa depan memang memerlukan tenaga guru yang memiliki kualifikasi lebih tinggi. Untuk menghadapi pembaharuan-pembaharuan pendidikan di masa mendatang dan menanggapi perubahan-perubahan di masyarakat yang sangat cepat itu, kualifikasi guru SD tamatan SPG sangat diragukan kemampuannya. Diharapkan pula dengan persamaan kualifikasi untuk menjadi guru sekolah dasar dan guru sekolah lanjutan, di masa mendatang perbedaan "derajat" antara kedua tingkat pendidikan itu juga akan hilang. Labih daripada itu, adanya integrasi lembaga pendidikan dalam satu institusi akan menguntungkan dalam menyusun rencana pengembangan kurikulum pendidikan calon guru secara integral dan menyeluruh, termasuk pula kurikulum untuk "in-service training". <br /> <br />Usaha-usaha pengembangan kreatifitas anak didik dan kecintaannya pada tanah air dapat dilaksanakan pula lewat proses interaksi yang terjadi di sekolah. Sebagaimana yang telah disinggung di depan, sekolah adalah merupakan "a mini society". Guru harus bisa memanipulasi aktifitas dan interaksi anak didik untuk mengembangkan kreatifitas anak dan kecintaan pada tanah air. Misalnya, bagaimana guru bisa memberikan kesempatan pada anak didik untuk menentukan kegiatan olah raga yang akan dilaksanakan, apa yang harus dilakukan pada anak yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah, membuat peraturan-peraturan di kelas ataupun di luar <br />kelas. <br /> <br />Hasil pendidikan di sekolah dasar dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Penelitian-penelitian yang dilakukan baik di negara Barat maupun di negara kita membuktikan statement di atas (lihat Sudarsono, 1984; Johnstone & Jiyono, 1983; Simmons, 1980). Ada lima aspek dari lingkungan keluarga yang berpengaruh terhadap hasil pendidikan sekoiah dasar. Pertama, pola perilaku anak dan orang tua; kedua, bantuan dan petunjuk orang tua dalam belajar; ketiga, diskusi antara orang tua dan anak; dan, keempat, penggunaan bahasa di rumah, dan aspirasi pendidikan orang tua. <br /> <br />Anak dari kalangan keluarga di mana ada struktur kegiatan memiliki prestasi yang lebih baik dari pada anak yang datang dari kalangan keluarga yang tidak mempunyai struktur kegiatan. Memiliki struktur kegiatan berarti dalam keluarga tersebut ada jadwal kegiatan dan tanggung jawab anak secara jelas. Kapan waktu belajar, waktu bermain, waktu membantu orang tua melakukan pekerjaan rumah tangga. Waktu-waktu tersebut harus ditepati. Pelanggaran yang dilakukan akan dapat mengakibatkan tidak dapat melihatTV, misalnya. <br /> <br />Bantuan dan petunjuk orang tua bagi anak dalam kegiatan-kegiatan belajar sangat diperlukan. Anak yang datang dari keluarga di mana orang tuanya membantu dan memberikan petunjuk belajar mempunyai prestasi yang lebih baik daripada anak yang datang dari keluarga yang tidak mau tahu tentang kegiatan belajar anaknya. Sekolah bagi anak bukanlah merupakan kegiatan yang gampang. Orang tua perlu memberikan support dan dorongan agar anak bisa tetap pada interes dan kesenangan dalam belajar. Anak akan sering menghadapi kesulitan dalam satu mata pelajaran tertentu atau lebih. Kesulitan-kesulitan akan menyebabkan anak patah semangat untuk belajar dan tidak jarang menyebabkan anak mempunyai "self-concept" yang jelek. Usaha-usaha membesarkan hati manakala anak menghadapi kesulitan dan memberikan pujian manakala anak mendapatkan prestasi yang baik sangat diperlukan bagi anak-anak sekolah dasar. <br /> <br />Kegiatan belajar anak pada hakekatnya tidak hanya berlangsung di sekolah atau di ruang-ruang kelas. Di luar sekolah pun proses ini berlangsung. Orang tua bisa menggunakan kesempatan kumpul sebagai media bagi anak untuk belajar. Anak-anak yang datang dari keluarga di mana sering melakukan diskusi antara anggota keluarga menunjukkan prestasi yang lebih baik daripada anak yang di rumah tidak pernah berbincang-bincang dengan orang tua atau saudaranya. <br /> <br />Prestasi anak yang datang dari keluarga di mana komunikasi sehari-harinya menggunakan bahasa Indonesia (bahasa yang digunakan di sekolah) lebih tinggi daripada prestasi anak yang di rumah tidak menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indoensia di rumah akan memperkaya kemampuan bahasa anak. Secara langsung anak mengembangkan kemampuan bahasa Indonesia di rumah. <br /> <br />Keluarga merupakan tempat di mana anak bisa mendapatkan motivasi untuk belajar dan mengembangkan harapan-harapan pendidikan dan gaya hidup di masa depan. Orang tua mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan motivasi dan aspirasi pendidikan anak. Orang tua seyogyanya mempunyai informasi yang jelas tentang aktifitas anak di sekolah, mata pelajaran apa yang membuat anak senang dan tidak senang, di mana kelebihan dan kekurangan anak dalam belajar. Orang tua di samping memberikan support seyogyanya juga memberikan standar yang harus dicapai oleh anak. Anak-anak yang datang dari keluarga di mana orang tua mengembangkan motivasi dan aspirasi belajar anak, memiliki prestasi yang lebih tinggi dari pada anak yang datang dari keluarga di mana orang tua tidak pemah mengembangkan motivasi dan aspirasi pendidikan anaknya. <br /> <br />Melihat hasil-hasil penelitian di atas, maka usaha peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dasar, khususnya, bisa dipisahkan dari lingkungan keluarga. Orang tua tidak bisa menyerahkan secara 100% agar anaknya dididik di sekolah. Perlu ada kerjasama antara sekolah dan orang tua dalam usaha meningkatkan kualitas sekolah. Orang tua perlu mendapatkan informasi apa yang harus dilakukan di rumah untuk menunjang keberhasilan anak di sekolah. Hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan di Indoensia bisa dijadikan bahan untuk diinformasikan kepada orang tua. Problemanya, siapa yang harus melakukan? <br /> <br />Sekolah-sekolah mempunyai lembaga Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3). Sampai saat ini lembaga tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal, baru terbatas untuk menghubungkan dana pembangunan gedung. Sesungguhnya BP3 ini bisa ditingkatkan peranannya, dari pengumpul uang pembangunan gedung menjadi pemegang peran mempertemukan apa yang terjadi di sekolah dan apa yang seyogyanya dilakukan oleh orang tua kepada anaknya di rumah, dalam kaitannya dengan proses belajar anak di sekolah. <br /> <br />Dengan kata, lain untuk peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dasar perlu ada kerjasama yang erat antara orang tua dan guru, antara sekolah dan rumah. Orang tua tahu apa yang terjadi di sekolah, sebaliknya guru bisa memberikan pengarahan apa yang seyogyanya dilakukan oleh orang tua terhadap anak dalam rangka menunjang keberhasilan anak di sekolah. <br /> <br />E. Permasalahan guru <br /> <br />Permasalahan pendidikan dapat didekati dengan pendekatan macrocosmics dan microcosmics. Pendekatan macrocosmics berarti permasalahan guru dikaji dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain di luar guru. Hasil pendekatan ini adalah bahwa rendahnya kualitas guru dewasa ini di samping muncul dari keadaan guru sendiri juga sangat terkait dengan faktor-faktor luar guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas guru, antara lain: a) penguasaan guru atas bidang studi, b) penguasaan guru atas metode pengajaran, c) kualitas pendidikan guru, d) rekrutmen guru, e) kompensasi guru, f) status guru di masyarakat, g) manajemen sekolah, h) dukungan masyarakat, dan, i) dukungan pemerintah. <br /> <br />Penguasaan guru atas bidang studi yang akan diajarkan kepada para siswa merupakan sesuatu yang mutlak sifatnya. Sebab, dengan materi bidang studi tidak saja guru akan mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi lebih daripada itu, dengan materi bidang studi itu guru akan menanamkan disiplin, mengembangkan critical thinking, mendorong kemampuan untuk belajar lebih lanjut, dan yang tidak kalah pentingnya adalah menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu pengetahuan itu sendiri pada diri siswa. Penguasaan kemampuan guru di bidang metodologi pengajaran juga penting. Tetapi perlu dicatat bahwa, kemampuan metode dalam pengajaran kalau diujudkan dalam simbol bagaikan angka "0". Artinya, betatapun banyak dan tingginya kemampuan metodologi pengajaran tidak memiliki nilai apa-apa, apabila tidak digabungkan dengan angka lain 1, 2, 3 dan seterusnya sampai 9 yang merupakan wujud dari kemampuan penguasaan bidang studi. Dalam masalah penguasaan materi bidang studi inilah kelemahan guru sangat menonjol. Suatu studi menunjukkan bahwa penguasaan bidang studi para guru kalau diujudkan dalam skor yang terentang antara 0-10, terletak pada titik sekitar 7, dan untuk mata pelajaran matematika dan IPA lebih rendah lagi. <br /> <br />Rendahnya penguasaan guru pada bidang studi tidak lepas dari kualitas pendidikan guru dan rekrutmen colon guru. Dapat dicatat bahwa selama ini terdapat tiga bentuk kurikulum yang mencerminkan fase pemikiran di lingkungan lembaga pendidikan guru. Fase pertama ditunjukkan dengan kurikulum pendidikan guru (IKIP, FKIP, dan STKIP) sebelum kurikulum IKIP 1984. Pada kurun waktu tersebut kurikulum pendidikan guru tidak jauh berbeda dengan kurikulum jurusan yang sama di universitas. Perbedaannya adalah pada mahasiswa pendidikan guru di samping memiliki bekal bidang studi yang memadai, juga ditambah dengan beberapa mata kuliah yang berkaitan dengan didaktik khusus. Pada waktu diberlakukannya kurikulum pendidikan guru 1984, terjadi perubahan yang mendasar. Mahasiswa pendidikan guru harus lebih menekankan pada metode mengajar dibandingkan dengan penguasaan materi bidang studi. Oleh karena itu tidak mengherankan, kalau beban SKS di lingkungan pendidikan guru didominasi oleh mata kuliah pendidikan. Sebaliknya, mata kuliah bidang studi jauh berkurang. lbaratnya, pada kurikulum 1984 ini cara memegang kapurpun diajarkan di IKIP/FKIP/STKIR Hasilnya, lulusan pendidikan guru dengan kurikulum 1984 tidak mampu mengajar sebagaimana seharusnya. Pada akhir tahun 1980-an kembali terdapat perubahan kurikulum di lingkungan pendidikan guru. Namun, kurikulum baru juga menunjukkan ambivalensi antara penekanan pada bidang studi dan pada metode mengajar. Oleh karena itu hasil pendidikan guru masih juga diragukan, khususnya di bidang penguasaan bidang studi. <br /> <br />Sesungguhnya perubahan kurikulum pendidikan guru yang terjadi tidak bisa dilepaskan begitu saja pada pemahaman akan hakekat profesi guru. Apakah guru diketagorikan sebagai hard profession atau soft profession. Sebab, masing-masing kategori memiliki implikasi yang berbeda terhadap lembaga dan program pendidikan guru. Suatu pekerjaan dapat dikategorikan sebagai hard profession apabila pekerjaan tersebut dapat didetailkan dalam perilaku dan langkah-langkah yang jelas dan relatif pasti. Pendidikan yang diperlukan bagi profesi ini adalah menghasilkan output pendidikan yang dapat distandarisasikan. Artinya, kualifikasi lulusan jelas dan seragam di manapun pendidikan itu berlangsung. Dengan kualifikasi ini seseorang sudah mampu dan akan terus mampu melaksanakan tugas profesinya secara mandiri meskipun tanpa pendidikan lagi. Pekerjaan dokter merupakan contoh yang tepat untuk mewakili kategori hard profession. Sebaliknya, kategori soft profession adalah diperlukannya kadar seni dalam melaksanakan pekerjaan tersebut. Ciri pekerjaan tersebut tidak dapat dijabarkan secara detail dan pasti. Sebab, langkah-langkah dan tindakan yang harus diambil, sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi tertentu. Implikasi kategori soft profession tidak menuntut pendidikan dapat menghasilkan lulusan dengan standar tertentu melainkan menuntut lulusan dibekali dengan kemampuan minimal. Kemampuan ini dari waktu ke waldu harus ditingkatkan agar dapat melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, lembaga in-service training bagi soft-profession amat penting. Barangkali, wartawan, advokat, dan guru merupakan contoh dari kategori profesi ini. <br /> <br />Berdasarkan pemahaman bahwa tugas guru merupakan soft profession, maka diperlukan perubahan yang mendasar pada proses pendidikan guru kita. IKIP tidak perlu diperluas menjadi universitas, sebaliknya IKIP harus dilebur dalam universitas. Apakah ke dalam universitas yang sudah ada atau baru bukan hal yang prinsip. Prinsip yang mendasar adalah bahwa semua fakultas atau bidang studi di universitas memberikan kesempatan kepada para mahasiswa yang sudah menyelesaikan mata kuliah bidang studi untuk memiliki sertifikat mengajar dengan mengambil mata kuliah pendidikan dan praktek mengajar di sekolah. Dengan demikian, sistem pendidikan guru ini memiliki kelebihan dari yang sekarang ini. Pertama, pendidikan guru adalah S1 PLUS bidang pendidikan. Kedua, pendidikan guru tidak inferior dibandingkan dengan pendidikan ilmu murni. Ketiga, pendidikan guru akan memperoleh input yang berkualitas dengan mengundang mahasiswa yang berotak cemerlang. Memang terdapat kemungkinan sangat sedikit mahasiswa yang mengambil sertifikasi mengajar. Namun, keadaan ini hanya bersifat sementara, karena kekurangan tenaga guru akan meningkatkan daya saing guru. <br /> <br />Kualitas guru tidak bisa dilepaskan dari kompensasi yang mereka terima dan status guru di masyarakat. Namun, kompensasi atau gaji guru tidak bisa dilepaskan dari kondisi ekonomi suatu negara. Artinya, perbandingan gaji guru antar negara akan tidak pas kalau tidak ditimbang dengan kemakmuran bangsa tersebut. Gaji guru di Malaysia lebih besar dibandingkan dengan gaji guru di Indonesia, secara absolut. Namun, perbandingan akan berbeda manakala kedua gaji tersebut diperbandingkan dengan pendapatan perkapita negara masing-masing. Oleh karena itu, bukan hanya gaji yang penting melainkan bagaimana dukungan masyarakat dan pemerintah bagi kesejahteraan dan status guru. Lagu “Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” sangat mulia dan terhormat. Dalam setiap kesempatan wisuda sering lagu tersebut diperdengarkan, dan hadirin terbuai dengan kesyahduan. Namun, barangkali bagi guru sendiri akan lebih senang kalau lagu diubah menjadi "Guru Pahlawan Penuh Tanda Jasa”. Dengan demikian, kelak tidak hanya muballigh yang ber BMW atau Mercy, tetapi juga para guru akan ber-Kijang atau ber-Escudo, simbol kemakmuran masyarakat dewasa ini. Namun, barangkali merupakan suatu kemustahilan, paling tidak untuk jangka pendek, untuk merealisir kompensasi guru yang memadai kalau hanya bersandarkan kepada anggaran pemerintah. Barangkali, sudah masanya untuk dipikirkan mobilisasi dana pendidikan atau dana kesejahteraan guru yang berasal dari masyarakat. Kalau untuk keperluan lain dana mudah diperoleh misalnya untuk prestasi olah raga, mengapa tidak bagi prestasi guru? Di sinilah letaknya, partisipasi orang tua dan dukungan masyarakat mutlak diperlukan untuk meningkatkan kualitas guru. <br /> <br />Kualitas guru yang ditunjukkan oleh kualitas kerja tidak dapat dilepaskan dari manajemen pendidikan. Manajemen pendidikan yang sentralistis, dengan menempatkan pengambilan keputusan di tangan-tangan yang jauh dari guru tidak menguntungkan bagi usaha meningkatkan kualitas kerja guru. Misalnya, keharusan guru untuk mengajar dengan CBSA, menempatkan guru pada posisi yang tidak menyenangkan. Sebab, pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas sangat tergantung pada kondisi dan situasi yang dipengaruhi oleh berbagai variabel. Oleh karena itu keputusan tentang bagaimana proses belajar mengajar harus dilaksanakan yang ditentukan dari atas sulit untuk dapat diterima akal sehat. Sebab, justru guru yang paling tahu apa yang harus dilakukan. Di fihak lain, dengan adanya ketentuan dari pusat beban guru lebih ringan. Karena kegagalan dalam rnengajar bukan hanya dikarenakan olehnya tetapi juga oleh instruksi dari atas yang tidak jalan karena tidak cocok dengan keadaan di lapangan. Oleh karena itu, pemberian otoriomi yang lebih besar kepada guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar akan memberikan rasa tanggung jawab lebih besar kepada guru. Rasa tanggung jawab ini mutlak diperlukan dalam meningkatkan kualitas guru.<br /> <br />Dengan pendekatan microcosmics dapat dideskripsikan bahwa keberhasilan guru sangat tergantung pada kemampuan dan dedikasi guru di satu fihak dan motivasi dan usaha keras dari siswa di fihak lain. Oleh karena itu, guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar juga harus mampu membangkitkan semangat untuk berprestasi di kalangan siswa. Tugas tersebut tidak ringan mengingat karakteristik yang melekat pada pekerjaan guru. Karakteristik pertama adalah pekerjaan guru bersifat individual dan cenderung non-collaborative. Kedua, pekerjaan guru dilakukan di ruang-ruang kelas yang terisolir dalam jangka waktu yang lama. Ketiga, ini merupakan akibat pertama dan kedua, waktu guru untuk berdialog akademik dengan sesama guru sangat terbatas. Karakteristik kerja guru ini menyebabkan guru merupakan pekerjaan yang tidak pernah mendapatkan umpan balik. Tanpa adanya umpan balik sulit bagi guru untuk dapat meningkatkan kualitas profesinya. Umpan balik merupakan sesuatu yang diperlukan oleh guru. Untuk itu, guru perlu dilengkapi dengan kemampuan untuk melakukan self-reflection, untuk mengevaluasi apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana hasilnya. <br /> <br />Analisis dengan gabungan pendekatan macrocosmics dan microcosmics, menunjukkan bahwa persoalan guru dapat dikategorikan ke dalam berbagai kelompok. Mengikuti model analisis yang dikembangkan Boediono mengelompokan sasaran wajib belajar menjadi 8 kelompok berdasarkan kemampuan ekonomi dan aspirasi pendidikan orang tua, persoalan guru dapat dikategorikan berdasarkan tiga variabel: ekonomi dengan predikat cukup dan kurang, kemampuan dengan predikat mampu dan tidak mampu, dan variable dedikasi dengan predikat penuh dedikasi dan kurang dedikasi. Dengan demikian terdapat delapan kelompok guru: 1) ekonomi cukup, mampu dan dedikasi tinggi, 2) ekonomi cukup, mampu, tetapi tidak memiliki dedikasi, 3) ekonomi cukup, kurang mampu, tetapi memiliki dedikasi tinggi, 4) ekonomi cukup, tidak mampu dan tidak memiliki dedikasi, 5) ekonomi kurang, tetapi mampu dan penuh dedikasi, 6) ekonomi tidak mampu, tidak memiliki dedikasi tetapi mampu, 7) ekonomi kurang, tidak mampu tetapi memiliki dedikasi tinggi, dan, 8) ekonomi kurang, tidak mampu dan tidak memiliki dedikasi. <br /> <br />Sudah barang tentu, kebijakan dan program peningkatan kualitas guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar tidak mungkin secara spesifik mendasarkan pada kategorisasi tersebut. Betapapun juga, gambaran kategori tersebut perlu untuk direnungkan dalam membenahi dan menata guru dewasa ini. Paling tidak, upaya peningkatan kualitas guru dengan penataran untuk meningkatkan kemampuan tidak cukup. Sebab, masih ada faktor lain yang perlu sentuhan, yakni semangat-dedikasi guru dan kesejahteraannya. <br /> <br />F. Kebijakan meningkatkan kualitas <br /> <br />Kebijakan dan program peningkatan kualitas guru daiam melaksanakan proses belajar mengajar harus menyentuh tiga aspek sebagaimana dikemukakan di atas: aspek kemampuan, aspek semangat dan dedikasi, dan aspek kesejahteraan. Kebijakan yang tidak lengkap, yang tidak mencakup ketiga aspek tersebut cenderung akan mengalami kegagalan. <br /> <br />Kebijakan untuk meningkatkan kualitas guru harus banyak bertumpu pada inisiatif dan kemauan yang datang dari fihak guru sendiri. Dengan kata lain guru sebagai subjek bukannya objek. Untuk pengembangan kemampuan guru untuk belajar (bukan mengajar) sangat penting. Kemampuan belajar mencakup kemampuan untuk membaca dan mengkaji fenomena masyarakat secara efisien, kemampuan untuk menentukan bahan yang relevan dan perlu untuk dikaji, dan, kemampuan untuk mencari sumber pengetahuan. Dalam kaitan ini suatu mekanisme atau prosedur untuk munculnya umpan balik bagi guru sangat penting artinya. Salah satu yang mungkin dilaksanakan adalah membekali guru dengan kemampuan untuk melakukan self reflection, lewat action research. <br /> <br />Kemampuan untuk belajar ini akan dapat terus hidup dan tumbuh subur manakala guru memiliki cukup ruang untuk berinisiatif dan berimprovisasi. Untuk itu instruksi, jukiak dan juknis yang berkaitan dengan pengajaran harus diminimalkan, kalau tidak dapat dihilangkan sama sekali. Perluasan otoritas guru ini harus pula diiringi dengan kebijakan untuk mengembangkan sistem accountabilitas sekolah yang jelas dan transparan. Sekolah, termasuk guru harus menyusun program dan target kegiatan yang jelas dan dikomunikasikan kepada orang tua siswa dan masyarakat. Hasil kerja sekolah atas pencapaian target harus dapat dievaluasi dengan jelas oleh orang tua dan masyarakat. Sekolah harus meletakkan orang tua dan masyarakat sebagai konsumen. Kepuasan konsumen harus ditempatkan pada prioritas paling tinggi. Untuk itu, sekolah di bawah pimpinan kepala sekolah harus dapat bekerja secara mandiri. Sekolah harus dijiwai watak ekonomi, kerja efektifdan efisien. Dalam kaitan inilah, school site based management merupakan suatu tuntutan dasar dalam. Upaya peningkatan kualitas sekolah. Dengan sistem manajemen ini otoritas sekolah semakin besar, termasuk tanggung jawab memajukan sekolah. Semakin besar otoritas dan tanggung jawab ini pada gilirannya akan meningkatkan kesadaran pada diri guru untuk memberikan yang terbaik bagi siswanya.<br /> <br />Upaya peningkatan kualitas guru untuk meningkatkan kualitas lulusan harus disertai dengan peningkatan kesejahteraan guru. Prinsip school site based management menuntut partisipasi dari fihak orang tua siswa dan masyarakat lebih besar. Partisipasi yang pertama berkaitan dengan upaya mobilisasi dana pendidikan, dan partisipasi kedua adalah aktivitas mereka dalam ikut memikirkan kemajuan sekolah. Oleh karena itu, sistem kerjasama orang tua dan sekolah perlu dikembang-suburkan. <br /> <br />Dalam mobilisasi dana pendidikan akan terjadi ketimpangan antara satu sekolah dengan sekolah lain, sebagai akibat adanya perbedaan kualitas sekolah. Terdapat kecenderungan bahwa semakin berkualitas suatu sekolah maka akan semakin besar kemampuan sekolah untuk memobilisasi dana pendidikan dari kalangan orang tua siswa dan masyarakat Sudah barang tentu hal ini tidak perlu untuk dicegah. Yang penting adalah alokasi anggaran pendidikan pemerintah perlu disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Anggaran pemerintah seyogyanya diarahkan ke sekolah-sekolah yang tidak mampu memobilisasi dana disebabkan kemampuan orang tua siswa yang rendah. <br /> <br />Usaha yang tiada pernah mengenal akhir bagi suatu negara adalah usaha untuk meningkatkan kemakmuran bangsanya. Hal itu dikarenakan padahakekatnya apa yang dinamakan kemakmuran tidak ada batasnya. Negara yang sudah sedemikian maju pun, seperti Jepang, Jerman dan Amerika Serikat, misalnya, masih juga berjuang keras untuk mencapai tingkat kemakmuran yang lebih tinggi. Khususnya negara-negara sedang berkembang, nampaknya harus berusaha lebih keras dalam upaya meningkatkan kemakmuran masrarakatnya. Suatu keuntungan bagi negara- negara sedang berkembang termasuk Indonesia, adalah bisa mengambil pelajaran dari apa yang dialami oleh negara-negara yang sudah terdahulu mengalami kemajuan. Dalam kaitan ini, dalam upaya meningkatkan kemakmuran bangsanya, kiranya negara-negara sedang berkembang patut menyimak peringatan Task Force on Teaching as a Profession on the Carnegie Forum on Education and the Economy bahwa "Dalam usaha kemajuan, suatu bangsa harus.sepenuhnya menyadari dua kebenaran yang fundamental ; yakni, a), keberhasilan usaha mencapai kemajuan tergantung pada keberhasitan menciptakan kualitas pendidikan yang lebih baik daripada sebelumnya, dan b). kunci keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan tergantung pada keberhasilan mempersiapkan dan menciptakan guru-guru yang profesional yang memiliki kekuatan dan tanggung jawab yang baru untuk merencanakan sekolah masa depan. <br /> <br />G. Perubahan yang terus berubah <br /> <br />Proses pendidikan tidak berlangsung dalam suasana yang steril dan vakum, melainkan proses pendidikan akan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan, baik sosial, politik, budaya, ekonomi, dan agama. Oleh karenanya, dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas guru para pemegang kebijakan di bidang pendidikan harus senantiasa mengkaji dan memahami perkembangan masyarakat. mengkaji dan memahami masyarakat lingkungan di mana pendidikan senantiasa bereaksi merupakan sesuatu yang tidak ringan, untuk tidak mengatakan hal itu sebagai sesuatu yang berat. Tetapi persoalannya akan semakin pelik, karena apa yang dinamakan dengan lingkungan masyarakat senantiasa berubah dengan cepat. Sir Charles R Snow, Filosof dan sastrawan berkebangsaan Inggris, dalam suatu karya klasiknya The Two Cultures memberikan gambaran kecepatan perubahan yang terjadi di masa depan dengan menyatakan "bahwa selama sejarah umat manusia sampai abad ini tingkat perubahan sosial sangat lambatnya sehingga perubahan dapat berlangsung tanpa kita ketahui. Tetapi lambatnya perubahan sosial tidak akan terjadi lagi. Perubahan sosial di masa datang/depan akan berlangsung sangat cepat. Begitu cepatnya perubahan sehingga imajinasi kita sekalipun tidak kuasa mengikutinya". <br /> <br />Setiap perubahan sosial yang terjadi membawa problema baru di masyarakat. Unluk menghadapi problema-problema baru tersebut masyarakat menuntut pembaharuan pendidikan dan kualifikasi baru untuk guru. Dengan demikian, pembaharuan harus pula dilaksanakan pada lembaga pendidikan guru. <br /> <br />Banyak problema yang akan dihadapi oleh masyarakat Indonesia sebagai konsekuensi adanya perubahan-perubahan sosial yang cepat di masa mendatang. Antara lain: <br />1. Fungsi dan daya guna lembaga-lembaga sosial akan merosotdan tuntutan individu dalam pengambilan keputusan dalam masyarakat semakin meningkat. <br />2. Timbulnya apa yang disebut "disinformation through over information". Informasi yang berkembang di masyarakat akan melimpah sehingga Naisbitt mengatakan masyarakat akan ditenggelamkan oleh informasi. Akibatnya informasi yang ada hanya mempunyai daya laku semakin pendek. Keadaan ini juga mempengaruhi di bidang pengetahuan di mana "kebenaran hari ini adalah suatu hal yang salah untuk hari berikutnya". <br />3. Melimpahkan informasi yang ada di masyarakat akan membawa kontradiksi informasi dan peningkatan kecepatan perubahan, yang pada gilirannya akan melecehkan kekuasaan di segala aspek kehidupan. Termasuk kekuasaan orang tua, kekuasaan tokoh-tokoh agama, dan juga kekuasaan pemimpin politik. <br />4. Berkembangnya rasa "pesimisme" di kalangan masyarakat terhadap perkembangan yang ada, misalnya pertumbuhan penduduk yang cepat, kejahatan yang meningkat, kerusakan lingkungan yang semakin meluas. Pesimisme yang berlebihan akan bisa menimbulkan sikap tak acuh ataupun sebaliknya, sikap radikal revolusioner. <br />5. Empat krisis uang telah disebut di depan akan menimbulkan krisis di dalam memahami apa yang terjadi di dunia ini. Ellol, sosiolog Perancis, menggambarkan krisis ini dengan mengemukakan,"Kita semua hidup di dalam suatu masyarakat yang tidak bisa dibayangkan. Seseorang tidak lagi bisa memiliki pengetahuan tentang masa depan melebihi apa yang diketahui tentang masa kini ....... Jalinan hubungan antara fenomena, reaksi satu terhadap yang lain, mekanisme hubungan antara peristiwa satu dengan yang lain yang tidak terduga, dampak dari informasi yang tidak dapat diperhitungkan lagi, faktor-faktor yang saling mengkait yang muncul begitu terpisah satu dengan yang lain......... dan perasaan terjebak pada keadaan yang memusingkan sehingga tidak dapat melepaskan diri. Masyarakat nampaknya tidak bisa melepaskan dari keadaan yang membingungkan disebabkan apa yang terjadi di dunia ini tidak bisa dilihat secara menyeluruh komprehensif. <br /> <br />M. Implikasi pada dunia pendidikan <br /> <br />Trend perkembangan dunia sebagaimana ditunjukkan dengan adanya perubahan sosial yang cepat di atas menuntut adanya paradigma baru dunia pendidikan. Yakni adanya pandangan holistis. Pandangan ini berarti pendidikan akan menekankan pada pendekatan yang menyeluruh dan bersifat global. Pandangan holistis ini akan menimbulkan dua pembaharuan di dunia pendidikan, a). Bahwa pendidikan akan menekankan pada anak didik "berfikir secara global dan bertindak bersifat lokal", dan b). pembaharuan makna efisiensi, yakni tidak semata-mata bermakna ekonomis, tetapi meliputi pula keharmonisan dengan lingkungan, solidaritas dan kebaikan untuk semuanya.<br /> <br />Dengan adanya paradigma baru di atas maka tuntutan kualifikasi hasil pendidikan juga akan berubah. Pendidikan dituntut untuk menekankan pengembangan kemampuan tertentu pada diri anak didik. Antara lain : a) kemampuan untuk mendekati permasalahan secara global dengan pendekatan multidisipliner, b) kemampuan untuk menyeleksi arus informasi yang sedemikian deras, untuk kemudian dapat dipergunakan untuk kehidupan sehari-hari, c) kemampuan untuk menghubungkan peristiwa satu dengan yang lain secara kreatif, d) meningkatkan kemandirian anak karena tingkat otonomi kehidupan pribadi dan keluarga semakin tinggi, e) menekankan pengajaran lebih pada learning how to learn, dari pada learning something. <br /> <br />Sebagai konsekuensi paradigma baru pendidikan, dan tuntutan pembaharuan pendidikannya maka dunia pendidikan memerlukan guru-guru dengan kualifikasi dan kemampuan baru. Sebagai konsekuensi lebih lanjut berarti pembaharuan pendidikan menuntut pembaharuan bagi pendidikan guru. Pembaharuan pada pendidikan guru pada dasarnya di arahkan agar pendidikan guru mampu menghasilkan guru-lulusan sesuai dengan tuntutan kualifikasi masa depan di mana masyarakat senantiasa berubah dengan cepat.<br /> <br />Implikasi perubahan masyarakat yang beritingsung dengan cepat dan pembaharuan pendidikan pada pendidikan guru antara lain dapat digambarkan sebagai berikut : <br />1. Masyarakat mengalami perubahan-perubahan yang berlangsung terus-menerus dalam tempo yang cepat mengakibatkan pengetahuan dan kemampuan guru "merosot". Sebaliknya, perubahan-perubahan yang cepat menuntut guru harus senantiasa meningkatkan kemampuan dirinya untuk bisa memenuhi tuntutan perubahan. Sehingga pada hakekatnya para guru di masa depan dituntut untuk bisa mengembangkan life long education. Oleh karena itu lembaga pendidikan guru perlu mengembangkan inservice training yang berkesinambungan. Dengan inservice training yang berkesinambungan ini diharapkan guru senantiasa mampu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Salah satu model yang dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan guru adalah mengembangkan hubungan dengan alumni dalam suatu struktur organisasi yang memadai yang bisa berfungsi untuk menyebarkan pengetahuan kepada para anggota baik lewat modul-modul ataupun majalah-majalah. Kesemuanya dalam upaya menempatkan para anggota pada posisi yang mampu menyadap pengetahuan baru. <br />2. Di masa depan arus informasi berlangsung pada debit yang sangat deras. Alfin Toffler mengatakan masyarakat akan dihadapkan pada over choices, pilihan yang berlebih-lebihan. Dalam keadaan yang sedemikian ini kemampuan yang dibutuhkan oleh warga masyarakat adalah kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat. Dengan demikian pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan pengambilan keputusan tersebut. Implikasinya pada lembaga pendidikan guru adalah bahwa beranjak dari semata-mata menekankan pada mastery learning ke arah pada pengembangan critical thinking, decision making skills dan communication skills. Dengan demikian pendidikan lembaga pendidikan guru akan menekankan pada pengembangan kemampuan untuk menseleksi informasi, kemampuan untuk memahami dan memecahkan problema, kemampuan untuk mengembangkan alternatif, dan kemampuan untuk mengambil keputusan. Konsekuensi lebih lanjut proses belajar mengajar pada lembaga pendidikan guru harus bergeser dari subject oriented menjadi problem oriented. <br />3. Membanjiri informasi di masyarakat menuntut penekanan pada proses lebih daripada hasil. Dengan demikian penyampaian materi dalam proses belajar akan lebih bersifat problem oriented daripada bersifat materi oriented. Hal ini menyebabkan guru tidak bisa lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi anak didik. Guru akan lebih banyak dituntut berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar mengajar. Implikasinya, lembaga pendidikan guru harus bisa memberikan model, bagaimana peran dosen sebagai fasilitator dan motivator. Dengan kata lain, perlu ada perubahan penampilan para dosen lembaga pendidikan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar. <br />4. Perubahan-perubahan yang berlangsung dengan cepat, mengakibatkan struktur pekerjaan dan kualifikasi pekerjaan juga akan berubah dengan cepat. Akibatnya, pendidikan tidak bisa lagi mempersiapkan lulusannya untuk memasuki dunia kerja dengan sebaik-baiknya. Hal ini dikarenakan kecepatan perubahan yang terjadi menjadikan kurikulum memecahkan masalah yang sebenarnya tidak ada, dan tidak mampu memecahkan masalah yang sesungguhnya dihadapi. Dengan demikian kurikulum akan senantiasa memerlukan revisi yang relatif cepat. Konsekuensinya, diperlukan guru-guru yang mempunyai daya adaptasi tinggi, untuk mampu menghadapi perubahan kurikulum. Keadaan ini menuntut pada pendidikan guru untuk bisa menghasilkan lulusan yang mampu mengembangkan materi pelajaran yang senantiasa berkembang dan berubah. Oleh karena itu lembaga pendidikan guru perlu untuk menyusun kurikulum yang lebih mempunyai daya fleksibilitas dan adaptasi yang tinggi. <br /><br />3.4. Mempersiapkan Kurikulum Pendidikan Abad XXI <br /> <br />Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat kompleks dan berjangka panjang, di mana berbagai aspek yang tercakup dalam proses saling erat berkaitan satu sama lain dan bermuara pada terwujudnya manusia yang memiliki nilai hidup, pengetahuan hidup dan keterampilan hidup. Prosesnya bersifat kompleks dikarenakan interaksi di antara berbagai aspek tersebut, seperti guru, bahan ajar, fasilitas, kondisi siswa, kondisi lingkungan, metode mengajar yang digunakan, tidak selamanya memiliki sifat dan bentuk yang konsisten yang dapat dikendalikan. Hal ini mengakibatkan penjelasan terhadap fenomena pendidikan bisa berbeda-beda baik karena waktu, tempat maupun subjek yang terlibat dalam proses. Dalam proses pendidikan tersebut diatas, kurikulum menempati posisi yang menentukan. lbarat tubuh, kurikulum merupakan jantungnya pendidikan. Kurikulum merupakan seperangkat rancangan nilai, pengetahuan, dan keterampilan yang harus ditransfer kepada peserta didik dan bagaimana proses transfer tersebut harus dilaksanakan.<br /> <br />Disebut berdimensi jangka panjang karena proses-pendidikan adalah mempersiapkan manusia untuk dapat hidup layak di masa depan, suatu masa yang tidak mesti sama bahkan cenderung berbeda dengan masa kini. Berkaitan dengan kurikulum, dimensi jangka panjang ini memberikan pemahaman bahwa suatu kurikulum harus merupakan jembatan bagi peserta didik untuk dapat mengantarkan dari kehidupan masa kini ke kehidupan masa depan. Peserta didik yang berada di bangku sekolah dewasa ini dipersiapkan untuk dapat hidup secara layak dan bermanfaat baik bagi diri, keluarga dan masyarakatnya pada abad XXI. Oleh karena itu, muncul pertanyaan bagaimana sosok kurikulum pendidikan untuk abad XXI ? <br /> <br />A. Brain researchs <br /> <br />Suatu kurikulum pendidikan ditentukan oleh dua faktor dasar, yakni, faktor internal yang berupa pemahaman atas bagaimana sistem kerja otak, dan, faktor eksternal yang berupa kualifikasi dan kemampuan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. <br /> <br />Pemahaman terhadap proses pendidikan dewasa ini didasarkan pada asumsi bahwa intelegensi merupakan ciri bawaan (heredity) yang bersifat statis. Asumsi ini didukung oleh hasil brain research kala itu sebagaimana dilaporkan oleh Eral Hunt (1995) yang antara lain menunjukkan bahwa: a) sistem kerja otak statis, b) penyebaran intelegensi sebagai kurva normal berbentuk be// shape, c) terdapat kemungkinan untuk menentukan secara spesifik berapa besar intelegensi yang diperlukan untuk mempelajari konsep dan skill tertentu di sekolah dan menguasai fungsi-fungsi vokasional yang diperlukan dalam kehidupan, d) tes standarisasi dapat dipergunakan untuk mengukur intelegensi seseorang dan memprediksi kemampuan yang akan dapat dicapai, dan, e) intelegensi terdiri dari kemampuan numeric dan fingual. <br /> <br />Implikasi dari hasil brain research ini adalah bahwa seseorang dalam belajar bersifat pasif, hanya mampu mempelajari sesuatu informasi secara bertahap poin demi poin, dalam praktek pendidikan siswa dijadikan objek yang bersifat pasif dalam menerima transmisi pengetahuan dari sumbernya, dan pemahaman komprehensif adalah strukturisasi pengetahuan dan terjadi lewat hapalan dari serpihan-serpihan informasi, serta proses pemahaman harus dikendalikan dari luar berupa sederetan aktivitas yang dilakukan oleh pengajar. Pendidikan merupakan proses penyampaian informasi tersebut dan menariknya kembali lewat tes-tes yang difokuskan pada komponen intelegensi yang statis dan penguasaan pengetahuan. Operasionalisasi dari ide ini adalah munculnya beberapa konsep dalam kurikulum, seperti a) pokok bahasan, b) sub-pokok bahasan, c) mata pelajaran requirement, d) mata pelajaran pokok, e) mata pelajaran pendukung, f) pengayaan, g) remedial, dan lain-lainnya. <br /> <br />Penelitian mutakhir sistem kerja otak sebagaimana diuraikan oleh Caineand Caine (1991) dalam bukunya Making connection: Teaching and human brain, menunjukkan bukti yang berbeda. Intelegensi ternyata bersifat dinamis dan dapat berkembang. Lebih daripada itu, intelegensi tidak hanya berkaitan dengan aspek cognitive semata, tetapi berkaitan pula dengan emosi, sehingga disebut dengan Emotion Intellegence yang disingkat EQ (sebagai pelengkap IQ). Bukti-bukti menunjukan bahwa dalam keberhasilan pendidikan seseorang peranan IQ hanya sekitar 20 %. Sisanya 80 % sebagian besar ditentukan oleh EQ dan faktor kedewasaan sosial. EQ adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan aspek-aspek psikologis dalam diri sendiri yang mencakup a) amarah, b) kesedihan, c) rasa takut, d) kenikmatan, e) cin+a, f) terkejut, g) jengkel, dan, h) malu. Kemampuan mengendalikan aspek psikologis diperlukan agar EQ ini bisa bekerja secara harmonis dengan IQ. Singkat kata, kalau EQ baik otak akan dapat bekerja dengan baik pula. <br /> <br />Emosi akan memberikan respon terhadap stimulus yang diterima secara sangat cepat, begitu cepatnya sehingga otak belum sempat bereaksi. Ketidakmampuan mengendalikan aspek-aspek psikologis tersebut (atau EQ di atas) menyebabkan perilaku seseorang tidak didasarkan oleh otak tetapi oleh emosi. Oleh karenanya, kemampuan mengendalikan aspek psikologis atau EQ ini perlu dilatih dan dikembangkan untuk menghasilkan respon-respon yang baik dan tepat. <br /> <br />Hasil-hasil penelitian sistem kerja otak mutakhir tersebut juga menunjukkan bahwa: <br />1. Pemahaman adalah merupakan hasil interaksi siswa dengan informasi dalam situasi spesifik. <br />2. Keahlian memerlukan pengalaman yang banyak dan analitik. <br />3. Ingatan dan penggunaan apa yang diingat tersebut membutuhkan proses informasi yang mendalam yang ditentukan oleh kebermaknaan informasi tersebut. <br />4. Intelegensi tidak hanya memiliki aspek cognitive (berwajah cognitive atau didominasi oleh aspek cognitive) tetapi memiliki multi aspek (banyak wajah). Howard Gardner, ahli psikologi Cognitive dari Harvard University, telah mengembangkan teori multiple abilities, talents, and skills. Teori lama yang hanya menekankan pendidikan pada dua kemampuan: verbal-linguistics dan logical-mathematical, sudah ketinggalan zaman. Terdapat berbagai kemampuan atau bakat yang dapat memperkaya dan memajukan kehidupan dalam merespon lingkungan secara efektif. Berbagai kemampuan tersebut antara lain: <br />a. Kapasitas untuk memahami ruang dan bidang yang dapat dipergunakan untuk memahami berbagai keberadaan geografis, navigasi atau untuk mengembangkan persepsi seseorang. Dalam tingkat yang sederhana, adalah kemampuan untuk memahami berbagai bentuk-bentuk yang berkaitan. <br />b. Bodily-kinesthetic ability untuk mengontrol gerakan dan perilaku tubuh seseorang dan menangani objek secara profesional. <br />c. Musical-rhytmatical ability untuk menghasilkan atau mengapresiasi ritme, nada dan berbgai bentuk ekspresi musik. <br />d. Interpersonal capacity untuk menanggapi secara tepat temperamen, moods, motivasi keinginan fihak lain. <br />e. Intrapersonal knowledge dari perasaannya, kekuatan, kelemahan, keinginan serta kemampuan diri sendiri untuk mengambil kesimpulan sebagai petunjuk perilakunya sendiri. <br />f. Logical-mathematical ability untuk menjabarkan sesuatu secara logis atau pola pengelompokan numerik, dan menangani hubungan panjang yang saling berkaitan. <br />g. Verbal-Linguistics sensitivity atas suara, irama, makna kata dan sensitif terhadap berbagai fungsi bahasa. <br /> <br />Brain research memastikan bahwa pengalaman konkret, kompleks dan beraneka warna sangat esensial bagi proses belajar mengajar. Siswa perlu memahami secara baik pola-pola yang lebih besar sebab bagian-bagian senantiasa tertempel pada keutuhan, fakta senantiasa berada pada konteks yang beraneka warna, dan satu subjek pasti terkait dengan banyak isu dan subjek lain. Apa yang harus dikuasai oleh siswa adalah pemahaman yang bermakna. Otak diciptakan sebagai suatu pola detektor yang bekerja secara dinamis, dan memahami suatu subjek sebagai hasil dari pemahaman hubungan dari berbagai faktor. <br /> <br />Hal di atas tidak berarti bahwa teori dan sesuatu yang abstrak tidak perlu dipelajari, melainkan sebaliknya, dalam dunia yang berubah dengan cepat, semakin banyak teori, konsep, dan pemahaman dimiliki oleh seseorang, semakin besar kemampuan orang tersebut untuk mentransfer dan menjual skill yang dimiliki. <br /> <br /><br />A. PENUTUP<br /> Landasan filsafat pendidikan memberi perspektif filosofis yang seyogyanya merupakan “kacamata” yang dikenakan dalam memandang menyikapi serta melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu maka ia harus dibentuk bukan hanya mempelajari tentang filsafat, sejarah dan teori pendidikan, psikologi, sosiologi, antropologi atau disiplin ilmu lainnya, akan tetapi dengan memadukan konsep-konsep, prinsip-prinsip serta pendekatan-pendekatannya kepada kerangka konseptual kependidikan.<br /> Dengan demikian maka landasan filsafat pendidikan harus tercermin didalam semua, keputusan serta perbuatan pelaksanaan tugas- tugas keguruan, baik instruksional maupun non-instruksional, atau dengan pendekatan lain, semua keputusan serta perbuatan guru yang dimaksud harus bersifat pendidikan.<br /> Akhirnya, sebagai pekerja professional guru dan tenaga kependidikan harus memperoleh persiapan pra-jabatan guru dan tenaga kependidikan harus dilandasi oleh seperangkat asumsi filosofis yang pada hakekatnya merupakan penjabaran dari konsep yang lebih tepat daripada landasan ilmiah pendidikan dan ilmu pendidikan.<br />B. SARAN-SARAN<br />Untuk membekali terjadinya pergeseran orientasi pendidikan di era global dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang unggul, diperlukan strategi pengembangan pendidikan, antara lain:<br />1. Mengedepankan model perencanaan pendidikan (partisipatif) yang berdasarkan pada need assessment dan karakteristik masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pendidikan merupakan tuntutan yang harus dipenuhi.<br />2. Peran pemerintah bukan sebagai penggerak, penentu dan penguasa dalam pendidikan, namun pemerintah hendaknya berperan sebagai katalisator, fasilitator dan pemberdaya masyarakat.<br />3. Penguatan fokus pendidikan, yaitu fokus pendidikan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat, kebutuhan stakeholders, kebutuhan pasar dan tuntutan teman saing.<br />4. Pemanfaatan sumber luar (out sourcing), memanfaatkan berbagai potensi sumber daya (belajar) yang ada, lembaga-lembaga pendidikan yang ada, pranata-pranata kemasyarakatan, perusahaan/industri, dan lembaga lain yang sangat peduli pada pendidikan.<br />5. Memperkuat kolaborasi dan jaringan kemitraan dengan berbagai pihak, baik dari instansi pemerintah mapun non pemerintah, bahkan baik dari lembaga di dalam negeri maupun dari luar negeri.<br />6. Menciptakan soft image pada masyarakat sebagai masyarakat yang gemar belajar, sebagai masyarakat belajar seumur hidup.<br />7. Pemanfaatan teknologi informasi, yaitu: lembaga-lembaga pendidikan baik jalur pendidikan formal, informal maupun jalur non formal dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam mengakses informasi dalam mengembangkan potensi diri dan lingkungannya (misal; penggunaan internet, multi media pembelajaran, sistem informasi terpadu, dsb) <br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br />Purwanto, Ngalim. 2003. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.<br />Sadulloh, Uyoh. 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.<br />Sadulloh, Uyoh, dkk. 2007. Pedagogik. Bandung: Cipta Utama.<br />Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.<br />http://pakguruonline.pendidikan.net/pradigma_pdd_ms_depan_33.html#top<br /><br />(1) Pengantar Filsafat Pendidikan<br />Drs. Uyoh Sadulloh, M.Pd.ALFABETA Bandung (2007)<br />Oleh Yusufhadi Miarso Makalah disampaikan dalam Seminar Penelitian IBII, Jakarta 24 Mei 2005<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-66736011038704581892010-02-22T08:06:00.000-08:002010-02-22T08:07:57.886-08:00GAGASAN KURIKULUM MASA DEPAN<br />BAB I<br /><br />GAGASAN KURIKULUM MASA DEPAN<br /><br />A. Latar Belakang<br />Kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia saat ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lain bahkan dengan sesama anggota ASEAN. Salah satu faktor utama rendahnya kualitas sumber daya manusia ini tentu berhubungan dengan dunia pendidikan nasional. Program pendidikan nasional yang dirancang diyakini belum berhasil menjawab harapan dan tantangan masa kini maupun di masa depan.<br />Dalam menghadapi harapan dan tantangan di masa depan, pendidikan merupakan sesuatu yang sangat berharga dan dibutuhkan. Pendidikan di masa depan memainkan peranan yang sangat fundamental di mana cita-cita suatu bangsa dan negara dapat diraih. Bagi masyarakat suatu bangsa, pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang akan menentukan masa depannya.<br />Menghadapi masa depan yang sudah pasti diisi dengan arus globalisasi dan keterbukaan serta kemajuan dunia informasi dan komunikasi, pendidikan akan semakin dihadapkan terhadap berbagai tantangan dan permasalahan yang lebih rumit dari pada masa sekarang atau sebelumnya. Untuk itu, pembangunan di sektor pendidikan di masa depan perlu dirancang sedini mungkin agar berbagai tantangan dan permasalahan tersebut dapat diatasi. Dunia pendidikan nasional perlu dirancang agar mampu melahirkan generasi atau sumber daya manusia yang memiliki keunggulan pada era globalisasi dan keterbukaan arus informasi dan kemajuan alat komunikasi yang luar biasa.<br />Dalam membangun pendidikan di masa depan perlu dirancang sistem pendidikan yang dapat menjawab harapan dan tantangan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Sistem pendidikan yang dibangun tersebut perlu berkesinambungan dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.<br />Salah satu dimensi yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan dunia pendidikan nasional di masa depan adalah kebijakan mengenai kurikulum. Kurikulum merupakan jantungnya dunia pendidikan. Untuk itu, kurikulum di masa depan perlu dirancang dan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional dan meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia.<br />Kesejahteraan bangsa Indonesia di masa depan bukan lagi bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, modal sosial, dan kredibilitas sehingga tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan pengetahuan menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja sebab perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu bangsa. Terlebih lagi, industri baru dikembangkan dengan berbasis kompetensi tingkat tinggi, maka bangsa yang berhasil adalah bangsa yang berpendidikan dengan standar mutu yang tinggi.<br />Agar lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komperatif sesuai standar mutu nasional dan internasional, kurikulum di masa depan perlu dirancang sedini mungkin. Hal ini harus dilakukan agar sistem pendidikan nasional dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dengan cara seperti ini lembaga pendidikan tidak akan kehilangan relevansi program pembelajarannya terhadap kepentingan peserta didik.<br />Pendidikan merupakan perkara penting dalam membangun sebuah negeri. Rusaknya pendidikan hanya akan melahirkan generasi yang rusak pula. Pada hari pendidikan nasional ini, kami ingin menyajikan sebuah tulisan yang mengungkap problematika sistem pendidikan di negeri ini yang berbasis sekularisme dan juga solusi untuk menuntaskan persoalan tersebut. Solusi yang ditawarkan tiada lain adalah dengan menerapkan sistem pendidikan berbasis syariah yang ditegakkan oleh Daulah Khilafah Rasyidah. Penyelesaian masalah mendasar tentu harus dilakukan secara fundamental. Penyelesaian itu hanya dapat diwujudkan dengan melakukan perombakan secara menyeluruh yang diawali dari perubahan paradigma pendidikan sekular menjadi paradigma pendidikan Islam. Hal ini sangat penting dan utama. Artinya, setelah masalah mendasar diselesaikan, barulah berbagai macam masalah cabang pendidikan dapat diselesaikan (yang antara lain dikelompokan menjadi masalah aksesibilitas pendidikan, relevansi pendidikan, pengelolaan dan efisiensi, hingga kualitas pendidikan).<br />Solusi masalah mendasar tersebut adalah dengan melakukan pendekatan sistemik yaitu secara bersamaan dan menyeluruh agar sistem pendidikan dapat berubah lebih baik maka harus pula dilakukan perubahan terhadap paradigma dalam penyelenggaraan sistem ekonomi yang kapitalistik menjadi islami, tatanan sosial yang permisif dan hedonis menjadi islami, tatanan politik yang oportunistik menjadi islami, dan ideologi kapitalisme-sekuler menjadi mabda islam, sehingga perubahan sistem pendidikan yang materialistik pun dapat diubah menjadi pendidikan yang dilandasi oleh aqidah dan syariah islam sesuai dengan karakteristiknya. Perbaikan semacam ini pun perlu dikokohkan dengan aspek formal, yaitu dengan dibuatnya regulasi tentang pendidikan yang berbasiskan pada konsep syari’ah Islam.<br />Upaya perbaikan secara tambal sulam dan parsial, semisal perbaikan hanya terhadap kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana-prasarana, pendanaan dan sebagainya tidak akan dapat berjalan dengan optimal sepanjang permasalahan mendasarnya belum diperbaiki. Salah satu bentuk nyata dari solusi mendasar itu adalah mengubah total UU Sistem Pendidikan yang ada dan menggantinya dengan UU Sistem Pendidikan (Syari’ah) Islam. Hal paling mendasar yang wajib diubah tentunya adalah asas sistem pendidikan. Sebab asas sistem pendidikan itulah yang menentukan hal-hal paling prinsipil dalam sistem pendidikan, seperti tujuan pendidikan dan struktur kurikulum.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />GAGASAN TENTANG KURIKULUM MASA DEPAN<br /><br />A. PENTINGNYA PENDIDIKAN NILAI<br /><br />Pada makalah “Pendidikan (Kita di) Masa Depan”, Dr William Chang membahas tentang pendidikan di tengah perubahan sosial, pendidikan tempo “doeloe”, sekilas pendidikan sekarang, dan pendidikan masa depan. Tentang gambaran masa depan, dipaparkan tentang beberapa gejala sosial dan nilai dasar, yaitu ketidakadilan sosial, kemanusiaan dan gender, kedisiplinan, dan masalah ekologi. Disinggung pula tentang tiga unsur penting, yaitu what to know, how to learn, serta mentalitas, kultur, pandangan, dan gaya hidup peserta didik.<br />Selanjutnya, diuraikan tentang perlunya mengembangkan kebudayaan moral dalam dunia pendidikan, cq sekolah, antara lain melalui kepemimpinan moral dan akademik, pelajaran-pelajaran bernilai moral yang bisa bentuk perilaku, peningkatan rasa komunitarian untuk bisa lebih mengenal yang lain, semangat demokratis, lingkungan moral yang mengandalkan dialog, dan lebih diperhatikannya dimensi moral dalam pergaulan.<br />Selain itu, dibahas juga tentang ciri-ciri manusia Indonesia yang pernah dikemukakan Mochtar Lubis pada tahun 1977 dan bagaimana pendidikan kita di masa depan menanggapi kenyataan ciri-ciri manusia Indonesia ini.<br />Akhirnya, dipaparkan beberapa rekomendasi yang berhubungan dengan pengembangan kurikulum, yaitu:<br />• Penyusunan kurikulum sebaiknya menganut prinsip benar, baik, dan indah.<br />• Kurikulum yang dikembangkan sebaiknya terkait dengan “teori pengetahuan”. Pengetahuan sebagai kebenaran dan bukan sebagai “vested interests”.<br />• Perlu diperhatikan aspek-aspek normatif kurikulum, seperti peran pendidikan nilai dalam kurikulum, pengaruh kultur sosial dan tuntutan masyarakat atau keperluan individu, dan perancangan kurikulum yang kontekstual tanpa kehilangan aspek normatif.<br />• Pengintegrasian “teori nilai” sambil memperhatikan hirarki nilai, serta sosialisasi nilai dasar kemanusiaan yang universal sejak jenjang pendidikan dasar.<br />• Pemberian perhatian kepada dimensi estetik kurikulum.<br /><br />B. PARADIGMA PENDIDIKAN PROGRESIF<br /><br />Utomo Danan Jaya dalam makalahnya yang berjudul ” Kurikulum Masa Depan” membandingkan paradigma pendidikan yang konservatif dan progresif. Perbandingan itu meliputi pandangan filosofis yang mendasari, dan teori-teori para ahli pendidikan, tujuan kegiatan belajar-mengajar, pengembangan dan pelaksanaan kurikulum yang berbasis pengetahuan dan berbasis kompetensi, serta pendekatan belajar-mengajar yang dianut yang berimplikasi kepada perbedaan peran guru dan siswa, serta penilaian hasil kemajuan belajar siswa.<br />Paparan pandangan Utomo Danan Jaya amat menarik diperhatikan para pengambil keputusan, pengembang kurikulum dan penilaian, serta praktisi pendidikan, terutama kepala sekolah dan guru. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain dikemukakan berikut ini.<br />• Perlu dikembangkan pola pendidikan yang progresif, antisipatif ke masa depan, mudah beradaptasi, dan terbebas dari kungkungan dan dominasi pemerintah.<br />• Pendidikan jangan hanya menjadi instrumentasi kebijakan, hasrat, minat, kondisi sesaat. Sebagai organ dalam tubuh masyarakat, pendidikan harus memiliki inti seperti hati nurani untuk bersentrifugal menyesuaikan diri guna melayani kebutuhan masyarakat yang selalu ”menjadi”, tidak statis atau kaku.<br />• Pendekatan belajar aktif lebih cocok untuk mendorong perubahan pada lingkungan sekolah dan dunia pendidikan umumnya. Anekaragam potensi siswa dapat berkembang maksimal jika diberi ruang gerak, ruang bermanuver, dan ruang kebebasan berdaya cipta.<br />• Hasil-hasil riset otak yang mengungkapkan aktualisasi potensi otak manusia amat minimal hendaknya dipacu untuk merambah pengembangan tak terbatas potensi manusia guna melayani serta menjadi agen perubahan masyarakat dan kehidupan bersama.<br />• Hasil-hasil riset, aliran-aliran pemikiran (falsafah), temuan-temuan baru, tantangan-tantangan baru, kebutuhan-kebutuhan baru, perubahan kondisi alam dan klimatis harus menjadi masukan kontinu untuk terus memproses perubahan dunia pendidikan.<br />• Manajemen berbasis sekolah (MBS) yang berlandaskan self-determination kepala sekolah, staf guru, dan komite sekolah hendaknya diterapkan di sekolah sebagai satu unit dan lingkungan sekolah berdekatan atau gugus sekolah (cluster) serta lingkup kecamatan dan kabupaten / kota.<br />• Tantangan globalisasi hendaknya digunakan sebagai peluang, tidak dilihat sebagai masalah yang perlu dirisaukan. Dunia akan tetap berubah dengan cepat, terlepas dari dunia pendidikan mau berubah atau tidak. Model-model sekolah baru, eksperimentasi pendidikan, kiat layanan pendidikan yang baru, E-learning, distant learning, contextual learning, pendekatan multi-kecerdasan, penggunaan internet dalam pendidikan, pemanfaatan jejaring pendidikan harus selalu dikembangkan untuk mengubah organisme pendidikan agar terus beradaptasi bagi kepentingan masyarakat yang berubah.<br /><br />C. BELAJAR AKTIF UNTUK ANAK USIA DINI<br /><br />Pada makalah “Kurikulum Masa Depan Pendidikan Anak Usia Dini”, Nina K Tambunan dan Aryanti dari High Scope, Jakarta menekankan hal-hal berikut ini.<br />• Betapa pesatnya perkembangan dunia informasi dan teknologi yang begitu depat disertai makin rumitnya masalah yang dihadapi umat manusia.<br />• Informasi berlipat ganda setiap 72 hari. Padahal, dulu tiap 8 tahun, dan kemudian tiap 5 tahun.<br />• Betapa rendahnya hasil pendidikan Indonesia, seperti yang terlihat pada urutan ke-40 dari 40 negara, Human Development Index tahun 2003 Indonesia pada urutan 112, merosot dari urutan ke-104 pada tahun 1995. Tes PISA untuk matematika, siswa Indonesia berada pada urutan ke-40 dari 40 negara, dan tes internasional TIMSS untuk matematika, siswa kita menduduki urutan ke-34 dari 45 negara. Mengamati data ini, apakah kita siap menghadapi tahun 2030 misalnya?<br />• Padahal tantangan abad ke-21 yang sedang kita hadapi adalah internasionalisasi, pemerolehan informasi yang cepat dan tepat, inovasi, dan outsourcing. Selain itu, kini lebih ditekankan pengembangan multi-kecerdasan, terutama EQ dan SQ, bukan lagi IQ.<br />• Skills dan kemampuan literasi serta ciri-ciri kualitas lulusan pendidikan yang dibutuhkan dunia kerja pada abad ke-21 amat berbeda dengan indikator sukses sekolah tradisional kita. Indikator sukses sekolah progresif bertolak belakang dengan indikator sekolah tradisional. • Karena itu, disarankan penerapan pendekatan belajar aktif, yang dipadukan dengan<br />cara belajar sesuai dengan kerja otak (Brain-Compatible Learning) dalam<br />pengembangan kurikulum, aktualisasi dalam proses belajar-mengajar, dan penilaian.<br /><br />D. APA FUNGSI PENDIDIKAN DASAR?<br /><br />Pada makalah “Kurikulum Pendidikan Dasar Masa Depan”, Udin Syaefudin Sa’ud dari Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung menekankan hal-hal berikut ini.<br />• Penggunaan ICT yang dipadukan dengan bahan ajar yang dikembangkan.<br />• Penerapan “joyful learning” dan”CTL” yang terpadu dengan bahan ajar.<br />• Penerapan penilaian portofolio yang terkait dengan perkembangan<br />• lifeskills peserta didik. Faktor penentu keunggulan suatu negara (*)<br />Hasil evaluasi Bank Dunia (1995) terhadap 150 negara di dunia), yaitu:<br />1) Innovation & creativity 45%<br />2) Networking 25%<br />3) Technology 20%<br />4) Natural resources 10%<br />5) Penerapan penilaian portofolio yang terkait dengan perkembangan lifeskills peserta didik. Fungsi pokok pendidikan dasar, yaitu:<br />6) Pengembangan jati diri individu peserta didik sebagai pribadi dan warga Negara<br />7) Pengembangan personal lifeskills dan enterpreneurship skills<br />8) Pengembangan problemsolving skills<br />9) Pengembangan social responsibility<br />10) Pengembangan “basic skills for learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together”<br /><br />E. KONSEP DASAR ATAU ESENSIAL ITU PENTING<br /><br />Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah “Body of Knowledge Sains dan Matematika (Kurikulum Pendidikan Menengah)”, oleh Triyanta dari LAPI ITB, Bandung membawa implikasi yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum masa depan berikut ini.<br />Kalau biologi adalah ilmu yang paling sulit dalam bidang sains, apa implikasinya bagi penyusunan kurikulum?<br />a) Apakah perlu digunakan pendekatan tematis dalam mata pelajaran biologi?<br />b) Apakah perlu diperbanyak materi tentang implikasi temuan biologi terhadap tindakan manusia, misalnya berhubungan dengan genetika (DNA yang berimplikasi pembuktian forensik, anak dari keturunan siapa, kloning, serta hukum Mendel dan perkawinan campur.<br />c) Apakah jumlah jam pelajaran biologi perlu ditambah?<br />d) Bagaimana merancang eksperimen dan penyelidikan biologi yang melayani pendekatan multidisiplin? Dalam makalah ini dikemukakan contoh basic concepts dalam biologi yang<br />e) menggambarkan keterkaitan antar-disiplin ilmu. Pendekatan pemilihan konsep seperti ini juga dapat diterapkan pada mata-mata pelajaran IPS karena dalam IPS juga dikenal basic concepts seperti universalitas, evolusi, keberagaman, keberlangsungan, interaksi, persaingan, kerja sama, dan adaptasi. Basic concepts dapat digunakan sebagai tema pemersatu jika hendak digunakan pendekatan tematik dalam pelajaran sains di SMP dan SMA.<br />f) Perlu dikaji standar isi 2006 mata pelajaran IPA SD, Fisika SMP dan SMA, apakah konsep-konsep esensial fisika telah termuat. Perlu dipertimbangkan penggunaan kriteria pemilihan konsep esensial fisika (juga biologi dan kimia). Kriteria tersebut antara lain:<br />g) Apakah suatu konsep esensial lebih membantu siswa menguasai kompetensi sains dalam bentuk karya 2 dan 3 dimensi, unjuk kerja, dan perilaku.<br />h) Apakah konsep esensial yang dipilih mendorong siswa menemukan konsep-konsep lain sebagai dampak penerapan pendekatan belajar aktif.<br />i) Apakah konsep esensial yang dipilih membantu siswa untuk memahami konsep-konsep fisika (juga biologi dan kimia) penting lainnya.<br />j) Apakah konsep-konsep esensial itu mudah dipelajari melalui eksperimen dan penyelidikan (investigation).<br />k) Untuk mata pelajaran kimia, basic concepts yang ditawarkan dapat digunakan untuk memperbaiki standar isi 2006 mata pelajaran Kimia.<br />l) Untuk mata pelajaran matematika, basic concepts yang ditawarkan dapat digunakan untuk memperbaiki standar isi 2006 mata pelajaran matematika.<br /><br />F. CIRI SDM MENGHADAPI GLOBALISASI<br /><br />Pada makalah “Tantangan Kurikulum Masa Depan (Kurikulum Masa Depan Pendidikan Menengah)”, Ir. Hadiwiratama dari LAPI ITB, Bandung menekankan hal-hal berikut ini.<br />• Pada era globalisasi ini tampak bahwa yang menjadi pelopor dan penanda masa depan adalah ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) dan industri berbasis pengetahuan (knowledge-based industry).<br />• Industri berbasis pengetahuan sangat bergantung kepada inovasi sebagai kunci kebrhasilan. Untuk menemukan inovasi apa yang perlu diterapkan, diperlukan research and development, litbang (penelitian dan pengembangan) karena hasilnya dijadikan modal untuk meengembangkan kemampuan inovasi.<br />• Pengembangan pendidikan dan khususnya kurikulum perlu memperhatikan kecenderungan dunia yang berubah, antara lain:<br />- Polarisasi masyarakat global ke dalam negara-negara inovator teknologi, negara-negara adaptor teknologi, dan negara-negara yang terkucilkan dari kemajuan teknologi.<br />- Bidang-bidang yang menjadi generator utama perubahan dunia, yaitu teknologi informasi, teknologi biologi, dan teknologi nano.<br />• Tuntutan tata ekonomi baru terhadap SDM yang memiliki kemampuan man of purpose, man of imagination, man of creativity, dan man of innovation.<br />• Industri berbasis pengetahuan memerlukan tenaga kerja yang amat mahir sebagai knowledge workers.<br />• Tuntutan ciri SDM masa depan ini perlu dipenuhi sistem pendidikan, khususnya melalui kurikulum yang dikembangkan dan diimplementasi.<br /><br />G. PENDIDIKAN AGAMA YANG UTUH<br /><br />Pada makalah “Kurikulum Masa Depan Pendidikan Agama”, M. Amin Summa dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta menekankan hal-hal berikut ini.<br />• Perlu disiasati pengembangan kurikulum pendidikan agama yang dirasakan terlalu sedikit mendapatkan jatah, sementara pada sisi yang lain teramat banyak/berat tuntutan yang dibebankan pada pendidikan agama.<br />• Yang sejogianya dirancang-bangun adalah kurikulum pendidikan agama yang bersifat utuh dan menyeluruh, yang memperlihatkan ciri-ciri berikut ini. Kurikulum pendidikan agama yang memuat semua aspek agama yang hendak diajarkan oleh guru-pendidik agama;<br />• Kurikulum pendidikan agama yang memadukan semua aspek ajaran agama sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan apalagi dipertentangkan.<br />• Kurikulum pendidikan agama yang mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan agama dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain (non-agama), yang paling sedikit dianggap sama kepentingan dan kegunaannya bagi hidup dan kehidupan bangsa Indonesia dan bahkan umat manusia pada umumnya.<br />• Di samping itu, pendidikan agama tidak hanya semata-mata bersifat teoretis tetapi juga perlu didukung oleh pengamalan dan pengalaman para guru-pendidiknya.<br /><br />H. PENTINGNYA PENDIDIKAN DEMOKRASI<br /><br />Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah “Kurikulum Masa Depan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, oleh Udin S Winataputra dari Universitas Terbuka, Jakarta membawa implikasi yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum masa depan berikut ini.<br />• Bagaimana mensinkronkan pendidikan kewarganegaran (PKn) dengan perkembangan<br />kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara:<br />• Alasannya adalah karena gejolak kehidupan itu berpengaruh terhadap persepsi dan pengalaman siswa dalam pendidikan PKn<br />• PKn harus membina sikap kritis siswa dan sikap membangun bangsa, betapa pun kondisi dan suasana yang pesimistis.<br />• PKN harus diajarkan melalui studi kasus, pelibatan pengamatan terhadap gejala masyarakat, dan perbandingan dengan negara-negara lain.<br />• Bagaimana mewariskan tradisi berdemokrasi melalui PKn? Proses belajar-mengajar<br />• PKn hendaknya menerapkan pendekatan belajar aktif dengan ciri-ciri pendukung demokrasi berikut ini.<br />• Berdiskusi untuk menghargai perbedaan pendapat dan mencari win-win solution. Selain diskusi, berdebat juga penting.<br />• Variasi kegiatan individual, pasangan, kelompok kecil, kelompok besar, dan seluruh kelas seperti realitas ragam aktivitas dalam masyarakat.<br />• Dorongan agar siswa berani mengemukakan pendapat.<br />• Pembagian tugas, hak dan kewajiban dalam menjalankan tugas kelompok atau seluruh kelas.<br />• Penerapan kegiatan observasi untuk pengumpulan data guna penarikan kesimpulan yang objektif. Pemilihan ketua kelas, ketua kelompok, dan pembagian tugas kelompok dan seluruh kelas.<br />• Penilaian yang objektif, misalnya penggunaan skala sikap, penilaian diri, portofolio, dan berbagai bentuk alat penilaian kualitatif lainnya.<br />• Bagaimana menyerasikan PKn, terutama pendidikan demokrasi, dengan perkembangan ekonomi, kesadaran indentitas nasional, dan pengalaman sejarah Indonesia & PKn? Cara yang dapat ditempuh antara lain:<br />- Siswa membahas persoalan ekonomi, sosial, dan politik dari sudut pandang demokrasi sebagai norma Pancasila dan UUD 1945.<br />- Siswa kritis terhadap fakta sejarah dan interpretasinya dan berusaha mencari gagasan solusi terhadap permasalahan bangsa.<br />- Yang lebih penting adalah suasana demokratis dibina dalam PBM dan penilaian PKn, merembet ke kehidupan sekolah, terutama penekanan kepada pelaksanaan hak asasi anak.<br />I. PROSES MATEMATIKA<br /><br />Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ”Kurikulum Masa Depan Matematika,” oleh Bana G Kartasasmita dari ITB, Bandung, membawa implikasi bagi pengembangan kurikulum matematika berikut ini.<br />• Sangat penting diterapkan pendekatan belajar aktif (student active learning) yang terfokus kepada proses matematika, Kurikulum yang dikembangkan dan implementasinya dalam PBM hendaknya menekankan pemecahan masalah (problemsolving) dan pengembangan beragam kompetensi konkret matematika, bukan pengetahuan atau materi matematika.<br />• Materi (substansi atau isi) matematika yang diusulkan hendaknya dikaji lebih lanjut guna memperbaiki materi matematika yang terdapat pada Standar Isi 2006.<br />• Perbandingan dengan standar-standar kurikulum mata pelajaran di negara-negara tetangga dan di dunia hendaknya lebih ditekankan agar standar Indonesia tidak ketinggalan.<br />• Pengalaman pihak-pihak yang sudah menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran matematika di sekolah amat penting dikaji dan hasilnya diterapkan guna mendorong percepatan mengejar ketertinggalan dalam pengajaran matematika.<br />• Perlu dititikberatkan pengadaan dan penyebaran sarana belajar matematika, berupa buku pelajaran, alat peraga, lembar kerja, buku sumber dan referensi, paket belajar (learning pack), CD, dan buku bacaan yang relevan.<br /><br />J. TINGKAT LITERASI<br /><br />Pada makalah ”Kurikulum Bahasa Sinergis Masyarakat Multilingual,” Helena I.R Agustine dari Universitas Negeri Semarang mengemukakan 4 tingkat literasi yang sederhana yang dapat digunakan secara meluas, yaitu:<br />1) Tingkat literasi “performative”, yang meliputi Kemampuan berbahasa atau mengendalikan komunikasi di antara orang-orang yang dikenal, dalam konteks tatap muka. Dan, jika komunikasi dilakukan secara tertulis, ragam tulisannya bukan ragam tulis tetapi lebih menyerupai ragam bahasa lisan yang ditulis.<br />2) Tingkat literasi “functional”, yang mencakup kemampuan sebagai anggota masyarakat tertentu untuk mengatasi tuntutan kehidupan sehari-hari yang melibatkan bahasa tulis. Contoh: kemampuan membaca surat kabar populer, menulis surat lamaran kerja, mengikuti instruksi atau manual yang bersifat prosedural. Tingkat literasi ini dapat ditargetkan sebagai kemampuan tertinggi penguasaan siswa terhadap bahasa daerahnya.<br />3) Tingkat literasi “informational”, yang meliputi kemampuan dalam komunikasi ilmu pengetahuan, terutama yang berbasis disiplin tertentu. Penekanannya kepada kemampuan membaca dan menulis, terutama membaca agar siswa dapat mengakses pengetahuanyang terakumulasi yang dilihat sebagai fungsi sekolah dalam mentransmisinya. Kemampuan literasi ini diperlukan bagi orang yang belajar bahasa untuk tujuan belajar atau mempelajari ilmu pengetahuan seperti yang terjadi di sekolah-sekolah dengan harapan siswa dapat melanjutkan studinya di jenjang lebih tinggi, sampai perguruan tinggi.<br />4) Tingkat literasi ”epistemic” yang mencakup kemampuan menyampaikan pengetahuan, berdiskusi, melakukan penelitian dan melaporkannya dalam bahasa. Juga diharapkan, siswa berperilaku layaknya orang terpelajar sebagai hasil dari kemampuan membacanya dan perilaku tersebut akan berdampak kepada masyarakat sekitarnya. Tingkat literasi ini menjadi target terakhir kemampuan berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris para siswa.<br />Kurikulum bahasa asing lainnya untuk tingkat SMA disusun sesuai dengan target literasi yang dicanangkan. Dalam kurun waktu tiga tahun dengan alokasi tidak lebih dari 4 X 45 menit seminggu mungkin hanya dapat ditargetkan untuk mencapai kompetensi berwacana primer dengan tingkat literasi performatif.<br />Selanjutnya, penulis ini menyarankan perlunya sinergi antar-kurikulum bahasa, yaitu bahasa daerah (bahasa ibu anak), bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa asing lainnya. Selanjutnya, perlu juga sinkronisasi antara literasi bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa daerah, dan bahasa asing lainnya.<br /><br />K. BELAJAR AKTIF IPA<br /><br />Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ”Kurikulum IPA Masa Depan” oleh Budi Jatmiko dari Universitas Negeri Surabaya membawa implikasi bagi pengembangan dan implementasi kurikulum IPA berikut ini.<br />• Gagasan-gagasan yang dikemukakan sebenarnya telah dilaksanakan berupa pendekatan belajar aktif IPA dalam pengembangan kurikulum dan implementasinya di lapangan. Namun, upaya ini belum tersebar ke seluruh pelosok tanah air. Karena itu, pendekatan belajar aktif IPA perlu didesiminasi melalui pelatihan para guru dan inovasi yang dilakukan oleh berbagai instansi, seperti dinas pendidikan, LPMP, FKIP, lembaga donor internasional, dan lembaga swadaya masyarakat.<br />• Perlu digalakkan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar IPA di SD, SMP, dan SMA. Karena ketersediaan laboratorium terbatas dan laboratorium di banyak sekolah kurang lengkap. Namun, yang lebih penting lagi adalah penggunaan lingkungan untuk mendekatkan siswa kepada objek-objek alamiah, pengembangan kemampuan melakukan observasi, mengakrabi kehidupan nyata sehari-hari, dan mendinamisasi kerja otak karena interaksi siswa dengan alam.<br />• Saran-saran tentang penilaian cukup relevan. Yang perlu diperhatikan adalah fokus penilaian yang sebaiknya diarahkan keada penilaian kompetensi konkret siswa, berupa karya dua dan 3 dimensi, unjuk kerja, dan perilaku.<br />• Perlu dikembangkan dan diadakan beragam bentuk sumber dan sarana belajar IPA yang tersedia di sekolah.<br />• Sistem pembinaan profesional guru, terutama sistem pelatihan guru sebaiknya dikembangkan dalam era otonomi daerah karena sistem yang dulu digunakan pada era sentralisasi sudah tidak diterapkan lagi. Tujuannya adalah agar para guru mengubah paradigma mengajar secara konvensional ke pendekatan belajar aktif.<br /><br />L. SISWA TERCERABUT DARI DUNIANYA<br /><br />Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ”Tercerabutnya Peserta Didik dari Dunianya: Sebuah Pengalaman atas Penyeragaman Kurikulum Sekolah (Kurikulum Masa Depan Ilmu Pengetahuan Sosial) oleh Nicolaas Warrouw dari Universitas Gajah Mada membawa implikasi bagi pengembangan dan implementasi kurikulum IPS berikut ini.<br />• Kurikulum sekolah harus memperhatikan karakteristik budaya, ekonomis, sosial anak.<br />• Pendidikan sekolah sebaiknya tidak mencerabut anak dari dunianya, dari budaya, dan konteks pencarian nafkah hidupnya.<br />• Guru perlu dilatih untuk menggunakan kebiasaan budaya, folklore, legenda, kesenian, sistem pertanian atau pengolahan lahan, cara memperoleh nafkah (mata pencaharian), sistem pembangunan rumah, sistem irigasi, dan kebiasaan gotong royong agar siswa dipersiapkan mengembangkan tradisi dan budayanya ke arah yang berciri modern.<br />• Pendekatan belajar aktif yang menekankan penggunaan lingkungan dapat digunakan untuk mengurangi dampak ketercerabutan siswa dari konteks lokalnya.<br />• Mata pelajaran IPS sebaiknya memperkenalkan berbagai perspektif (sudut pandang) dan kenyataan yang bervariasi dalam konteks Indonesia dan dunia. Mata-mata pelajaran lain juga berfungsi yang sama,<br />• Falsafah konstruktivisme cocok digunakan untuk mengembangkan konsep dan kompetensi siswa dari alam pikir (konsepsi) dan pengalaman siswa dalam konteks lokalnya. Siswa belajar lebih mudah kalau digunakan pendekatan konstruktivisme dan hasil belajar lebih membumi. Dengan demikian, kompetensi siswa dibangun dan dikembangkan dalam lingkungan tempat ia mencari nafkah dan berkiprah.<br />M. KREASI DAN KREATIVITAS, FOKUS PENDIDIKAN SENI BUDAYA<br /><br />Pada makalah “Masukan untuk Kurikulum Seni – Budaya Masa Depan (SD sampai SMU)”, Primadi Tabrani dari ITB, Bandung mengemukakan sejumlah saran. Penyajian saran-saran yang penting dipadukan dengan implikasi yang muncul dari saran-saran tersebut untuk pengembangan dan implementasi kurikulum masa depan.<br />• Kepada para siswa perlu diperkenalkan sejarah dan lingkungan yang menghasilkan seni budaya Austronesia/Nusantara. Untuk itu, para guru seni budaya dan sejarah perlu mempelajarinya. Melalui pengenalan ini, generasi muda kita dapat merasa bangga sebagai putra Nusantara.<br />• Walaupun trio ilmu-teknologi-seni memiliki ciri khas masing-masing, sebenarnya tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Karena itu, sebaiknya kurikulum seni budaya merupakan kegiatan proses belajar-mengajar yang terpadu. Dijadikan “proyek” yang memadukan berbagai seni dan berbagai ilmu. Dengan materinya bisa dari film, video, buku, cerita, dongeng. Misalnya proyek “Ruang Angkasa”.<br />• Dalam pendidikan senirupa, untuk pelajaran menggambar yang boleh dikata semata NPM dari Barat perlu diperbaiki dengan memberikan RWD, yang merupakan gambar alami anak dan merupakan anugrah Tuhan, tempat yang sejajar dengan NPM. Kepada anak perlu diberi peluang untuk membuat perpaduan antara NPM dan RWD. Bila ingin memperagakan sesuatu, pakailah NPM, tapi bila ingin bercerita/berekspresi, pakailah RWD atau kombinasi antara keduanya. Senirupa kita bisa maju dengan ‘melompat’ sebab RWD belum ada di Barat.<br /><br />Perbandingan sistem menggambar NPM & RWD<br /><br />Perbandingan sistem menggambar NPM & RWD<br /> NPM (Naturalis-Perspektif-Momenopname) RWD (Ruang-Waktu-Datar) <br /><br /> 1 arah Aneka arah <br /><br /><br /> 1 jarak Aneka jarak <br /><br /><br /> 1 waktu Aneka waktu (sekuensi beberapa adegan, bermatra waktu, bercerita lebih lama <br /><br /><br /> 1 skema Gabungan beberapa skema <br /><br /><br /> Panjang x lebar Panjang - lebar - waktu <br /><br /><br /> Dibingkai Tak dibingkai, bebas dalam ruang <br /><br /><br /> Dibekukan dalam gambar Gambar mati yang hidup <br /><br /> mati <br /><br />Implikasi dari perbandingan ini, adalah:<br />• Siswa perlu dilatih menggambar sesuai dengan ciri alamiah anak.<br />• Siswa menggambar di tanah, pasir, daun, lalu dipakai kertas, dan kemudian di tembok (wallpainting).<br />• Siswa diperkenalkan sistem menggambar NPM dan RWD secara sendiri-sendiri dan juga sebagai gabungan (kombinasi).<br />• Butir No.2 dilatih berdasarkan irama perkembangan dan pencarian siswa.<br />• Pendidikan senirupa SMA, perlu diubah pelajaran tentang rupa dasar Nusantara (yang berdimensi waktu – ragam hias misalnya). Ke dalam kurikulum seni budaya di sekolah perlu dimasukkan banyak seni budaya tradisi sebagai warna lokal daerah. Tujuannya, bukan hanya agar kita mengenal kembali heritage kita sebagai bangsa, tapi pula untuk merasakan bahwa banyak mutiara mutiara terpendam yang berupa konsep-konsep yang bisa diangkat untuk seni dan desain kita di masa depan.<br />• Media pembelajaran kita perlu dikembangkan menjadi paket media yang “rupa-rungu”: ada teks, slide, video, CD, gambar peraga, dan sebagainya. Dan buku pelajaran sudah masanya dikembangkan menjadi “illustrated” science & technology books, di mana gambar dan kata terpadu untuk menunjang proses belajar yang lebih maju, cepat, dan mendalam.<br />• Praktik berkarya seni hendaknya cukup terwakili dalam kurikulum, sebab berkarya seni melatih anak didik untuk piawai berproses belajar yang baik yang sama dengan proses kreasi. Ini kemudian akan memudahkan diperolehnya proses belajar-mengajar yang baik yang bisa “ditularkan” saat proses belajar-mengajar dalam ilmu-ilmu yang lain, juga dalam Iptek.<br />• Di tingkat SD dan SLTP, bahkan kalau bisa juga di SMA pelajaran seni budaya sebaiknya jangan dipisahkan teori dengan praktiknya. Sebaiknya teori dan praktik terpadu, hingga terhayati dan proses belajarnya menjadi proses kreasi. Dengan demikian, karya tidak hanya mengekspresikan perasaan, tapi juga merefleksikan pengetahuan, data, riset yang dilakukan untuk menghasilkan karya tersebut.<br />• Sebaiknya untuk SD diberi dasar untuk menggambar dari alam dengan bantuan imajinasi.<br />• Para pakar pendidikan kita diharapkan mau meneliti Limas Citra Manusia, apakah memang bisa digunakan secara praktis untuk proses belajar-mengajar, setidaknya sebagai pembanding/alternatif bagi proses belajar-mengajar Barat yang “kurang memuaskan" yang kita gunakan selama ini. Siapa tahu Limas LCM tersebut merupakan jawaban atas keresahan Anderson yang mendambakan ditemukannya ““……the single psychological theory that adequately provides a basis for all learning…..”.<br /><br /><br />N. PENDIDIKAN JASMANI BUKAN HANYA UNTUK OLAHRAGA<br />Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ” Menggagas Kurikulum Pendidikan Jasmani Masa Depan” oleh Agus Mahendra dari Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung membawa implikasi bagi pengembangan dan implementasi kurikulum pendidikan jasmani berikut ini.<br />• Gagasan penulis agar orientasi pendidikan jasmani bukan hanya pendidikan olahraga, tetapi ke arah pengembangan nilai-nilai dan karakter positif individu dan masyarakat atau pendidikan jasmani untuk kehidupan seyogianya diterapkan pada kurikulum masa depan. Demikian pula, perlunya memberikan tantangan kepada siswa untuk melampaui batas (limit) kemampuan sebelumnya agar tercapai persepsi baru mengenai diri.<br />• Implikasinya adalah perlunya diberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kompetensinya sampai melampaui batas tersebut. Untuk itu, PBM harus diatur bervariasi sesuai dengan taraf pencapaian kompetensi siswa.<br />• Gagasan agar kurikulum diarahkan kepada peserta didik dan pencapaian otonomi individu dan pengarahan diri serta siswa bertanggung jawab untuk menentukan sendiri arah tujuannya, mengembangkan keunikan pribadi, dan memandu sendiri kegiatan belajarnya perlu diperhatikan. Demikian pula unsur pemecahan masalah dan pengembangan kemampuan kreatif, serta keterampilan menggunakan teknologi, termasuk komputer, serta keterampilan kritis dalam menanggapi dan mengambil keputusan secara tepat. Implikasinya adalah perlunya diterapkan pendekatan belajar aktif yang memberi ruang kebebasan eksplorasi bagi individu sesuai dengan minat, bakat, dan ciri khusus fisik dan kepribadiannya.<br />• Selain itu, perlu diidentifikasi kebutuhan masyarakat dalam bidang seperti mitigasi bencana alam, kekhasan lingkungan setempat (pantai, terumbu karang, peternakan kuda, sapi, kerbau, pendakian gunung, panjat pohon, lokasi jurang, lingkungan binatang berbisa dan berbahaya bagi keselamatan manusia. Pendidikan jasmani hendaknya diarahkan pula untuk menjawab kebutuhan masyarakat tersebut.<br />• Pemecahan masalah (problemsolving) dalam pendidikan jasmani dapat dilakukan, misalnya, bagaimana memikul barang lebih banyak dengan mempertahankan keseimbangan, memikul barang sambil menyeberangi sungai yang sedang dilanda banjir, bagaimana menghadapi angin puting beliung, dan bagaimana melakukan urut patah tulang.<br />• Gagasan agar proses belajar keterampilan dalam pendidikan jasmani memasukkan proses perolehan / penguasaan keterampilan (persepsi, pemolaan, penghalusan, dan adaptasi) dan sekaligus proses gerak kreatif melalui pengembangan variasi, improvisasi, dan komposisi dapat dilaksanakan antara lain melalui penggabungan pendidikan jasmani dengan pendidikan seni tari.<br />• Saran agar perancangan kurikulum pendidikan jasmani memperhitungkan hasil ekstrapolasi tentang kondisi dan kebutuhan masyarakat di masa depan perlu diperhatikan. Contoh kondisi dan kebutuhan masyarakat itu misalnya:<br />• Bagaimana menghindar dari tanah longsor, banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran (hutan), dan angin puting beliung<br />• Pengetahuan dan pengalaman dasar tentang kekuatan arus air, arah arus, bagaimana bergerak menggunakan efek arus air; bagaimana berenang dan menggunakan media yang ditemukan (persiapan media seperti kayu, batang pisang, pelampung; bagaimana tidur sambil terapung di tengah laut; bagaimana menyelam yang benar.<br />• Contoh yang lain, bagaimana berlari menghindari dan berlindung dari runtuhan saat gempa, perlengkapan yang perlu untuk memadamkan api, dan gerakan memadamkan api.<br />• Perlu dilakukan studi banding praktik pendidikan jasmani di berbagai negara yang menerapkan paradigma baru pendidikan jasmani. Selain itu, perlu diberi kebebasan kepada guru untuk berkesperimentasi dan mengeksplorasi pola gerak yang benar dalam berbagai situasi dan kondisi.<br /><br /><br />BAB III<br />INOVASI KURIKULUM MASA DEPAN<br /><br />A. BISAKAH MENGINTEGRASIKAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN DENGAN IPA DAN IPS<br />Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ”Kurikulum Keterampilan Masa Depan” oleh Hajar Pamadhi dari Universitas Negeri Yogyakarta membawa implikasi bagi pengembangan dan implementasi kurikulum pendidikan jasmani berikut ini.<br />1. Komposisi bermain dan belajar dari SMP s.d. SMA cukup rasional. Porsi belajar sambil bermain yang cukup besar di SD, namun secara gradual dikurangi pada jenjang SMP dan terutama SMA. Sebaliknya, porsi belajar berkembang atau membesar sejalan dengan pengurangan porsi bermain.<br />2. Prinsip komposisi seperti Ini tidak hanya berlaku bagi pendidikan keterampilan, tapi secara umum pada berbagai mata pelajaran lain juga sesuai dengan komposisi yang lazim diterapkan. Prinsip ini berlaku untuk seluruh kurikulum jenjang pendidikan dasar dan menengah.<br />3. Perlu dipertimbangkan mengintegrasikan pendidikan keterampilan ke dalam IPA, IPS, dll di tingkat SMA.<br />4. Perlu dipertimbangkan pengintegrasian pendidikan keterampilan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler agar lebih mengefisienkan waktu dan tenaga.<br />5. Perlu dianut pendekatan multiple intelligences yang mencakup seluruh kehidupan dan kegiatan belajar siswa di sekolah, di rumah, dan di masyarakat. Gagasan pengintegrasian ini sesuai dengan hasil riset otak dan pendekatan kurikulum berbasis kompetensi.<br />6. Pengembangan kreativitas siswa akan seimbang karena tidak melupakan aspek produksi, penampilan hasil karya, pemajangan hasil kerja. Upaya ini sesuai dengan prinsip pendekatan kurikulum berbasis kompetensi, yaitu pengintegrasian ranah kognitif, afektif, dan psikomotor ke dalam kompetensi siswa dalam bentuk / jenis karya 2 dan 3 dimensi, unjuk kerja, dan perilaku.<br />7. Pengintegrasian ini akan menguntungkan tipe siswa dengan gaya belajar bervariasi, yaitu tipe visual, auditif, dan kinestetik. Tipe kinestetik akan terlayani. Selama ini tipe ini sangat dirugikan dalam pola pengajaran konvensional satu arah.<br /><br />B. PERTANYAAN UNTUK TIK DI MASA DEPAN<br /><br />Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ”Kurikulum Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Masa Depan” oleh Yuliatri Sastrawijaya dari Universitas Negeri Jakarta membawa implikasi bagi pengembangan dan implementasi kurikulum TIK berikut ini.<br />1. Bagaimana memanfaatkan kemampuan problemsolving, kerja sama dan saling menolong dalam menggunakan TIK?<br />2. Bagaimana menerapkan etika dalam penggunaan TIK?<br />3. Bagaimana siswa dilatih untuk menggunakan berbagai sumber belajar yang tersedia melalui internet?<br />4. Bagaimana melatih perilaku teliti, hati-hati, hemat, berpikir logis, senang belajar bahasa Inggris?<br />5. Bagaimana memanfaatkan individualized learning melalui program yang tersedia dalam TIK?<br /><br />C. SISTEM PENDIDIKAN BERBASIS SYARI’AH<br /><br />Seperti diungkapkan di atas, bahwa sistem pendidikan Islam merupakan alternatif solusi mendasar untuk menggantikan sistem pendidikan sekuler saat ini. Bagaimanakah gambaran sistem pendidikan Islam tersebut? Berikut uraiannya secara sekilas.<br />1. Tujuan Pendidikan Islam<br />Pendidikan Islam merupakan upaya sadar, terstruktur, terprogram, dan sistematis yang bertujuan untuk membentuk manusia yang berkarakter (khas) Islami. Antara lain:<br />Pertama, berkepribadian Islam (shaksiyah islamiyah). Ini sebetulnya merupakan konsekuensi keimanan seorang Muslim. Intinya, seorang Muslim harus memiliki dua aspek yang fundamental, yaitu pola pikir (’aqliyyah) dan pola jiwa (nafsiyyah) yang berpijak pada akidah Islam.<br />Untuk mengembangkan kepribadian Islam, paling tidak, ada tiga langkah yang harus ditempuh, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw., yaitu:<br />1. Menanamkan akidah Islam kepada seseorang dengan cara yang sesuai dengan kategori akidah tersebut, yaitu sebagai ‘aqîdah ‘aqliyyah (akidah yang muncul dari proses pemikiran yang mendalam).<br />2. Menanamkan sikap konsisten dan istiqâmah pada orang yang sudah memiliki akidah Islam agar cara berpikir dan berprilakunya tetap berada di atas pondasi akidah yang diyakininya.<br />3. Mengembangkan kepribadian Islam yang sudah terbentuk pada seseorang dengan senantiasa mengajaknya untuk bersungguh-sungguh mengisi pemikirannya dengan tsaqâfah islâmiyah dan mengamalkan ketaatan kepada Allah SWT.<br />Kedua, menguasai perangkat ilmu dan pengetahuan (tsaqâfah) Islam. Islam telah mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu. Berdasarkan takaran kewajibannya, menurut al-Ghazali, ilmu dibagi dalam dua kategori, yaitu:<br />1. Ilmu yang termasuk fardhu ‘ain (kewajiban individual), artinya wajib dipelajari setiap Muslim, yaitu tsaqâfah Islam yang terdiri dari konsepsi, ide, dan hukum-hukum Islam; bahasa Arab; sirah Nabi saw., Ulumul Quran, Tahfizh al-Quran, ulumul hadis, ushul fikih, dll.<br />2. Ilmu yang dikategorikan fadhu kifayah (kewajiban kolektif); biasanya ilmu-ilmu yang mencakup sains dan teknologi serta ilmu terapan-keterampilan, seperti biologi, fisika, kedokteran, pertanian, teknik, dll.<br />Ketiga, menguasai ilmu kehidupan (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni/IPTEKS). Menguasai IPTEKS diperlukan agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan baik. Islam menetapkan penguasaan sains sebagai fardlu kifayah, yaitu jika ilmu-ilmu tersebut sangat diperlukan umat, seperti kedokteran, kimi, fisika, industri penerbangan, biologi, teknik, dll. Begitu pula dengan penguasaan terhadap seni, dimana seni merupakan sesuatu yang dibutuhkan pula baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menyelaraskan teknologi dengan fitrah manusia yang menyenangi keindahan (sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan syara’).<br />Keempat, memiliki keterampilan yang memadai. Penguasaan ilmu-ilmu teknik dan praktis serta latihan-latihan keterampilan dan keahlian merupakan salah satu tujuan pendidikan Islam, yang harus dimiliki umat Islam dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah SWT. Sebagaimana penguasaan IPTEKS, Islam juga menjadikan penguasaan keterampilan sebagai fardlu kifayah, yaitu jika keterampilan tersebut sangat dibutuhkan umat, seperti rekayasa industri, penerbangan, pertukangan, dan lainnya.<br />2. Pendidikan Islam Adalah Pendidikan Terpadu<br />Agar keluaran pendidikan menghasilkan SDM yang sesuai harapan, harus dibuat sebuah sistem pendidikan yang terpadu. Artinya, pendidikan tidak hanya terkonsentrasi pada satu aspek saja. Sistem pendidikan yang ada harus memadukan seluruh unsur pembentuk sistem pendidikan yang unggul. Dalam hal ini, minimal ada 3 hal yang harus menjadi perhatian, yaitu:<br />Pertama, sinergi antara sekolah, masyarakat, dan keluarga. Pendidikan yang integral harus melibatkan tiga unsur di atas. Sebab, ketiga unsur di atas menggambarkan kondisi faktual obyektif pendidikan. Saat ini ketiga unsur tersebut belum berjalan secara sinergis, di samping masing-masing unsur tersebut juga belum berfungsi secara benar. Buruknya pendidikan anak di rumah memberi beban berat kepada sekolah/kampus dan menambah keruwetan persoalan di tengah-tengah masyarakat seperti terjadinya tawuran pelajar, seks bebas, narkoba, dan sebagainya. Pada saat yang sama, situasi masyarakat yang buruk jelas membuat nilai-nilai yang mungkin sudah berhasil ditanamkan di tengah keluarga dan sekolah/kampus menjadi kurang optimal. Apalagi jika pendidikan yang diterima di sekolah juga kurang bagus, maka lengkaplah kehancuran dari tiga pilar pendidikan tersebut.<br />Kedua, kurikulum yang terstruktur dan terprogram mulai dari tingkat TK hingga Perguruan Tinggi. Kurikulum sebagaimana tersebut di atas dapat menjadi jaminan bagi ketersambungan pendidikan setiap anak didik pada setiap jenjangnya. Selain muatan penunjang proses pembentukan kepribadian Islam yang secara terus-menerus diberikan mulai dari tingkat TK hingga PT, muatan tsaqâfah Islam dan Ilmu Kehidupan (IPTEK, keahlian, dan keterampilan) diberikan secara bertingkat sesuai dengan daya serap dan tingkat kemampuan anak didik berdasarkan jenjang pendidikannya masing-masing.<br />Pada tingkat dasar atau menjelang usia baligh (TK dan SD), penyusunan struktur kurikulum sedapat mungkin bersifat mendasar, umum, terpadu, dan merata bagi semua anak didik yang mengikutinya. Khalifah Umar bin al-Khaththab, dalam wasiat yang dikirimkan kepada gubernur-gubernurnya, menuliskan, “Sesudah itu, ajarkanlah kepada anak-anakmu berenang dan menunggang kuda, dan ceritakan kepada mereka adab sopan-santun dan syair-syair yang baik.”<br />Khalifah Hisyam bin Abdul Malik mewasiatkan kepada Sulaiman al-Kalb, guru anaknya, “Sesungguhnya anakku ini adalah cahaya mataku. Saya mempercayaimu untuk mengajarnya. Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah dan tunaikanlah amanah. Pertama, saya mewasiatkan kepadamu agar engkau mengajarkan kepadanya al-Quran, kemudian hafalkan kepadanya al-Quran…”<br />Di tingkat Perguruan Tinggi (PT), kebudayaan asing dapat disampaikan secara utuh. Ideologi sosialisme-komunisme atau kapitalisme-sekularisme, misalnya, dapat diperkenalkan kepada kaum Muslim setelah mereka memahami mabda Islam secara utuh. Pelajaran ideologi selain mabda Islam dan konsepsi-konsepsi lainnya disampaikan bukan bertujuan untuk dilaksanakan, melainkan untuk dijelaskan dan dipahami cacat-celanya serta ketidaksesuaiannya dengan fitrah manusia, agar menjadi pemahamaan untuk menguraikan kerusakan mabda selain islam tersebut.<br />Ketiga, berorientasi pada pembentukan tsaqâfah Islam, kepribadian Islam, dan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan. Ketiga hal di atas merupakan target yang harus dicapai. Dalam implementasinya, ketiga hal di atas menjadi orientasi dan panduan bagi pelaksanaan pendidikan.<br />3. Pendidikan Adalah Tanggung Jawab Negara<br />Islam merupakan sebuah sistem yang memberikan solusi terhadap berbagai problem yang dihadapi manusia. Setiap solusi yang disajikan Islam secara pasti selaras dengan fitrah manusia. Dalam konteks pendidikan, Islam telah menentukan bahwa negaralah yang berkewajiban untuk mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan yang diterapkan dan mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah. Rasulullah saw. bersabda:<br />“Imam (Khalifah) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).<br />Perhatian Rasulullah saw. terhadap dunia pendidikan tampak ketika beliau menetapkan para tawanan Perang Badar dapat bebas jika mereka mengajarkan baca-tulis kepada sepuluh orang anak kaum muslimin Madinah. Hal ini merupakan tebusan. Dalam pandangan Islam, barang tebusan itu merupakan hak Baitul Mal (Kas Negara). Tebusan ini sama nilainya dengan pembebasan tawanan Perang Badar. Artinya, Rasulullah saw. telah menjadikan biaya pendidikan itu setara nilainya dengan barang tebusan yang seharusnya milik Baitul Mal. Dengan kata lain, beliau memberikan upah kepada para pengajar (yang tawanan perang itu) dengan harta benda yang seharusnya menjadi milik Baitul Mal. Kebijakan beliau ini dapat dimaknai, bahwa kepala negara bertanggung jawab penuh atas setiap kebutuhan rakyatnya, termasuk pendidikan.<br />Imam Ibnu Hazm, dalam kitabnya, Al-Ihkâm, menjelaskan bahwa kepala negara (khalifah) berkewajiban untuk memenuhi sarana pendidikan, sistemnya, dan orang-orang yang digaji untuk mendidik masyarakat. Jika kita melihat sejarah Kekhalifahan Islam, kita akan melihat begitu besarnya perhatian para khalifah terhadap pendidikan rakyatnya. Demikian pula perhatiannya terhadap nasib para pendidiknya. Imam ad-Damsyiqi telah menceritakan sebuah riwayat dari al-Wadliyah bin Atha’ yang menyatakan, bahwa di kota Madinah pernah ada tiga orang guru yang mengajar anak-anak. <br />Khalifah Umar bin al-Khaththab memberikan gaji kepada mereka masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar=4,25 gram emas). Jika harga 1 gram emas=Rp 200.000,00, maka gaji seorang pendidik yang diberikan oleh Daulah Khilafah sejak 13 abad yang lalu jumlahnya mencapai Rp 12.750.000,00 (subhanallah), sungguh merupakan angka yang fantastis, apalagi jika dibandingkan dengan saat ini dimana berlangsungnya sistem ekonomi kapitalisme telah nyata sangat tidak menghargai peran pendidik, semisal upah yang didapatkan seorang guru honorer hanya berkisar Rp 5.000-30.000 untuk setiap jam pelajaran dengan perhitungan kerja riil satu bulan namun gajinya hanya dihitung satu minggu.<br />Perhatian para khalifah tidak hanya tertuju pada gaji pendidik dan sekolah, tetapi juga sarana pendidikan seperti perpustakaan, auditorium, observatorium, dll. Pada masa Kekhilafahan Islam, di antara perpustakaan yang terkenal adalah perpustakaan Mosul didirikan oleh Ja‘far bin Muhammad (w. 940 M). Perpustakaan ini sering dikunjungi para ulama, baik untuk membaca atau menyalin. Pengunjung perpustakaan ini mendapatkan segala alat yang diperlukan secara gratis, seperti pena, tinta, kertas, dll. Bahkan para mahasiswa yang secara rutin belajar di perpustakaan itu diberi pinjaman buku secara teratur. <br />Seorang ulama Yaqut ar-Rumi memuji para pengawas perpustakaan di kota Mer Khurasa karena mereka mengizinkan peminjaman sebanyak 200 buku tanpa jaminan apapun perorang. Ini terjadi pada masa Kekhalifahan Islam abad 10 M. Bahkan para khalifah memberikan penghargaan yang sangat besar terhadap para penulis buku, yaitu memberikan imbalan emas seberat buku yang ditulisnya.<br />4. Sistem Pendidikan Islam bersifat Multidisipliner<br />Sistem pendidikan Islam juga sekaligus merupakan sub sistem yang tak terlepas dari pengaruh sub sistem yang lain dalam penyelenggaraannya. Sistem ekonomi, politik, sosial-budaya, dan idoelogi akan sangat menentukan keberhasilan penyelenggaran sistem pendidikan yang berbasiskan aqidah dan syari’ah islam. <br />Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa dengan sistem ekonomi yang islami maka penyediaan dana pendidikan akan menjadi perhatian penting negara agar dapat dialokasikan dari kas negara dalam jumlah yang memadai, yang sumber-sumbernya dapat diperoleh dari hasil pengelolaan kepemilikan umum yang saat ini di Indonesia misalnya, jumlahnya masih melimpah seperti barang tambang, mineral, hasil hutan, kekayaan laut, maupun dari hasil penyitaan kembali asset rakyat yang dikorupsi oleh para pejabat, pemerintah, dan pengusaha. <br />Sistem politik yang islami akan mengarahkan penguasa untuk mengambil kebijakan yang berpihak pada rakyat sebagai konsekuensi dari aktifitas politiknya yaitu riayah syu’unil ummah (mengatur urusan-urusan ummat) termasuk kebijakan dalam bidang pendidikan yang harus didasarkan pada aqidah dan syari’ah islam. Sistem sosial-budaya yang islami akan mengarahkan masyarakat memiliki perspektif yang benar tentang wajibnya berpendidikan, memiliki motivasi yang tinggi untuk menggali ilmu pengetahuan, teknologi, keterampilan dan menciptakan berbagai kreasi yang bermanfaat untuk kemaslahatan hidup.<br /><br />BAB IV<br />PENUTUP<br />A. KESIMPULAN<br />Selain itu sistem sosial-budaya yang islami juga akan mampu menjadi filter dan pengendali terhadap berbagai aktifitas yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat, dimana satu sama lain akan menyadari tentang kewajiban amar ma’ruf nahyi munkar, yang dengan aktifitas ini maka hasil pendidikan di sekolah dapat bersinergi dengan pengaplikasiannya di masyarakat. Adapun ideologi, merupakan aspek yang sangat berpengaruh terhadap pendidikan karena antara keduanya saling mempengaruhi, yakni pendidikan merupakan salah satu proses menginternalisasikan ideologi kepada semua warga negara dan ideologi merupakan asas bagi penyelenggaran sistem pendidikan tersebut.<br />B. SARAN-SARAN<br />Dengan demikian maka pengaruh berbagai sistem lainnya terhadap keberhasilan penyelenggaran sistem pendidikan islam memiliki keterkaitan yang erat. Sedangkan Boundary (sistem yang menaungi semua sistem) terhadap berbagai sistem tersebut adalah sistem pemerintahan/ negara. Oleh karenanya penjuangan terhadap terlaksananya sistem pendidikan yang berbasis syari’ah juga tidak terlepas dari perjuangan terhadap wajibnya menegakan kembali institusi Daulah Khilafah Islamiyah sebagai institusi yang akan menjamin penerapan hukum-hukum islam dalam semua aspek secara kaffah. Wallahu a’lam bi shawab.<br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br />Al-Baghdadi, Abdurrahman. 1996. Sistem Pendidikan di Masa Khilafah Islam. <br /> Bangil-Jatim: Al-Izzah<br />Bulletin Epitech 2006, Disdik Prov.Jabar.<br />UU No.20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional<br />PP No. 19/2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan<br />Muhamad Shidiq Al-Jawi. Pendidikan Di Indonesia, Masalah dan Solusinya.Artikel. www.khilafah1924.org<br />Media Cetak : Kompas,5/9/2001; Pikiran Rakyat, 06/10/2002; Republika, 10/5/2005; Republika, 13/7/2005; Pikiran Rakyat,15/07/2005; Kompas, 6/2/2007; Koran Tempo, 07/03/2007.<br />Website : www.suara pembaruan.com/16 juli 2004; www.undp.org/hdr2004 ;<br />www.worldbank.com; www.republikaonline.com; www.indonesia.go.id (Senin 12/2/07); http://www.perbendaharaan.go.id/20-02-2007; www.<br />Pikiran Rakyat.com (03/2004; www.okezone.com.; www.tempointeraktif.com;<br />www.bapeda-jabar.go.id/2006. www.tempointeraktif.com (8/3/2007); www.smu-net.comPanduan KKN Wajar Dikdas 9 Tahun, UPI 2006.<br />Syamsuddin Makmun, Abin. (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya.<br />Yusuf, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.<br />Struktur Negara Khilafah. 2005: HTI Press<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-72870716138818445182010-02-22T07:58:00.000-08:002010-02-22T08:02:49.651-08:00GAGASAN KURIKULUM MASA DEPANGAGASAN KURIKULUM MASA DEPAN<br />BAB I<br /><br />GAGASAN KURIKULUM MASA DEPAN<br /><br />A. Latar Belakang<br />Kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia saat ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lain bahkan dengan sesama anggota ASEAN. Salah satu faktor utama rendahnya kualitas sumber daya manusia ini tentu berhubungan dengan dunia pendidikan nasional. Program pendidikan nasional yang dirancang diyakini belum berhasil menjawab harapan dan tantangan masa kini maupun di masa depan.<br />Dalam menghadapi harapan dan tantangan di masa depan, pendidikan merupakan sesuatu yang sangat berharga dan dibutuhkan. Pendidikan di masa depan memainkan peranan yang sangat fundamental di mana cita-cita suatu bangsa dan negara dapat diraih. Bagi masyarakat suatu bangsa, pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang akan menentukan masa depannya.<br />Menghadapi masa depan yang sudah pasti diisi dengan arus globalisasi dan keterbukaan serta kemajuan dunia informasi dan komunikasi, pendidikan akan semakin dihadapkan terhadap berbagai tantangan dan permasalahan yang lebih rumit dari pada masa sekarang atau sebelumnya. Untuk itu, pembangunan di sektor pendidikan di masa depan perlu dirancang sedini mungkin agar berbagai tantangan dan permasalahan tersebut dapat diatasi. Dunia pendidikan nasional perlu dirancang agar mampu melahirkan generasi atau sumber daya manusia yang memiliki keunggulan pada era globalisasi dan keterbukaan arus informasi dan kemajuan alat komunikasi yang luar biasa.<br />Dalam membangun pendidikan di masa depan perlu dirancang sistem pendidikan yang dapat menjawab harapan dan tantangan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Sistem pendidikan yang dibangun tersebut perlu berkesinambungan dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.<br />Salah satu dimensi yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan dunia pendidikan nasional di masa depan adalah kebijakan mengenai kurikulum. Kurikulum merupakan jantungnya dunia pendidikan. Untuk itu, kurikulum di masa depan perlu dirancang dan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional dan meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia.<br />Kesejahteraan bangsa Indonesia di masa depan bukan lagi bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, modal sosial, dan kredibilitas sehingga tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan pengetahuan menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja sebab perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu bangsa. Terlebih lagi, industri baru dikembangkan dengan berbasis kompetensi tingkat tinggi, maka bangsa yang berhasil adalah bangsa yang berpendidikan dengan standar mutu yang tinggi.<br />Agar lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komperatif sesuai standar mutu nasional dan internasional, kurikulum di masa depan perlu dirancang sedini mungkin. Hal ini harus dilakukan agar sistem pendidikan nasional dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dengan cara seperti ini lembaga pendidikan tidak akan kehilangan relevansi program pembelajarannya terhadap kepentingan peserta didik.<br />Pendidikan merupakan perkara penting dalam membangun sebuah negeri. Rusaknya pendidikan hanya akan melahirkan generasi yang rusak pula. Pada hari pendidikan nasional ini, kami ingin menyajikan sebuah tulisan yang mengungkap problematika sistem pendidikan di negeri ini yang berbasis sekularisme dan juga solusi untuk menuntaskan persoalan tersebut. Solusi yang ditawarkan tiada lain adalah dengan menerapkan sistem pendidikan berbasis syariah yang ditegakkan oleh Daulah Khilafah Rasyidah. Penyelesaian masalah mendasar tentu harus dilakukan secara fundamental. Penyelesaian itu hanya dapat diwujudkan dengan melakukan perombakan secara menyeluruh yang diawali dari perubahan paradigma pendidikan sekular menjadi paradigma pendidikan Islam. Hal ini sangat penting dan utama. Artinya, setelah masalah mendasar diselesaikan, barulah berbagai macam masalah cabang pendidikan dapat diselesaikan (yang antara lain dikelompokan menjadi masalah aksesibilitas pendidikan, relevansi pendidikan, pengelolaan dan efisiensi, hingga kualitas pendidikan).<br />Solusi masalah mendasar tersebut adalah dengan melakukan pendekatan sistemik yaitu secara bersamaan dan menyeluruh agar sistem pendidikan dapat berubah lebih baik maka harus pula dilakukan perubahan terhadap paradigma dalam penyelenggaraan sistem ekonomi yang kapitalistik menjadi islami, tatanan sosial yang permisif dan hedonis menjadi islami, tatanan politik yang oportunistik menjadi islami, dan ideologi kapitalisme-sekuler menjadi mabda islam, sehingga perubahan sistem pendidikan yang materialistik pun dapat diubah menjadi pendidikan yang dilandasi oleh aqidah dan syariah islam sesuai dengan karakteristiknya. Perbaikan semacam ini pun perlu dikokohkan dengan aspek formal, yaitu dengan dibuatnya regulasi tentang pendidikan yang berbasiskan pada konsep syari’ah Islam.<br />Upaya perbaikan secara tambal sulam dan parsial, semisal perbaikan hanya terhadap kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana-prasarana, pendanaan dan sebagainya tidak akan dapat berjalan dengan optimal sepanjang permasalahan mendasarnya belum diperbaiki. Salah satu bentuk nyata dari solusi mendasar itu adalah mengubah total UU Sistem Pendidikan yang ada dan menggantinya dengan UU Sistem Pendidikan (Syari’ah) Islam. Hal paling mendasar yang wajib diubah tentunya adalah asas sistem pendidikan. Sebab asas sistem pendidikan itulah yang menentukan hal-hal paling prinsipil dalam sistem pendidikan, seperti tujuan pendidikan dan struktur kurikulum.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />GAGASAN TENTANG KURIKULUM MASA DEPAN<br /><br />A. PENTINGNYA PENDIDIKAN NILAI<br /><br />Pada makalah “Pendidikan (Kita di) Masa Depan”, Dr William Chang membahas tentang pendidikan di tengah perubahan sosial, pendidikan tempo “doeloe”, sekilas pendidikan sekarang, dan pendidikan masa depan. Tentang gambaran masa depan, dipaparkan tentang beberapa gejala sosial dan nilai dasar, yaitu ketidakadilan sosial, kemanusiaan dan gender, kedisiplinan, dan masalah ekologi. Disinggung pula tentang tiga unsur penting, yaitu what to know, how to learn, serta mentalitas, kultur, pandangan, dan gaya hidup peserta didik.<br />Selanjutnya, diuraikan tentang perlunya mengembangkan kebudayaan moral dalam dunia pendidikan, cq sekolah, antara lain melalui kepemimpinan moral dan akademik, pelajaran-pelajaran bernilai moral yang bisa bentuk perilaku, peningkatan rasa komunitarian untuk bisa lebih mengenal yang lain, semangat demokratis, lingkungan moral yang mengandalkan dialog, dan lebih diperhatikannya dimensi moral dalam pergaulan.<br />Selain itu, dibahas juga tentang ciri-ciri manusia Indonesia yang pernah dikemukakan Mochtar Lubis pada tahun 1977 dan bagaimana pendidikan kita di masa depan menanggapi kenyataan ciri-ciri manusia Indonesia ini.<br />Akhirnya, dipaparkan beberapa rekomendasi yang berhubungan dengan pengembangan kurikulum, yaitu:<br />• Penyusunan kurikulum sebaiknya menganut prinsip benar, baik, dan indah.<br />• Kurikulum yang dikembangkan sebaiknya terkait dengan “teori pengetahuan”. Pengetahuan sebagai kebenaran dan bukan sebagai “vested interests”.<br />• Perlu diperhatikan aspek-aspek normatif kurikulum, seperti peran pendidikan nilai dalam kurikulum, pengaruh kultur sosial dan tuntutan masyarakat atau keperluan individu, dan perancangan kurikulum yang kontekstual tanpa kehilangan aspek normatif.<br />• Pengintegrasian “teori nilai” sambil memperhatikan hirarki nilai, serta sosialisasi nilai dasar kemanusiaan yang universal sejak jenjang pendidikan dasar.<br />• Pemberian perhatian kepada dimensi estetik kurikulum.<br /><br />B. PARADIGMA PENDIDIKAN PROGRESIF<br /><br />Utomo Danan Jaya dalam makalahnya yang berjudul ” Kurikulum Masa Depan” membandingkan paradigma pendidikan yang konservatif dan progresif. Perbandingan itu meliputi pandangan filosofis yang mendasari, dan teori-teori para ahli pendidikan, tujuan kegiatan belajar-mengajar, pengembangan dan pelaksanaan kurikulum yang berbasis pengetahuan dan berbasis kompetensi, serta pendekatan belajar-mengajar yang dianut yang berimplikasi kepada perbedaan peran guru dan siswa, serta penilaian hasil kemajuan belajar siswa.<br />Paparan pandangan Utomo Danan Jaya amat menarik diperhatikan para pengambil keputusan, pengembang kurikulum dan penilaian, serta praktisi pendidikan, terutama kepala sekolah dan guru. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain dikemukakan berikut ini.<br />• Perlu dikembangkan pola pendidikan yang progresif, antisipatif ke masa depan, mudah beradaptasi, dan terbebas dari kungkungan dan dominasi pemerintah.<br />• Pendidikan jangan hanya menjadi instrumentasi kebijakan, hasrat, minat, kondisi sesaat. Sebagai organ dalam tubuh masyarakat, pendidikan harus memiliki inti seperti hati nurani untuk bersentrifugal menyesuaikan diri guna melayani kebutuhan masyarakat yang selalu ”menjadi”, tidak statis atau kaku.<br />• Pendekatan belajar aktif lebih cocok untuk mendorong perubahan pada lingkungan sekolah dan dunia pendidikan umumnya. Anekaragam potensi siswa dapat berkembang maksimal jika diberi ruang gerak, ruang bermanuver, dan ruang kebebasan berdaya cipta.<br />• Hasil-hasil riset otak yang mengungkapkan aktualisasi potensi otak manusia amat minimal hendaknya dipacu untuk merambah pengembangan tak terbatas potensi manusia guna melayani serta menjadi agen perubahan masyarakat dan kehidupan bersama.<br />• Hasil-hasil riset, aliran-aliran pemikiran (falsafah), temuan-temuan baru, tantangan-tantangan baru, kebutuhan-kebutuhan baru, perubahan kondisi alam dan klimatis harus menjadi masukan kontinu untuk terus memproses perubahan dunia pendidikan.<br />• Manajemen berbasis sekolah (MBS) yang berlandaskan self-determination kepala sekolah, staf guru, dan komite sekolah hendaknya diterapkan di sekolah sebagai satu unit dan lingkungan sekolah berdekatan atau gugus sekolah (cluster) serta lingkup kecamatan dan kabupaten / kota.<br />• Tantangan globalisasi hendaknya digunakan sebagai peluang, tidak dilihat sebagai masalah yang perlu dirisaukan. Dunia akan tetap berubah dengan cepat, terlepas dari dunia pendidikan mau berubah atau tidak. Model-model sekolah baru, eksperimentasi pendidikan, kiat layanan pendidikan yang baru, E-learning, distant learning, contextual learning, pendekatan multi-kecerdasan, penggunaan internet dalam pendidikan, pemanfaatan jejaring pendidikan harus selalu dikembangkan untuk mengubah organisme pendidikan agar terus beradaptasi bagi kepentingan masyarakat yang berubah.<br /><br />C. BELAJAR AKTIF UNTUK ANAK USIA DINI<br /><br />Pada makalah “Kurikulum Masa Depan Pendidikan Anak Usia Dini”, Nina K Tambunan dan Aryanti dari High Scope, Jakarta menekankan hal-hal berikut ini.<br />• Betapa pesatnya perkembangan dunia informasi dan teknologi yang begitu depat disertai makin rumitnya masalah yang dihadapi umat manusia.<br />• Informasi berlipat ganda setiap 72 hari. Padahal, dulu tiap 8 tahun, dan kemudian tiap 5 tahun.<br />• Betapa rendahnya hasil pendidikan Indonesia, seperti yang terlihat pada urutan ke-40 dari 40 negara, Human Development Index tahun 2003 Indonesia pada urutan 112, merosot dari urutan ke-104 pada tahun 1995. Tes PISA untuk matematika, siswa Indonesia berada pada urutan ke-40 dari 40 negara, dan tes internasional TIMSS untuk matematika, siswa kita menduduki urutan ke-34 dari 45 negara. Mengamati data ini, apakah kita siap menghadapi tahun 2030 misalnya?<br />• Padahal tantangan abad ke-21 yang sedang kita hadapi adalah internasionalisasi, pemerolehan informasi yang cepat dan tepat, inovasi, dan outsourcing. Selain itu, kini lebih ditekankan pengembangan multi-kecerdasan, terutama EQ dan SQ, bukan lagi IQ.<br />• Skills dan kemampuan literasi serta ciri-ciri kualitas lulusan pendidikan yang dibutuhkan dunia kerja pada abad ke-21 amat berbeda dengan indikator sukses sekolah tradisional kita. Indikator sukses sekolah progresif bertolak belakang dengan indikator sekolah tradisional. • Karena itu, disarankan penerapan pendekatan belajar aktif, yang dipadukan dengan<br />cara belajar sesuai dengan kerja otak (Brain-Compatible Learning) dalam<br />pengembangan kurikulum, aktualisasi dalam proses belajar-mengajar, dan penilaian.<br /><br />D. APA FUNGSI PENDIDIKAN DASAR?<br /><br />Pada makalah “Kurikulum Pendidikan Dasar Masa Depan”, Udin Syaefudin Sa’ud dari Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung menekankan hal-hal berikut ini.<br />• Penggunaan ICT yang dipadukan dengan bahan ajar yang dikembangkan.<br />• Penerapan “joyful learning” dan”CTL” yang terpadu dengan bahan ajar.<br />• Penerapan penilaian portofolio yang terkait dengan perkembangan<br />• lifeskills peserta didik. Faktor penentu keunggulan suatu negara (*)<br />Hasil evaluasi Bank Dunia (1995) terhadap 150 negara di dunia), yaitu:<br />1) Innovation & creativity 45%<br />2) Networking 25%<br />3) Technology 20%<br />4) Natural resources 10%<br />5) Penerapan penilaian portofolio yang terkait dengan perkembangan lifeskills peserta didik. Fungsi pokok pendidikan dasar, yaitu:<br />6) Pengembangan jati diri individu peserta didik sebagai pribadi dan warga Negara<br />7) Pengembangan personal lifeskills dan enterpreneurship skills<br />8) Pengembangan problemsolving skills<br />9) Pengembangan social responsibility<br />10) Pengembangan “basic skills for learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together”<br /><br />E. KONSEP DASAR ATAU ESENSIAL ITU PENTING<br /><br />Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah “Body of Knowledge Sains dan Matematika (Kurikulum Pendidikan Menengah)”, oleh Triyanta dari LAPI ITB, Bandung membawa implikasi yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum masa depan berikut ini.<br />Kalau biologi adalah ilmu yang paling sulit dalam bidang sains, apa implikasinya bagi penyusunan kurikulum?<br />a) Apakah perlu digunakan pendekatan tematis dalam mata pelajaran biologi?<br />b) Apakah perlu diperbanyak materi tentang implikasi temuan biologi terhadap tindakan manusia, misalnya berhubungan dengan genetika (DNA yang berimplikasi pembuktian forensik, anak dari keturunan siapa, kloning, serta hukum Mendel dan perkawinan campur.<br />c) Apakah jumlah jam pelajaran biologi perlu ditambah?<br />d) Bagaimana merancang eksperimen dan penyelidikan biologi yang melayani pendekatan multidisiplin? Dalam makalah ini dikemukakan contoh basic concepts dalam biologi yang<br />e) menggambarkan keterkaitan antar-disiplin ilmu. Pendekatan pemilihan konsep seperti ini juga dapat diterapkan pada mata-mata pelajaran IPS karena dalam IPS juga dikenal basic concepts seperti universalitas, evolusi, keberagaman, keberlangsungan, interaksi, persaingan, kerja sama, dan adaptasi. Basic concepts dapat digunakan sebagai tema pemersatu jika hendak digunakan pendekatan tematik dalam pelajaran sains di SMP dan SMA.<br />f) Perlu dikaji standar isi 2006 mata pelajaran IPA SD, Fisika SMP dan SMA, apakah konsep-konsep esensial fisika telah termuat. Perlu dipertimbangkan penggunaan kriteria pemilihan konsep esensial fisika (juga biologi dan kimia). Kriteria tersebut antara lain:<br />g) Apakah suatu konsep esensial lebih membantu siswa menguasai kompetensi sains dalam bentuk karya 2 dan 3 dimensi, unjuk kerja, dan perilaku.<br />h) Apakah konsep esensial yang dipilih mendorong siswa menemukan konsep-konsep lain sebagai dampak penerapan pendekatan belajar aktif.<br />i) Apakah konsep esensial yang dipilih membantu siswa untuk memahami konsep-konsep fisika (juga biologi dan kimia) penting lainnya.<br />j) Apakah konsep-konsep esensial itu mudah dipelajari melalui eksperimen dan penyelidikan (investigation).<br />k) Untuk mata pelajaran kimia, basic concepts yang ditawarkan dapat digunakan untuk memperbaiki standar isi 2006 mata pelajaran Kimia.<br />l) Untuk mata pelajaran matematika, basic concepts yang ditawarkan dapat digunakan untuk memperbaiki standar isi 2006 mata pelajaran matematika.<br /><br />F. CIRI SDM MENGHADAPI GLOBALISASI<br /><br />Pada makalah “Tantangan Kurikulum Masa Depan (Kurikulum Masa Depan Pendidikan Menengah)”, Ir. Hadiwiratama dari LAPI ITB, Bandung menekankan hal-hal berikut ini.<br />• Pada era globalisasi ini tampak bahwa yang menjadi pelopor dan penanda masa depan adalah ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) dan industri berbasis pengetahuan (knowledge-based industry).<br />• Industri berbasis pengetahuan sangat bergantung kepada inovasi sebagai kunci kebrhasilan. Untuk menemukan inovasi apa yang perlu diterapkan, diperlukan research and development, litbang (penelitian dan pengembangan) karena hasilnya dijadikan modal untuk meengembangkan kemampuan inovasi.<br />• Pengembangan pendidikan dan khususnya kurikulum perlu memperhatikan kecenderungan dunia yang berubah, antara lain:<br />- Polarisasi masyarakat global ke dalam negara-negara inovator teknologi, negara-negara adaptor teknologi, dan negara-negara yang terkucilkan dari kemajuan teknologi.<br />- Bidang-bidang yang menjadi generator utama perubahan dunia, yaitu teknologi informasi, teknologi biologi, dan teknologi nano.<br />• Tuntutan tata ekonomi baru terhadap SDM yang memiliki kemampuan man of purpose, man of imagination, man of creativity, dan man of innovation.<br />• Industri berbasis pengetahuan memerlukan tenaga kerja yang amat mahir sebagai knowledge workers.<br />• Tuntutan ciri SDM masa depan ini perlu dipenuhi sistem pendidikan, khususnya melalui kurikulum yang dikembangkan dan diimplementasi.<br /><br />G. PENDIDIKAN AGAMA YANG UTUH<br /><br />Pada makalah “Kurikulum Masa Depan Pendidikan Agama”, M. Amin Summa dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta menekankan hal-hal berikut ini.<br />• Perlu disiasati pengembangan kurikulum pendidikan agama yang dirasakan terlalu sedikit mendapatkan jatah, sementara pada sisi yang lain teramat banyak/berat tuntutan yang dibebankan pada pendidikan agama.<br />• Yang sejogianya dirancang-bangun adalah kurikulum pendidikan agama yang bersifat utuh dan menyeluruh, yang memperlihatkan ciri-ciri berikut ini. Kurikulum pendidikan agama yang memuat semua aspek agama yang hendak diajarkan oleh guru-pendidik agama;<br />• Kurikulum pendidikan agama yang memadukan semua aspek ajaran agama sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan apalagi dipertentangkan.<br />• Kurikulum pendidikan agama yang mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan agama dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain (non-agama), yang paling sedikit dianggap sama kepentingan dan kegunaannya bagi hidup dan kehidupan bangsa Indonesia dan bahkan umat manusia pada umumnya.<br />• Di samping itu, pendidikan agama tidak hanya semata-mata bersifat teoretis tetapi juga perlu didukung oleh pengamalan dan pengalaman para guru-pendidiknya.<br /><br />H. PENTINGNYA PENDIDIKAN DEMOKRASI<br /><br />Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah “Kurikulum Masa Depan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, oleh Udin S Winataputra dari Universitas Terbuka, Jakarta membawa implikasi yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum masa depan berikut ini.<br />• Bagaimana mensinkronkan pendidikan kewarganegaran (PKn) dengan perkembangan<br />kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara:<br />• Alasannya adalah karena gejolak kehidupan itu berpengaruh terhadap persepsi dan pengalaman siswa dalam pendidikan PKn<br />• PKn harus membina sikap kritis siswa dan sikap membangun bangsa, betapa pun kondisi dan suasana yang pesimistis.<br />• PKN harus diajarkan melalui studi kasus, pelibatan pengamatan terhadap gejala masyarakat, dan perbandingan dengan negara-negara lain.<br />• Bagaimana mewariskan tradisi berdemokrasi melalui PKn? Proses belajar-mengajar<br />• PKn hendaknya menerapkan pendekatan belajar aktif dengan ciri-ciri pendukung demokrasi berikut ini.<br />• Berdiskusi untuk menghargai perbedaan pendapat dan mencari win-win solution. Selain diskusi, berdebat juga penting.<br />• Variasi kegiatan individual, pasangan, kelompok kecil, kelompok besar, dan seluruh kelas seperti realitas ragam aktivitas dalam masyarakat.<br />• Dorongan agar siswa berani mengemukakan pendapat.<br />• Pembagian tugas, hak dan kewajiban dalam menjalankan tugas kelompok atau seluruh kelas.<br />• Penerapan kegiatan observasi untuk pengumpulan data guna penarikan kesimpulan yang objektif. Pemilihan ketua kelas, ketua kelompok, dan pembagian tugas kelompok dan seluruh kelas.<br />• Penilaian yang objektif, misalnya penggunaan skala sikap, penilaian diri, portofolio, dan berbagai bentuk alat penilaian kualitatif lainnya.<br />• Bagaimana menyerasikan PKn, terutama pendidikan demokrasi, dengan perkembangan ekonomi, kesadaran indentitas nasional, dan pengalaman sejarah Indonesia & PKn? Cara yang dapat ditempuh antara lain:<br />- Siswa membahas persoalan ekonomi, sosial, dan politik dari sudut pandang demokrasi sebagai norma Pancasila dan UUD 1945.<br />- Siswa kritis terhadap fakta sejarah dan interpretasinya dan berusaha mencari gagasan solusi terhadap permasalahan bangsa.<br />- Yang lebih penting adalah suasana demokratis dibina dalam PBM dan penilaian PKn, merembet ke kehidupan sekolah, terutama penekanan kepada pelaksanaan hak asasi anak.<br />I. PROSES MATEMATIKA<br /><br />Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ”Kurikulum Masa Depan Matematika,” oleh Bana G Kartasasmita dari ITB, Bandung, membawa implikasi bagi pengembangan kurikulum matematika berikut ini.<br />• Sangat penting diterapkan pendekatan belajar aktif (student active learning) yang terfokus kepada proses matematika, Kurikulum yang dikembangkan dan implementasinya dalam PBM hendaknya menekankan pemecahan masalah (problemsolving) dan pengembangan beragam kompetensi konkret matematika, bukan pengetahuan atau materi matematika.<br />• Materi (substansi atau isi) matematika yang diusulkan hendaknya dikaji lebih lanjut guna memperbaiki materi matematika yang terdapat pada Standar Isi 2006.<br />• Perbandingan dengan standar-standar kurikulum mata pelajaran di negara-negara tetangga dan di dunia hendaknya lebih ditekankan agar standar Indonesia tidak ketinggalan.<br />• Pengalaman pihak-pihak yang sudah menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran matematika di sekolah amat penting dikaji dan hasilnya diterapkan guna mendorong percepatan mengejar ketertinggalan dalam pengajaran matematika.<br />• Perlu dititikberatkan pengadaan dan penyebaran sarana belajar matematika, berupa buku pelajaran, alat peraga, lembar kerja, buku sumber dan referensi, paket belajar (learning pack), CD, dan buku bacaan yang relevan.<br /><br />J. TINGKAT LITERASI<br /><br />Pada makalah ”Kurikulum Bahasa Sinergis Masyarakat Multilingual,” Helena I.R Agustine dari Universitas Negeri Semarang mengemukakan 4 tingkat literasi yang sederhana yang dapat digunakan secara meluas, yaitu:<br />1) Tingkat literasi “performative”, yang meliputi Kemampuan berbahasa atau mengendalikan komunikasi di antara orang-orang yang dikenal, dalam konteks tatap muka. Dan, jika komunikasi dilakukan secara tertulis, ragam tulisannya bukan ragam tulis tetapi lebih menyerupai ragam bahasa lisan yang ditulis.<br />2) Tingkat literasi “functional”, yang mencakup kemampuan sebagai anggota masyarakat tertentu untuk mengatasi tuntutan kehidupan sehari-hari yang melibatkan bahasa tulis. Contoh: kemampuan membaca surat kabar populer, menulis surat lamaran kerja, mengikuti instruksi atau manual yang bersifat prosedural. Tingkat literasi ini dapat ditargetkan sebagai kemampuan tertinggi penguasaan siswa terhadap bahasa daerahnya.<br />3) Tingkat literasi “informational”, yang meliputi kemampuan dalam komunikasi ilmu pengetahuan, terutama yang berbasis disiplin tertentu. Penekanannya kepada kemampuan membaca dan menulis, terutama membaca agar siswa dapat mengakses pengetahuanyang terakumulasi yang dilihat sebagai fungsi sekolah dalam mentransmisinya. Kemampuan literasi ini diperlukan bagi orang yang belajar bahasa untuk tujuan belajar atau mempelajari ilmu pengetahuan seperti yang terjadi di sekolah-sekolah dengan harapan siswa dapat melanjutkan studinya di jenjang lebih tinggi, sampai perguruan tinggi.<br />4) Tingkat literasi ”epistemic” yang mencakup kemampuan menyampaikan pengetahuan, berdiskusi, melakukan penelitian dan melaporkannya dalam bahasa. Juga diharapkan, siswa berperilaku layaknya orang terpelajar sebagai hasil dari kemampuan membacanya dan perilaku tersebut akan berdampak kepada masyarakat sekitarnya. Tingkat literasi ini menjadi target terakhir kemampuan berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris para siswa.<br />Kurikulum bahasa asing lainnya untuk tingkat SMA disusun sesuai dengan target literasi yang dicanangkan. Dalam kurun waktu tiga tahun dengan alokasi tidak lebih dari 4 X 45 menit seminggu mungkin hanya dapat ditargetkan untuk mencapai kompetensi berwacana primer dengan tingkat literasi performatif.<br />Selanjutnya, penulis ini menyarankan perlunya sinergi antar-kurikulum bahasa, yaitu bahasa daerah (bahasa ibu anak), bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa asing lainnya. Selanjutnya, perlu juga sinkronisasi antara literasi bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa daerah, dan bahasa asing lainnya.<br /><br />K. BELAJAR AKTIF IPA<br /><br />Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ”Kurikulum IPA Masa Depan” oleh Budi Jatmiko dari Universitas Negeri Surabaya membawa implikasi bagi pengembangan dan implementasi kurikulum IPA berikut ini.<br />• Gagasan-gagasan yang dikemukakan sebenarnya telah dilaksanakan berupa pendekatan belajar aktif IPA dalam pengembangan kurikulum dan implementasinya di lapangan. Namun, upaya ini belum tersebar ke seluruh pelosok tanah air. Karena itu, pendekatan belajar aktif IPA perlu didesiminasi melalui pelatihan para guru dan inovasi yang dilakukan oleh berbagai instansi, seperti dinas pendidikan, LPMP, FKIP, lembaga donor internasional, dan lembaga swadaya masyarakat.<br />• Perlu digalakkan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar IPA di SD, SMP, dan SMA. Karena ketersediaan laboratorium terbatas dan laboratorium di banyak sekolah kurang lengkap. Namun, yang lebih penting lagi adalah penggunaan lingkungan untuk mendekatkan siswa kepada objek-objek alamiah, pengembangan kemampuan melakukan observasi, mengakrabi kehidupan nyata sehari-hari, dan mendinamisasi kerja otak karena interaksi siswa dengan alam.<br />• Saran-saran tentang penilaian cukup relevan. Yang perlu diperhatikan adalah fokus penilaian yang sebaiknya diarahkan keada penilaian kompetensi konkret siswa, berupa karya dua dan 3 dimensi, unjuk kerja, dan perilaku.<br />• Perlu dikembangkan dan diadakan beragam bentuk sumber dan sarana belajar IPA yang tersedia di sekolah.<br />• Sistem pembinaan profesional guru, terutama sistem pelatihan guru sebaiknya dikembangkan dalam era otonomi daerah karena sistem yang dulu digunakan pada era sentralisasi sudah tidak diterapkan lagi. Tujuannya adalah agar para guru mengubah paradigma mengajar secara konvensional ke pendekatan belajar aktif.<br /><br />L. SISWA TERCERABUT DARI DUNIANYA<br /><br />Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ”Tercerabutnya Peserta Didik dari Dunianya: Sebuah Pengalaman atas Penyeragaman Kurikulum Sekolah (Kurikulum Masa Depan Ilmu Pengetahuan Sosial) oleh Nicolaas Warrouw dari Universitas Gajah Mada membawa implikasi bagi pengembangan dan implementasi kurikulum IPS berikut ini.<br />• Kurikulum sekolah harus memperhatikan karakteristik budaya, ekonomis, sosial anak.<br />• Pendidikan sekolah sebaiknya tidak mencerabut anak dari dunianya, dari budaya, dan konteks pencarian nafkah hidupnya.<br />• Guru perlu dilatih untuk menggunakan kebiasaan budaya, folklore, legenda, kesenian, sistem pertanian atau pengolahan lahan, cara memperoleh nafkah (mata pencaharian), sistem pembangunan rumah, sistem irigasi, dan kebiasaan gotong royong agar siswa dipersiapkan mengembangkan tradisi dan budayanya ke arah yang berciri modern.<br />• Pendekatan belajar aktif yang menekankan penggunaan lingkungan dapat digunakan untuk mengurangi dampak ketercerabutan siswa dari konteks lokalnya.<br />• Mata pelajaran IPS sebaiknya memperkenalkan berbagai perspektif (sudut pandang) dan kenyataan yang bervariasi dalam konteks Indonesia dan dunia. Mata-mata pelajaran lain juga berfungsi yang sama,<br />• Falsafah konstruktivisme cocok digunakan untuk mengembangkan konsep dan kompetensi siswa dari alam pikir (konsepsi) dan pengalaman siswa dalam konteks lokalnya. Siswa belajar lebih mudah kalau digunakan pendekatan konstruktivisme dan hasil belajar lebih membumi. Dengan demikian, kompetensi siswa dibangun dan dikembangkan dalam lingkungan tempat ia mencari nafkah dan berkiprah.<br />M. KREASI DAN KREATIVITAS, FOKUS PENDIDIKAN SENI BUDAYA<br /><br />Pada makalah “Masukan untuk Kurikulum Seni – Budaya Masa Depan (SD sampai SMU)”, Primadi Tabrani dari ITB, Bandung mengemukakan sejumlah saran. Penyajian saran-saran yang penting dipadukan dengan implikasi yang muncul dari saran-saran tersebut untuk pengembangan dan implementasi kurikulum masa depan.<br />• Kepada para siswa perlu diperkenalkan sejarah dan lingkungan yang menghasilkan seni budaya Austronesia/Nusantara. Untuk itu, para guru seni budaya dan sejarah perlu mempelajarinya. Melalui pengenalan ini, generasi muda kita dapat merasa bangga sebagai putra Nusantara.<br />• Walaupun trio ilmu-teknologi-seni memiliki ciri khas masing-masing, sebenarnya tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Karena itu, sebaiknya kurikulum seni budaya merupakan kegiatan proses belajar-mengajar yang terpadu. Dijadikan “proyek” yang memadukan berbagai seni dan berbagai ilmu. Dengan materinya bisa dari film, video, buku, cerita, dongeng. Misalnya proyek “Ruang Angkasa”.<br />• Dalam pendidikan senirupa, untuk pelajaran menggambar yang boleh dikata semata NPM dari Barat perlu diperbaiki dengan memberikan RWD, yang merupakan gambar alami anak dan merupakan anugrah Tuhan, tempat yang sejajar dengan NPM. Kepada anak perlu diberi peluang untuk membuat perpaduan antara NPM dan RWD. Bila ingin memperagakan sesuatu, pakailah NPM, tapi bila ingin bercerita/berekspresi, pakailah RWD atau kombinasi antara keduanya. Senirupa kita bisa maju dengan ‘melompat’ sebab RWD belum ada di Barat.<br /><br />Perbandingan sistem menggambar NPM & RWD<br /><br />Perbandingan sistem menggambar NPM & RWD<br /> NPM (Naturalis-Perspektif-Momenopname) RWD (Ruang-Waktu-Datar) <br /><br /> 1 arah Aneka arah <br /><br /><br /> 1 jarak Aneka jarak <br /><br /><br /> 1 waktu Aneka waktu (sekuensi beberapa adegan, bermatra waktu, bercerita lebih lama <br /><br /><br /> 1 skema Gabungan beberapa skema <br /><br /><br /> Panjang x lebar Panjang - lebar - waktu <br /><br /><br /> Dibingkai Tak dibingkai, bebas dalam ruang <br /><br /><br /> Dibekukan dalam gambar Gambar mati yang hidup <br /><br /> mati <br /><br />Implikasi dari perbandingan ini, adalah:<br />• Siswa perlu dilatih menggambar sesuai dengan ciri alamiah anak.<br />• Siswa menggambar di tanah, pasir, daun, lalu dipakai kertas, dan kemudian di tembok (wallpainting).<br />• Siswa diperkenalkan sistem menggambar NPM dan RWD secara sendiri-sendiri dan juga sebagai gabungan (kombinasi).<br />• Butir No.2 dilatih berdasarkan irama perkembangan dan pencarian siswa.<br />• Pendidikan senirupa SMA, perlu diubah pelajaran tentang rupa dasar Nusantara (yang berdimensi waktu – ragam hias misalnya). Ke dalam kurikulum seni budaya di sekolah perlu dimasukkan banyak seni budaya tradisi sebagai warna lokal daerah. Tujuannya, bukan hanya agar kita mengenal kembali heritage kita sebagai bangsa, tapi pula untuk merasakan bahwa banyak mutiara mutiara terpendam yang berupa konsep-konsep yang bisa diangkat untuk seni dan desain kita di masa depan.<br />• Media pembelajaran kita perlu dikembangkan menjadi paket media yang “rupa-rungu”: ada teks, slide, video, CD, gambar peraga, dan sebagainya. Dan buku pelajaran sudah masanya dikembangkan menjadi “illustrated” science & technology books, di mana gambar dan kata terpadu untuk menunjang proses belajar yang lebih maju, cepat, dan mendalam.<br />• Praktik berkarya seni hendaknya cukup terwakili dalam kurikulum, sebab berkarya seni melatih anak didik untuk piawai berproses belajar yang baik yang sama dengan proses kreasi. Ini kemudian akan memudahkan diperolehnya proses belajar-mengajar yang baik yang bisa “ditularkan” saat proses belajar-mengajar dalam ilmu-ilmu yang lain, juga dalam Iptek.<br />• Di tingkat SD dan SLTP, bahkan kalau bisa juga di SMA pelajaran seni budaya sebaiknya jangan dipisahkan teori dengan praktiknya. Sebaiknya teori dan praktik terpadu, hingga terhayati dan proses belajarnya menjadi proses kreasi. Dengan demikian, karya tidak hanya mengekspresikan perasaan, tapi juga merefleksikan pengetahuan, data, riset yang dilakukan untuk menghasilkan karya tersebut.<br />• Sebaiknya untuk SD diberi dasar untuk menggambar dari alam dengan bantuan imajinasi.<br />• Para pakar pendidikan kita diharapkan mau meneliti Limas Citra Manusia, apakah memang bisa digunakan secara praktis untuk proses belajar-mengajar, setidaknya sebagai pembanding/alternatif bagi proses belajar-mengajar Barat yang “kurang memuaskan" yang kita gunakan selama ini. Siapa tahu Limas LCM tersebut merupakan jawaban atas keresahan Anderson yang mendambakan ditemukannya ““……the single psychological theory that adequately provides a basis for all learning…..”.<br /><br /><br />N. PENDIDIKAN JASMANI BUKAN HANYA UNTUK OLAHRAGA<br />Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ” Menggagas Kurikulum Pendidikan Jasmani Masa Depan” oleh Agus Mahendra dari Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung membawa implikasi bagi pengembangan dan implementasi kurikulum pendidikan jasmani berikut ini.<br />• Gagasan penulis agar orientasi pendidikan jasmani bukan hanya pendidikan olahraga, tetapi ke arah pengembangan nilai-nilai dan karakter positif individu dan masyarakat atau pendidikan jasmani untuk kehidupan seyogianya diterapkan pada kurikulum masa depan. Demikian pula, perlunya memberikan tantangan kepada siswa untuk melampaui batas (limit) kemampuan sebelumnya agar tercapai persepsi baru mengenai diri.<br />• Implikasinya adalah perlunya diberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kompetensinya sampai melampaui batas tersebut. Untuk itu, PBM harus diatur bervariasi sesuai dengan taraf pencapaian kompetensi siswa.<br />• Gagasan agar kurikulum diarahkan kepada peserta didik dan pencapaian otonomi individu dan pengarahan diri serta siswa bertanggung jawab untuk menentukan sendiri arah tujuannya, mengembangkan keunikan pribadi, dan memandu sendiri kegiatan belajarnya perlu diperhatikan. Demikian pula unsur pemecahan masalah dan pengembangan kemampuan kreatif, serta keterampilan menggunakan teknologi, termasuk komputer, serta keterampilan kritis dalam menanggapi dan mengambil keputusan secara tepat. Implikasinya adalah perlunya diterapkan pendekatan belajar aktif yang memberi ruang kebebasan eksplorasi bagi individu sesuai dengan minat, bakat, dan ciri khusus fisik dan kepribadiannya.<br />• Selain itu, perlu diidentifikasi kebutuhan masyarakat dalam bidang seperti mitigasi bencana alam, kekhasan lingkungan setempat (pantai, terumbu karang, peternakan kuda, sapi, kerbau, pendakian gunung, panjat pohon, lokasi jurang, lingkungan binatang berbisa dan berbahaya bagi keselamatan manusia. Pendidikan jasmani hendaknya diarahkan pula untuk menjawab kebutuhan masyarakat tersebut.<br />• Pemecahan masalah (problemsolving) dalam pendidikan jasmani dapat dilakukan, misalnya, bagaimana memikul barang lebih banyak dengan mempertahankan keseimbangan, memikul barang sambil menyeberangi sungai yang sedang dilanda banjir, bagaimana menghadapi angin puting beliung, dan bagaimana melakukan urut patah tulang.<br />• Gagasan agar proses belajar keterampilan dalam pendidikan jasmani memasukkan proses perolehan / penguasaan keterampilan (persepsi, pemolaan, penghalusan, dan adaptasi) dan sekaligus proses gerak kreatif melalui pengembangan variasi, improvisasi, dan komposisi dapat dilaksanakan antara lain melalui penggabungan pendidikan jasmani dengan pendidikan seni tari.<br />• Saran agar perancangan kurikulum pendidikan jasmani memperhitungkan hasil ekstrapolasi tentang kondisi dan kebutuhan masyarakat di masa depan perlu diperhatikan. Contoh kondisi dan kebutuhan masyarakat itu misalnya:<br />• Bagaimana menghindar dari tanah longsor, banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran (hutan), dan angin puting beliung<br />• Pengetahuan dan pengalaman dasar tentang kekuatan arus air, arah arus, bagaimana bergerak menggunakan efek arus air; bagaimana berenang dan menggunakan media yang ditemukan (persiapan media seperti kayu, batang pisang, pelampung; bagaimana tidur sambil terapung di tengah laut; bagaimana menyelam yang benar.<br />• Contoh yang lain, bagaimana berlari menghindari dan berlindung dari runtuhan saat gempa, perlengkapan yang perlu untuk memadamkan api, dan gerakan memadamkan api.<br />• Perlu dilakukan studi banding praktik pendidikan jasmani di berbagai negara yang menerapkan paradigma baru pendidikan jasmani. Selain itu, perlu diberi kebebasan kepada guru untuk berkesperimentasi dan mengeksplorasi pola gerak yang benar dalam berbagai situasi dan kondisi.<br /><br /><br />BAB III<br />INOVASI KURIKULUM MASA DEPAN<br /><br />A. BISAKAH MENGINTEGRASIKAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN DENGAN IPA DAN IPS<br />Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ”Kurikulum Keterampilan Masa Depan” oleh Hajar Pamadhi dari Universitas Negeri Yogyakarta membawa implikasi bagi pengembangan dan implementasi kurikulum pendidikan jasmani berikut ini.<br />1. Komposisi bermain dan belajar dari SMP s.d. SMA cukup rasional. Porsi belajar sambil bermain yang cukup besar di SD, namun secara gradual dikurangi pada jenjang SMP dan terutama SMA. Sebaliknya, porsi belajar berkembang atau membesar sejalan dengan pengurangan porsi bermain.<br />2. Prinsip komposisi seperti Ini tidak hanya berlaku bagi pendidikan keterampilan, tapi secara umum pada berbagai mata pelajaran lain juga sesuai dengan komposisi yang lazim diterapkan. Prinsip ini berlaku untuk seluruh kurikulum jenjang pendidikan dasar dan menengah.<br />3. Perlu dipertimbangkan mengintegrasikan pendidikan keterampilan ke dalam IPA, IPS, dll di tingkat SMA.<br />4. Perlu dipertimbangkan pengintegrasian pendidikan keterampilan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler agar lebih mengefisienkan waktu dan tenaga.<br />5. Perlu dianut pendekatan multiple intelligences yang mencakup seluruh kehidupan dan kegiatan belajar siswa di sekolah, di rumah, dan di masyarakat. Gagasan pengintegrasian ini sesuai dengan hasil riset otak dan pendekatan kurikulum berbasis kompetensi.<br />6. Pengembangan kreativitas siswa akan seimbang karena tidak melupakan aspek produksi, penampilan hasil karya, pemajangan hasil kerja. Upaya ini sesuai dengan prinsip pendekatan kurikulum berbasis kompetensi, yaitu pengintegrasian ranah kognitif, afektif, dan psikomotor ke dalam kompetensi siswa dalam bentuk / jenis karya 2 dan 3 dimensi, unjuk kerja, dan perilaku.<br />7. Pengintegrasian ini akan menguntungkan tipe siswa dengan gaya belajar bervariasi, yaitu tipe visual, auditif, dan kinestetik. Tipe kinestetik akan terlayani. Selama ini tipe ini sangat dirugikan dalam pola pengajaran konvensional satu arah.<br /><br />B. PERTANYAAN UNTUK TIK DI MASA DEPAN<br /><br />Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ”Kurikulum Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Masa Depan” oleh Yuliatri Sastrawijaya dari Universitas Negeri Jakarta membawa implikasi bagi pengembangan dan implementasi kurikulum TIK berikut ini.<br />1. Bagaimana memanfaatkan kemampuan problemsolving, kerja sama dan saling menolong dalam menggunakan TIK?<br />2. Bagaimana menerapkan etika dalam penggunaan TIK?<br />3. Bagaimana siswa dilatih untuk menggunakan berbagai sumber belajar yang tersedia melalui internet?<br />4. Bagaimana melatih perilaku teliti, hati-hati, hemat, berpikir logis, senang belajar bahasa Inggris?<br />5. Bagaimana memanfaatkan individualized learning melalui program yang tersedia dalam TIK?<br /><br />C. SISTEM PENDIDIKAN BERBASIS SYARI’AH<br /><br />Seperti diungkapkan di atas, bahwa sistem pendidikan Islam merupakan alternatif solusi mendasar untuk menggantikan sistem pendidikan sekuler saat ini. Bagaimanakah gambaran sistem pendidikan Islam tersebut? Berikut uraiannya secara sekilas.<br />1. Tujuan Pendidikan Islam<br />Pendidikan Islam merupakan upaya sadar, terstruktur, terprogram, dan sistematis yang bertujuan untuk membentuk manusia yang berkarakter (khas) Islami. Antara lain:<br />Pertama, berkepribadian Islam (shaksiyah islamiyah). Ini sebetulnya merupakan konsekuensi keimanan seorang Muslim. Intinya, seorang Muslim harus memiliki dua aspek yang fundamental, yaitu pola pikir (’aqliyyah) dan pola jiwa (nafsiyyah) yang berpijak pada akidah Islam.<br />Untuk mengembangkan kepribadian Islam, paling tidak, ada tiga langkah yang harus ditempuh, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw., yaitu:<br />1. Menanamkan akidah Islam kepada seseorang dengan cara yang sesuai dengan kategori akidah tersebut, yaitu sebagai ‘aqîdah ‘aqliyyah (akidah yang muncul dari proses pemikiran yang mendalam).<br />2. Menanamkan sikap konsisten dan istiqâmah pada orang yang sudah memiliki akidah Islam agar cara berpikir dan berprilakunya tetap berada di atas pondasi akidah yang diyakininya.<br />3. Mengembangkan kepribadian Islam yang sudah terbentuk pada seseorang dengan senantiasa mengajaknya untuk bersungguh-sungguh mengisi pemikirannya dengan tsaqâfah islâmiyah dan mengamalkan ketaatan kepada Allah SWT.<br />Kedua, menguasai perangkat ilmu dan pengetahuan (tsaqâfah) Islam. Islam telah mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu. Berdasarkan takaran kewajibannya, menurut al-Ghazali, ilmu dibagi dalam dua kategori, yaitu:<br />1. Ilmu yang termasuk fardhu ‘ain (kewajiban individual), artinya wajib dipelajari setiap Muslim, yaitu tsaqâfah Islam yang terdiri dari konsepsi, ide, dan hukum-hukum Islam; bahasa Arab; sirah Nabi saw., Ulumul Quran, Tahfizh al-Quran, ulumul hadis, ushul fikih, dll.<br />2. Ilmu yang dikategorikan fadhu kifayah (kewajiban kolektif); biasanya ilmu-ilmu yang mencakup sains dan teknologi serta ilmu terapan-keterampilan, seperti biologi, fisika, kedokteran, pertanian, teknik, dll.<br />Ketiga, menguasai ilmu kehidupan (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni/IPTEKS). Menguasai IPTEKS diperlukan agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan baik. Islam menetapkan penguasaan sains sebagai fardlu kifayah, yaitu jika ilmu-ilmu tersebut sangat diperlukan umat, seperti kedokteran, kimi, fisika, industri penerbangan, biologi, teknik, dll. Begitu pula dengan penguasaan terhadap seni, dimana seni merupakan sesuatu yang dibutuhkan pula baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menyelaraskan teknologi dengan fitrah manusia yang menyenangi keindahan (sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan syara’).<br />Keempat, memiliki keterampilan yang memadai. Penguasaan ilmu-ilmu teknik dan praktis serta latihan-latihan keterampilan dan keahlian merupakan salah satu tujuan pendidikan Islam, yang harus dimiliki umat Islam dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah SWT. Sebagaimana penguasaan IPTEKS, Islam juga menjadikan penguasaan keterampilan sebagai fardlu kifayah, yaitu jika keterampilan tersebut sangat dibutuhkan umat, seperti rekayasa industri, penerbangan, pertukangan, dan lainnya.<br />2. Pendidikan Islam Adalah Pendidikan Terpadu<br />Agar keluaran pendidikan menghasilkan SDM yang sesuai harapan, harus dibuat sebuah sistem pendidikan yang terpadu. Artinya, pendidikan tidak hanya terkonsentrasi pada satu aspek saja. Sistem pendidikan yang ada harus memadukan seluruh unsur pembentuk sistem pendidikan yang unggul. Dalam hal ini, minimal ada 3 hal yang harus menjadi perhatian, yaitu:<br />Pertama, sinergi antara sekolah, masyarakat, dan keluarga. Pendidikan yang integral harus melibatkan tiga unsur di atas. Sebab, ketiga unsur di atas menggambarkan kondisi faktual obyektif pendidikan. Saat ini ketiga unsur tersebut belum berjalan secara sinergis, di samping masing-masing unsur tersebut juga belum berfungsi secara benar. Buruknya pendidikan anak di rumah memberi beban berat kepada sekolah/kampus dan menambah keruwetan persoalan di tengah-tengah masyarakat seperti terjadinya tawuran pelajar, seks bebas, narkoba, dan sebagainya. Pada saat yang sama, situasi masyarakat yang buruk jelas membuat nilai-nilai yang mungkin sudah berhasil ditanamkan di tengah keluarga dan sekolah/kampus menjadi kurang optimal. Apalagi jika pendidikan yang diterima di sekolah juga kurang bagus, maka lengkaplah kehancuran dari tiga pilar pendidikan tersebut.<br />Kedua, kurikulum yang terstruktur dan terprogram mulai dari tingkat TK hingga Perguruan Tinggi. Kurikulum sebagaimana tersebut di atas dapat menjadi jaminan bagi ketersambungan pendidikan setiap anak didik pada setiap jenjangnya. Selain muatan penunjang proses pembentukan kepribadian Islam yang secara terus-menerus diberikan mulai dari tingkat TK hingga PT, muatan tsaqâfah Islam dan Ilmu Kehidupan (IPTEK, keahlian, dan keterampilan) diberikan secara bertingkat sesuai dengan daya serap dan tingkat kemampuan anak didik berdasarkan jenjang pendidikannya masing-masing.<br />Pada tingkat dasar atau menjelang usia baligh (TK dan SD), penyusunan struktur kurikulum sedapat mungkin bersifat mendasar, umum, terpadu, dan merata bagi semua anak didik yang mengikutinya. Khalifah Umar bin al-Khaththab, dalam wasiat yang dikirimkan kepada gubernur-gubernurnya, menuliskan, “Sesudah itu, ajarkanlah kepada anak-anakmu berenang dan menunggang kuda, dan ceritakan kepada mereka adab sopan-santun dan syair-syair yang baik.”<br />Khalifah Hisyam bin Abdul Malik mewasiatkan kepada Sulaiman al-Kalb, guru anaknya, “Sesungguhnya anakku ini adalah cahaya mataku. Saya mempercayaimu untuk mengajarnya. Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah dan tunaikanlah amanah. Pertama, saya mewasiatkan kepadamu agar engkau mengajarkan kepadanya al-Quran, kemudian hafalkan kepadanya al-Quran…”<br />Di tingkat Perguruan Tinggi (PT), kebudayaan asing dapat disampaikan secara utuh. Ideologi sosialisme-komunisme atau kapitalisme-sekularisme, misalnya, dapat diperkenalkan kepada kaum Muslim setelah mereka memahami mabda Islam secara utuh. Pelajaran ideologi selain mabda Islam dan konsepsi-konsepsi lainnya disampaikan bukan bertujuan untuk dilaksanakan, melainkan untuk dijelaskan dan dipahami cacat-celanya serta ketidaksesuaiannya dengan fitrah manusia, agar menjadi pemahamaan untuk menguraikan kerusakan mabda selain islam tersebut.<br />Ketiga, berorientasi pada pembentukan tsaqâfah Islam, kepribadian Islam, dan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan. Ketiga hal di atas merupakan target yang harus dicapai. Dalam implementasinya, ketiga hal di atas menjadi orientasi dan panduan bagi pelaksanaan pendidikan.<br />3. Pendidikan Adalah Tanggung Jawab Negara<br />Islam merupakan sebuah sistem yang memberikan solusi terhadap berbagai problem yang dihadapi manusia. Setiap solusi yang disajikan Islam secara pasti selaras dengan fitrah manusia. Dalam konteks pendidikan, Islam telah menentukan bahwa negaralah yang berkewajiban untuk mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan yang diterapkan dan mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah. Rasulullah saw. bersabda:<br />“Imam (Khalifah) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).<br />Perhatian Rasulullah saw. terhadap dunia pendidikan tampak ketika beliau menetapkan para tawanan Perang Badar dapat bebas jika mereka mengajarkan baca-tulis kepada sepuluh orang anak kaum muslimin Madinah. Hal ini merupakan tebusan. Dalam pandangan Islam, barang tebusan itu merupakan hak Baitul Mal (Kas Negara). Tebusan ini sama nilainya dengan pembebasan tawanan Perang Badar. Artinya, Rasulullah saw. telah menjadikan biaya pendidikan itu setara nilainya dengan barang tebusan yang seharusnya milik Baitul Mal. Dengan kata lain, beliau memberikan upah kepada para pengajar (yang tawanan perang itu) dengan harta benda yang seharusnya menjadi milik Baitul Mal. Kebijakan beliau ini dapat dimaknai, bahwa kepala negara bertanggung jawab penuh atas setiap kebutuhan rakyatnya, termasuk pendidikan.<br />Imam Ibnu Hazm, dalam kitabnya, Al-Ihkâm, menjelaskan bahwa kepala negara (khalifah) berkewajiban untuk memenuhi sarana pendidikan, sistemnya, dan orang-orang yang digaji untuk mendidik masyarakat. Jika kita melihat sejarah Kekhalifahan Islam, kita akan melihat begitu besarnya perhatian para khalifah terhadap pendidikan rakyatnya. Demikian pula perhatiannya terhadap nasib para pendidiknya. Imam ad-Damsyiqi telah menceritakan sebuah riwayat dari al-Wadliyah bin Atha’ yang menyatakan, bahwa di kota Madinah pernah ada tiga orang guru yang mengajar anak-anak. <br />Khalifah Umar bin al-Khaththab memberikan gaji kepada mereka masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar=4,25 gram emas). Jika harga 1 gram emas=Rp 200.000,00, maka gaji seorang pendidik yang diberikan oleh Daulah Khilafah sejak 13 abad yang lalu jumlahnya mencapai Rp 12.750.000,00 (subhanallah), sungguh merupakan angka yang fantastis, apalagi jika dibandingkan dengan saat ini dimana berlangsungnya sistem ekonomi kapitalisme telah nyata sangat tidak menghargai peran pendidik, semisal upah yang didapatkan seorang guru honorer hanya berkisar Rp 5.000-30.000 untuk setiap jam pelajaran dengan perhitungan kerja riil satu bulan namun gajinya hanya dihitung satu minggu.<br />Perhatian para khalifah tidak hanya tertuju pada gaji pendidik dan sekolah, tetapi juga sarana pendidikan seperti perpustakaan, auditorium, observatorium, dll. Pada masa Kekhilafahan Islam, di antara perpustakaan yang terkenal adalah perpustakaan Mosul didirikan oleh Ja‘far bin Muhammad (w. 940 M). Perpustakaan ini sering dikunjungi para ulama, baik untuk membaca atau menyalin. Pengunjung perpustakaan ini mendapatkan segala alat yang diperlukan secara gratis, seperti pena, tinta, kertas, dll. Bahkan para mahasiswa yang secara rutin belajar di perpustakaan itu diberi pinjaman buku secara teratur. <br />Seorang ulama Yaqut ar-Rumi memuji para pengawas perpustakaan di kota Mer Khurasa karena mereka mengizinkan peminjaman sebanyak 200 buku tanpa jaminan apapun perorang. Ini terjadi pada masa Kekhalifahan Islam abad 10 M. Bahkan para khalifah memberikan penghargaan yang sangat besar terhadap para penulis buku, yaitu memberikan imbalan emas seberat buku yang ditulisnya.<br />4. Sistem Pendidikan Islam bersifat Multidisipliner<br />Sistem pendidikan Islam juga sekaligus merupakan sub sistem yang tak terlepas dari pengaruh sub sistem yang lain dalam penyelenggaraannya. Sistem ekonomi, politik, sosial-budaya, dan idoelogi akan sangat menentukan keberhasilan penyelenggaran sistem pendidikan yang berbasiskan aqidah dan syari’ah islam. <br />Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa dengan sistem ekonomi yang islami maka penyediaan dana pendidikan akan menjadi perhatian penting negara agar dapat dialokasikan dari kas negara dalam jumlah yang memadai, yang sumber-sumbernya dapat diperoleh dari hasil pengelolaan kepemilikan umum yang saat ini di Indonesia misalnya, jumlahnya masih melimpah seperti barang tambang, mineral, hasil hutan, kekayaan laut, maupun dari hasil penyitaan kembali asset rakyat yang dikorupsi oleh para pejabat, pemerintah, dan pengusaha. <br />Sistem politik yang islami akan mengarahkan penguasa untuk mengambil kebijakan yang berpihak pada rakyat sebagai konsekuensi dari aktifitas politiknya yaitu riayah syu’unil ummah (mengatur urusan-urusan ummat) termasuk kebijakan dalam bidang pendidikan yang harus didasarkan pada aqidah dan syari’ah islam. Sistem sosial-budaya yang islami akan mengarahkan masyarakat memiliki perspektif yang benar tentang wajibnya berpendidikan, memiliki motivasi yang tinggi untuk menggali ilmu pengetahuan, teknologi, keterampilan dan menciptakan berbagai kreasi yang bermanfaat untuk kemaslahatan hidup.<br /><br />BAB IV<br />PENUTUP<br />A. KESIMPULAN<br />Selain itu sistem sosial-budaya yang islami juga akan mampu menjadi filter dan pengendali terhadap berbagai aktifitas yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat, dimana satu sama lain akan menyadari tentang kewajiban amar ma’ruf nahyi munkar, yang dengan aktifitas ini maka hasil pendidikan di sekolah dapat bersinergi dengan pengaplikasiannya di masyarakat. Adapun ideologi, merupakan aspek yang sangat berpengaruh terhadap pendidikan karena antara keduanya saling mempengaruhi, yakni pendidikan merupakan salah satu proses menginternalisasikan ideologi kepada semua warga negara dan ideologi merupakan asas bagi penyelenggaran sistem pendidikan tersebut.<br />B. SARAN-SARAN<br />Dengan demikian maka pengaruh berbagai sistem lainnya terhadap keberhasilan penyelenggaran sistem pendidikan islam memiliki keterkaitan yang erat. Sedangkan Boundary (sistem yang menaungi semua sistem) terhadap berbagai sistem tersebut adalah sistem pemerintahan/ negara. Oleh karenanya penjuangan terhadap terlaksananya sistem pendidikan yang berbasis syari’ah juga tidak terlepas dari perjuangan terhadap wajibnya menegakan kembali institusi Daulah Khilafah Islamiyah sebagai institusi yang akan menjamin penerapan hukum-hukum islam dalam semua aspek secara kaffah. Wallahu a’lam bi shawab.<br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br />Al-Baghdadi, Abdurrahman. 1996. Sistem Pendidikan di Masa Khilafah Islam. <br /> Bangil-Jatim: Al-Izzah<br />Bulletin Epitech 2006, Disdik Prov.Jabar.<br />UU No.20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional<br />PP No. 19/2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan<br />Muhamad Shidiq Al-Jawi. Pendidikan Di Indonesia, Masalah dan Solusinya.Artikel. www.khilafah1924.org<br />Media Cetak : Kompas,5/9/2001; Pikiran Rakyat, 06/10/2002; Republika, 10/5/2005; Republika, 13/7/2005; Pikiran Rakyat,15/07/2005; Kompas, 6/2/2007; Koran Tempo, 07/03/2007.<br />Website : www.suara pembaruan.com/16 juli 2004; www.undp.org/hdr2004 ;<br />www.worldbank.com; www.republikaonline.com; www.indonesia.go.id (Senin 12/2/07); http://www.perbendaharaan.go.id/20-02-2007; www.<br />Pikiran Rakyat.com (03/2004; www.okezone.com.; www.tempointeraktif.com;<br />www.bapeda-jabar.go.id/2006. www.tempointeraktif.com (8/3/2007); www.smu-net.comPanduan KKN Wajar Dikdas 9 Tahun, UPI 2006.<br />Syamsuddin Makmun, Abin. (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya.<br />Yusuf, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.<br />Struktur Negara Khilafah. 2005: HTI Press<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-59858740200544705982010-01-04T10:07:00.000-08:002010-01-04T10:07:59.745-08:00Makalah : Pengembangan Srategi Pengajaran Konsep Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial di Sekolah Dasar<a href="http://www.idonbiu.com/2009/04/makalah-pengembangan-srategi-pengajaran.html">Makalah : Pengembangan Srategi Pengajaran Konsep Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial di Sekolah Dasar</a>: "Pembelajaran IPS di SD, dilaksanakan pada kelas 5 SD Negeri Cibiru X Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung dimaksudkan untuk memperoleh pengalaman empiric dalam mengembangkan dan menerapkan srategi pembelajaran IPS di SD melalui pengajaran konsep. Penelitian dilakukan saecara kolaborasi antara peneliti sebagai tenaga edukatif akademik di ingkungan PGSD dengan guru kelas sehingga sebagai praktisi tenaga kependidikan dasar di lapangan dapat meningkatkan proses hasil pembelajaran IPS di SD.sasaran lanjut pelaksanaan kolaborasi studi ini diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan dan hambatan yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugasnya.<br><br>Dari proses pelaksanaan, diproleh hasil bahwa : guru kelas 5 SD Negeri Cibiru x telah megetahui model pengajaran konsep sebagai pengetahuaan teoritik, tetapi tidak pernah menerapkan karena memandang lebih sukar disbanding pola mengajar yang telah biasa dilakukannya. Guru kelas 5 SD Cibiru x bersikap terbuka dan menunujukan keinginan yang besar untuk mengembangkan kemampuan dalam mengalola pembelajaran IPS sehingga proses kolaborasi ini berhasil dilaksanakan da mencapai sasaran.<br><div> <br>Prosedur Pengembangkan program peneletian tindakan kelas ini, dirancang pada setiap siklusnay terdiri dari lima tahap, yakni “ orentasi perencanaan, tindakan. Observasi, dan repleksi. Adapun hasil kongritnaya dapat dilihat dari siklus pelaksanaan, mulai dari tindakan I hingga 4 antara lain : pada tindakan pertama dan kedua, pembelajaran kurang efektif,seperti kurang kemampuan guru dalam penguasaan bahan pelajaran, penguasaan strategi pembelajaran konsep termasuk didalamnya kemampuan mengorganisasikan bahan pelajaran IPS pada tindakan ke tiga dan keempat terdapat perubahan derastis dan peningkatan setelah tim peneliti guru kelas mengadakan peninjauan kembali terhadap rencana pembelajaran berikut kegiatan pembelajarannya.<br><br>Dalam implimentasi pembelajaran guru sebagai praktisi melaksanakan kegiatan, yaitu dengan cara menggunakan srategi pengajaran konsep untuk membantu kelancaran pada setiap tindakan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses pada pembelajaran. Dari setiap pengamatan selanjutnya dilakukan refleksi dan analisis setiap tindakan untuk kemudian melakuakan perbaikan-perbaikan<br><br>Pelaksanan penelitian tindakan kelas ini, telah menghasilkan perubahan-perubahan positf dan peningkatan yang mencakup perubahan sikp belajar dan hasil pembelajaran IPS. Adapun perubahan-perubahan yang terjadi itu meliputi : (1) .guru kelas dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan srategi pengajaran kosep IPS,(2). Srategi pembelajaran konsep dapat meningkatkan aktivitas, kraetivitas, dan motivasi siswa dalam pembelajaran IPS. (3). Minat belajar IPS tinggi, (4). Hasilbelajar IPs Meningkat .<br><br>Hasil penelitian tindakan ini, direkomendasikan kepada pihak terkait untuk mengembangkan model pengajaran konsep sebagai salah satu jalan keluar dari persoalan rendahnya mutu dan hasil pembelajaran IPS, khususnaya di sekolah dasar.<br><br>Oleh: Dra. Hj. Entang Kartika, M.Pd dan Dra. Tuti Istianti, M.Pd<br></div><br /><br> Source :<br /> <a href="http://www.idonbiu.com/2009/04/makalah-pengembangan-srategi-pengajaran.html"><br />Free Download Software and Review - IDONBIU.com<br /></a>"<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-91277069809085799482010-01-02T09:53:00.000-08:002010-01-02T09:58:10.224-08:00KONTEKS KULTURAL BAHASA TULISANKONTEKS KULTURAL BAHASA TULISAN<br />(MEDIAMORFOSIS BESAR TAHAP KEDUA)<br /> <br />A. Zaman Bahasa<br />Hingga kini belum ada suatu teori pun yang diterima luas mengenai bagaimnan bahasa itu muncul di permukaan bumi. Ada dugaan kuat bahasa nonverbal muncul sebelum bahasa verbal . konon hewan prinata berevolusi sejak kira-kita 70 juta tahun lalu. Jutaan tahun berlalu,sebelum hewan yang mirip monyet muncul pertama kalinya di afrika, yang salah satu spesiesnya kemudian berkembang menjadi makhluk yang mirip manusia (hominid) dengan otak yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan ukuran otak yang kita miliki.<br />1. Asal-usul Bahasa<br />Diduga makhluk-makhluk yang mirip manusia dan menggunakan alat pemotong terbuat dari batu ini namun masih seperti kera “berkomunikasi“ secara naluriah , dengan bertukar tanda alamiah berupa suara (gerutan, geraman, pekikan), postur dan gerakan tubuh, termasuk gerakan tangan dan lengan , sedikit lebih maju dari “komunikasi“ hewan primata masa kini. Mereka tidak menggunakan bahasa lisan yang membutuhkan penciptaan berbagai suara yang subtil. Salah satu sebabnya, kotak suata mereka identik dengan kotak suara kera, simpanse, dan hewan primata lainnya yang kita kenal sekarang ini, yang tidak mungkin mereka mengkombinasikan berbagai suara untuk membentuk bahasa manusia. Pendeknya, cara komunikasi mereka sangat primitive dibandingkan dengan komunikasi kita.<br />Banyak makhluk yang mirip manusia ini bsertahan untuk beberapa waktu dengan berburu dan mengumpulkan makanan, namun kira-kira 35.000 tahun yang lalu akhirnya punah secara misterius. Sementara itu, “manusia modern“ (homo sapiens), nenek moyang manusia, muncul secara misterius pula antara 90.000 dan 40.000 tahun lalu, di Eropa dan Timur dekat yang sebelumnya dihuni generasi terakhir hominid. Makhluk baru ini akhirnya menyebar ke berbagai bagian dunia, termasuk Asia dan Amerika. <br />Dulu nenek moyang kita yang juga disebut Cro magnon ini tinggal di gua-gua. Mereka punya sosok seperti kita, hanya saja lebih berotot dan lebih tegap, mungkin karena hidup mereka penuh semangat dan makan makanan yang lebih sehat. Ketika mereka belum mampu bserbahasa verbal, mereka besrkomunikasi lewat gambar-gambar yang mereka buat pada tulang, tanduk, cadas, dan dinding gua yang banyak ditemukan di Spanyol dan Prancis Selatan. Mereka menggambarkan bison, rusa kutub, dan mamalia lainnya yang mereka buru. Inilah sarana pertama yang dikenal manusia untuk merkam informasi.<br />Kemudian antara 40.000 dan 35.000 tahun lalu Cro Magnon mulai menggunakan bahasa lisan. Ini dimungkingkan karena mereka punya struktur tengkorak, lidah, dan kotak suara yang mirip dengan yang kita miliki sekarang. Kemampuan besrbahasa inilah yang membuat mereka terus bertahan hingga kini, tidak seperti makhluk mirip manusia sebelumnya yang musnah. Karena Cro Magnon dapat berpikir lewat bahasa, mereka mampu membuat rencana, konsep, berburu dengan cara yang lebih baik, dengan lebih efektif dalam lingkungan yang keras dan cuaca yang buruk. Mereka juga dapat mengawetkan makanan. Mereka juga punya waktu untuk bersenang-senang, membuat inovasi dan berkontemplasi. Namun mereka belum dapat menulis. Sementara itu, bahsas pun semakin beraneka ragam. Cara bicara yang baru berkembang ketika orang-orang menyebar ke kawsan-kawasan baru tempat mereka menemukan dan mengatasi problem-problem baru. Bahasa-bahasa lamu pun terus berevolusi dari generasi ke generasi.<br />2. Sejarah Perkembangan Bahasa di Dunia<br />Perkembangan sejarah bahasa dari jaman Yunani Kuno sampai sekarang tidak lepas dari adanya kontroversi. Kontroversi yang pertama sudah ada sejak abad keenam sebelum masehi. Dua kubu yang saling berhadapan saat itu kubu phusis dan kubu thesis. Kubu phusis percaya bahwa dalam bahwa itu ada keterkaitan antara kata dan alam. Keterkaitan antara kata dan alam itu, menurut kubu phusis, bersifat alami dan memang sangat diperlukan. Sebaiknya, kubu thesis percaya bahwa tidak ada keterkaitan antara kata dan alam. Hubungan antara kata dan alam sifatnya arbitrar dan konvensional. <br />Dalam mempertahankan pendiriannya, kubu phusis mengemukakan beberapa alasan. Pertama, adanya gejala onomatopoeia, yang berarti ‘gema suara alam’. Maksud kaum phusis ialah bahwa gema suara alam itu dipakai manusia untuk menamakan konsep-konsep kebendaan yang ada di sekelilingnya. Kata-kata dalam bahasa Inggris, sekaligus artinya dalam Bahasa Indonesia seperti misalnya, splash ‘percik’, pick ‘petik’, sway ‘ayun’, dan masih banyak lagi adalah bukti keyakinan para penganut kubu phusis ini. <br />Gejala onomatopoeia itu berkembang ke arah asosiasi bunyi dan dengan sifat atau keadaan seseorang atau benda. Misalnya, bunyi i dalam Bahasa Indonesia (menurut kesan saya) diasosiaskan dengan kecantikan, kemungilan, atau kesucian. Kata-kata melati, suci, murni, dan kebanyakan nama wanita Indonesia, adalah perwujudan dari asosiasi ini. <br />Selain simbolisme bunyi di atas, pandangan terhadap gema suara alam itu berkembang lagi ke arah asosiasi warna, lagu dengan perasaan. Perkembangan onomatopoeia yang mengasosiakan warna dan lagu dengan perasaan itu sangat bermanfaat dalam sistem pengaturan cahaya, warna kostum lagu-lagu pengiring dalam pementasan seni, drama, dan tari. <br />Di lain pihak, dalam mempertahankan pendiriannya, kubu thesis mengutarakan bukti-bukti bahwa nama yang diberikan oleh manusia kepada benda-benda di sekitarnya tidak menurut kaidah tertentu, misalnya menurut kaidah asosiasi antara nama benda dengan suara alam. Nama-nama yang diberikan itu hanyalah konvensi antara sesama anggota masyarakat pembicara dari suatu bahasa. Mengapa orang Inggris mengatakan branches of a tree, sementara orang Indonesia menyebut cabang-cabang pohon¸dan orang Jawa menamakan pange wit, dan dalam bahasa lain disebut lain lagi. Hal semacam itu sama sekali tidak mencerminkan adanya keterkaitan antara nama benda atau konsep dengan gema suara alam. <br />Kontroversi yang kedua terjadi sekitar abad ke-4 sebelum Masehi antara penganut faham Analogi dan penganut faham Anamoli. Karena tajamnya perbedaan keyakinan antara dua aliran ini, mereka tidak mau tinggal dalam satu kota. Para penganut paham Analogi berpusat di kota Alexandria, sedangkan para penganut paham Anomali lebih suka tinggal di kota Pergamum. <br />Dalam bidang bahasa, kaum Analogi percaya bahwa bahasa itu tertata menurut aturan yang pasti. Dalam bahasa Inggris dikatakan bahwa ‘languange is governed’. Keteraturan bahasa, menurut aliran Analagi, terdapat pada semua aspek: aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. <br />Dalam bidang sastra, para anggota kubu Analogi menyarankan agar tujuan karya sastra itu terutama untuk menghibur. <br />Kedua kubu itu menganjurkan agar kita mempelajari karya-karya sastra (puisi, prosa, maupun drama) pengarang-pengarang terkenal. Pernyataan kedua kubu itu mengandung maksud bahwa para sastrawan bertanggung jawab untuk menjadi model yang baik dalam hal berbahasa yang benar dan dalam hal mengajarkan moral. Kontroversi antara Analogi dan Anomali itu berlanjut sampai sekarang. <br />Kontroversi yang ketiga timbul pada jaman Renaissance, antara para penganut empirisme dan para penganut nasional. Kaum empiris percaya bahwa jiwa manusia itu mempunyai kemampuan, tetapi kita tidak tahu banyak tentang kemampuan itu. Mereka menganggap bahwa jiwa manusia itu seperti kertas kosong yang dalam istilah mereka yang sangat terkenal itu sebagai “tabula rasa”. Sebelum jiwa manusia melakukan kegiatan, manusia tidak mempunyai apa-apa. Dalam bahasa Latin ucapan mereka yang sangat terkenal ialah ‘Nihil estis intellectu, quod non prius tuerist in sensus’. Dalam Bahasa Indonesia ucapan di atas artinya kurang lebih ‘Jiwa kita ini kosong sebelum ada rangsangan lewat indera kita.’ Dalam masalah bahasa, kaum empiris percaya bahwa bahasa itu dipelajari dari lingkungan sekitar. Jadi, bahasa itu pada hakekatnya, menurut mereka, learned ‘dipelajari’.<br />Di pihak lain, kaum rasionalis percaya bahwa segala sesuatu itu dapat dicari rasionalnya, karena tidak mungkin segala sesuatu itu terjadi begitu saja tanpa ada alasannya. Gagasan pokok kaum rasionalis ialah bahwa jiwa manusia itu tidak seperti kertas kosong. Jiwa manusia berbekal pemikiran-pemikiran yang logis. <br />Dalam masalah bahasa, kaum rasionalis menyangkal bahwa bahasa itu didapat dari lingkungan. Sebaliknya, mereka percaya bahasa itu sudah ada dalam jiwa manusia sebagai pembawaan yang dalam istilah bahasa Inggris disebut innate. Karena pada hakekatnya manusia itu mempunyai bawaan yang universal sifatnya, bahasa pun mempunyai sifat yang universal pula. Di pihak lain, pengikut-pengikut paham empirisme, terutama Johann Gottfried von Herder (1744-1803), percaya bahwa jiwa dan pikrian manusia itu berbeda antara manusia yang satu dengan yang lain, tergantung pada budaya yang melingkunginya. Sebagai konsekuensi, Herder mengungkapkan adanya nasionalisme kebahasaan, dan ia tidak percaya bahwa bahasa itu mempunyai sifat universal. <br />Kontroversi yang sempat kita amati dewasa ini ialah kontroversi sejarah bahasa dalam abad ke-20, yaitu antara paham struktualisme dan para Cartersian Modern dengan Gramatika Transformasi Generatifnya. <br />Holisme yang diterapkan di dalam sejarah perkembangan bahasa melahirkan aliran struktualisme. Kata struktualisme berasal dari bahasa Latin strunctura, yang artinya bangunan. Menurut kaum struktualis, konsep apapun dapat dihayati sebagai bangunan. Dengan sendirinya, bahasa pun dapat dihayati sebagai bangunan. Menurut konsep ini, bahasa dibangun dari kalimat-kalimat; kalimat dibangun dari klausa-klausa; selanjutnya, klausa dibangun dari frasa-frasa; frasa dibangun dari kata-kata; kata dibangun dari morfem-morfem; dan akhirnya, morfem dibangun dari fonem. Tidaklah mengherankan jika gramatika yang diperkenalkan oleh aliran struktualisme itu terbatas pada gramatika struktur frasa yang dalam bahasa Inggris disebut Phrase Structure Grammar.<br />Chomsky berpendapat bahwa dalam masalah bahasa, kaum strukturalis mengacu pada kerangka pikir keperilakuan. Padahal, bahasa manusia itu sangat rumit, tidak sesederhana seperti yang diperkirakan oleh para penganut struktualisme. Selanjutnya, sarjana ini mengatakan bahwa jiwa kita ingin memahami bagaimana bahasa dikuasai dan dipergunakan dan dipergunakan oleh manusia, kita harus memisahkan sistem kognitif secara tersendiri, suatu sistem pengetahuan dan keyakinan yang berkembang sejak anak-anak, yang telah berinteraksi dengan factor-faktor lain, untuk menentukan jenis perilaku kebahasaan yang dapat kita amati. Dalam istilah linguistic, Chomsky menggunakan istilah kompetensi, yaitu yang mendasari itu tidak didasari oleh manusia. Dari konsep ini dapat dimengerti bahwa bahasa itu bukan learned¸ melainkan innate.<br />Di Indonesia kontroversi antara kelompok yang percaya bahasa itu mempunyai fungsi transaksional dan kelompok yang percaya bahwa bahasa itu berfungsi interaksional. Bagi para penganut transaksional, fungsi bahasa yang penting ialah daya penyampai pesan yang terkandung dalam kalimat atau ujaran. Kelompok ini percaya bahwa satuan bahasa yang terkecil ialah kalimat, sebab kalimat itu berisi pesan yang dianggap lengkap. Siapa yang menerima pesan tidaklah penting. Agar pesan dapat diterima tanpa salah kalimat haruslah jelas, seperti jelasnya kalimat yang diciptakan oleh seorang penutur yang ideal, tanpa cela. <br />3. Fungsi Bahasa Dalam Kehidupan Manusia<br />Mengapa manusia berbahasa dan mengapa terdapat banyak bahasa di dunia? kemampuan berbahasa munusia, yang membedakannya dari hewan lain yang lebih rendah, merupakan akibat dari pembesaran dan perkembangan otak manusia. Salah satu pandangan mengatakan bahwa orang – orang yang hidup di berbagai bagian dunia merasa perlu merncang solusi untuk memecahkan berbagai cara hidup, dan bersama hal itu, bahasa – bahasa berlainan untuk memenuhi kebutuhan merekan. Misalnya, cara hidup orang Eskimo yang unik harus menawrkan cara – cara bagi orang – orang ini untuk mengatasi lingkungan mereka. <br />Kita sering tidak menyadari pentingnya bahasa, karena kita sepanjang hidup menggunakannya. Kita baru sadar bahasa itu penting kerika kita menemui jalan buntu dalam menggunakan bahasa, misalnya : ketika kita berupaya bserkomunikasi dengan orang yang sama sekali tidak memehami bahasa kita yang membuat kita frustasi; ketika kita sulit menerjemahkan suatu kata, frase, atau kalaimat dari surat bahasa ke bahasa lain; ketika kita harus menulis lamaran pekerjaan atau diwawancarai dalam bahasa inggris untuk memperoleh suatu pkerjaan yang bagus.<br />Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek, dan peristiwa. Setiap orang punya nama untuk identifikasi social. Orang juga dapat menamai apa saja, objek-objek yang berlainanm termasuk perasaan tertentu yang mereka alami. Penamaan adalah dimensi pertama bahasa dan basis bahasa, dan pada awalnya itu dilakukan manusia sesuka mereka, yang lalu menjadi konvensi. Mengapa matahari disebut matahari? karena ia disebut matahari! Adalah keliru menganggap sesuatu itu mempunyai hanya satu nama yang benar. Benda yang kita terima dari tukang pos kita sebut surat. Kestika isinya kita ketahui menawarkan barang atau jasa, kita sebut iklan. Karena kita tidak tertarik pada penawaran itu, benda itu kita buang ke keranjang sampah, dan kita menyebutnya sampah. Bagaimana kita menjuluki Emha Ainun Najib? budayawan, cendikiawan, seniman, penulis, kolumnis, kiai, penyanyi atau pelawak? Salah satu cara menjawabnya: bergantung pada apa yang sedang ia lakukan saat itu. Bila ita sedang berceramah agama, ia kiai. Bila ia sedang menulis buku, artikel atau kolom, ia penulis, dan bila ia senang menyanyi dengan iringan kelompol musiknya ia adalah penyanyi. Suatu objek mempunyai bebeapa tingkat abstraksi. Ibu kita adalah ibu, ibu adalah wanita, wanita adalah manusia, manusia adalah makhluk hidup, dan makhluk hidup adalah ciptaan Tuhan. Semakin luas kelasnya, semakin abstrak konsep tersebut. Sepanjang hidup kita sebenarnya belajar mengabstraksikan segala sesuatu.<br />Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dpat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Anda juga menerima informasi setiap hari, sejak bangun tidur hingga anda tidur kembali, dari orang lain, baik secara langsung atau tidak (melalui media massa misalnya). Fungsi bahasa inilah yang disebut fungsi tranmisi. Keistimewaan bahasa sebagi sarana tranmisi informasi yang lintas waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita. Tanpa bahasa kita tidak mungkin bertukar informasi: kita tidak mungkin menghadirkan semua objek dan dapat tempat untuk kita rujuk dalam komunikasi kita.<br />Book mengemukakan, agar komunikasi; kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu: untuk mengenal dunia di sekitar kita; berhubungan dengan orang lain; dan untuk menciptakan kohetensi dalam kehidupan kita.<br />Mari kita jabarkan ketiga fungsi ini. Fungsi pertama bahasa ini jelas tidak terlakkan. Melalui bahasa anda mempelajari apa saja yang menarik minat anda, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu yang tidak pernah anda temui, seperti bangsa Mesir Kuno atau bangsa Yunani. Kita dapat berbagi pengalaman, bukan hanya pristiwa masa lalu yang kita alami sendiri, tetapi juga pengetahuan tentang masa lalu yang kita peroleh melaui sumber kedua, seperti media cetak atau media elektronik. Kita juga menggunakan bahasa untuk memperoleh dukungan atau persetujuan dari orang lain atas pengalaman kita atau pendapat kita. Melalui bahasa pula anda memperkirakan apa yang akan dikatakan atau dilakukan seorang kawan anda, seperti dalam kalimat “kemarin kawan saya begitu marah kepada saya. Jangan-jangan ia tidak mau lagi berhubungan dengan saya“. Meskipun gambaran kita mengenai masa depan tidak selalu akutat, setidaknya bahasa memungkinkan kita memikirkan, membicarakan, dan mengantisipasi masa depan, misalnya apa yang akan terjadi terhadap manusia dan alam semesta berdasarkan dugaan yang dikemukakan para ahli ilmu pengetahuan dan orang bijak lainnya, juga berdasarkan wahyu Tuhan atau sabda nabi.<br />Fungsi kedua bahasa, yakni sebagai sarana untuk berhubungan dengan orang lain, sebenarnya banyak berkaitan dengan fungsi-fungsi komunikasi, khususnya fungsi social dan fungsi instrumental. Ringkasnya bahasa memungkinkan kita besrgaul dengan orang lain untuk kesenangan kita dan mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita. Seorang nyonya rumah dapat memerintahkan, “tolong bawakan minuman buat saya“, kepada pelayannya. Seorang kandidat dari sebuah partai politik dapat menyampaikan gagasannya, namun selaigus juga membujuk rakyat untuk memilih partainya dan mempertimbangkan dirinya sebagai calon presiden yang potensial. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain bergantung tidak hanya pada bahasa yang sama, namun juga pengalaman yang sama dan makna yang sama yang kita berikan kepada kata-kata. Semakin jauh perbedaan antara bahasa yang kita gunakan dengan bahasa mitra komunikasi kita, semakin sulit bagi kita untuk mencapai salaing pengertian. Meskipun orang Indonesia dan orang Malaysia berbicara bahasa melayu, atau orang Amerika dan orang Inggris berbicara bahasa inggris, mereka belum tentu mencapai kesepahaman, karena bebeapa perbedaan yang ada dalam kedua bahasa tersebut.<br />Sedangkan fungsi ketiga memungkinkan kita untuk hidup lebih teratur , saling memehami mengenai diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita. Kita tidak mungkin menjelaskan semua itu denan menyusun kata – kata secara acak, melainkan berdasarkan aturan-aturan tertentu yang telah kita sepakati bersama. Akan tetapi, kita sebenarnya tidak selamanya dapat memenuhi ketiga fungsi bahasa tersebut, oleh karena, meskipun bahasa merupakan sarana komunikasi dengan manusia lain, sarana ini secara inheren mengandung kendala, karena sifatnya yang cair dan keterbatasannya. Seperti dikatakan S.I. Hayakawa, “ kata itu bukan objek “. Bila orang-orang memaknai suatu kata secara berbeda, maka akan timbul kesalahpahaman di antara mereka.<br />Apa yang akan terjadi jika manusia terisolasi, baik sengaja atau tidak, dari penggunaan bahasaa? Manusia hanya akan bserbahasa jika siasuh dalam komunitas manusia. Manusia yang “di asuh “ hewan seperti “ manusia srigala “ asal Hessia tahun 1349, “manusia beruang“ asal Lithuania tahun 1661, tidak berbicara bahasa manusia karena tidak berhubungan dengan manusia, mereka boleh jadi akan berbahasa meskipun tidak sesempurna manusia yang sejak lahir diasuh manusia. Pada tahun 1920-an seekor srigala “mengadopsi“ dua kembali ke masyarakat manusia. Tahun 1940-an kasus Isabella berusia enam tahun yang tidak dapat berbicara cukup mengejutkan. Sebagai putrid seorang bisu-tuli diluar perkawinan, Isabella di kurung di dalam sebuah ruangan gelap, dipisahkan dari keluarganya yang lain. Ketika ditemukan, ia hanya bisa berkoak-koak dengan suara parau. Isabella kemudian dirawat dokter dan psikolog klinis. Dua tahun kemudian ia bisa bicara normal.<br /> <br />C. Zaman Cetak<br />Lepas dari zaman tulisan, salah satu penyempurnaan paling besar dari perkembangan manusia berkomunikasi adalah ditemukannya cetakan. Sebelum abad ke 15 orang-orang eropa memproduksi buku-buku dengan menyiapkan manu scripti (salinan yang dicetak dengan menggunakan tangan). Walaupun hal demikian merupakan perkembangan bagus dalam dunia tulisan, proses tersebut sering tidak lepas dari kesalahan. Lebih penting lagi adalah, jumlah buku-buku yang disediakan sama sekali terbatas. Cetakan membawa perubahan yang fantastis. Ratusan bahkan ribuan salinan buku-buku tertentu dapat diproduksi dengan tepat dan cepat. Bisa dikatakan, penemuan mesin cetak merupakan kemajuan yang menakjubkan.<br />Hal penting yang mengikuti perkrmbangan era cetak ini adalah penggunaan kertas sebagai bahan untuk merekam tulisan. Hal demikian sudah dimulai di dunia islam sepanjang abad ke 18 dengan kertas kulit (meskipun sebenarnya kertas sudah muncul di China). Lama kelamaan, sostem pemakaian tulisan di atas kertas tersebar ke umat Kristen Eropa, khususnya ketika tentara moors menduduki Sepanyol. Tulisan yang awal mulanya dimonopoli oleh kalangan pendeta, elite politik, ilmuan dan ahli lain mulai bergeser. Masyarakat umum yang punya kemampuan untuk menulis dan membaca mulai merasakan kemanfaatannya.<br />Proses pembuatan cetakan dengan memakai sebuah tanda pada tanah liat memang yang tertua dalam proses cetak mencetak. Kemudian prises itu dilanjutkan dengan mencetak di dalam balok kayu lunak, baru kemudian digunakan tinta atau mencetak ke dalam kertas. Orang-orang China sendiri telah melakukan proses mencetak pada tahun 800 Masehi. Satu penemuan penting yang dilakukan orang China adalah mereka telah berhasil mencetak buku pertama yang berjudul Diamond Sutra.<br />Cetakan sebagaimana yang kita ketahui saat ini tidak mungkin terjadi tanpa perantaraan tukang emas di Mainz, Jerman pada tahun 1455. Tukang emas ini kemudian dikenal dengan nama Johan Gutenberg. Ialah yang awal mulanya memperkenalkan cara unuik mencetak. Sesudah melakukan banyak percobaan, dia membangun gagasan dengan membuat mesin baja untuk masing-masing huruf. Ternyata, mesin cetaknya mampu mencetak secara benar dan tepat, paling tidak jika hanya dibandingkan dengan salinan tulisan dengan memakai tangan.<br />Awalnya Gutenberg sendiri heran bahwa percobaannya bisa melipatgandakan jumlah cetakan. Tetapi dia khawatir, jangan-jangan penemuannya akan dianggap orang lain sebagai tiruan murah dari tulisan tangan. Kekhawatiran itu justru membuat dia menjadi sangat hati-hati. Kemudian, dia melakukan proyek pertama kali dengan mencetak injil. Ternyata pecobaannya sungguh luar biasa.<br />Tetapi Gutenberg sebenarnya tidak pernah menikmati hasil kreativitas dan imajinasinya, mes-kipun orang lain jelas akan mengakui kehebatan penemuannya. Ceritanya, suatu saat dia meminjam uang ke-pada pengacaranya untuk me-nyempurnakan penemuannya.<br />Baru saja menyelesaikan proyeknya yang pertama (mencetak injil yang belum pernah dilakukan orang lain) pengacaranya menuntut pembayaran kembali pinjamannya, bahkan mengadilinya dan “membersihkan” took, cetakan dan semua penemuannya (200 injil yang sudah tercetak dan segala hal yang dia miliki). Sepuluh tahun kemudian Gutenberg meninggal di dalam kemiskinan dan keputus asaan. Dia tidak penah menyangka bahwa penemuannya itu menjadi titik awal munculnya abad cetakan dan sangat berguna bagi umat manusia dewasa ini, khususnya awal munculnya era komunikasi massa. Bisa dikatakan inilah babak awal yang menjadi embrio munculnya era komunikasi massa.<br />Awal abad ke 16 baru saja dimulai, mesin cetak Gutenberg telah mampu mencetak dan melipatgandakan cetakan yang dapat dipindah dan telah mampu mencetak ribuan salinan buku cetak di atas kertas. Mereka menerbitkannya ke dalam bahasa Eropa dan bahasa lain. Hasil cetakan itu dapat dibaca oleh setiap orang yang mampu membaca ke dalam bahasanya masing-masing. Tersedianya buku-buku itu memacu perluasan akan arti pentingnya belajar membaca.<br />Dalam perkembangannya, kitab injil tidak hanya dicetak dalam bahasa Latin, tetapi juga bahasa-bahasa lain. hal demikian menimbulkan kekhawatiran pihak Gereja Roma. Pihak Gereja khawatir jangan-jangan keaslian kitab itu terancam. Oleh karena itu, Gereja selalu menjaga keaslian kitab ini dengan mencetak ke dalam bahasa kuno. Tetapi perkembangan cetak mencetak sudah sedemikian pesat. Kitab itu tidak hanya dimonopoli kalangan Gereja saja, tetapi juga masyarakat umum. Akhirnya, dengan pemahaman yang didapatkan di Gereja, mereka mulai berani menentang otoritas dan intrepertasi tunggal atas kitab injil pihak Gereja Roma. Sebuah media komunikasi baru ini membuka peluang cara untuk memprotes keberadaan agama dan struktur sosial. Munculnya gerakan Protestan juga mengarahkan pada perubahan besar yang mempunyai dampak pada hak-hak masyarakat barat sampai hari ini.<br />Ide dasar pengembangan surat kabar lebih awal di benua Eropa, Inggris dan “Dunia Baru” (negara taklukan ata yang ditemukan masyarakat Eropa). Pers kolonial orang Amerika baru mapan beberapa tahun sebelum Amerika Serikat ditemukan sebagai negara baru. Di Amerika sendiri baru tahun 1830-an ada surat kabar yang boleh dibilang sukses. Itu terjadi di New York. Surat kabar tersebut bisa disebarkan ke beberapa belahan dunia. Pada dekade ke tiga abad ke 19 dampak perkembangan cepat dari media cetak sungguh terasa sekali. Bahkan sudah ada gagasan untuk mengkombinasikan surat kabar ke dalam media massa komunikasi lainnya.<br />Melvin D Fleur dan Sandra J. Ball-Rokeach (1989) mengatakan ada dua hal penting yang layak dicermati dalam era ini. Pertama, media surat kabar dan juga media cetak lainnya bisa muncul setelah seperangkat kompleksitas elemen budaya muncul dean terus berkembang di masyarakat. Kedua, seperti hampir terjadi pada semua penemuan sebelumnya, penemuan mesin cetak merupakan gabungan antar elemen dalam masyarakat. Masyarakat menerima perkembangan media cetak itu karena tak lain sebagai sebuah kompleks budaya yang terus berkembang.<br />Di akhir abad ke 19 menjadi jelas munculnya beberapa media cetak seperti surat kabar, buku dan majalah yang semua itu dipergunakan secara luas oleh masyarakat. Media tersebut mewakili bentuk baru komunikasi yang mempengaruhi tidak hanya pola interaksi didalam komunitas dan masyarakat, tetapi juga pandangan psikologis. Sekedar contoh, ahli sosiologi Amerika Charles Horton Cooley menyatakan, ada beberapa faktor yang membuat media baru jauh lebih efisien dari pada proses-proses komunikasi pada masyarakat sebelumnya. Media baru itu lebih efektif sebagaimana yang dia katakana sebagai;<br />1) Expressiveness, membawa perluasan gagasan dan perasaan.<br />2) Permanent of Record, mengatasi waktu<br />3) Swiffness, mengatasi ruang<br />4) Diffussion, jalan masuk ke kelas-kelas yang ada dalam masyarakat.<br />Zaman emas media cetak sepanjang tengahan abad kesembilan belas, sederetan teknologi zaman industrial telah menimbulkan ledakan media cetak. Tetapi pertumbuhannya mulai melambat pada tahun 1870-an, sebagian karena ongkos dan waktu yang diperlukan dalam merakit huruf-huruf secara manual membatasi jumlah halaman yang bisa diterbitkan secara ekonomis.<br />Sejak zaman Guttenberg, tukang-tukang cetak memerlukan sekitar satu menit untuk merangkai sebaris huruf. Sejak tahun 1840-an telah dilakukan upaya-upaya mengembangkan sebuah mesin yang bisa merangkai huruf lebih cepat, tetapi tidak ada yang bisa diterima. Terobosan kritis akhirnya terjadi pada tahun 1886 ketika Ottmar Mergenthaler, seorang imigran Jerman penduduk Baltimore, mendemonstrasikan penemuannya kepada koran New York Tribute, yaitu sebuah mesin yang bisa mengecor barisan-barisan huruf dengan urut sebagai unit-unit terpisah. Dengan memakai keyboard, seperti yang dimiliki mesin tik, dengan mengagumkan seorang operator bisa menghasilkan lima barisan huruf per menit, atau sekitar 6.000 huruf setiap jam.<br />Periode dari 1890 sampai 1920 sering disebut sebagai zaman emas media cetak. Perusahaan-perusahaan besar penerbitan berkembang dengan subur, dan banyak penerbit koran, misalnya William Randolf Hearst, Joseph Pulitizer, dan Lord Northcliffe, menjadi sama terkenalnya bagi pembaca mereka dengan para selebritis dan para pemimpin dunia yang diliput oleh koran-koran mereka. Kekuasaan dan pengaruh para penerbit waktu itu besar sekali sehingga mereka bisa mengangkat atau menjatuhkan tokoh-tokoh polotis dan mengerahkan dukungan rakyat untuk peperangan di luar negeri, serta dukungan untuk kepentingan pribadi mereka sendiri.<br /> <br />B. Zaman Tulisan<br />Setelah berlangsung ribuan tahun lamanya, sampailah manusia ke zaman tulisan (era ini muncul sekitar 5000 tahun SM). Artinya, komunikasi yang dilakukan tidak lagi mengandalkan lisan, tetapi tertulis. Meskipun ini bukan berarti mereka tidak menggunakan komunikasi lisan. Mereka tetap menggunakan bahasa lisan tetapi didukung pula dengan bahasa tulis. Era ini berlangsung lebih pendek dari era sebelumnya. Sejarah tulisan itu sendiri adalah salah satu proses dari pergantian dari gambaran piktigrafi ke sistem fonetis, dari penggunaan gambar ke penggunaan surat sederhana untuk menyatakan maksud yang lebih spesifik. Era ini juga bisa disebut proses awal usaha manusia dalam usahanya merekam informasi dengan melukiskan atau menggambarkan gagasannya. Manusia Cro Magnon menjadi titik awal usaha manusia merekam informasi dengan menggambarkan kembali kehidupan binatang dan adegan dalam memburu binatang pada batu. Itulah media pertama kali yang dikenal manusia (terutama sekali yang tertulis). Kita juga telah mengetahui bahwa orang-orang Cro Magnon memproduksi lukisan-lukisan bagus pada dinding gua. Jadi sejarah tulisan itu sendiri sejalan dengan usaha manusia untuk merekam informasi yang diperolehnya.<br />Standarisasi makna sebuah gambar menjadi tahap penting awal perkembangan tulisan. Di awal perkembangannya, dorongan penting bagi pengembangan munculnya sistem tulisan itu adalah bahwa orang-orang tersebut perlu untuk menyimpan informasi, terutama yang berhubungan dengan batas tanah dan kepemilikan yang lain. proses merekam dilakukan agar terjadi persamaan pemahaman antara satu orang dengan orang lain. tak terkecuali bagi mereka yang terlibat dalam proses perdagangan. Para pedagang ini sangat membutuhkan bagaimana caranya merekam pembelian dan penjualan. Disamping itu, ada banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi di lapangan pertanian dengan proses merekam informasi ini. Sekedar contoh adalah bagaimana mengetahui pasang surut sungai (sebagaimana kasus di sungai Nil) yang sangat berguna bagi perencanaan proses mencocok tanam di masa yang akan dating. Dengan kata lain, akan ditanami apa jika sungai dalam keadaan surut. Jangan heran mengapa era tulisan kemunculannya dimulai di wilayah Mesir dan Sumeria kuno. Salah satu alasannya, di tempat inilah praktek pertanian dengan berbagai perhitungan yang memanfaatkan tulisan dimulai.<br />Sebuah prasasti yang ditemukan menginformasikan bahwa sekitar tahun 4000 SM ditemukan kota kuno di Mesopotamia dan Mesir. Sebagian besar prasasti ini menggambarkan lukisan dengan kasar atau goresan pada dinding bangunan. Dari penemuan prasasti ini bisa dikemukakan bahwa sudah ada standarisasi makna pesan. Misalnya secara sederhana gambaran matahari bisa berarti siang hari, membungkuk dengan tanda panah berarti berburu, garis yang berombak berarti danau atau sungai. Semua ini menjadi symbol awal dari sejarah kemunculan era tulisan. Standarisasi yang terjadi diuda kota kuno tersebut menjadi salah satu solusi manusia dalam menyampaikan pesan. Pesan-pesan itu jelas bisa mengatasi jarak dan waktu. Dengan standarisasi seperti itu sangat mungkin untuk menyampaikan pesan-pesan dari orang yang berjauhan letaknya atau bahkan pesan dari orang yang sudah meninggal dunia.<br />Bangsa Mesir menjadi penemu pertama pengembangan sistem glyps atau karakter simbolis. Pada tahap pertama kali mereka mengukir di atas batu, tetapi di waktu yang lain mereka menggambar dan melukis. Glyps milik orang mesar ini bisa dijadikan alasan awal munculnya standarisasi makna. Sitem ini hampir sama seperti yang dipunyai bangsa China dewasa ini.<br />Pada komunitas yang lain, seperti orang Sumeria yang tinggal di sebelah utara teluk Persia, juga melakukan hal yang sam. Orang Sumeria telah mampu mrngembangkan bentuk tulisan lain. mereka mulai menuangkan gagasannya dengan menggambar pada seonggok tanah lunak. Kemudian, karena sulit menggambar secara detail dalam tanah tersebut, mereka mulai memikirkan bentuk lain yang bisa mewakili ide-ide mereka. Tidak lama setelah itu, mereka menggunakan pucuk tongkat yang diruncungkan ke dalam sebuah bentuk yang dipecah-pecah (tidak utuh), untuk membuat tanda di dalam tanah itu. Hasil dari bentuk yang terpecah-pecah itu sering disebut sebagai tulisan cuneiform (tulisan kuno berbentuk baji) saat ini.<br />Penggunaan karakter untuk mempresentasikan suku kata adalah tahap pertama di dalam pembangunan tulisan phonetic (sistem bunyi ujaran) dan sebuah pemecahan yang cukup besar di dalam komunikasi manusia. Secara khusus, itu jelas akan membuat tingkat melek huruf semakin menjadi kenyataan.<br />Tulisan alpabet muncul kurang dari seratus tahun kemudian dan berkembang secara cepat. Tulisan tersebut kemudian menyebar ke seluruh dunia kuno, dan baru beberapa abad kemudian sampai ke negeri Yunani. Lambat laun gagasan penggunaan symbol huruf konsonan dan vocal muncul, lalu kemudian suku kata. Waktu itu karakter yang dibutuhkan kurang lebih seratus. Suatu jumlah yang sangat besar tentunya. Padahal saat sekarang kita hanya mengenal duapuluh enam karakter huruf saja.<br />Orang-orang Mesir awal mulanya sangat menyukai karakter simbolis tertentu. Tetapi lambat-lun mereka menggunakan konsonan saja. Meskipun sulit dimengerti, tetapi menjadi perkembangan tersendiri dan berarti bagi proses pengenalan huruf-huruf. Misalnya, kita menulis “bldg” dan mengatakan “building”. Jika kita tidak melengkapinya dengan vocal jelas akan sulit bukan?. Bisa jadi “bldg” diartikan dengan “buldog” atau “bledeg”. Ini salah satu alas an bahwa bangsa Mesir membangun tulisan phonetic, tetapi itu bisa dikatakan sudah terlambat jika dibandingkan dengan perkembangan di negara lain.<br />Sesudah banyak variasi pembahasan sejarah perkembangan tulisan, satu kejadian yang tidak boleh kita tinggalkan adalah yang terjadi di Yunani. Bangsa ini telah secara efektif dan sederhana mempunyai sistem standarisasi huruf. Sekitar 500 SM mereka telah secara luas menggunakan alpabet. Akhirnya, alpabet orang-orang Yunani masuk ke Roma yang kemudian dibangun serta dimodifikasi. Dewasa ini, kita menggunakan huruf-huruf capital (majuscule) dan huruf kecil (minuscule) yang berasal dari Roma itu.<br />Lambat laun sistem tulisan alpabetis ini berkembang secara cepat dan lengkap. Tanpa bantuan sistem tulisan ini bisa jadi populasi penduduk yang buta huruf akan menjadi lebih besar. Perkembangan yang pentingpun terjadi pula dalam ilmu pengetahuan, lukisan, pemerintahan dan keagamaan. Tingkat melek huruf yang kian meningkat mau tidak mau menjadi salah satu faktor perkembangan ini.<br />Sekitar 2500 tahun (sebelum munculnya ajaran Kristen), orang Mesir menemukan metode pembuatan jenis kertas yang dapat tahan lama dari papyrus. Dibandingkan dengan batu, papyrus jelas lebih baik. Alasannya, lebih mudah menulis di papyirus dengan kuas dan tinta dari pada memahat di atas batu. Papyrus itu sendiri asal usulnya ditemukan di muara sungai Nil.<br />Hal yang paling penting dalam era ini adalah perubahan dari menulis di batu ke media portable dan industri ringan. Perkembangan ini akan membuka kemungkinan perubahan penting pula di dalam organisasi sosial dan budaya masyarakat. Pertumbuhan teknologi komunikasi didasarkan pada media industri ringan dan portable ini, ditambah lagi symbol sistem tulisan yang dapat diproduksi secara cepat.<br />Perkembangan ini memberikan pengaruh pada perubahan kelembagaan. Sekedar contoh, orang-orang Mesir di sekitar tahun 2000 SM menggunakan papyrus untuk mengirimkan pesan tertulis dan merekam berbagai macam informasi. Tingkat melek huruf yang baik menjadi keahlian yang sangat berharga. Bahkan menjadi pembuka jalan bagi kemakmuran masyarakatnya. Para ahli (yang bisa membaca dan memahami tulisan) menjadi kelas istimewa dan mempunyai hak khusus dibawah kontrol elit. Ini tak lain karena adanya perubahan besar dibidang politik dan institusi keagamaan yang terus berlangsung. Perpustakaanpun dibuka. Dokrin agama dan kitab injil ditulis. Sekolah-sekolah bermunculan untuk mencetak para ahli. Bahkan seni dan ilmu pengetahuan mulai berkembang pula. Kesuksesan ini membawa berkah pada perkembangan tulisan. Semua hal bisa ditulis. Observasi dalam ilmu pengetahuan bisa direkam. Gagasan yang dibuat direkam, dilipatgandakan dan digambar serta diwariskan pada generasi selanjutnya. Fenomena ini menjadi tahapan yang penting dalam proses menuju zaman digunakannya mesin cetak sebagai alat komunikasi.<br />Hubungan antara tulisan dan bahasa (lisan) dapat dilihat secara histories maupun dari sudut pertumbuhan bahasa perorangan. Jauh sebelum masa histori, yaitu sebelum adanya tulisan-tulisan yang dipakai untuk mencatat kejadian-kejadian, manusia telah lama berbahasa, dan bahasanya tentulah bahasa lisan. Segala peraturan di dalam masyarakat pada waktu itu hanyalah dicatat di dalam ingatan anggota-anggotanya, dan anggota yang tertua biasanya merupakan anggota terhormat, karena menjadi “penyimpanan“ aturan-aturan dan catatan-catatan yang penting, atau dengan kata lain merupakan arsip hidup daripada masyarakat itu. Kejadian-kejadian yang penting diteruskan secara lisan dari orangtua kepada anak dan dari anak kepada cucu, turun temurun. Demikian pula cerita-cerita anggitan (fiction) di dongengkan kepada anak cucu. Hal-hal semacam itu masih jelas dapat dilihati di dalalm kehidupan masyarakat kita di desa-desa, di mana hukum-hukum tak tertulis, adaptasi, dan kebiasaan merupakan ugeran-ugeran atau norma-norma kehidupan. Kalau kita hitung, orang-orang yang tidak mempergunakan tulisan jauh lebih banyak daripada yang mempergunakan di dunia ini.<br />Ditinjau dari pertumbahan bahasa perorangan, anak-anak memperlajari dan menguasai bahasa lisan terlebih dahulu, sebelum mereka dapat menuliskan bahasanya. Kepandaian menulis ini biasanya didahului oleh kecakapan membaca. Sekolah dan alat massa, yaitu Koran, mendesakkan pengaruh tulisan kepada kehidupan manusia ini. Biarpun yang kedua itu dikurangi oleh alat massa yang lain, yaitu radio dan televise, sekolah-dalam arti penambahan ilmu pengetahuan-bertambah banyak dan meninggikan pengaruh tulisan itu. <br />Betapa pun besarnya peranan tulisan itu di dalam kehidupan masyarakat modern ini, bahasa pertama-tama ialah lisan, sedangkan tulisan itu hanyalah alat pencatat yang tidak sempurna belaka. Ketidaksempurnaan tulisan itu ialah karena tidak semua aspek bahasa dapat dinyatakan dengan tulisan, biarpun ada tanda-tanda bacaan, yang bisa menggantikan beberapa dari aspek-aspek itu. Tekanan, nada dan lagu kalimat seringa tidak dinyatakan di dalam tulisan.<br />Kekutangn tulisan itu dapat pula dilihat pada tidak tetapnya tanda-tanda tulissan itu dipakai untuk menyatakan bunyi-bunyi atau urutan-urutan bunyi bahasa. Dalam hal ini bahasa Indonesia mempunyai system tulisan yang baik, artinya sedikit sekali ketidak tetapan tanda-tanda tulisan kita yang terdapat. Hal ini umpamanya pemakaian tanda (e), yang dipakai untuk menyatakan bunyi-bunyi seperti yang terdapat di dalam suku pertama kata-kata tempe, kesan, dan nenek. Karena hal ini, orang yang yang tidak tahu sebuah kata yang di tulis dengan tanda itu akan bingung menafsirkan nilai tanda (e) itu, umpamanya pada tulisan kata (esa).<br />System tulisan yang sangat buruk ialah system tulisan bahasa inggris. Tanda yang sama dipakai untuk menyatakan bermacam-macam bunyi, seperti (ough), masing-masing di dalam kata-kata tough, though , dan hiccough. Sebaliknya tanda yang berbeda-beda dipakai untuk menyatakan bunyi atau urutan bunyi yang sama, seperti [e], [ee], [ea], [ei], dan [eo] yang dipakai untuk mewkili bunyi [i;], yang terdapat masing – masing di dalam kata-kata regent, flee, flea, receove, people dan receipt. Karena lah ini, dikabarkan bahwa George Bernard Shaw, penulis terkenal, menuliskan di dalam surat wasiatnyq untuk memberikan hadiah kepada siapa saja yang menciptakan ejaan yang sangat mudah bagi bahasa inggris. Rupa-rupanya, waktu masih hidupnya penulis itu banyak mendapat kesukarn dari ejaan bahasa inggris yang sangat buruk itu.<br />Bahasa dan tulisan adalah dua macam sistem tanda yang jelas berbeda; yang kedua hanya ada melulu untuk keperluan pencatatan yang pertama. Obyek ilmu bahasa bukanlah tulisan dan bahasa, melainkan hanyalah bahasa, sedangkan tulisan bisa dipakai untuk membantunya. Tetapi bahasa lisan yang mempunyai sistem tulisan demikian erat hubungannya dengan tulisannya, sehingga yang kedua ini bserhasil mengaburkann peranannya yang pokok. Orang lebih memperhatikan tanda tulisan daripada bunyi itu sendiri. Kesalahan yang sama ialah, apabila seorang menyangka akan lebih banyak dapat mempelajari gambar seseorang daripada orangnya sendiri.<br />Tetapi bagaimana menerangkan pengaruh tulisan itu ?<br />1) bentuk grafis daripada kata-kata kelihatannya seperti sesuatu yang tetap stabil, lebih sesuai untuk memperhitungkan kesatuan bahasa sepanjang masa daripada bunyi. Biarpun tulisan itu menciptakan kesatuan yang fictive, jaminan yang dangkal dripada tulisan lebih mudah ditangkap daripada jaminan satu-satunya yaitu jaminan daripada bunyi.<br />2) kebanyakan orang lebih tertarik kepada kesan visual hanya karena kesan-kesan ini lebih tegas dan lebih lama daripada kesan-kesan pendengaran; itulah sebabnya mereka lebih suka kepada tulisan. Bentuk grafis berhasil mendesak diri kepada orang banyak dengan kerugian di pihak bunyi.<br />3) bahasa sastra (tulisan) menambah pentingnya tulisan. Bahasa sastra mempunyai kamusnya dan tatabahasanya; di sekolah anak-anak di ajarkan dari dan dengan memakai buku; bahasa rupanya dikuasai oleh system tanda; system tanda itu sendiri atas seperangkat kaidah-kaidah pemakaian yang tertulis, yaitu ejaan; dan karena inilah maka tulisan memperoleh kepentingan yang pertama. Hasilnya ialah bahwa orang-orang lupa bahwa mereka itu belajar berbicara terlebih dahulu sebelum menulis, dan urutan yang sebenarnya ini dibaliknya.<br />4) apabila terdapat ketidak-cocokan antara ujar dan tulisan, penyelesaiannya sukar bagi tiap orang, kecuali bagi ahli bahasa (linguist); dan karena ahlibahasa tidak diberikan suara untuk penyelesaian itu, bentuk tulisan itu hamper selalu akan dimenangkan, sebab tiap penyelesaian yang didukung oleh tulisan itu telah gampang; demikian tulisan memperoleh kepentingan yang tidak selayaknya<br />Ada empat macam sistem tulisan, yaitu:<br />1) di dalam sistem ideografi tiap ide dinyatakan oleh sebuah tanda yang tidak dihubungkan dengan bunyi atau urutan bunyi tanda ide itu. Tiap tanda mewakili seluruh kata dan karena itu mewakili ide yang dinyatakan oleh kata itu. Contoh ideografi ialah “ tulisan “ di Mesir Kuno, di Babilonia dan di Cina<br />2) ada persangkaan bahwa evolusi tulisan itu terjadi dari ideografi kepada piktografi. Hal ini dapat dibayangkan, karena “ tulisan “ ideografi itu kurang berkecil-kecil menunjukkan edenya atau konsepnya. Umpamanya saja ideografi “ gedung “ dapat pula ditafsirkan sebagi rumah , pondok , gubug , dan juga gedung yang besar, sehingga mungkin kurang tepatnya. Itulah sebabnya timbul pengkhususan, dan lahirlah “ tulisan “ piktograf. Sistem ini memberikan gambar-gambar yang konvensional sebagai tanda-tanda konsep, seperti gambar rumah, pondok , pohon cemara , pohon nyiur, dan lain sebagainya. Tulisan kebanyakan bangsa Indian(Amerika) adalah system piktograf seperti ini.<br />3) system suku kemudian lahir, yang kira-kira sebagai tingkatan berikut sistem piktografi. Sistsem suku ini tentulah baik bagi bahasa-bahasa yang suku-suku kata-katanya sederhana, seperti bahasa Jepang, umpamanya. Oleh sebab itu, bahasa jepang mempunyai sistem suku ini di samping masih juga mempergunakan system ideografi, yang dinamakan Kanji. Menurut keterangan, penulisan bahasa dengan “huruf” Kanji belum dapat lengkap, lebih-lebih untuk “menyatakan” akhiran-akhiran, kata-kata baru atau kata-kata pungutan, sedankan arena itu diperlukan tambahan. System suku yang dipakai bangsa Jepang ada dua macam, yaitu Hiragana dan Katakana. Mula-mula bangsa Tamil, Arab, dan Hebreu juga mempergunakan sistem suku. Hal ini memang masih tampak pada tulisan arab, umpamanya yang lebih mementingkan konsonan-konsonannya. Bahasa-bahasa Semit memang baik sekali mempunyai tulisan semacam itu, karena pada dasarnya akar-akar kata yang terdapat merupakan jajaran konsonan-konsonan belaka, sedangkan sonan-sonan itu dipakai untuk “ memberikan variasi “, artinya untuk mengadakan derivasi dan konjugasi.<br />4) system yang sangat praktis ialah system fonetik. Sistem ini mencoba menghasilkan ututan bunyai-bunyi yang merupakan kata. Sistem fonetik ini kadang-kadang bersifat suku, kadang-kadang bersifat abjad, yaitu didasarkan kepada unsur-unsur yang tak terbagikan di dalam ujar. Dikabarkan bahwa abjad fonetis yang mula-mula terdapat di Fonesia (Lebanon yang sekarang) kira-kira 1725 tahun SM. Abjad itu rupa-rupanya hanya sekali itu diciptakan, yang pokok-pokok pikirannya kemudian dibawa orang ke India dan ke Yunani. Yang pertama itu, setelah mengalami perubahan-perubahan menjadi abjad Devanagari itu. Di Yunani abjad itu mendapat tambahan tanda-tanda vocal, smuanya disesuaikan dengan keperluan penulisan bahasa Yunani Kuno. Dengan tersebarnya agama Kristen, tulisan itupun tersebar pula, mula-mula ke Romawi, dan kemudian ke Eropa sebelah utara-tengah, yang kemudian melahirkan abjad-abjad Armenia, Georgia dan Gotia. Di Romawi, abjad Latin menjadi terkenal dan kemudian tersebar bersama bahasa Latin sebagai bahasa ilmu pengetahuan di sebagian besar Eropa yang lain. Demikianlah sejarah “perantauan“ abjad fonetis dengan singkatnya. Sudah barang tentu tiap pengambilan oleh bangsa lain, abjad itu mengalami perubahan-perubahan, yang di sesuaikan dengan keperluan bangsa itu, sehingga sekarang ini terdapatlah bermacam-macam abjad.<br />Ejaan suatu bahasa yang sempurna ialah apabila tiap bunyi bahasa itu dinyatakan oleh sebuah tanda atau huruf. Ejaan semacam ini biasanya disesuaikan dengan bunyi – bunyi yang membedakan, yang disebut fonem, di dalam bahasa itu, sehingga ejaan yang sempurana itu bisa kita sebut ejaan fonemis. Seperti kami terangkan di atas, ejaan bahasa Indonesia belum fonemis, karena masih terdapat penandaan yang tidak mengikuti dasar yaitu satu tanda untuk satu fonem. <br />Penulisan huruf (u) dengan diagraf (oe) pada sementara nama orang sebenarnya menyalahi ejaan bahasa Belanda. Sudah banrang tentu tiap orang Indonesia mempunyai hak untuk menuliskan namanya semau hatinya, tetapi orang – orang yang menuliskan namanya dengan ejaan Belanda itu tidak luput dari purbasangka kebelanda-belandaan. Ada yang menerangkan, bahwa mereka itu dilahirkan sebelum kemerdekaan, artinya pada waktu penjajahan Belanda, jadi tidak mungkin namanya dituliskan dengan ejaan kita yang sekarang. Orang tentulah heran akan keterangan itu, karena jangankann ejaan nama tidak dapat diubah, sedangkan pemerintah colonial yang beratus tahun itu bisa diubah dalam beberapa waktu saja. Lepas dari soal-soal itu, jika penulisan tidak sesuai dengan ejaan kita sendiri, tidak dapat dielakkan orang atau lebih-lebih anak-anak kita membaca nama-nama yang ditulis seperti: Doel, Kaboel, Koeloer, dan sebagainya, sebagai dowel, kabowel, dan kowelower.<br />1. Sejarah Huruf<br />Sejarah huruf bermula di Mesir purba. Pada 2700 SM orang Mesir telah membangunkan set dari sesetengah 22 hieroglyph untuk mempersembahkan konsonan individu dari bahasa mereka, tambahan ke-23 yang seolah-olah telah dipersembahkan kata-initial atau vokal kata-akhir. Glyph ini telah digunakan sebagai panduan sebutan untuk lologram, untuk menulis infleksi tatabahasa, dan, kemudian, untuk transkripkan kata pinjaman dan nama asing. Walaupun huruf dibuat secara semulajadi, sistem ini tidak digunakan secara tulen untuk menulis huruf. Huruf skrip tulen pertama adalah dipikirkan telah dibangunkan sekitar 2000 SM untuk pekerja Semitik di Mesir tengah. Lebih lima abad kemudiannya ia sebar ke utara, dan semua huruf berikutnya sekeliling dunia telah samada berasal-usul darinya, atau telah diinspirasikan oleh salah satu dari keturunannya, dengan kemungkinan berkecuali dari huruf Meroitik, sebuah hieroglyph adaptasi abad ke-3 SM di Nubia ke selatan Mesir.<br /> <br />a. Huruf Semitik<br />Skrip Zaman Gangsa Pertengahan dari Mesir telah kelak untuk ditafsirkan. Bagaimanapun, mereka muncul untuk menjadi kurang sebahagian, dan mungkin dengan lengkap, berhuruf. Contoh tertua dijumpai sebagai graffiti dari Mesir tengah dan bertarikh sekitar 1800 SM. Skrip Semitik ini tidak membatasi sendiri kepada tanda konsonantal Mesir yang wujud, tetapi menggabungkan sebilangan dari hieroglyph Mesir yang lain, untuk sejumlah yang mungkin tiga-puluh, dan menggunakan nama Semitik untuk mereka. Jadi, sebagai contoh, hieroglyph per (”rumah” dalam Mesir) menjadi bayt (”rumah” dalam Semitik). Ia tidak jelas pada masa ini samada glyph ini, apabila digunakan untuk menulis bahasa Semitik, telah tulennya berhuruf secara semulajadi, mempersembahkan hanya konsonan pertama dari nama mereka menurut dasar akrofonik, atau samada mereka boleh juga persembahkan babak konsonan atau malahan juga perkataan seperti mana moyang mereka ada. Sebagai contoh, “rumah” glyph mungkin bangkit hanya untuk b (b sepertimana beyt “rumah”), atau mungkin ia bangkit untuk kedua-dua p dan babak pr dalam Mesir. Bagaimanapun, apabila suatu masa skrip telah diwarisi oleh orang Canaan, ia telah tulennya berhuruf, dan hieroglyph asalnya mempersembahkan “rumah” bangkit hanya untuk b.<br />b. Keturunan abjad Semitik<br />Huruf Proto-Canaan ini, seperti prototaip Mesirnya, hanya mempersembahkan konsonan, sebuah sistem dipanggil abjad. Darinya dapat dikesan hampir kesemua huruf yang pernah digunakan, kebanyakan dimana turunnya dari yang lebih muda versi skrip Phoenicia.<br />Abjad Aramia, dimana berkembang dari Phoenicia pada abad ke-7 SM sebagai skrip rasmi Empayar Parsi, muncul menjadi keturunan dari hampir kesemua huruf moden Asia:<br />1. Abjad Ibrani moden dimulakan sebagai Aramia pelbagaian. (Abjad Ibrani asal telah dikekalkan oleh Samaritan).<br />2. Abjad Arab diturunkan dari Aramia via huruf Nabatean dari apa yang dipanggil sekarang selatan Jordan. <br />3. Abjad Syriak digunakan selepas abad ke-3 CE dikembangkan, melalui Pahlavi dan Sogdian, kedalam huruf dari utara Asia, seperti Orkhon (kemungkinan), Uyghur, Mongolia, dan Manchu. <br />4. Huruf Georgia adalah dari tempat asal yang tidak pasti, tetapi muncul menjadi sebahagian keluarga Parsi-Aramia (atau mungkin jadi Greek). <br />5. Abjad Aramia juga sudah pastinya keturunan dari Huruf Brahmic dari India, dimana disebarkan ke Tibet, Asia Tenggara, dan Indonesia bersama agama Hindu dan Buddha. (China dan Jepun, semasa menyerap Buddhisme, telahpun literat dan mengekalkan skrip logographik dan ejaan sukuan.)<br />Huruf Hangul alphabet telah diciptakan di Korea dalam abad ke-15. Tradisi mengatakan bahawa ia merupakan ciptaan autonomi; bagaimanapun, penyelidikan terkini mencdangkan bahawa ia mungkin berdasarkan kepada separuh sedozen huruf yang diambil daripada skrip Tibet melalui imperial huruf Phagspa dari dinasti Yuan dari China. Memang unik di kalangan huruf-huruf dunia, lebihan daripada huruf-hurufnya adalah diambil daripada teras ini sebagai satu sistem featural .<br />Selain Aramia, huruf Phoenicia memberi kebangkitan kepada huruf Greek dan Berber. Dimana huruf untuk vokal boleh sebenarnya menghindarkan legilibiliti Mesir, Berber, atau Semitik, ketidakhadiran mereka adalah bermasalah untuk Greek, dimana mempunyai struktur morfologikal yang amat berlainan. Bagaimanapun, terdapat penyelesaian mudah. Kesemua nama huruf dari huruf Phoenicia bermula dengan konsonan, dan konsonan ini adalah apa yang mempersembahkan huruf. Bagaimanapun, beberapa dari mereka adalah agak lembut dan tidak dapat disebutkan oleh Greeks, dan demikian beberapa nama huruf datang menjadi disebut dengan vokal initial. Mengikut dasar akrofonik yakni adalah sistem basis, huruf ini sekarang berdiri ubtuk vokal itu. Contohnya, Greeks tidak mempunyai hential glotal atau h, jadi huruf Phoenicia ’alep dan he menjadi Greek alpha dan e (kemudian dinama semula epsilon), dan berdiri untuk vokal a dan e berbanding dari konsonan ʔ dan h. Laksana perkembangan bertuah ini hanya dibekalkan untuk enam dari dua-belas vokal Greek, Greeks akhirnya mencipta diagraf dan lain-lain pengubahsuaian, seperti ei, ou, dan (dimana menjadi omega), atau dalam sesetengah kes dengan mudah abaikan kekurangan, seperti dalam panjang a, i, u.<br />Greek dalam giliran adalah sumber untuk semua skrip moden Eropah. Huruf dialek Greek barat awal, dimana huruf eta ditinggalkan h, memberi kebangkitan kepada Italik Kuno dan huruf Roman. Dalam dialek Greek timur, dimana tidak mempunyai /h/, eta berdiri untuk vokal, dan ditinggalkan vokal dalam Greek moden dan semua lain-lain huruf dipemerolehan dari pelbagaian timur: Glagolitik, Cyrillic, Armenia, Gothik (dimana menggunakan kedua-dua huruf Greek dan Roman), dan mungkin jadi Georgia.<br />Walaupun deskripsi ini persembahkan evolusi skrip dalam fesyen linear, ini adalah diperkemudahkan. Sebagai contoh, huruf Manchu, diturunkan dari abjad Asia Barat, adalah juga dipengaruhi oleh hangul Korea, dimana samada bebas (pandangan tradisional) atau dipemerolehan dari abugida Asia Selatan. Georgia nyata dipemerolehan dari keluarga Aramia, tetapi kuat dipengaruhi dalam konsepsyennya oleh Greek. Huruf Greek, sendiri akhirnya adalah pemerolehan dari hieroglyph melalui yakni huruf Semitik pertama, kemudian mengambilguna tambahan separuh dozen hieroglyph demotik apabila ia digunakan untuk menulis Coptik Mesir. Kemudian terdapat Suku Kata Cree (sebuah abugida), dimana muncul menjadi fusyen dari Devanagari dan tangan pendek Pitman; terkemudiannya mungkin adalah ciptaan bebas, tetapi berkemungkinan mempunyai asalan akhir dalam skrip Latin kursif.<br />c. Nama Huruf dan Siri<br />Tidak diketahui berapa banyak huruf-huruf dalam huruf Proto-Sinaitik, atau apa susunan huruf mereka. Di kalangan warisnya, huruf Ugaritik mempunyai 27 konsonan, huruf Arab Selatan mempunyai 29, dan abjad Phoenicia telah dikurangkan kepada 22. Skrip-skrip ini disunsunan dalam dua susunan, satu arahan ABGDE dalam bahasa Phoenicia, dan satu arahan HMHLQ di selatan; Ugaritic menyimpan arahan-arahan tersebut. Kedua-dua jujukan telah dibuktikan secara tak disangka-sangka ia telah dibuktikan stabil di kalangan waris-waris skrip ini.<br />Nama huruf ini dibuktikan stabil dikalangan waris Phoenicia, termasuk Samaritan, Aramia, Syriak, Ibrani dan huruf Greek. Bagaimanapun, mereka telah terbiar dalam Arab dan Latin. Huruf siri terus lagi ayau kurang sempurna kedalam Latin, Armenia, Gothik, dan Cyrillic, tetapi telah terbiar dalam Brahmi, Runik, dan Arab, walaupun susunan abjad tradisional ditinggalkan atau telah diperkenalkan semula sebagai altenatif dalam terkemudiannya<br />22 konsonan akaun ini untuk fonologi Semitik Barat Laut. Dari pembinaan semula konsonan Proto-Semitik, tujuh yang hilang: iaitu frikatif interdental ḏ, ṯ, ṱ, lateral frikatif tanpa suara ś, ṣ́, frikatif uvular disuara g, dan perbezaan antara uvular dan frikatif tanpa suara farigil ḫ, ḥ, dalam Canaan bercantum dalam ḥet. Enam pelbagaian huruf ditambah dalam akaun huruf Arab untuk ini (kecuali untuk ś, dimana terus hidup sebagai fonim terpisah dalam Ge’ez ሰ): ḏ > ḏāl; ṯ > ṯā‘; ṱ > ḍād; g > gayn; ṣ́ > ẓā‘; ḫ > ḫā‘ (tetapi nota yakni pembinaan semula ini adalah dengan berat dimaklumkan oleh Arab; lihat Proto-Semitik dengan lebih terperinci).<br />d. Huruf Bebas Bergrafik<br />Huruf moden kebangsaan yang hanya yakni telah tidak secara grafiknya dijejak balik kepada huruf Canaaan adalah skrip Maldivia, dimana yang uniknya adalah, walaupun a jelasnya dimodelkan selepas Arab dan mungkin jadi lain-lain huruf yang wujud, ia dipemerolehan dari bentuk hurufnya dari angka. Huruf Osmanya difikirkan untuk Somali pada 1920an telah ko-rasmi di Somalia dengan huruf Latin hingga 1972, dan bentuk konsonannya kelihatan menjadi inovasi lengkap.<br />Dikalangan huruf yang tidak digunakan sebagai skrip kebangsaan kini, beberapa yang jelas bebas dalam bentuk huruf mereka. Huruf fonetik Zhuyin dipemerolehan dari watak Cina. Huruf Santali dari India timur kelihatan menjadi berdasarkan pada simbol tradisional seperti “bahaya” dan “tempat mesyuarat”, baik juga seperti piktograf yang dicipta oleh penciptanya. (Nama huruf Santali adalah yang berhubung kepada bunyi mereka persembahkan melalui dasar akrofonik, seperti dalam huruf asli, tetapi ia adalah konsonan akhir atau vikal dari nama yakni huruf ini mempersembahkan: le “pembengkakan” mempersembahkan e, manakala en “membanting bijirin” mempersembahkan n.)<br />Dalam dunia purba, Ogham terdiri dari tanda bersamaan, dan inskripsi monumental dari Empayar Parsi Kuno telah ditulis dalam skrip cuneiform berhuruf berkeperluan yang empunya bentuk huruf kelihatan telah dicipta untuk kadang-kadang. Bagaimanapun, manakala semua huruf dari sistem ini mungkin telah grafikalnya bebas dari lain-lain huruf di dunia, mereka telah difikirkan dari contoh mereka.<br />e. Huruf dalam Media Lain<br />Perubahan kepada medium penulisan baru kadangkala menyebabkan pemecahan dalam bentuk geografi, atau membuat perhubungan sukar untuk dijejak. Ia tidak segera ketara yakni cuneiform huruf Ugaritik dipemerolehan dari abjad Semitik prototipikal, sebagai contoh, walaupun ia kelihatan menjadi kes. Dan manakala huruf manual adalah penerusan terus dari huruf tempatan bertulis (kedua-dua dua-tangan British dan huruf Perancis/satu-tangan Amerika mengekalkan bentuk huruf Latin. seperti huruf manual India buat Devanagari, dan Korea buat Hangul), Braille, semafor, bendera isyarat maritim, dan kod Morse adalah perlunya bentuk geografi rambang. Bentuk Braille Inggeris dan huruf semafor, sebagai contoh, adalah dipemerolehan dari susunan berhuruf dari huruf Latin, tetapi bukan dari bentuk grafik huruf mereka sendiri. Tangan pendek moden juga kelihatan menjadi geografinya tidak berhubungkait. Jika ia dipemerolehan dari huruf Latin, perhubungan telah hilang dalam sejarah.<br /> <br />2. Sejarah Perkembangan Tulisan<br />Sistem tulisan yang dikenal paling dahulu, mula-mula bergambar, tampaknya adalah sistem tulisan bangsa Sumeria (sekitar 3000 SM, di Mesopotamia). Beberapa pakar menunjukkan sebuah hubungan derivasi antara sistem tulisan ini dengan sistem tulisan Mesir Kuno dan bahkan sistem tulisan Cina. Meskipun berhubungan dengan sistem tulisan Cina tampaknya tidak mungkin ada.Tulisan Sumeria mula-mula digunakan hanya dalam konteks terbatas untuk keperluan administratif, ketimbang untuk komunikasi umum dan sastra. Tulisan ini kemudian diperluas rentangan dan pemakaiannya.<br />Dalam makalah ini, kita mengawali sejarah kajian linguistik dengan hasil-hasil yang telah dicapai bangsa Yunani kuno. Hal ini dikarenakan alasan yang sederhana yaitu bahwa para pemikir Yunani tentang bahasa, dan tentang masalah-masalah yang ditimbulkan penelitian linguistik, mengawali di benua Eropa kaji-kajian yang dapat kita sebut ilmu linguistik dalam pengertian yang paling luas, dan bahwa ilmu ini merupakan suatu fokus minat yang berkelanjutan dari zaman Yunani kuno hingga ke zaman sekarang ini dalam suatu urutan kepakaran yang tidak ada putus-putusnya.<br />Tulisan yang semula dalam huruf bergambar atau tulisan yang diciptakan orang Mesir dan di tempat-tempat lainnya, secara terpisah, seperti di Cina dan Amerika Tengah. Tulisan silabik yang kemudian menjadi sumber abjad Yunani barangkali diciptakan dengan meniru tulisan Mesir, dan secara bertahap diubah.<br />Perkembangan apa pun dari suatu sistem tulisan yang memungkinkan pencatatan secara visual, suatu bahasa sebagaimana bahasa itu diucapkan dan dipahami merupakan suatu hasil karya besar. Biasanya selama beberapa generasi dalam analisis linguistik yang secara khusus diterapkan atau diarahkan kepada kebutuhan-kebutuhan praktis. Akan tetapi, terlepas dari penemuan tulisan sebelumnya dan berlanjut dari tulisan itu, kita mempunyai contoh-contoh naskah Gramatiks Kuno dari Babilonia, yang berasal dari kurang lebih 1600 SM dan sesudahnya yang ditulis pada tablet dengan tulisan kuno berbentuk baji (cuneiformscript) yang menuliskan dalam bentuk contoh tasrif infleksi-infleksi kata ganti, kata kerja dan jenis kata lain dari bahasa Sumeria dengan padanannya dalam bahasa Akkadi (bahasa Babilonia).Tujuan karya ini adalah untuk pelestarian pengetahuan tentang bahasa Sumeria suatu bahasa yang telah menjadi bahasa mati, namun banyak menuliskan kesusastraan Babilonia masa lalu.<br />Namun pada zaman Yunani kunolah linguistik teoritik memiliki asal Eropanya, sebagian karena persyaratan-persyaratan praktis. Namun dari zaman itu pulalah kita memiliki catatan-catatan pertama kita mengenal perkiraan-perkiraan linguistik, namun jauh melampaui perkiraan-perkiraan itu, kita memiliki linguistik rakyat dan penerapan-penerapan praktis.<br />Dalam perkembangan sejarahnya ia telah berhubungan dengan kontribusi-kontribusi utama kelompok pakar-pakar linguistik.Bangsa Yunani klasik telah sadar akan adanya bangsa-bangsa yang memakai bahasa lain, bukan bahasa Yunani dan pembagian dialek di antara penduduk yang berbahasa Yunani. Herodotus dan lain-lainnya mengutip dan membahas kata-kata asing. Plato mengakui dalam percakapan di Cratylus kemungkinan bahwa sebagian dari kosakata Yunani berasal dari bahasa asing dan kita mengetahui adanya penutur dwibahasa dan juru bahasa profesional.<br />Pada bagian awal tahun 1000 SM, sistem abjad untuk penulisan untuk penulisan bahasa Yunani diupayakan dan ini berfungsi sebagai dasar dari abjad Yunani Attic klasik (dari Atena) dan dialek-dialek sastra lainnya dan bersama-sama dengan abjad Romawi yang berasal dari abjad Yunani versi Yunani bagian barat, menjadi asal mula dari sistem tulisan yang tersebut ke seluruh dunia dewasa ini.Kini kita tahu bahwa tulisan dikembangkan di Yunani dalam dua periode yang terpisah. Selama milenium kedua bangsa Mycenea menggunakan sistem tulisan silabik yang mencakup beberapa logogram (lambang untuk tiap kata terpisah). Ini juga dikenal sebagai linear B, dan selama jangka waktu yang lama tetap tidak bisa dibaca. Seperti tulisan Sumeria awal, sistem ini tampaknya sebagian besar terbatas penggunaannya di dalam bidang administrasi dan akuntansi. Tafsiran dari tulisan ini dan penentuan yang hampir pasti dari bahasa yang direkamnya sebagai variasi permulaan bahasa Yunani merupakan salah satu peristiwa utama tentang pengetahuan klasik belakangan ini dengan pengaruh yang sangat dalam terhadap pengetahuan kata tentang kebahasaan dan kesejarahan Yunani kuno.<br />Namun, selama zaman gelap yang mengikuti invasi bangsa Dorian, pengetahuan tulis-menulis lenyap, dan abjad Yunani sebagai yang kita ketahui sekarang ini dikembangkan secara bebas dari suatu penyesuaian tulisan bangsa Phoenicia. Sistem Phoenicia sebagian besar berupa seperangkat tanda-tanda konsonan, sedangkan bunyi vokal pada umumnya diberikan oleh pembaca tulisan itu berdasarkan perasaannya tentang apa yang ditulis. Jadi (alif),yang melambangkan (a) dalam bahasa Phoenicia menjadi huruf A (alfa) Yunani yang melambangkan fonem vokal a. Peristiwa sejarah yang sangat berarti ini dicatat secara mistik. Cadmus dikatakan telah memperkenalkan tulisan dari luar Yunani, suatu pengakuan bahwa asal mula abjad Yunani secara historis adalah dari luar Yunani.<br />Perkembangan dan kegunaan tulisan adalah bentuk pertama dari pengetahuan tentang linguistik di Yunani dibuktikan oleh sejarah kata grammatikos sampai dan termasuk zaman Plato dan Aristoteles kata itu hanya berarti seseorang yang memahami pemakaian huruf, grammata dan dapat membaca dan menulis dan techne grammatike adalah keterampilan membaca dan menulis.<br />Pada zaman klasik kesusasteraan Yunani dan zaman setelah itu kita dapat mengikuti kemajuan spekulasi linguistik yang sadar, ketika manusia merenungkan tentang hakikat dan penggunan bahasa mereka.Istilah grammatike pada mulanya berarti tidak lebih daripada pemahaman huruf dan banyak dari apa yang dianggap orang sekarang ini sebagai pengkajian ilmu linguistik zaman dahulu yang bisa digolongkan di bawah judul philosophia.<br />Aristoteles (384-322 SM) kenal karya-karya Plato, dan menggunakan karya-karya tersebut sebagai dasar bagi pengembangan pemikirannya sendiri. Zaman Aristoteles menandai akhir dari suatu era dalam sejarah Yunani. Di antara aliran-aliran filsafat yang berkembang di Atena setelah Aristoteles yang paling penting di dalam sejarah linguistik adalah aliran Stoik.Aliran Stoik didirikan oleh zeno (kira-kira 300 SM), menggarap sejumlah bidang yang telah digarap Aristoteles, aakn tetapi dalam segi-segi tertentu dalam bidang filsafat dan retorika mereka mengembangkan metode dan ajaran mereka sendiri.<br />Aliran Stoik didirikan pada zaman Hellenistik. Di bawah pengaruh aliran Stoik,linguistik mencaapi suatu temapt dengan batasan yang jelas di dalam tautan filsafat secara keseluruhan dan masalah-masalah linguistik secara nyata dibahas dalam karya-karya terpisah yang diperuntukkan bagi segi-segi bahasa dan dibahas secaar bersistem. Pada zaman Hellenistik dihasilkan sejumlah takarir dari dialek-dialek non-Attik yang berbeda-beda. Suatu bukti dari kajian sistematis tentang perbedaan-perbedaan antara berbagai ragam bahasa Yunani yang telah memilikii sistem tulisan yang representatif.<br />Tanda-tanda aksen tulisan Yunani berasal dari zaman Hellenistik yang dipakai sebagai petunjuk bagi pengucapan kata-kata secara benar, dan deskripsi unsur-unsur aksen dan jeda yang dilambangkan secara grafis dengan batas kata dan tanda-tanda baca, di bawah judul umum prosodiai. Prosodiai merupakan bagian dari gerakan yang mendukung ketepatan, atau Hellenisme,atau Hellenismos.<br />Bangsa Romawi telah lama menikmati kontak dengan budaya material dan gagasan intelektual Yunani, melalui tempat-tempat bermukim bangsa Yunani di daerah Italia bagian selatan; dan mereka telah belajar menuls dari orang-orang Yunani barat. Dari segi linguistik hal ini tercermin dalam bahasa-bahasa yang dipakai secara umum di provinsi-provinsi Romawi bagian timur dan barat. Di belahan barat kerajaan ini tidak memiliki hubungan dengan suatu peradaban yang diakui. Bahasa Latin menjadi bahasa pemerintahan, perdagangan, hukum, pendidikan dan kemajuan sosial. Namun, di wilayah timur, yang sebagian besar telah berada di bawah pemerintahan Yunani sejak zaman Hellenistik, bahasa Yunani mempertahankan posisi yang telah dicapainya. Para pejabat Romai sering belajar dan menggunakan bahasa Yunani dalam melaksanakan tugas-tugas mereka, dan kesusasteraan serta filsafat Yunani sangat dihormati orang. Pada akhirnya pembagian bahasa ini diakui secara politis dalam pemisahan kekaisaran Romawi ke dalam kerajaan Barat dan kerajaan Timur dan Konstatinopel (Byzantiium) dijadikan ibukota Kerajaan Timur yang bertahan sebagai ibukota Domini Byzantiium meskipun wilayahnya menjadi kecil, sampai pada zaman Renaisans barat.<br />Begitu besar prestise tulisan Yunani, sehingga puisi bahasa Latin meninggalkan meter-meter aslinya dan diciptakan selama zaman klasik dan sesudahnya dalam meter-meter yang dipelajari dari pujangga-pujangga Yunani. Penyesuaian meter Yunani pada pada meter-meter Latin ini mencapai titik puncaknya dalam Hexameter Vergil yang hebat dan Elegiacs Ovid yang disempurnakan (elegiacs = puisi yang mengungkapkan kesedihan dan ratapan, catatan penerjemah).<br />Pemikir-pemikir Yunani dan cendekiawan Yunani pada umumnya memasuki dunia Romawi dalam jumlah yang semakin besar pada pada zaman Varro(116-27 SM), baik pendapat aliran Aleksandria dan Stoik tentang bahasa dikenal dan dibahas.Varro mengemukakan peandangannya tentang bahasa yang menurutnya berkembang dari seperangkat terbatas himpunan kata-kata asli, yang dikenakan pada benda-benda untuk mengacu pada benda tersebut dan menjadi sumber yang produktif dari sejumlah besar kata-kata lain melalui perubahan-perubahan pada huruf, atau pada bentuk fonetis (dua modus deskripsi ini mengacu pada hal yang sama baginya). Perubahan huruf ini terjadi dalam masa bertahun-tahun, dan bentuk yang lebih dahulu , seperti dullum untuk bellum yang klasik, yang bermakna ‘perang’ merupakan contoh dari perubahan-perubahan ini. Pada waktu yang sama, makna berubah seperti makna hostis yang dulu berarti ‘orang asing’, namun pada zaman Varro dan di dalam bahasa Latin klasik dan kemudian yang lebih mutakhir, maknanya adalah ‘musuh’.Pernyataan -pernyataan etimologis ini didukung oleh pakar-pakar modern, akan tetapi banyak di antara etimologi ini yang menempuh jalan yang saam dan berfungsi untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama, seperti kata Yuanni dalam bidang ini.Anas,’itik,dari nare,’berenang ‘ vitis, ‘anggur’ dari vis, ‘kekuatan’, dan cura, perhatian dari cor urere, ‘membakar hati’, adalah khas baik dari karyanya maupun kaji-kajian etimologis Latin pada umumnya.<br />Ketidaktahuan mendasar tentang sejarah linguistik terlihat dalam-acuan-acuan Varro kepada bahasa Yunani.Kesamaan-kesamaan dalam bentuk kata yang memiliki arti yang sepadan dalam bahasa Latin dan Yunani telah jelasDua contoh kiranya menjadi iliustrasi yaitu,kata Yunani phero dan kata fero, Latin ‘saya membawa’ , keduanya merupakan refleksi dari kata kerja Indo-Eropa yang direkonstruksi bher-.Kata Latin feretrum, ‘bir’ adalah kaat serapan langsung kata Yunani pheretron.<br />Di dalam bahasa Latin, equitatus, ‘pasukan berkuda’, dan eques (kata dasar equit-) ‘ penunggang kuda’, dapat diasosiasikan dengan dan diacu kembali secara deskriptif kepada equus, ‘kuda’, akan tetapi tidak ada penjelasan lebih lanjut yang mungkin diberikan dengan cara yang sama terhadap kata equus. Di dalam bahasa Latin kata itu adalah kata asli dan penjelasan tentang bentuk dan maknanya melibatkan penelitian diakronik dalam tahap-tahap yang lebih awal dari keluarga bahasa Indo-Eropa dan bentuk-bentuk berkaitan dalam bahasa-bahasa Latin.<br />Dalam bidang keragaman bentuk kata dari akar tunggal, baik derivasional maupun infleksional, Varro mengemukakan argumen-argumen mendukung dan menolak analogi dan anomali, dengan memberikan contoh-contoh keteraturan dan ketidakteraturan dalam bahasa Latin.Dengan cukup logis dia menyimpulkan bahwa kedua asas itu harus diakui dan diterima dalam pembentukan kata suatu bahsa dan dalam makna-makna yang berhubungan dengannya.Jadi, equus, ‘kuda’ dan equa, ‘kuda betina’, memiliki bentuk yang berbeda untuk binatang jantan dan betina karena perbedaan kelamin penting bagi para penutur itu. Akan tetapi corvus, ‘nama sejenis burung’, tidak memiliki karena perbedaan antara jantan dan betina dalam hal ini tidak penting bagi manusia. Dulu juga berlaku bagi merpati, namun sejak burung dara dipelihara , bentuk analogik yang berbeda untuk jantan, yaitu Colombus diciptakan.<br />Secara kultural kita melihat, semenatra tahun-tahun berlalu dari Zaman Perak (akhir abad ke-1 Masehi), menurunnya nilai-nilai sastra , habisnya tema lama secara bertahap, dan hilangnya gairah dalam mengembangkan tema-tema baru.Kecuali dalam masyarakat Kristen yang sedang menanjak, ilmu pengetahuan mengalami kemunduran, dalam bentuk karya ilmiah yang semata-mata mengikuti standar yang telah diakui di masa lalu.Di Latin barat, seperti Yuanni timur, ini merupakan zaman komentar, ringkasan dan kamus.Tatabahasawan Latin yang mempunyai pandangan yang serupa dengan pandangan pakar-pakar Yunani Aleksandria, seperti mereka ini, mengarahkan perhatian mereka kepada bahasa sastra klasik dan tatabahasa berperan sebagai pengantar dan dasar utnuk mempelajarinya.Perubahan-perubahan yang terjadi dalam bahasa Latin lisan dan bahasa Latin tulis yang nonsastra di sekeliling mereka kurang membangkitkan minat mereka; karya-karya mereka secara bebas dijelaskan dengan teks yang kesemuanya berasal dari penulis prosa dan puisi Latin klasik dan pendahulu mereka, yakni Plautus dan Terence.<br />Betapa berbeda jadinya bahasa Latin tulis yang dianggap baik dapat dilihat dengan membandingkan tatabahasa dan gaya terjemahan injil(Vulgate) pada abad ke-4 oleh St.Jerome, di dalmnya beebrapa unsur tatabahasa bahasa Roman diantisipasi, dan bahasa Latin dilestarikan dan diperikan oleh para tatabahasawan, salah seorang diantaranya, Donatus, tatabahasawan terkenal, setelah Priscian, sebenarnya adalah guru dari St.Jerome.Meskipun dia banyak memakai gagasan-gagasan pendahulunya, tujuannya, seperti tujuan mereka, adalah mengalihkan sebisa-bisanya sistem tatabahasa dari techne dan karya-karya Apollinus ke dalam bahasa Latin.<br />a. Zaman Pertengahan<br />Zaman pertengahan adalah istilah yang digunakan untuk menamai dan menandai periode sejarah Eropa antara hancurnya kekaisaran Romawi sebagai suatu daerah kesatuan peradaban dan administratisi dengan urutan peristiwa dan perubahan kultural yang dikenal sebagai Renaisans dan pada umumnya dianggap sebagai fase permulaan dunia modern.<br />Orang-orang Latin dari provinsi barat dapat bertahan melawan penjajah Germanik, yang bahasanya hanya tersisa beberapa unsur-unsur leksikal dalam bahasa-bahasa Roman modern yang merupakan turunan dari bahasa Latin lisan dari wilayah-wilayah tersebut.<br />Di barat, kebanyakan sastra klasik telah hilang sama sekali; selama beberapa abad kajian dan bahkan pengetahuan bahasa Yunani menjadi sangat berkurang dan dalam Abad Gelap kebanyakan filsafat Yunani yang ada terdapat dalam bentuk terjemahan dalam bahasa Latin dari karya-karya terpilih.Sumbangan yang besar bagi pelestarian kesinambungan pendidikan dan ilmu pengetahuan diberikan oleh biara dan tempat para rahib, gereja dan kemudian universitas, yang didirikan selama awal zaman pertengahan.Dalam lembaga-lembaga yang dikuasai oleh pejabat gereja Kristen, literatur politheistik, yaitu literatur klasik zaman kuno, cenderung dicurigai, dan terdapat banyak contoh kebencian yang disengaja ditujukan kepada penulis-penulis ini dan bahasa yang digunakan dalam tulisn-tulisan itu, yang berbeda, dari bahasa Latin kemudian yang hampir mendekati ragam sehari-hari, bahasa Latin Vulgate (kitab Injil berbahasa Latin yang dipakai Gereja Katolik (catatan edita) dan yang dipakai di lingkungan gereja.Bahasa Latin tetap merupakan bahasa ilmu pengetahuan, dan wewenangnya meningkat karena bahasa itu dipakai sebagai bahasa literatur keagamaan dan untuk pelayanan dan administrasi Gereja (Roma) barat.<br />Dalam sejarah ilmu pengetahuan linguistik, bagian kedua abad pertengahan dari sekitar 1100 hingga akhir zaman itu, adalah lebih penting.Ini merupakan zaman filsafat Skolastik yang memberikan tempat penting kepada kajian linguistik dan yang ditandai dengan banyaknya jumlah karya linguistik yang dihasilkan orang.Zaman ini juga ditandai dengan perkembangan arsitektur dan sastra abad pertengahan (yang dikenal juga sebagai ‘Gothik’) dan pendirian beberapa universitas yang paling awal di Eropa.Hingga zaman ini karya linguistik hampir keseluruhan bertujuan pedagogis dan sebagian besar bersifat derivatif dalam doktrinnya, karena diterapkan dalam pengajaran bahasa Latin menurut himpunan bahan Donatus dan priscian.Karya-karya yang bersifat didaktis murni semacam itu dilakukan orang di sepanjang periode Skolastik.Beberapa buku petunjuk tatabahasa Latin diterbitkan dalam bentuk syair, sebagai cara membantu siswa untuk mengingatnya.Salah satu dari karya ini adalah Doctrinale dari Aleksandria asal Villedien,yang ditulis di sekitar tahun 1200, yang terdiri dari 2645 baris dengan sajak bersusun heksameter yang kasar.<br />Deskripsi linguistik bahasa-bahasa lain muncul selama zaman ini, yang berfungsi untuk memenuhi keperluan menulis dan membaca sastra populer, dan standar-standar pendidikan. Kemasyhuran sastra Provencal Troubadour menumbuhkan suatu kebutuhan akan informasi gramatikal tentang bahasa Provencal, dan dari sekitar tahun 1240 beberapa deskripsi tatabahasa telah ditulis orang.<br />Salah satu dari contoh-contoh yang menonjol dari karya ptraktis di masa ini adalah First Grammatical treatis, oleh seorang pakarIng menakjubkan dan kebebasan berpikir.Dia terutama tertarik dengan perbaikan ejaan, dengan penyempurnaan pemakaian abjad yang diturunkan dari abjad Latin untuk menulis bahasa Islandia pada zamannya.Di samping ini, pengamatannya mengenai pelafalan bahasa, yang secara tersendiri merupakan bukti yang berharga untuk tahap perkembangan bahasa Islandia di masa ini,menunjukkan bahwa dia adalah seorang pakar fonetik yang tidak tertandingi oleh pakar-pakar fonetik pada zamannya.<br />Tatabahasa spekulatif merupakan suatu tahap yang jelas dan berbeda dalam teori linguistik dan penulis-penulisnya yang berbeda, atau Modistae, sebagaimana kadang-kadang mereka dinamai orang, dengan acuan kepada istilah pokok modi significandi menunjukkan secara substansial pandangan teoretik yang sama dan memiliki konsepsi ilmu pengetahuan linguistik, yang sama, tujuan-tujuannya dan tempat yang sama di antara kajian intelektual lainnya.Tatabahasa spekulatif merupakan hasil dari pemaduan deskripsi gramatikal Latin sebagaimana dirumuskan oleh Priscian dan Donatus ke dalam sistem filsafat skolastik.Kebangkitan dan pertumbuhan filsafat skolastik diakibatkan oleh sejumlah faktor sejarah, di samping adanya manusia-manusia yang berkemampuan intelektuald dan pengabdian yang tinggi.Di samping itu, pengetahuan mengenai bahasa Yunani, tentang penulis-penulis Yunani dan yang paling penting lagi tentang filsafat Yunani sebagaimana yang dirintis oleh Aristoteles menjadi semakin banyak tersedia bagi barat di sekitar abad ke-12.Dari Spanyol cukup banyak tulisan filsafat Yunani yang diperkenalkan kembali ke daerah-daerah lain di Eropa Barat melalui terjemahan bahasa Arabdan bahasa Ibrani dan melalui komentar-komentar dalam bahasa-bahasa tersebut.Filsuf Kristen terdahulu telah lebih memberi tekanan kepada Plato dan pemikiran Plato daripada kepada Aristoteles, sebagian karena teori Plato lebih mudah diperoleh melalui tulisan-tulisan neoPlatonis abad ke-3 dan setelah itu.Dari abad ke-12 dan seterusnya, mereka memberi dorongan ke arah tatabahasa spekulatif dan teori bahasa yang diciptakan dalam kerangka filsafat zaman itu.Juga terdapat suatu peningkatan mencolok dalam jumlah penelitian dan kajian tatabahas yang dilakukan.<br /> <br />b. Zaman Renaissans dan Sesudahnya<br />Renaissans secara tradisi dianggap sebagai saat lahirnya dunia modern dan sejarah modern.bagian terpenting dari ilmu pengetahuan Renaissans adalah tuntasnya kebangkitan pengkajian terhadap bahasa Latin klasik dan bahasa Yunani klasik, yang telah dimulai Italia, bukan untuk tujuan komunikasi internasional dan komunikasi ilmiah, dan untuk dipakai dalam berfilsafat seperti halnya bahasa Latin di abad pertengahan; akan tetapi sebagai sarana sastra yang menarik dan sebagai bahasa zaman lampau dari sebuah peradaban besar, terpisah dari dan ada sebelum Gereja.Zaman ini dapat kita tandai dengan dimulainya pengkajian serius terhadap sastra klasik dan sejarah Yunani kuno dan Romawi kuno (literae humaniores) sebagai komponen yang penting, sekurang-kurangnya hingga akhir-akhir ini, dari pendidikan di sekolah-sekolah dan di universitas di Eropa.Dan pada akhir abad ke-14 Manuel Chrysoloras, yang diundang dari Konstatinopel sebagai guru bahasa Yunani, menulis tatabahasa modern pertama bahasa itu di barat.<br />Pengkajian tatabahasa Yunani dan bahasa Latin terus dilanjutkan dan perbaikan dan perkembangan lebih lanjut yang meneruskannya dari masa pertengahan kepada praktik pengajaran modern dalam bahasa-bahasa klasik merupakan objek yang cocok untuk studi spesialis; akan tetapi hal ini tidak lagi mewakili kuliah sejarah linguistik secara keseluruhan.Pada akhir abad pertengahan bahasa Arab dan bahasa Ibrani telah dipelajari di Eropa dan di Universitas Paris pada abad ke-14 kedua bahasa itu secara resmi diakui.<br />Pengetahuan akan bahasa Yunani,Latin dan Ibrani ini merupakan kebanggaan bagi ‘homo brilinguis’ pada zaman Renaissans.Sejumlah tatabahasa Ibrani ditulis di Eropa, terutama dalam De rudimentis Hebraicis karya Reuchlin.<br />Mulai awal abad pertengahan, ilmu pengetahuan linguistik juga berkembang di bawah pengaruh karya linguistik Arab.Ini sebagai akibat baik dari kemiripan struktural kedua bahasa Semit maupun kekuasaan politik bangsa Arab sesudah ekspansi pengaruh Islam ke Timur Dekat, Afrika Utara, dan Spanyol.Menjelang akhir abad ke-12 tatabahasa bahasa Ibrani masih dalam penulisan yang dilakukan oleh orang -orang Yahudi yang tinggal di Spanyol dan di tempat lainnya sebagai teman-teman seagamanya Kajian linguistik Arab,seprti kajian bahasa Ibrani, memperoleh inspirasi dari sastra suci, seperti kitab suci Al Quran bagi orang Arab.Ilmu pengetahua linguistik Arab mencapai puncaknya pada akhir abad ke-8 dalam bentuk taat baahsa Sibawaih dari Basra, yang sebenarnya bukan orang Arab tetapi orang persia, yang membuktkan adanya dorongan terus menerus bagi peelitian linguistik dalam hubungannya dalam hubungannya antara bahasa dan budaya.Di samping itu, Sibawaih menghasilkan deskripsi fonetik yang orisnal untuk penulisan bahasa Arab.<br />Selama abad pertengahan tatabahasa bahasa asli Provencal dan Katalan telah ditulis orang dan arti historis dan manfaat metodologis tatabahasa ini baru sekarang mendapat apresiasi yang tepat.Dante,yang bagi sejumlah orang dianggap sebagai nabi telah menghimbau orang-orang untuk mempelajari dialek-dialek bahasa Roman daripada bahasa Latin tulis, dan melalui tulisan-tulisannya dalm bahasa asli, dia telah banyak berbuat dalam memantapkan suatu ragam bahasa Italia lisan sebagai bahasa tulis dan kemudian sebagai bahasa resmi di semenanjung itu.<br />Tatabahasa asli pertama bahasa Spanyol dan Italia muncul pada abad ke-15, dan taatbahasa bahasa asli Prancis pertama awal abad ke-16.Dalam periode yang sama tatabahasa diterbitkan untuk bahasa Polandia dan bahasa Gereja Tua Slavonik.Tatabahasa bahasa Inggris pertama yang dicetak terbit paad tahun 15<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-32096470452418379402010-01-02T08:47:00.000-08:002010-01-02T08:50:51.409-08:00Language and Reading: Development and the difficultyLanguage and Reading: Development and the difficulty<br />Solveig-Alma H. Lyster<br />Pendahuluan<br />Introduction <br /><br />Akan membahas perkembangan membaca dan gangguan membaca. Namun, membaca adalah proses linguistik. This chapter will primarily discuss the development of reading and reading disorders. However, reading is a linguistic process. Untuk dapat membaca dengan baik, pembaca harus memahami sintaks dan semantik bahasa dan harus memiliki pengetahuan tentang abjad dan memiliki kesadaran tentang aspek-aspek tertentu dari struktur linguistik bahasa. To be able to read well, readers must understand the syntax and semantics of the language and must have knowledge of the alphabet and have an awareness of certain aspects of the linguistic structure of language. Oleh karena itu, hubungan antara perkembangan bahasa, pengetahuan linguistik dan membaca merupakan aspek sentral bab ini. Therefore, the relationship between language development, linguistic knowledge and reading is a central aspect of this chapter. Kesadaran linguistik, yaitu kemampuan untuk menelaah bahasa, akan menjadi fokus utama. Linguistic awareness, the ability to examine the language, will be the main focus. Kesadaran linguistik sangat berkaitan dengan perkembangan membaca dalam bahasa yang alfabetik, dan karenanya merupakan hal yang sangat penting dalam pengajaran membaca. Linguistic awareness is closely associated with the development of reading in the alphabetical language, and therefore is very important in teaching reading. Perkembangan membaca juga sangat tinggi korelasinya dengan ejaan dan kemampuan untuk menyandikan kata-kata dalam bentuk ortografiknya yang benar. The development of reading is also very high correlation with spelling and the ability to encode the words in the correct form ortografiknya. Oleh karena itu, meskipun membaca merupakan kajian utama bab ini, tetapi bahasan tentang ejaan dan tulisan tidak dapat diabaikan. Therefore, even though reading is a major study of this chapter, but a discussion of spelling and writing can not be ignored. Dengan cara yang berbeda, membaca mempengaruhi menulis dan menulis mempengaruhi membaca. In different ways, reading and writing affect writing affect reading. Ini berarti bahwa latihan mengeja dan menulis bermanfaat untuk perkembangan membaca dan sebaliknya. This means that the spelling and writing exercises beneficial for the development of reading and vice versa. Tidak ada satu pun program pelatihan membaca yang dapat memecahkan semua permasalahan yang dihadapi anak ketika belajar membaca dan menulis. There is no single reading training programs that can solve all the problems faced by children when learning to read and write. Namun, program-program pelatihan membaca yang paling efektif mempunyai fitur-fitur tertentu yang sama. However, training programs are most effective reading has certain features the same. Pengajaran membaca yang formal perlu difokuskan pada perkembangan dua jenis penguasaan: pengenalan kata dan pemahaman. Formal reading instruction needs to be focused on the development of two kinds of mastery: word recognition and comprehension. Kedua aspek ini karenanya akan difokuskan dalam bab ini. Both these aspects will therefore focus in this chapter.<br />Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menghadapi kesulitan terbesar dalam membaca di kelas-kelas dasar adalah mereka yang mulai bersekolah dengan keterampilan verbal yang kurang, pemahaman fonologi yang kurang, pengetahuan abjad yang kurang, dan kurang memahami tujuan dasar dan mekanisme membaca (Adams 1990; Kamhi 1989; Kamhi & Catts 1989; Snowling 1987, 2001). Research shows that children who face the greatest difficulty in reading the basic classes are those who start school with less verbal skill, less phonological understanding, lack of knowledge of the alphabet, and insufficient understanding of the basic purposes and mechanisms of reading (Adams 1990; Kamhi 1989; Kamhi & Catts 1989; Snowling 1987, 2001). Oleh karena itu, untuk anak yang beresiko tertinggi mengalami kesulitan membaca, pengayaan lingkungan prasekolah dan pengajaran yang baik di kelas-kelas dasar dapat merupakan faktor penentu bagi keberhasilan dalam bidang membaca dan menulis. Therefore, for the highest-risk children who have difficulty reading, enrichment preschool environment and good teaching in primary classes can be the determining factor for success in the field of reading and writing. Tidak ada waktu sepenting tahun-tahun pertama masa kehidupan dan masa sekolah anak. No time as important as the first years of life and the child's school. Oleh karenanya, fokus bab ini lebih pada pencegahan kesulitan membaca daripada kesulitannya itu sendiri. Therefore, this chapter focuses more on prevention of reading difficulties than the difficulties themselves. <br />Di negara-negara, di mana banyak orang tua yang buta huruf dan mempunyai sedikit pengetahuan tentang cara terbaik mempersiapkan anaknya untuk pelajaran membaca di sekolah, sistem sekolah dan pemerintah menghadapi tantangan besar. In countries, where many parents are illiterate and have little knowledge about the best way to prepare children for learning to read in school, the school system and the government faces huge challenges. <br />Bagaimanakah caranya anak dari keluarga yang buta huruf dapat dipersiapkan untuk sekolah dan pengajaran membaca? <br />How do children from illiterate families can be prepared for the school and the teaching of reading? <br />Atau bagaimanakah sekolah dapat mengindividualisasikan pengajarannya untuk mengatasi kerugian yang datang dari keluarga buta huruf atau dari rumah dengan dukungan yang sedikit atau buruk terhadap membaca dan kegiatan linguistik? <br />Or how can schools teaching mengindividualisasikan to overcome the losses coming from illiterate families or from home with little support or bad to read and linguistic activities? <br />A. Bahasa dan membaca <br />Language and reading <br />Bahasa adalah kode yang disepakati oleh masyarakat sosial yang mewakili ide-ide melalui penggunaan simbol-simbol arbitrer dan kaidah-kaidah yang mengatur kombinasi simbol-simbol tersebut (Bernstein dan Tigerman, 1993). Language is the code that was agreed by the social communities that represent the ideas through the use of arbitrary symbols and rules that govern the combination of these symbols (Bernstein and Tigerman, 1993). Kode linguistik mencakup kaidah-kaidah kompleks yang mengatur bunyi, kata, kalimat, makna dan penggunaannya. Linguistic code includes complex rules governing the sounds, words, sentences, meaning and usage. Komunikasi adalah proses di mana individu-individu bertukar informasi dan saling menyampaikan buah pikirannya. Communication is a process where individuals mutually exchange information and convey his thoughts. Komunikasi merupakan proses aktif yang menuntut adanya pengirim yang menyandikan atau merumuskan pesan. Communication is an active process that requires the sender to encrypt or to formulate a message. Komunikasi juga menuntut adanya seorang penerima yang menafsirkan sandi atau memahami pesan tersebut. Banyak isyarat non-linguistik yang dapat membantu atau menghambat pengirim dan penerima dalam komunikasi lisannya. Communication also requires a receiver who interprets the code or understand the message. Many non-linguistic cues that can help or hinder the sender and receiver in verbal communication. Tetapi komunikasi melalui bacaan dan tulisan sepenuhnya tergantung pada bahasa penulis dan pembacanya, pada pengetahuannya tentang kata-kata dan sintaks. But communication through reading and writing depend entirely on the language of writers and readers, to his knowledge of words and syntax. Tetapi, pertama-tama, komunikasi melalui membaca dan menulis dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tulis yang alfabetik, tergantung pada pengetahuan dan kesadaran penulis dan pembacanya tentang prinsip-prinsip utama bahasa tulis itu, yaitu prinsip fonematik atau alfabetik dan prinsip morfematik. But, first, communication through reading and writing in a society that uses the alphabetically written language, depends on the knowledge and awareness of writers and readers about the main principles of the written language, namely the principle of alphabetical and fonematik or morfematik principles. Pemahaman prinsip-prinsip ini tergantung pada pemahaman tentang struktur bunyi dan bagian-bagian bermakna dari kata-kata seperti unsur-unsur gramatik. Tetapi karena membaca juga berarti menyampaikan makna struktur ortografik tertulis yang mewakili kata-kata dan kalimat, maka kosa kata dan pemahaman tentang berbagai struktur kalimat juga merupakan hal yang sangat penting untuk perkembangan membaca. Understanding these principles depend on an understanding of the structure of sounds and meaningful parts of words such as gramatik elements. But since reading also means convey the meaning of orthographic structure representing written words and sentences, the vocabulary and understanding of various sentence structures are also essential for the development of reading. <br />Bahasa merupakan suatu sistem kombinasi sejumlah komponen kaidah yang kompleks.<br />Language is a combination of several components of the system of complex rules. <br />Bloom dan Lahey (1978) memandang bahasa sebagai suatu kombinasi antara tiga komponen utama: bentuk, isi dan penggunaan. Bloom and Lahey (1978) looked at language as a combination of three main components: the form, content and usage. Bentuk suatu ujaran dalam bahasa lisan dapat digambarkan berdasarkan bentuk fonetik dan akustiknya, tetapi bila kita hanya menggambarkan bentuknya saja, maka kita akan terbatas pada penggambaran bentuk atau kontur fitur permukaan ujaran saja. Form of a speech in spoken language can be described based on phonetics and acoustics form, but if we only describe the shape, then we will be limited to the depiction of shape or contour of the surface features of speech alone. Ini biasanya dilakukan berdasarkan unit fonologi (bunyi atau struktur bunyi), morfologi (unit-unit makna berupa kata atau infleksi), dan sintaks (kombinasi antara berbagai unit makna). This is usually done on the basis of phonological units (sound or sound structure), morphology (meaning units in the form of a word or inflection), and syntax (a combination of various units of meaning). <br />Isi bahasa adalah maknanya atau semantik- yaitu representasi linguistik dari apa yang diketahui seseorang tentang dunia benda, peristiwa dan kaitannya. <br />The contents of the language is the meaning or the semantic-linguistic representation of what a person knows about the world of objects, events and terms. Representasi linguistik tentang isi bahasa tergantung pada kode - yaitu suatu sistem isyarat arbitrer yang konvensional - yang memberi bentuk kepada bahasa (Bloom dan Lahey, 1978). Linguistic representations about the content of language depends on the code - ie a system of arbitrary conventional sign - which gives shape to the language (Bloom and Lahey, 1978). <br />Menurut Bloom dan Lahey (1978), penggunaan bahasa terdiri dari pilihan perilaku yang ditentukan secara sosial dan kognitif berdasarkan tujuan si penutur dan konteks situasinya (hal. 20). According to Bloom and Lahey (1978), using the language of choice behavior determined by social and cognitive goals the speaker and the context of the situation (p. 20). Kaidah-kaidah yang mengatur penggunaan bahasa dalam konteks sosial juga disebut pragmatik (lihat misalnya Bernstein dan Tigerman 1993). The rules that govern the use of language in a social context is also called pragmatics (see for example Bernstein and Tigerman 1993). Pragmatik mencakup kaidah yang mengatur bagaimana kita berbicara dalam bermacam-macam situasi. Includes pragmatic rules that govern how we speak in a variety of situations. Pembicara harus mempertimbangkan informasi tentang pendengarnya dan harus memahami berbagai isyarat non-linguistik yang dapat menghambat atau mendukung penyampaian pesannya. Speakers should consider information about the audience and must understand the various non-linguistic cues that can hinder or support the delivery of the message. Kesadaran akan penerima pesan dan kebutuhannya akan membantu pengirim menciptakan situasi komunikasi yang optimal. Awareness of the recipient and the message sender's needs will help to create the optimal communication situations. <br />Anak mungkin berkesulitan dalam mengembangkan pengetahuan yang sesuai usia dalam salah satu dari ketiga dimensi bahasa (isi, bentuk atau penggunaan), dan kesulitan dalam satu dimensi dapat mengakibatkan kesulitan dalam dimensi lainnya. Children may berkesulitan in developing age-appropriate knowledge in one of the three dimensions of language (content, form or use), and difficulties in one dimension can lead to difficulties in other dimensions. Kesulitan dalam dimensi bentuk mungkin terbatas hanya pada fonologi, tetapi kesulitan dalam mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang fonologi bahasa dapat mempengaruhi perkembangan dalam bidang morfologi dan sintaks. Dimension of difficulty may be limited only to the phonology, but the difficulties in developing knowledge and understanding of the phonology of language can influence developments in the field of morphology and syntax. <br />Masalah dalam kemampuan mengembangkan kemampuan bahasa yang sesuai usia di dalam berbagai dimensi bahasa biasanya akan menimbulkan masalah dalam pengembangan kemampuan membaca dan menulis yang sesuai usia. Problems in the ability to develop language skills at age-appropriate language in various dimensions will usually cause problems in the development of reading and writing skills appropriate age. Masalah-masalah ini mungkin terkait dengan perkembangan membaca pada berbagai tingkatan. These problems may be related to the development of reading at various levels. Kesulitan dalam dimensi bentuk dapat mengakibatkan masalah dalam “memecahkan” kode bacaan. Difficulties in the dimensions of the problem may result in "breaking" the code reading. Anak yang bermasalah dalam mengembangkan pengetahuan tentang bentuk bahasanya dapat bermasalah dalam memahami struktur bunyi dan dalam memahami hubungan huruf-bunyi yang diperlukan untuk “memecahkan kode” bahasa tulis. Di pihak lain, anak yang berkesulitan memahami isi bahasa mungkin akan dapat “memecahkan kode” dengan mudah, tetapi mereka mungkin berkesulitan dalam memahami apa yang dibacanya. Children with problems in developing knowledge of language forms can be problematic in understanding the sound structure and in understanding letter-sound relationships necessary to "break the code" of written language. On the other hand, children who understand the content of language berkesulitan may be able to "crack the code" with easy, but they may berkesulitan in understanding what they read. Siswa juga mungkin berkesulitan dalam membaca karena mereka berkesulitan dalam menggunakan bahasa. Students also may berkesulitan in reading because they berkesulitan in using language. Tujuan pengajaran membaca adalah membaca untuk belajar (atau membaca untuk kesenangan). The purpose of teaching reading is to read to learn (or reading for pleasure). Pembaca harus dapat masuk ke dalam semacam dialog dengan penulis. The reader should be able to enter into such dialogue with the author. Untuk belajar dan mengerti suatu teks diperlukan pengembangan strategi untuk memahami maksud penulis. To learn and understand a text is needed to understand the development of strategies authors' intentions. Teks yang berbeda memerlukan strategi yang berbeda untuk memahaminya. Different texts require different strategies to understand it. <br />B. Perkembangan membaca - usia prasekolah <br />The development of reading - preschool <br />Prestasi belajar yang memadai dan perilaku sosial dan penghargaan diri yang pantas adalah faktor-faktor penting untuk mengembangkan kehidupan yang pantas di dalam norma-norma masyarakat kita. Adequate school performance and social behavior and appropriate self-esteem is an important factor to develop a proper life in the norms of our society. Sejak tahun pertama kehidupannya di dunia ini, anak sudah mulai mengembangkan norma-norma yang mendasari kehidupan masyarakatnya. Ini dilakukannya melalui komunikasi dan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari dengan lingkungan sekitarnya. Since the first year of life in this world, children have started to develop norms that underlie the life of the community. This done through communication and activities of daily life with the surrounding environment. Selama tahun pertama, mereka ambil bagian dalam percakapan dengan menggunakan bahasa tubuh dan isyarat non verbal. During the first year, they took part in a conversation using body language and non-verbal cues. Kemudian sedikit demi sedikit mereka belajar kode linguistik bahasa, bagaimana kode merepresentasikan benda, kejadian dan bermacam-macam hubungan antara benda-benda dan kejadian-kejadian, dan mereka belajar cara mengirim dan menerima pesan dengan bahasa lisan. Then little by little they learned the language of linguistic code, how code represents objects, events and a variety of relationships between objects and events, and they learn how to send and receive messages with spoken language. <br />Untuk mempersiapkan anak pada pengajaran membaca di kelas-kelas awal, sebaiknya mereka diekspos pada lingkungan bahasa yang berkualitas tinggi - terutama di rumahnya, tetapi juga di panti asuhan anak dan di taman prasekolah jika anak tersebut masuk ke lembaga-lembaga ini. To prepare for teaching children to read at the beginning of classes, they should be exposed to the language environment of high quality - especially at home, but also in the orphanage children in the park and preschool if the child is entered into these institutions. Waktu terbaik untuk mulai berbagi buku dengan anak adalah pada masa balita. The best time to start sharing books with children is in infancy. Banyaknya pengalaman dengan bahasa lisan dan bahasa tulis, dari masa bayi hingga awal masa kanak-kanak, sangat mempengaruhi keberhasilan anak dalam membaca di masa-masa selanjutnya. Anak membutuhkan aktivitas yang dapat mereka nikmati dan pengalaman keberhasilan, tanpa dipaksakan di luar tahap perkembangannya. The many experiences with spoken and written language, from infancy through early childhood, greatly influenced the success of children in reading in the future. Children need activities they can enjoy and experience success, without forced out of its development stage. Bahkan ketika anak belum dapat mengeja, mereka belajar dari upayanya untuk menulis. Even when the child can not spell, they learn of the attempt to write. <br />Bahkan ketika anak belum dapat membaca, mereka belajar dari orang yang membaca untuknya. Even when the child can not read, they learn from people who read to him. Anak yang terekspos pada kosa kata yang canggih dalam percakapan yang menarik atau dalam bacaan yang didengarnya akan belajar kata-kata yang kelak akan dibutuhkannya untuk mengenali dan memahaminya pada saat sudah mulai belajar membaca. Children who are exposed to sophisticated vocabulary in an interesting conversation or in reading to learn to hear words that will be needed to identify and understand at the time was beginning to learn to read. Berbicara dengan orang dewasa merupakan sumber eksposur terbaik bagi anak ke kosa kata baru. Talking with adults is the best source of exposure for children to new vocabulary. Berbicara itu penting - semakin bermakna dan berisi, semakin baik. Bahkan di negara-negara di mana banyak orang tua yang buta huruf, mereka dapat melihat buku gambar dengan anaknya dan berbicara tentang apa yang mereka lihat dalam buku tersebut - jika bukunya memang ada. Talking is important - the more meaningful and contains, the better. Even in countries where many parents are illiterate, they can see a picture book with her son and talk about what they see in the book - if the book exists. <br />Selama usia prasekolah, kebanyakan anak secara bertahap semakin sensitif terhadap bunyi, juga terhadap makna kata-kata yang didengarnya. During preschool age, most children are gradually getting sensitive to noise, also the meaning of the words he heard. Sensitivitas ini adalah apa yang kita sebut sebagai kesadaran fonologi. This sensitivity is what we refer to as phonological awareness. Mereka dapat mengenali sajak dan menikmati puisi atau lagu bersajak. They can recognize and enjoy the poem or a song rhyming poetry. Mereka menceraikan kata-kata yang panjang menjadi suku-suku kata atau bertepuk tangan sejumlah suku kata yang terdapat dalam sebuah frase. They divorced words long into syllables or claps his hands a number of syllables contained in a phrase. Mereka menyadari bahwa ucapan beberapa kata seperti “dog”, “dark” dan “dusty” semuanya dimulai dengan bunyi yang sama. They realized that the words a few words like "dog", "dark" and "Dusty" it all started with the same sound. Mereka dapat menemukan kata yang tidak cocok (tidak bersanjak) dalam kelompok kata “house”, “tiger” dan “mouse”, dan mereka mungkin dapat menggabungkan bunyi-bunyi seperti /m/-/a/-/t/ dan /l/-/i/-/p/ menjadi “mat dan “lip”. They can find a word that does not fit (not bersanjak) in the word "house", "tiger" and "mouse", and they may be able to combine the sounds such as / m /-/ a /-/ t / and / l / -/i/-/p / a "grace and" lip ". <br />Walaupun anak-anak prasekolah yang lebih muda jarang memperhatikan segmen terkecil yang bermakna (fonem) dari sebuah kata, memperoleh kesadaran tentang adanya fonem ini merupakan aspek kesadaran fonologi yang lebih maju, yang menjadi semakin penting semakin anak mendekati usia sekolah. Although children younger preschool hardly notice the smallest meaningful segments (phonemes) of a word, gain awareness of this phoneme is an aspect of phonological awareness is more developed, which becomes increasingly important the more children approached school age. Ini karena huruf biasanya mewakili fonem. This is because the letters usually represent the phonemes. Itu adalah prinsip alfabetik (lihat misalnya Adams 1990). That is the principle of alphabetical (see eg Adams 1990). Lagu, permainan sajak, permainan bahasa dan sajak kanak-kanak merupakan cara terbaik untuk memupuk kesadaran fonologi pada usia prasekolah. Song, rhyme games, language games and nursery rhymes is the best way to foster phonological awareness at preschool age. Kegiatan-kegiatan ini juga mungkin akan sangat penting pada awal usia sekolah ketika anak sedang belajar prinsip alfabetik. These activities also may be very important in the early school age when children are learning the principles of alphabetical. <br />Kegiatan orang tua membacakan kepada anaknya di rumah dilihat sebagai persiapan yang sangat penting bagi anak dalam menghadapi tantangan pengajaran membaca di sekolah. (Untuk contoh, lihat Burns, Friffin & Snow, 1999). Activities of parents reading to their children at home seen as a very important preparation for the children for the challenges of teaching reading in schools. (For example, see Burns, Friffin & Snow, 1999). Persiapan ini akan sangat efektif bila orang tua melakukan tiga hal: This preparation will be very effective when parents do three things: <br />• Mengembangkan teks <br />• Developing text <br />• Merujuk pada pengalaman anak itu sendiri <br />• Referring to the child's own experience <br />• Menyela kegiatan membaca dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. <br />• Interrupted the reading by asking questions. <br />Mengingat kamampuannya bercerita dengan baik, bagi sebagian orang, televisi dapat dipandang sebagai pengganti kegiatan membaca. Given kamampuannya well told, for some people, television may be viewed as a substitute for reading activities. Akan tetapi, kekurangan ketiga kualitas ini dapat mengakibatkan program televisi yang baik pun tidak begitu efektif untuk mempersiapkan dasar bagi perkembangan bahasa dan membaca. However, three shortcomings of this quality can result in good television program was not very effective to prepare the basis for the development of language and reading. <br />C. Perkembangan membaca dan faktor-faktor lingkungan <br />The development of reading and environmental factors <br />Sejumlah faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan membaca. A number of environmental factors influence the development of reading. Beberapa di antaranya sudah dibahas di atas. Some of them already discussed above. Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa tingkat melek huruf orang tua berperan penting dalam perkembangan membaca anak (Cox 1987), dan Chall, Jacobs dan Baldwin (1990) menemukan bahwa prediktor terkuat tentang kemampuan membaca dan pengetahuan kosa kata pada keluarga berpendapatan rendah adalah lingkungan melek huruf di rumah, pendidikan ibu dan tingkat ekspektasinya terhadap pendidikan anaknya, dan pendidikan ayah. The results of various studies show that literacy levels of parents play an important role in the development of reading children (Cox 1987), and Chall, Jacobs and Baldwin (1990) found that the strongest predictor of reading ability and vocabulary knowledge on low-income families is the literacy environment in home, education level of mothers and their expectations of their child's education and father's education. Tetapi, secara umum, variabel maternal lebih berpengaruh terhadap perkembangan baca-tulis dan bahasa dibanding variabel ayah. But, in general, maternal variables is more influential on the development of literacy and language variables than father. Chall dan rekan-rekan kerjanya menjelaskan temuan ini timbul karena ibu menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak-anaknya daripada ayah, membantu pekerjaan rumah, menjawab pertanyaan, membacakan cerita dan lain-lain. Chall and her colleagues explain this finding arises because mothers spend more time with their children than fathers, helping their homework, answer questions, read stories and others. Tingkat minat ibu terhadap baca-tulis juga signifikan korelasinya dengan perkembangan membaca anak. The level of interest in the mother of literacy also significantly correlated with reading development of children. Menurut Chall dan rekan-rekan, ekspektasi orang tua dan minatnya terhadap pekerjaan sekolah anaknya merupakan faktor terpenting, tidak hanya untuk perkembangan membaca tetapi juga untuk perkembangan semua mata pelajaran sekolah. According to Chall and colleagues, parents' expectations and interest in their child's school work is the most important factor, not only for the development of reading but also for the development of all school subjects. Ekspektasi dan keterlibatan orang tua dalam pekerjaan sekolah anaknya harus dimotivasi jika kurang. Expectations and parental involvement in their child's school work should be motivated if less. Kurangnya dukungan dan keterlibatan dalam masalah sekolah anak lebih umum terjadi di negara-negara berkembang (lihat Alenyo, 2001) dan karenanya harus menjadi perhatian besar di beberapa negara. Lack of support and involvement in school problems, more common in developing countries (see Alenyo, 2001) and therefore should be a major concern in several countries. <br />Namun, penelitian etnografik menunjukkan secara jelas bahwa kemiskinan bukan faktor penentu utama untuk persiapan baca-tulis yang diperoleh anak di rumah (Adams 1990). Yang paling menentukan adalah kualitas kegiatan baca-tulisnya. However, etnografik research shows clearly that poverty is not the main determinants for the preparation of literacy acquired children at home (Adams 1990). The most crucial is the quality of read-writes. Oleh karena itu, lingkungan yang miskin pun dapat mempersiapkan anak untuk belajar membaca di sekolah dengan baik selama mereka mempunyai buku untuk dibaca dan selama orang tua bersedia membacakan kepada anaknya. Tentu saja ini merupakan tantangan besar di negara-negara di mana para orang tuanya buta huruf dan sedikit sekali buku yang tersedia (Lihat Aringo 2001). Therefore, a poor neighborhood can prepare children to learn to read well in school as long as they have books to read and for parents willing to read to their children. Of course, this is a major challenge in countries where illiterate parents and very few books that are available (See Aringo 2001). Perkembangan baca-tulis merupakan tugas nasional, yang akan mempengaruhi perkembangan ekonomi dan sosial negara. The development of literacy is a national duty, which will affect the economic and social development of the country. Tantangan terbesar dalam meningkatkan tingkat baca-tulis tampaknya terletak pada kurangnya bahan bacaan yang tepat – baik di sekolah maupun di rumah, dan kurangnya jumlah buku yang tersedia bagi anak di kelas. The biggest challenge in raising literacy levels seem to lie in the lack of appropriate reading material - both at school and at home, and the shortage of books available to children in the classroom. <br />Kalaupun kemiskinan bukan merupakan faktor penentu utama kesiapan baca-tulis, Lyster (1998, dalam pers) menemukan bahwa pendidikan ibu merupakan prediktor penting untuk perkembangan membaca, meskipun dengan memperhitungkan faktor IQ. Even if poverty is not a major determinant of readiness to read and write, Lyster (1998, in press) found that maternal education is an important predictor for the development of reading, even taking into account the IQ factor. Karena pengaruh Genetik sejauh tertentu menjadi bahan pertimbangan dalam penelitian Lyster, hasilnya menunjukkan bahwa pendidikan ibu mungkin dapat menjadi bagian dari alat ukur konteks linguistik yang diciptakannya bagi anaknya. Because certain extent Genetic influences into consideration in research Lyster, the results showed that maternal education may be part of the gauge linguistic context created for his son. Bagaimanakah ibu yang lebih berpendidikan berkomunikasi secara linguistik dengan anaknya dibanding ibu yang kurang berpendidikan? Apakah mereka membacakan buku untuk anaknya lebih sering atau dengan cara yang berbeda dari ibu yang kurang berpendidikan? How better-educated mothers communicate linguistically with children than less educated mothers? Are they read to him more often or in a different way than the less educated mothers? Apakah pencegahan gangguan membaca sebaiknya dimulai secara tidak langsung dengan mendidik orang tua? Is prevention should start reading problems indirectly by educating their parents? Penelitian oleh Whitehurst, Epstein, Angell, Payne, Crone ddan Fischel (1994) menunjukkan bahwa mendidik orang tua dari masyarakat sosio-ekonomi rendah tentang cara berinteraksi dengan anaknya pada saat mereka membacakan untuk mereka, berdampak positif terhadap perkembangan baca-tulis anak. The study by Whitehurst, Epstein, Angell, Payne, Crone ddan Fischel (1994) shows that educate parents of the low socioeconomic about how to interact with their children when they read to them, positive impact on literacy development of children. <br />Dalam penelitian ini orang tua diminta untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dimulai dengan kata tanya “apa”, “mengapa”, “di mana” dan “kapan” pada saat sedang membacakan, untuk membantu anak memahami isi teks. In this study parents were asked to ask questions starting with question words "what", "why", "where" and "when" at the time was reading, to help children understand the content of the text. Bahkan jika perkembangan membaca sejauh tertentu tergantung pada faktor biologi dan genetik, membaca adalah kemampuan yang sangat tergantung pada faktor-faktor lingkungan. Even if the development of reading certain extent depends on biological and genetic factors, the ability to read is highly dependent on environmental factors. Salah satu faktor tersebut, yang belum dibahas, adalah bahasa sehari-hari anak di rumah. One of these factors, which have not discussed, is the everyday language of children at home. Jika bahasa rumah berbeda dari bahasa yang dipergunakan ketika anak belajar membaca dan menulis, anak kemungkinan akan menghadapi banyak masalah. If the home language is different from the language used when children learn to read and write, children are likely to face many problems. Oleh karena itu, jika seorang anak tidak dapat belajar membaca dan menulis dalam bahasa ibunya atau jika bahasa ibunya tidak mempunyai bahasa tulis, bahasa pengantar harus diajarkan kepada anak secara intensif di samping mengajarinya membaca dan menulis – dan bahkan sebelumnya jika memungkinkan (Lyster 1999). Therefore, if a child can not learn to read and write in their mother tongue or if the mother tongue has no written language, language of instruction must be taught to children in addition to intensive taught him to read and write - and even earlier if possible (Lyster 1999). Situasi ini tampaknya merupakan realitas yang ada di negara-negara berkembang tertentu meskipun anak diharapkan belajar membaca dan menulis dalam bahasa ibunya. This situation appears to be a reality in developing countries, although some children are expected to learn to read and write in their mother tongue. <br />D. Kesadaran Linguistik <br />Linguistic Awareness <br />Telah diterima secara luas bahwa terdapat hubungan yang kuat antara perkembangan membaca dengan kesadaran linguistik, yaitu kemampuan untuk merefleksikan bahasa lisan (Adams 1990; Goswani & Bryant 1990; Hagrvet 1989), dan bahwa upaya-upaya untuk menumbuhkan kesadaran fonologi yang dilakukan sebelum pengajaran membaca Itu dapat memprediksi keterampilan membaca nantinya (Mann 1991; Wagner & Torgesen 1987). Has been widely accepted that there is a strong relationship between reading development of linguistic awareness, the ability to reflect the spoken language (Adams 1990; Goswani & Bryant, 1990; Hagrvet 1989), and that efforts to develop phonological awareness that were conducted before teaching reading It can predict later reading skills (Mann 1991; Wagner & Torgesen 1987). Istilah kesadaran linguistik digunakan secara luas, yang mencakup bermacam-macam tugas, seperti menilai ada atau tidaknya persanjakan, kemampuan untuk menguraikan kata menjadi segmen-segmen bunyi, menghitung jumlah kata dalam kalimat dan jumlah suku kata dalam satu kata, mendeteksi morfem dalam kata-kata, dan menilai kebenaran sintaktik dan gramatik. The term linguistic awareness is widely used, which includes a variety of tasks, such as assessing whether or not persanjakan, the ability to decompose words into sound segments, counting the number of words in sentences and the number of syllables in a word, detecting morphemes in words , and assess the truth of syntactic and gramatik. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, kesadaran fonologi adalah kemampuan anak untuk menganalisis struktur bunyi kata, sedangkan kesadaran fonemik mengacu secara spesifik pada kesadaran tentang adanya fonem-fonem (bunyi) yang berbeda-beda. Penelitian yang dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan membaca dengan memberikan latihan fonologi dan fonem kepada anak sebelum atau selama pengajaran membaca telah berhasil dengan baik (Bradley 7 Bryant 1983; Cunningham 1990; Hatcher, Hulmer & Ellis 1994; Lundberg, Frost & Petersen 1988). As already noted above, phonological awareness is the ability to analyze the sound structure of words, whereas phonemic awareness specifically refers to the awareness of the existence of the phonemes (sound) different. Research is intended to improve reading skills by providing phonological exercises and phonemes to the child before or during the teaching of reading has been working well (7 Bradley Bryant 1983; Cunningham 1990; Hatcher, Hulmer & Ellis 1994; Lundberg, Frost & Petersen 1988). <br />Dibandingkan dengan kesadaran fonologi, kesadaran morfologi belum begitu banyak diperhatikan dalam penelitian tentang pengajaran membaca dan gangguan membaca. Compared with phonological awareness, morphological awareness has not so much attention in research on teaching reading and reading disorders. Sebuah morfem adalah unsur makna yang paling mendasar. A morpheme is the element most basic meaning. Kesadaran morfologi adalah kemampuan untuk menyadari dan memanipulasi morfem-morfem, pasangan unit-unit kata terkecil yang mengandung makna. Morphological awareness is the ability to recognize and manipulate morphemes, partner units containing the smallest word meaning. <br />Terdapat bukti bahwa ada hubungan antara kesadaran morfologi dan perkembangan membaca (Fowler & Liberman 1995). There is evidence that there is a relationship between morphological awareness and reading development (Fowler & Liberman 1995). Henry (1993) menunjukkan bahwa pengetahuan siswa kelas tiga dan kelas lima tentang pola-pola morfologi serta kinerjanya dalam membaca dan mengeja meningkat setelah menerima pengajaran tentang bahasa asalnya dan pola morfem bahasa Inggris. Henry (1993) shows that the knowledge of third grade students and five classes of morphological patterns and their performance in reading and spelling improved after receiving instruction on native language and English language morpheme patterns. Demikian pula, studi di Denmark melaporkan hasil yang menggembirakan dari suatu studi pelatihan yang mengajarkan morfologi kepada siswa Denmark usia sepuluh hingga dua belas tahun yang mengalami kesulitan membaca (Elbro & Arnbak 1996). Similarly, the Danish study reported encouraging results from a training course that teaches students Danish morphology to the age of ten to twelve years who have difficulty reading (Elbro & Arnbak 1996). <br />Lyster (1997, dalam pers) melaporkan dampak pelatihan kesadaran fonologi dan morfologi di taman kanak-kanak terhadap perkembangan ejaan dan membaca di kelas satu. Lyster (1997, in press) report the impact of phonological awareness training and morphology in the kindergarten to the development of spelling and reading in first grade. Dampak pelatihan morfologi itu sangat jelas pada kelompok anak yang ketika intervensi dimulai sudah memiliki kesadaran fonologi yang sudah relatif baik. Morphology of the impact of training was very clear on that child when the group began the intervention have phonological awareness which is relatively good. Oleh karena itu, Pelatihan terhadap anak-anak prasekolah yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan kesadaran morfologinya akan berdampak relatif kecil pada perkembangan membaca pada kelas satu sekolah dasar jika kemampuan fonologi anak itu rendah (lihat Fowler dan Liberman 1995 untuk pembahasan lebih lanjut). Therefore, training for preschool children which aims to develop knowledge and awareness of morphology will be relatively small impact on the development of reading in primary school class if the child's phonological ability is low (see Fowler and Liberman 1995 for further discussion). Di pihak lain, morfem mempunyai struktur fonologi. On the other hand, morpheme phonological structure. Oleh karena itu, pelatihan morfem akan juga berkontribusi pada perkembangan kesadaran fonologi. Therefore, training morpheme will also contribute to the development of phonological awareness. Jika anda membaca bahasa Inggris dan tahu tentang bentuk jamak yang berakhiran -s, struktur ortografik dengan akhiran -ing dalam kata-kata seperti singing dan dancing, dan berbagai awalan seperti un-dalam kata unhappy atau mis- dalam kata misbehave, maka akan mudah bagi anda memahami kata-kata itu. If you read English and know about the plural ending-s, orthographic structure with the suffix-ing in words like singing and dancing, and various prefixes such as un-in a word mis-unhappy or misbehave in a word, it will be easy for you understand the words. Memahami isi morfem-morfem ini juga akan membantu anak dalam mengembangkan kosa kata baru. Understanding the contents of these morphemes will also help children develop new vocabulary. <br />Mengetahui bahwa awalan un- di depan kata happy membuat kata tersebut mempunyai makna yang berlawanan, dapat membantu anak menciptakan kata-kata baru seperti unlikely, unsatisfied dll. Knowing that the prefix un-in front of the word happy to make these words have opposite meanings, can help children create new words like Unlikely, etc. unsatisfied. <br />E. Perkembangan membaca dan gangguan membaca <br />The development of reading and reading disorders <br />Menurut model membaca dual-route (dua arah), ada dua strategi yang digunakan ketika membaca kata-kata (Coltheart 1978), yaitu strategi fonematik dan strategi ortografik. According to the model of reading dual-route (both directions), there are two strategies used when reading the words (Coltheart 1978), namely fonematik strategy and orthographic strategy. Model-model ini masih mendapatkan dukungan yang kuat. These models still have strong support. Strategi fonologi/fonematik melibatkan penggunaan kaidah konversi grafem-fonem untuk memperoleh akses leksikal ke stimulus tulisan, dan strategi ortografik melibatkan akses leksikal langsung yang memetakan konfigurasi ortografik dari sebuah kata secara langsung ke penyimpanan visual internal di dalam leksikon (Siegel 1993). Phonological strategy / fonematik rules involving the use of grapheme-phoneme conversion for lexical access to the stimulus text, and orthographic strategy involves direct lexical access that maps orthographic configuration of a word directly to internal storage in the visual lexicon (Siegel 1993). Pengetahuan dan kesadaran morfologi merupakan satu elemen penting bila menggunakan strategi ortografik. Namun, sejauh tertentu, kemampuan awal anak untuk menggunakan kedua strategi tersebut tergantung pada keteraturan bahasa yang digunakan untuk membaca. Knowledge and awareness of morphology is an important element when using orthographic strategies. However, a certain extent, the beginning of a child's ability to use both these strategies depends on the regularity of the language used for reading. Bahasa Inggris, misalnya, sangat tidak teratur dibanding bahasa Jerman dan bahasa Norwegia (lihat misalnya Hagtvet & Lyster, dalam pers). English, for example, is very irregular compared to German and Norwegian language (see eg Hagtvet & Lyster, in press). Satu fonem atau bunyi dalam bahasa Inggris sering kali digambarkan dengan banyak grafem, sedangkan sebagian besar bunyi dalam bahasa Norwegia selalu terkait dengan grafem yang sama. One phonemes or sounds in the English language is often described by many graphemes, whereas most of the sounds in the Norwegian language is always associated with the same grapheme. Dalam bahasa Inggris, bahasa tulis juga mempunyai lebih banyak grafem yang terdiri dari dua atau tiga huruf daripada bahasa Norwegia, misalnya, di mana sebagian besar bunyi hanya digambarkan dengan satu huruf atau satu grafem yang terdiri dari satu huruf. In English, the language has also written more graphemes consisting of two or three letters than the Norwegian language, for example, where most of the sound is only represented by one letter or one graphemes consisting of one letter. <br />Pelatihan keterampilan fonologi tampaknya mempunyai dampak yang sangat kuat terhadap membaca bila anak diajarkan tentang hubungan antara bunyi dan huruf dan bila pelatihan kesadaran fonemik dikaitkan secara eksplisit dengan tulisan (Ball & Blachman 1988; Bradley dan Bryant 1983; Hatcher, Hulme, & Ellis 1994). Phonological skills training seems to have a powerful impact on reading when children are taught about the relationship between sounds and letters and if the phonemic awareness training is explicitly linked with the words (Ball & Blachman 1988; Bradley and Bryant 1983; Hatcher, Hulme, & Ellis 1994). Pelatihan kesadaran morfologi juga akan lebih efektif jika aktivitas oral dikaitkan dengan tulisan. Morphological awareness training will also be more effective if the activity associated with oral writing. Sistem tulisan yang alfabetik biasanya digambarkan sebagai morfo-fonemik, karena representasi kata-kata sesuai dengan kombinasi antara prinsip morfemik dan prinsip fonemik. Alphabetical writing system is usually described as morfo-phonemic, because the representation of words according to the combination of principle and the principle of phonemic morfemik. <br />Agar menjadi pembaca yang kompeten, anak harus menggunakan kedua prinsip tersebut (Adams 1990). In order to become competent readers, children need both of those principles (Adams 1990). Bila seorang anak belajar membaca atau mengeja, penting untuk pertama-tama mengases apakah anak tersebut tahu semua hubungan bunyi-grafem, dan apakah unit-unit yang lebih besar seperti morfem dapat langsung dikenalinya ketika dia membaca. When children learn to read or spell, it is important to first assess whether the child knows all the sound-grapheme relationships, and whether the units are larger as can be instantly recognizable morpheme as he read. <br />Wimmer dan Goswami (1994) menekankan bahwa untuk dapat membaca cepat dengan pemahaman, anak yang belajar membaca dalam ortografi yang alfabetik perlu mengembangkan strategi pengenalan kata secara langsung dan tidak belajar ucapan lewat penerjemahan grafem-fonem (hal. 102). Wimmer and Goswami (1994) emphasized that to be able to read faster with comprehension, children who learn to read in alphabetical orthography need to develop strategies for the introduction of direct words and do not learn words through grapheme-phoneme translation (p. 102). Kesadaran akan prinsip ini mungkin penting untuk mengidentifikasi kata-kata secara cepat. Awareness of this principle may be important to identify words quickly. Anak-anak yang belajar tentang prinsip morfologi bahasa tulis di samping prinsip alfabetik dapat memperoleh keuntungan tambahan bila mengidentifikasi kata-kata yang tertulis, setidaknya jika mereka sudah belajar hubungan antara huruf dan bunyi. Children who learn about the principles of written language morphology in addition to the principle of alphabetical can obtain additional benefits when identifying the words written, at least if they've studied the relationship between letters and sounds. Tampaknya mereka mampu mengidentifikasi struktur yang lebih besar, misalnya struktur yang mewakili unsur-unsur gramatik, secara lebih mudah dan lebih cepat dibanding anak-anak yang tidak memiliki pengetahuan tentang prinsip morfematik. Apparently they are able to identify a larger structure, such as structures that represent the elements gramatik, more easily and more quickly than children who do not have knowledge of the principles morfematik. <br />Pola-pola kesulitan membaca yang digambarkan dalam model-model seperti yang dikemukakan oleh Spear-Swerling dan Sternberg (1994) mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor biologis dan lingkungan. Patterns of reading difficulties described in the models as proposed by Spear-Swerling and Sternberg (1994) may be caused by various factors, including biological and environmental factors. Anak mungkin keluar dari jalur pada titik-titik tertentu menuju kemampuan membaca yang baik, dan perbedaan individual dalam hal temperamen, motivasi dan inteligensi secara keseluruhan mungkin terkait dengan variabel-variabel lingkungan untuk menentukan jalur belajar membaca yang akan diambilnya. Children may be out of line at certain points to good reading skills, and individual differences in temperament, motivation and intelligence as a whole may be associated with environmental variables to determine the learning path that will take to read. Sekali seorang anak atau remaja “terperosok” ke dalam rawa ekspektasi negatif, motivasi yang rendah dan tingkat praktek yang rendah, maka akan semakin sulit bagi mereka untuk kembali ke jalan menuju kemampuan membaca yang baik (Spear-Swerling dan Sternberg 1994). Once a child or adolescent "fall" into the swamp of negative expectations, low motivation and low levels of practice, it will be increasingly difficult for them to return to the path to good reading skills (Spear-Swerling and Sternberg 1994). <br />Anak-anak tertentu, khususnya mereka yang disleksia, tidak akan pernah mampu membaca dengan kecepatan tinggi dan akan selalu mengalami kesulitan mengembangkan kemampuan mengeja yang sesuai usia. Certain children, especially those who are dyslexia, will never be able to read with high speed and will always have trouble spelling skills develop with age. Disleksia dipandang sebagai gangguan biologis yang dimanifestasikan dengan kesulitan dalam belajar membaca dan mengeja walaupun diberi pengajaran konvensional dan memiliki kecerdasan yang memadai (Snowling, 1987). Dyslexia is seen as a biological disorder manifested by difficulty in learning to read and spell despite conventional instruction was given and have sufficient intelligence (Snowling, 1987). Akan tetapi, penting untuk dikemukakan kembali bahwa disposisi genetik ini kecil dampaknya terhadap perkembangan jika intervensi dini pada masa kanak-kanak dan masa sekolah difokuskan pada pemberian program linguistik yang memuaskan kepada semua anak untuk pengembangan kemampuan membaca dan mengejanya – dan penting untuk diingat bahwa keterampilan membaca berkembang melalui latihan praktis. Semakin banyak anak membaca, akan semakin besar kemungkinannya untuk menjadi pembaca yang baik. However, it is important to put forward again that this genetic disposition of a small impact on the development if early intervention in childhood and school years focused on providing a satisfactory linguistic programs for all children to develop the ability to read and spell - and it is important to remember that reading skills developed through practical exercises. The more children read, will be more likely to become good readers. Kenyataan ini juga berlaku bagi mereka yang mengalami kesulitan khusus mengembangkan keterampilan membaca yang sesuai usia yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan, kognitif atau bahkan genetik seperti disleksia. This fact also applies to those who have special difficulties develop reading skills appropriate age due to environmental factors, cognitive or even genetic as dyslexia.<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3700452582633721633.post-7715207997996919112010-01-02T08:45:00.000-08:002010-01-02T08:47:05.741-08:00FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMUPENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU<br /><br />A. PENGERTIAN FILSAFAT<br />Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan di kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).<br />Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.<br />Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.<br />Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.<br />Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.<br />Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel Kant (dalam Kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).<br />Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.<br />Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah. Lebih jauh, Jujun S. Suriasumantri (1982:22), –dengan meminjam pemikiran Will Durant– menjelaskan hubungan antara ilmu dengan filsafat dengan mengibaratkan filsafat sebagai pasukan marinir yang berhasil merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan.<br />Untuk melihat hubungan antara filsafat dan ilmu, ada baiknya kita lihat pada perbandingan antara ilmu dengan filsafat dalam bagan di bawah ini, (disarikan dari Drs. Agraha Suhandi, 1992)<br />Ilmu Filsafat<br />1. Segi-segi yang dipelajari dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti<br />2. Obyek penelitian yang terbatas<br />3. Tidak menilai obyek dari suatu sistem nilai tertentu.<br />4. Bertugas memberikan jawaban 1. Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban.<br />2. Mencari prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan keseluruhan<br />3. Keseluruhan yang ada<br />4. Menilai obyek renungan dengan suatu makna, misalkan , religi, kesusilaan, keadilan dsb.<br />5. Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu<br />B. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan.<br />Ilmu Sejarah telah dapat membuktikan tentang pengungkapan ilmiah manusia yang sangat menonjol di dunia adalah di zaman Yunani Kuno (abad IV dan V S.M). Bangsa Yunani ditakdirkan Allah sebagai manusia yang mempunyai akal jernih. Bagi mereka ilmu itu adalah suatu keterangan rasional tentang sebab-musabab dari segala sesuatu didunia ini. Dunia adalah kosmos yang teratur dengan aturan kausalitas yang bersifat rasional. Demikianlah tiga dasar yang menguasai ilmu orang Yunani pada waktu itu, yaitu: Kosmos, Kausalitas dan Rasional. Pada hakikatnya kelahiran cara berfikir ilmiah itu merupakan suatu revolusi besar dalam dunia ilmu pengetahuan, karena sebelum itu manusia lebih banyak berpikir menurut gagasan-gagasan magi dan mitologi yang bersifat gaib dan tidak rasional.<br />Dengan berilmu dan berfilsafat manusia ingin mencari hakikat kebenaran daripada segala sesuatu Dalam berkelana mencari pengetahuan dan kebenaran itu menusia pada akhirnya tiba pada kebenaran yang absolut atau yang mutlak yaitu ‘Causa Prima’ daripada segala yang ada yaitu Allah Maha Pencipta, Maha Besar, dan mengetahui. Oleh karena itu kita setuju apabila disebutkan bahwa manusia itu adalah mahluk pencari kebenaran. Di dalam mencari kebenaran itu manusia selalu bertanya.<br />Dalam kenyataannya makin banyak manusia makin banyaklah pertanyaan yang timbul. Manusia ingin mengetahui perihal sangkanparannya, asal mula dan tujuannya, perihal kebebasannya dan kemungkinan-kemungkinannya. Dengan sikap yang demikian itu manusia sudah menghasilkan pengetahuan yang luas sekali yang secara sistematis dan metodis telah dikelompokan kedalam berbagai disiplin keilmuwan. Namun demikian karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka sejumlah besar pertanyaan tetap relevan dan aktual seperti yang muncul pada ribuan tahun yang lalu, yang tidak terjawab oleh Ilmu pengetahuan seperti antara lain: tentang asal mula dan tujuan manusia, tentang hidup dan mati, tentang hakikat manusia sebagainya.<br />Ketidakmampuan Ilmu pengetahuan dalam menjawab sejumlah pertanyaan itu, maka Filasafat tempat menampung dan mengelolahnya. Filsafat adalah ilmu yang tanpa batas, tidak hanya menyelidiki salah satu bagian dari kenyataan saja, tetapi segala apa yang menarik perhatian manusia.<br />C. Definisi Ilmu Pengetahuan dan Filsafat<br />J. Arthur Thompson dalam bukunya” An Introducation to Science” menuliskan bahwa ilmu adalah diskripsi total dan konsisten dari fakta-fakta empiri yang dirumuskan secara bertanggung jawab dalam istilah- istilah yang sederhana mungkin.<br />Untuk menjelaskan perbedaan antara Ilmu Pengetahuan dan Filsafat, baiklah dikemukakan rumusan Filsafat dari filsuf ulung Indonesia Prof. DR. N. Driyarkara S.Y., yang mengatakan “Filsafat adalah pikiran manusia yang radikal, artinya yang dengan mengesampingkan pendirian-pendirian dan pendapat- pendapat yang diterima saja, mencoba memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain pandangan dan sikap praktis. Jika filsafat misalnya bicara tentang masyarakat, hukum, sisiologi, kesusilaan dan sebagainya, di satu pandangan tidak diarahkan ke sebab-sebab yang terdekat, melainkan ‘ke’mengapa’ yang terakhir sepanjang kemungkinan yang ada pada budi manusia berdasarkan kekuatannya itu.<br />“Filsafat adalah ilmu Pengetahuan dan Teknologi, filsafat tidak memperlihatkan banyak kemajuan dalam bidang penyelidikan. Ilmu pengetahuan dan Teknologi bahkan melambung tinggi mencapai era nuklir dan sudah diambang kemajuan dalam mempengaruhui penciptaan dan reproduksi manusia itu sendiri dengan revolusi genitika yang bermuara pada bayi tabung I di Inggris serta diambang kelahiran kurang lebih 100 bayi tabung yang sudah hamil tua.<br />Di satu pihak fakta yang tak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berutang kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, berupa penciptaan sarana yang memudahkan pemenuhan kebutuhan manusia untuk hidup sesuai dengan kodratnya. Inilah dampak positifnya disatu pihak sedangkan dipihak lainnya bdampak negatifnya sangat menyedihkan.<br />Bahwa ilmu yang bertujuan menguasai alam, sering melupakan faktor eksitensi manusia, sebagai bagian daripada alam, yang merupakan tujuan pengembangan ilmu itu sendiri kepada siapa manfaat dan kegunaannya dipersembahkan. Kemajuan ilmu teknologi bukan lagi meningkatkan martabat manusia itu, tetapi bahkn harus dibayar dengan kebahagiaannya. Berbagai polusi dan dekadensi dialami peradaban manusia disebabkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu. Dalam usahanya pendidikan keilmuwan bukanlah semata-mata ditujukan untuk menghasilkan ilmuwan yang pandai dan trampil, tetapi juga bermoral tinggi.<br />D. Abstraksi<br />Untuk menerangkan selanjutnya hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan, baiklah dikemukakan pendapat Aristoteles tentang abstraksi. Menurut beliau pemekiran manusia melampaui 3 jenis abstraksi (kata Latin ‘abstrahere’ yang berarti menjauhkan diri, mengambil dari).<br />Dari setiap jenis abstraksi itu menghasilkan satu jenis pengetahuan yaitu :<br />1) pengetahuan fisis<br />2) pengetahuan matematis,<br />3) pengetahuan teologis.<br />a) Pengetahuan Fisis<br />Dalam kenyataannya manusia mulai berpikir bila ia mengamati, mengobservasi sesuatu. Faktor keheranan, kesangsian dan kesadaran akan keterbatasan manusia barulah timbul setelah pengamatan atau observasi lebih dahulu. <br />Peranan ratio atau akal budi manusia melepaskan (mengabstrahir) dari pengamatan inderawi suatu segi-segi tertentu yaitu materi yang dapat dirasakan ratio atau akal budi manusia bersama dengan materi yang 'abstrak' itu menghasilkan pengetahuan yang disebut "fisika' (dari kataYunani 'Physos' = alam).<br />b) pengetahuan Matematis atau Matesis<br />Selanjutnya manusia masih mempunyai kemampuan untuk dapat mengabstrahir atau melepaskan lebih banyak lagi Bahwa kita dapat melepaskan materi yang kelihatan dari semua perubahan yang terjadi.<br />Hal ini dapat terjadi bila ratio atau akal budi manusia dapat melepaskan dari materi hanya segi yang dapat dimengerti saja. Dengan kemampuan abstraksi ini manusia dapatlah menghitung dan mengukur, karena perbuatan menghitung. dan mengukur itu mungkin lebih dari semua gejala dan semua perubahan dengan menutup indera mata Adapun jenis pengetahuan yang dihasilkan oleh abstraksi ini disebut 'matesis' (matematika) (kata Yunani'mathesist = pengetahuan ilmu).<br />c) Pengetahuan Teologis atau Filsafat Pertama<br />Pada tahap terakhir manusia juga dapat mengabstrahir dari semua materi, baik materi yang dapat diamati, maupun yang dapat diketahui. Apabila manusia berpikir tentang keseluruhan realitas tentang sangkanparannya (asal mula dan tujuannya), tentang jiwa manusia, tentang cita dan citranya, tentang realitas yang paling luhur, tentang Tuhan, maka berarti tidak hanya terbatas pada bidang fisika saja tetapi juga bidang matematika yang sudah ditinggalkannya.<br />Di sini terbukti bahwa semua jenis pengamatan tidak berguna. lagi Adapun jenis berpikir ini disebut 'teologi' atau filsafat pertama,<br />Sesuai dengan tradisi setelah Aristoteles pengetahuan jenis ketiga ini, disebut 'rnetafisika, bidang yang datang setelah (meta') fisika. Menurut Aristoteles baik bidang metafisika, bidang matematika maupun bidang fisika, masih merupakan kesatuan yang keseluruhannya disebut ’filsafat' atau metafisika.<br />Pikiran atau ratio manusia, melalui penalaran analitik dan non-analitik. Dalam pikiran manusia ini lahirlah pengetahuan yang pertama beberapa ribu tahun yang lalu yaitu filsafat. Dalam usaha menjawab tantangan hidup manusia maka fase berikutnya lahirlah Ilmu-ilmu Alam (Natural Philosophy) dan Ilmu-ilmu Sosial (Moral philosophy).<br />Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya secara empiris. Batas penjelajahan ilmu sempit sekali, hanya sepotong atau sekeping saja dari sekian permasalahan kehidupan manusia, bahkan dalam batas pengalaman manusia itu, ilmu hanya berwenang menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan. Demikian pula tentang baik buruk, semua itu (termasuk ilmu) berpaling kepada sumber-sumber moral (filsafat Etika), tentang indah dan jelek (termasuk ilmu) semuanya berpaling kepada pengkajian filsafat Estetika. Ilmu tanpa (bimbingan moral) agama adalah buta ”, demi kian kata tokoh Einstein. Kebutuaan moral dari ilmu itu mungkin membawa kemanusiaan kejurang malapetaka.<br />Relativitas atau kenisbian ilmu pengetahuan bermuara kepada filsafat dan relativitas atau kenisbian ilmu pengatahuan serta filsafat bermuara kepada agama. Filsafat ialah ’ ilmu istimewa’ yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah itu berada di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk dapat memahami dan mendalami secara radikal integral daripada segala sesuatu yang ada mengenai :<br />a) Hakikat Tuhan<br />b) Hakikat alam semesta, dan<br />c) Hakikat manusia termasuk sikap manusia terhadap hal tersebut sebagai konsekuensi logis daripada pahamnya tersebut.<br />Adapun titik perbedaanya adalah sebagai berikut :<br />a. Ilmu dan filsafat adalah hasil dari sumber yang sama yaitu : ra’yu (akal, budi, ratio, reason, nous, rede, ver nunft) manusia. Sedangkan agama bersumber dari Wahyu Allah.<br />b. Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyeledikan, pengalaman (empiri) dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara mengelanakan atau mengembarakan akal budi secara redikal (mengakar), dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalam),tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali ikatan tangannya sendiri yang disebut ’logika’<br />Manusia dalam mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan pelbagi masalah asasi dari suatu kepada kitab Suci, kondifikasi Firman Allah untuk manusia di permukaan planet bumi ini.<br />Kebenaran ilmu pengetahuan ialah kebenaran positif, kebenaran filsafat ialah kebenaran spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiri, riset, eksperimen). Kebenaran ilmu pengetahuan dan filsafat keduanya nisbi (relatif).<br />Dengan demikian terungkaplah bahwa manusia adalah mahluk pencari kebenaran. Di dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran itu terdapat tiga buah jalan yang ditempuh manusia yang sekaligus merupakan institut kebenaran yaitu : Ilmu, filsafat dan Agama.<br />E. Filsafat Ilmu :<br />Hampir semua penyakit dan ilmu dapat dipelajari oleh kita. Semua itu berangkat dari filsafat. Filsafat itu ibarat pondasi dalam sebuah bangunan. Filsafat (mencari kebenaran versi manusia) mulanya berasal dari data empiris. Filsafat ilmu adalah ikhtiar manusia untuk memahami pengetahuan agar menjadi bijaksana. Dengan filsafat ilmu keabsahan atau cara pandang harus bersifat ilmiah. Filsafat ilmu memperkenalkan knowledge dan science yang dapat ditransfer melalui proses pembelajaran atau pendidikan.<br />Filsafat ilmu adalah filsafat yang menelusuri dan menelidiki sedalam dan seluas mungkin segala sesuatu mengenai semua ilmu, terutama hakekatnya, tanpa melupakan metodenya. Kerapkali kita lihat ilmu filsafat dipandang sebagai ilmu yang abstrak dan berada di awang-awang saja, padahal ilmu filsafat itu dekat dan berada dalam kehidupan kita sehari. Benar, filsafat bersifat tidak konkrit, karena menggunakan metode berpikir sebagai cara pergulatannya dengan realitas hidup kita.<br />Filsafat , philosophy, dalam bahasa Inggeris, atau philosophya dalam Yunani mempunyai arti cinta akan kebijaksanaan. Philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi. Dari pengertian tersebut filsafat sebenarnya amat dekat dengan realitas kehidupan kita. Untuk mengerti apa filsafat itu, orang perlu menggunakan akal budinya untuk merenungkan realitas hidupnya, “apa itu hidup? Mengapa saya hidup? Akan kemana saya hidup? Tentunya pertanyaan tersebut sejatinya muncul alamiah bila akal budi kita dibiarkan bekerja. Persoalannya, apakah orang atau peminat filsafat sudah membiarkan akal budinya bekerja dengan baik memandang realitas? Aristoteles menyebut manusia sebagai “binatang berpikir”. Tapi kita para guru menganggapnya sebagai ”Makhluk Allah” yang berakal dan berbudi serta memiliki akhlak mulia. Untuk mencapai hal itu diperlukan ilmu yang bernama Ilmu Pendidikan.<br />F. Filsafat Ilmu dan Aplikasinya dalam Pendidikan<br />Aspek filsafat sesungguhnya merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kinerja dan mutu pendidikan di suatu negara, meskipun bukan satu-satunya determinan. Di samping kajian filsafat mengenai eksistensi ilmu pendidikan, perumusan dan kejelasan filsafat pendidikan itu sendiri akan menentukan kebijakan dasar pendidikan, dan selanjutnya menentukan tingkat kemajuan dan perkembangan pendidikan nasional.<br />Atas dasar itu ilmu dan aplikasi pendidikan secara komprehensif membahas berbagai aspek dan persoalan pendidikan teoritis/filosofis, pendidikan praktis, pendidikan disiplin ilmu, dan pendidikan lintas bidang, sangatlah tepat dan strategis. Sejumlah ahli mengungkapkan bahwa di tengah kecendrungan pragmatisme dalam dunia pendidikan, ilmu pendidikan merupakan ilmu yang cenderung kurang berkembang. Ilmu pendidikan bukan saja tidak memiliki daya pikat dan daya tarik yang kuat, tapi juga bersifat konservatif, statis, kurang menghiraukan aspirasi kemajuan, dan semakin terlepas dari konteks budaya masyarakat.<br />Ilmu pendidikan, dengan demikian dianggap mengalami reduksi dan involusi. Salah satu akar persoalannya, ilmu pendidikan dianggap tidak didukung oleh body of knowledge yang relevan dengan masyarakat Indonesia, serta tidak dibangun atas dasar pengetahuan yang relevan dengan perkembangan jiwa dan fisik anak-anak Indonesia.<br />Pada sisi lain, falsafah yang mendasari ilmu pendidikan serta kebijakan dasar pendidikan secara umum, pada saat ini dihadapkan pada konteks masyarakat Indonesia yang sedang berubah, suatu masyaerakat reformasi transisional yang diharapkan menuju masyarakat yang sejahtera, berkeadilan, demokrasi, egaliter, menghargai kenyataan pluralitas masyarakat dan sumber daya, otonomi, dsbnya. Kenyataan ini merupakan tantangan baru di tengah “keringnya” ilmu pendidikan.<br />Tantangan semacam itu, tentu perlu disikapi oleh para pakar pendidikan dengan upaya menemukan dan merumuskan parameter yang bersifat menyeluruh, untuk membangun ilmu pendidikan sebagai ilmu yang multidimensi baik dari segi filsafat (epistemologis, aksiologis, dan ontologis), maupun secara ilmiah. Dari segi ini, yang diinginkan adalah ilmu pendidikan yang berakar dari konteks budaya dan karakteristik masyarakat Indonesia, dan untuk kebutuhan masyarakat Indonesia yang terus berubah. Alangkah pentingnya kita berteori dalam praktek di lapangan pendidikan karena pendidikan dalam praktek harus dipertanggungjawabkan. Tanpa teori dalam arti seperangkat alasan dan rasional yang konsisten dan saling berhubungan maka tindakan-tindakan dalam pendidikan hanya didasarkan atas alasan-alasan yang kebetulan, seketika dan aji mumpung. Hal itu tidak boleh terjadi karena setiap tindakan pendidikan bertujuan menunaikan nilai yang terbaik bagi peserta didik dan pendidik. Bahkan pengajaran yang baik sebagai bagian dari pendidikan selain memerlukan proses dan alasan rasional serta intelektual juga terjalin oleh alasan yang bersifat moral. Sebabnya ialah karena unsur manusia yang dididik dan memerlukan pendidikan adalah makhluk manusia yang harus menghayati nilai-nilai agar mampu mendalami nilai-nilai dan menata perilaku serta pribadi sesuai dengan harkat nilai-nilai yang dihayati itu.<br />Kita baru saja menyaksikan pendidikan di Indonesia gagal dalam praktek berskala makro dan mikro yaitu dalam upaya bersama mendalami, mengamalkan dan menghayati Pancasila. Lihatlah bagaimana usaha nasional besar-besaran selama 20 tahun (1978-1998) dalam P-7 (Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) berakhir kita nilai gagal menyatukan bangsa untuk memecahkan masalah nasional suksesi kepresidenan secara damai tahun 1998, setelah krisis multidimensional melanda dan memporakporandakan hukum dan perekonomian negara mulai pertengahan tahun 1997, bahkan sejak 27 Juli 1996 sebelum kampanye Pemilu berdarah tahun 1997. itu adalah contoh pendidikan dalam skala makro yang dalam teorinya tidak pas dengan Pancasila dalam praktek diluar ruang penataran. Mungkin penatar dan petatar dalam teorinya ber-Pancasila tetapi didalam praktek, sebagian besar telah cenderung menerapkan Pancasila Plus atau Pancasila Minus atau kedua-duanya. Itu sebabnya harus kita putuskan bahwa P-7 dan P-4 tidak dapat dipertanggungjawabkan, setidak-tidaknya secara moral dan sosial. Mari kita kembali berprihatin sesuai ucapan Dr. Gunning yang dikutip Langeveld (1955).<br />“Praktek tanpa teori adalah untuk orang idiot dan gila, sedangkan teori praktek hanya untuk orang-orang jenius”.<br />Ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral. Sebaliknya apabila pendidikan dalam praktek dipaksakan tanpa teori dan alasan yang memadai maka hasilnya adalah bahwa semua pendidik dan peserta didik akan merugi. Kita merugi karena tidak mampu bertanggung jawab atas esensi perbuatan masing-masing dan bersama-sama dalam pengamalan Pancasila. Pancasila yang baik dan memadai, konsisten antara pengamalan (lahiriah) dan penghayatan (psikologis) dan penataan nilai secara internal. Dalam hal ini kita bukan menyaksikan kegiatan (praktek) pendidikan tanpa dasar teorinya tetapi suatu praktek pendidikan nasional tanpa suatu teori yang baik.<br />Pendidikan sebagai gejala sosial dalam kehidupan mempunyai landasan individual, sosial dan kultural. Pada skala mikro pendidikan bagi individu dan kelompok kecil beralngsung dalam skala relatif tebatas seperti antara sesama sahabat, antara seorang guru dengan satu atau sekelompok kecil siswanya, serta dalam keluarga antara suami dan isteri, antara orang tua dan anak serta anak lainnya. Pendidikan dalam skala mikro diperlukan agar manusia sebagai individu berkembang semua potensinya dalam arti perangkat pembawaanya yang baik dengan lengkap.<br />Manusia berkembang sebagai individu menjadi pribadi yang unik yang bukan duplikat pribadi lain. Tidak ada manusia yang diharap mempunyai kepribadian yang sama sekalipun keterampilannya hampir serupa. Dengan adanya individu dan kelompok yang berbeda-beda diharapkan akan mendorong terjadinya perubahan masyarakat dengan kebudayaannya secara progresif. Pada tingkat dan skala mikro pendidikan merupakan gejala sosial yang mengandalkan interaksi manusia sebagai sesama (subyek) yang masing-masing bernilai setara. Tidak ada perbedaan hakiki dalam nilai orang perorang karena interaksi antar pribadi (interpersonal) itu merupakan perluasan dari interaksi internal dari seseorang dengan dirinya sebagai orang lain, atau antara saya sebagai orang kesatu (yaitu aku) dan saya sebagai orang kedua atau ketiga (yaitu daku atau-ku; harap bandingkan dengan pandangan orang Inggris antara I & me).<br />Pada skala makro pendidikan berlangsung dalam ruang lingkup yang besar seperti dalam masyarakat antar desa, antar sekolah, antar kecamatan, antar kota, masyarakat antar suku dan masyarakat antar bangsa. Dalam skala makro masyarakat melaksanakan pendidikan bagi regenerasi sosial yaitu pelimpahan harta budaya dan pelestarian nilai-nilai luhur dari suatu generasi kepada generasi muda dalam kehidupan masyarakat. Diharapkan dengan adanya pendidikan dalam arti luas dan skala makro maka perubahan sosial dan kestabilan masyarakat berangsung dengan baik dan bersama-sama. Pada skala makro ini pendidikan sebagai gejala sosial sering terwujud dalam bentuk komunikasi terutama komunikasi dua arah. Dilihat dari sisi makro, pendidikan meliputi kesamaan arah dalam pikiran dan perasaan yang berakhir dengan tercapainya kemandirian oleh peserta didik. Maka pendidikan dalam skala makro cenderung dinilai bersifat konservatif dan tradisional karena sering terbatas pada penyampaian bahan ajar kepada peserta didik dan bisa kehilangan ciri interaksi yang afektif.<br />Adanya aspek-aspek lahiriah, psikologis dan rohaniah seperti disebut tadi mengisyaratkan bahwa manusia dalam fenomena (situasi) pendidikan adalah paduan antara manusia sebagai sebagai fakta dan manusia sebagai nilai. Tiap manusia bernilai tertentu yang bersifat luhur sehingga situasi pendidikan memiliki bobot nilai individual, sosial dan bobot moral. Itu sebabnya pendidikan dalam praktek adalah fakta empiris yang syarat nilai berhubung interaksi manusia dalam pendidikan tidak hanya timbal balik dalam arti komunikasi dua arah melainkan harus lebih tinggi mencapai tingkat maniusiawi seperti saya atau siswa mendidik diri sendiri atas dasar hubungan pribadi dengan pribadi (higher order interactions) antar individu dan hubungan intrapersonal secara afektif antara saya (yaitu I) dan diriku (diri sendiri yaitu my self atau the self).<br />Adapun manusia sebagai fakta empriris tentu meliputi berbagai variabel dan hubungan variabel yang terbatas jumlahnya dalam telaah deskriptif ilmu-ilmu. Sedangkan jumlah variabelnya amat banyak dan hubungan-hubungan antara variabel amat kompleks sifatnya apabila pendidik memelihara kualitas interaksinya dengan peserta didik secra orang perorang (personal). Artinya sifat manusiawi dari pendidikan (manusia dalam pendidikan) harus terpelihara demi kualitas proses dan hasil pendidikan. Pemeliharaan itulah yang menuntut agar pendidik siap untuk bertindak sewaktu-waktu secara kreatif (berkiat menciptakan situasi yang pas, apabila perlu. Misalnya atas dasar diagnostik klinis) sekalipun tanpa prognosis yang lengkap namun utamanya berdasarkan sikap afektif bersahabat terhadap terdidik. Kreativitas itu didasarkan kecintaan pendidik terhadap tugas mendidik dan mengajar, itu sebabnya gejala atau fenomena pendidikan tidak dapat direduksi sebagai gejala sosial atau gejala komunikasi timbal balik belaka. Apabila ilmu-ilmu sosial atau behavioral mampu menerapkan pendekatan dan metode ilmiah (Pearson, 1900) secara termodifikasi dalam telaah manusia melalui gejala-gejala sosial, apakah ilmu pendidikan harus bertindak serupa untuk mengatasi ketertinggalan- nya khususnya ditanah air kita?<br />Pendidik memang harus bertindak pada latar mikro termasuk dalam kelas atau di sekolah kecil, mempengaruhi peserta didik dan itu diapresiasi oleh telaah pendidikan berskala mikro, yaitu oleh paedagogik (teoritis) dan andragogi (suatu pedagogic praktis). Itu sebabnya ilmu pendidikan harus lebih inklusif daripada pengajaran (yang makro) lebih utama daripada mengajar dan mendidik. Bahkan kegiatan pengajaran disekolah memerlukan perencanaan dalam arti penyusunan persiapan mengajar. Dalam pandangan ilmu pendidikan yang otonom, ruang lingkup pengajaran tidak dengan sendirinya mencakup kegiatan mendidik dan mengajar.<br />Atas dasar pokok-pokok pikiran tentang aspek lahiriah, psikologis dan rohaniah dari manusia dalam fenomena pendidikan maka pendidikan dalam praktek haruslah secara lengkap mencakup bimbingan, mendidik, mengajar dan pengajaran. <br />Dalam fenomena yang normal peserta didik dapat didorong aga belajar aktif melalui bimbingan dan mengajar. Tetapi adakalanya dalam situasi kritis siswa perlu meniru cara guru yang aktif belajar sendiri. Itu sebabnya perundang-undangan pendidikan kita sebenarnya perlu diluruskan, pada satu sisi agar upaya mendidik terjadi dalam keluarga secara wajar, disisi lain agar pengajaran disekolah meliputi dimensi mendidik dan mengajar. Lagi pula bahwa diferensisasi dan fungsi sekolah sebagai lembaga pendidikan perlu ditentukan utamanya harus melakukan pengajaran dan mengelola kurikulum formal sebagai aspek spesialisasinya agar beroperasi efisien. Sedangkan konsep pendidikan yang juga mencakup program latihan (UU. No. 2/1989 Pasal 1 butir ke-1) adalah suatu konstruk yang amat luas dilihat dari perspektif sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.<br />Maka konsep pendidikan yang memerlukan ilmu dan seni ialah proses atau upaya sadar antar manusia dengan sesama secara beradab, dimana pihak kesatu secara terarah membimbing perkembangan kemampuan dan kepribadian pihak kedua secara manusiawi yaitu orang perorang. Atau bisa diperluas menjadi makro sebagai upaya sadar manusia dimana warga maysrakat yang lebih dewasa dan berbudaya membantu pihak-pihak yang kurang mampu dan kurang dewasa agar bersama-sama mencapai taraf kemampuan dan kedewasaan yang lebih baik (Phenix, 1958:13), Buller, 1968:10).<br />Dalam arti ini juga sekolah laboratorium akan memerlukan jalinan praktek ilmu dan praktek seni. Sebaliknya butir 1 pasal 1, UU No. 2 /1989 kiranya kurang tepat sehingga tentu sulit menuntut siswa ber CBSA padahal guru belum tentu aktif belajar, mengingat definisi pendidikan yang makro, yaitu : “Pendidikan ialah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang”.(Lihat pula UU Sisdiknas 2003).<br />Kiranya konsep pendidikan yang demikian kurang mampu memberi isi kepada tujuan dan semangat Bab XIII UUD 1945 yang merujuk bidang pendidikan sebagai amanah untuk mewujudkan keterkaitan erat antara sistem pengajaran nasional dengan kebudayaan kebangsaan. Karena itu dalam lingkup pendidikan menurut skala mikro dan abstark yang lebih makro, pendidik harus juga peduli dengan aspek etis (moral) dan estetis dari pengalamannya berinteraksi dengan peserta didik selain aspek pengetahuan, kebenaran dan perilaku yang disisyaratkan oleh konsep pendidikan menurut undang-undang tadi.<br />Hal ini sesuai dengan pandangan Ki Hajar Dewantara (1950) sebagai berikut “Taman Siswa mengembangkan suatu cara pendidikan yang tersebut didalam Among dan bersemboyan ‘Tut Wuri Handayani’ (mengikuti sambil mempengaruhi). Arti Tut Wuri ialah mengikuti, namun maknanya ialah mengikuti perkembangan sang anak dengan penuh perhatian berdasarkan cinta kasih dan tanpa pamrih, tanpa keinginan menguasai dan memaksa, dan makna Handayani ialah mempengaruhi dalam arti merangsang, memupuk, membimbing, memberi teladan agar sang anak mengembangkan pribadi masing-masing melalui disiplin pribadi”.Demikian bagi Ki Hajar Dewantara pendidikan pada skala mikro tidak terlepas dari pendidikan dalam arti makro, bahkan disipilin pribadi adalah tujuan dan cara dalam mencapai disiplin yang lebih luas.Ini berarti bahwa landasan pendidikan terdapat dalam pendidikan itu sendiri, yaitu faktor manusianya. <br />Dengan demikian landasan-landasan pendidikan tidak mesti dicari diluar fenomena (gejala) pendidikan termasuk ilmu-ilmu lain dan atau filsafat tertentu dari budaya barat. Oleh karena itu data ilmu pendidikan tidak tergantung dari studi ilmu psikologi., fisiologi, sosiologi, antropologi ataupun filsafat. Lagi pula konsep pengajaran (yang makro) berdasarkan kurikulum formal tidak dengan sendirinya bersifat inklusif dan atau sama dengan mengajar. Bahkan dalam banyak hal pengajaran itu tergantung hasilnya dari kualitas guru mengajar dalam kelas masing-masing. Sudah barang tentu asas Tut Wuri Handayani tidak akan menjadikan pengajaran identik dengan sekedar upaya sadar menyampaikan bahan ajar dikelas kepada rombongan siswa mengingat guru harus berhamba kepada kepentingan siswanya.<br />G. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan<br />Uraian diatas mengisyaratkan terhadap dasar-dasar pendidikan bahwa praktek pendidikan sebagai ilmu yang sekedar rangkaian fakta empiris dan eksperimental akan tidak lengkap dan tidak memadai. Fakta pendidikan sebagai gejala sosial tentu sebatas sosialisasi dan itu sering beraspirasi daya serap kognitif dibawah 100 % (bahkan 60 %). Sedangkan pendidikan nilai-nilai akan menuntut siswa menyerap dan meresapi penghayatan 100 % melampaui tujuan-tujuan sosialisasi, mencapai internaliasasi (mikro) dan hendaknya juga enkulturasi (makro). Itulah perbedaan esensial antara pendidikan (yang menjalin aspek kognitif dengan aspek afektif) dan kegiatan mengajar yang paling-paling menjalin aspek kognitif dan psikomotor. Dalam praktek evaluasinya kegiatan pengajaran sering terbatas targetnya pada aspek kognitif. Itu sebabnya diperlukan perbedaan ruang lingkup dalam teori antara pengajaran dengan mengajar dan mendidik.<br />Adapun ketercapaian untuk daya serap internal mencapai 100 % diperlukn tolong menolong antara sesama manusia. Dalam hal ini tidak ada orang yang selalu sempurna melainkan bisa terjadi kemerosotan yang harus diimbangi dengan penyegaran dan kontrol sosial. Itulah segi interdependensi manusia dalam fenomena pendidikan yang memerlukan kontrol sosial apabila hendak mencegah penurunan pengamalan nilai dan norma dibawah 100%. Dalam bahasa Agama disebut ”Hablumminnnaas”<br />Pedagogik sebagai ilmu murni menelaah fenomena pendidikan. Jelaslah bahwa telaah lengkap atas tindakan manusia dalam fenomena pendidikan melampaui kawasan ilmiah dan memerlukan analisis yang mandiri atas data pedagogik (pendidikan anak) dan data andragogi (Pendidikan orang dewasa). Adapun data itu mencakup fakta (das sein) dan nilai (das sollen) serta jalinan antara keduanya. <br />Data faktual tidak berasal dari ilmu lain tetapi dari objek yang dihadapi (fenomena) yang ditelaah Ilmuwan itu (pedagogik dan andragogi) secara empiris. Begitu pula data nilai (yang normative) tidak berasal dari filsafat tertentu melainkan dari pengalaman atas manusia secara hakiki. Itu sebabnya pedagogi dan andragogi memerlukan jalinan antara telaah ilmiah dan telaah filsafah. Tetapi tidak berarti bahwa filsafat menjadi ilmu dasar karena ilmu pendidikan tidak menganut aliran atau suatu filsafat tertentu. Sebaliknya ilmu pendidikan khususnya pedagogik (teoritis) adalah ilmu yang menyusun teori dan konsep yang praktis serta positif sebab setiap pendidik tidak boleh ragu-ragu atau menyerah kepada keragu-raguan prinsipil.<br />Hal ini serupa dengan ilmu praktis lainnya yang mikro dan makro. Seperti kedokteran, ekonomi, politik dan hukum. Oleh karena itu pedagogik (dan telaah pendidikan mikro) serta pedagogik praktis dan andragogi (dan telaah pendidikan makro) bukanlah filsafat pendidikan yang terbatas menggunakan atau menerapkan telaah aliran filsafat normative yang bersumber dari filsafat tertentu. Yang lebih diperlukan ialah penerapan metode filsafah yang radikal dalam menelaah hakikat peserta didik sebagai manusia seutuhnya.Implikasinya jelas bahwa batang tubuh (body of knowledge) ilmu pendidikan haruslah sekurang-kurangnya secara mikro mencakup :<br />• Relasi sesama manusia sebagai pendidik dengan terdidik (person to person relation-ship)<br />• Pentingnya ilmu pendidikan mempergunakan metode fenomenologi secara kualitatif.<br />• Orang dewasa yang berperan sebagai pendidik (educator)<br />• Keberadaan anak manusia sebagai terdidik (learner, student)<br />• Memikiki Tujun pendidikan yang jelas (educational aims and objectives)<br />• Tindakan dan proses pendidikan (educative process), dan<br />• Lingkungan dan lembaga pendidikan (educational institution)<br />• Mengacu kepada Tujuan pendidikan nasional yaitu menjadikan manusia Indonesia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.<br />Itulah lingkup pendidikan yang mikroskopis sebagai hasil telaah ilmu murni ilmu pendidikan dalam arti pedagogik (teoritis dan sistematis). Mengingat pendidikan juga dilakukan dalam arti luas dan makroskopis di berbagai lembaga pendidikan formal dan non-formal, tentu petugas tenaga pendidik di lapangan memerlukan masukan yang berlaku umum berupa rencana pelajaran atau konsep program kurikulum untuk lembaga yang sejenis. Oleh karena itu selain pedagogik praktis yang menelaah ragam pendidikan di berbagai lingkungan dan lembaga formal, informal dan non-formal pendidikan luar sekolah dalam arti terbatas, dengan begitu, batang tubuh diatas tadi diperlukn lingkupannya sehingga meliputi:<br /> Konteks sosial budaya (socio cultural contexs and education)<br /> Filsafat pendidikan (preskriptif) dan sejarah pendidikan (deskriptif)<br /> Teori, pengembangan dan pembinaan kurikulum, serta cabang ilmu pendidikan lainnya yang bersifat preskriptif.<br /> Berbagai studi empirik tentang fenomena pendidikan<br /> Berbagai studi pendidikan aplikatif (terapan) khususnya mengenai pengajaran termasuk pengembangan specific content pedagogy.<br /> Sedangkan telaah lingkup yang makro dan meso dari pendidikan, merupakan bidang telaah utama yang memperbedakan antara objek formal dari pedagogik dari ilmu pendidikan lainnya. Karena pedagogik tidak langsung membicarakan perbedaan antara pendidikan informal dalam keluarga dan dalam kelompok kecil lainnya, dengan pendidikan formal (dan non formal) dalam masyarakat dan negara, maka hal itu menjadi tugas dari andragogi dan cabang-cabang lain yang relevan dari ilmu pendidikan.<br /> Itu sebabnya dalam pedagogik terdapat pembicaraan tentang faktor pendidikan yang meliputi : <br /> tujuan hidup, <br /> landasan falsafah dan yuridis pendidikan, <br /> pengelolaan pendidikan, <br /> teori dan pengembangan kurikulum, <br /> pengajaran dalam arti pembelajaran (instruction) yaitu pelaksanaan kurikulum dalam arti luas di lembaga formal dan non formal terkait.<br />Bidang masalah yang ditelaah oleh teori pendidikan sebagai ilmu ialah sekitar manusia dan sesamanya yang memiliki kesamaan dan keragaman di dalam fenomena pendidikan. Yang menjadi inti ilmu pendidikan teoritis ialah Pedagogik sebagai ilmu mendidik yaitu mengenai tealaah (atau studi) pendidikan anak oleh orang dewasa. <br />Pedagogik teoritis selalu bersifat sistematis karena harus lengkap problematik dan pembahasannya. Tetapi pendidikan (atau pedagogi) diperlukan juga oleh semua orang termasuk orang dewasa dan lanjut usia. Karena itu selain cabang pedagogik teoritis sistematis juga terdapat cabang-cabang pedagogik praktis, diantaranya pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal dalam keluarga, andragogi (pendidikan orang dewasa) dan gerogogi (pendidikan orang lansia), serta pendidikan non-formal sebagai pelengkap pendidikan jenjang sekolah dan pendidikan orang dewasa.<br />Di dalam menelaah manusia yang berinteraksi di dalam fenomena pendidikan, ilmu pendidikan khususnya pedagogic merupakan satu-satunya bidang ilmu yang menelaah interaksi itu secara utuh yang bersifat antar dan inter-pribadi. Untunglah ada ilmu lain yang melakukan telaah atas perilaku manusia sebagai individu. Begitu juga halnya atas telaah interaksi sosial, telaah perilaku kelompok dalam masyarakat, telaah nilai dan norma sebagai isi kebudayaaan, dan seterusnya. Ilmu-ilmu yang melakukan telaah demikian dijadikan berfungsi sebagai ilmu bantu bagi ilmu pendidikan. Diantara ilmu bantu yang penting bagi pedagogic dan androgogi ialah : biologi, psikologi, sosiologi, antropologi budaya, sejarah dan fenomenologi (filsafah).<br />a. Pendekatan fenomenologi dalam menelaah gejala pendidikan<br />Pedagogik tidak menggunakan metode deduktif spekulatif dalam investigasinya berdasarkan penjabaran pendirian dasar-dasar filosofis. Pedagogik adalah ilmu pendidikan yang bersifat teoritis dan bukan pedagogik yang filosofis. Pedagogik melakukan telaah fenomenologis atas fenomena yang bersifat empiris sekalipun bernuansa normative. Seperti dikatakan Langeveld (1955) Pedagogik mempergunakan pendekatan fenomenologis secara kualitatif dalam metode penelitiannya :<br />Pedagogik bersifat filosofis dan empiris. Berfikir filosofis pada satu sisi dan di pihak lain pengalaman dan penyelidikan empiris berjalan bersama-sama. Hubungan-hubungan dan gejala yang menunjukkan ciri-ciri pokok dari objeknya ada yang memaksa menunjuk ke konsekunsi yang filosofis, adapula yang memaksakaan konsekunsi yang empiris karena data yang faktual. Pedagogik mewujudkan teori tindakan yang didahului dan diikuti oleh berfikir filosofis. Dalam berfikir filosofis tentang data normative pedagogic didahului dan diikuti oleh oleh pengalaman dan penyelesaikan empiris atas fenomena pendidikan. Itulah fenomena atau gejala pendidikan secara mikro yang menurut Langevald mengandung keenam komponen yang menjadi inti dari batang tubuh pedagogik.<br />b. Kontribusi ilmu-ilmu bantu terhadap pedagogic<br />Ilmu pendidikan khususnya pedagogik dan androgogi tidak menggunakan metoda deskriptif-eksperimental karena manfaatnya terbatas pada pemahaman atas perubahan perilaku siswa. Sedangkan prediksi dan kontrol yang eksperimental diterapkan dan itupun manfaatnya terbatas sekali.<br />Jadi kurang bermanfaat apabila ilmu pendidikan mempergunakan metode deskriptif-eksperimental terhadap perubahan-perubahan didalam pendidikan secara kuantitatif. Sebaliknya pedagogik dan androgogi harus menjadi ilmu otonom yang menerapkan metode fenomenologi secara kualitatif. <br />Maksudnya ialah agar dapat memperoleh data yang tidak normative (data factual) dalam jumlah seperlunya dari ilmu biologi, psikologi dan ilmu-ilmu sosial. Tetapi ilmu pendidikan harus sedapat mungkin melakukan pengumpulan datanya sendiri langsung dari fenomena pendidikan, baik oleh partisipan-pengamat (ilmuwan) ataupun oleh pendidik sendiri yang juga biasa melakukan analisis apabila situasi itu memaksanya harus bertindak kreatif. Tentu saja untuk itu diperlukan prasyarat penguasaan atas sekurang-kurangnya satu ilmu bantu dan atau filsafat umum.<div class="blogger-post-footer">http://feeds.feedburner.com/blogspot/txddL</div>Benteng Cisadane Blogshttp://www.blogger.com/profile/12326554371115786534noreply@blogger.com0